Anda di halaman 1dari 4

1.

3 Beberapa Metode Dasar dalam Pembuktian


Pada bagian ini, kita akan membahas beberapa beberapa teknik pembuktian berbeda yang
setiap siswa matematika seharusnya familiar dan terkait dengan kurikulum di sekolah. Tipe
pembuktian yang akan dibahas diantaranya adalah pembuktian langsung, pembuktian dengan
kontradiksi, dan pembuktian dengan contoh penyangkal.
Pembuktian Langsung
Pada pembuktian ini, kita kana membuktikan sesuatu secara langsung berdasarkan fakta yang
diketahui. Kita menyederhanakan hasil yang diketahui atau melakukan manipulasi matematis
untuk menarik kesimpulan.
Contoh:
Teorema 1.1
n ( n+ 1 )
Jumlah dari n bilangan asli pertama adalah . Sehingga,
2
n ( n+1 )
1+2+3+…+ n= .
2
Bukti:
Misalkan jumlah dari n bilangan asli pertama adalah S , sehingga
S=1+2+3+ …+n
Kita tulis kembali jumlah tersebut mulai dari suku terakhir hingga suku pertama
S=n+ ( n−1 ) + ( n−2 ) +…+1

Kemudian, kita jumlahkan kedua persamaan tersebut


2 S=( n+1 ) + ( n+ 1 )+ …+( n+1)

Pada persamaan tersebut, ada sebanyak n suku yang sama dengan n+1 , sehingga
2 S=n ( n+1 )

Jadi,
n ( n+1 )
S= .∎
2
Pembuktian tersebutmerupakan contoh pembuktian langsung karena kita menggunakan apa
yang kita ketahui tentang bagaimana merepresentasikan jumlah n bilangan asli pertama
secara aljabar dalam beberapa cara kemudian memeanipulasi representasi kita dalam bentuk
yang dihasilkan dalam teorema.
Teorema 1.2
Suatu sudut pada setengah lingkaran adalah sudut siku-siku.
Bukti:
Dimulai dari sudut ABC pada setengah lingkaran seperti pada gambar berikut. (Ingat
kembali bahwa inscribed angle adalah sudut yang titik sudutnya pada lingkaran.

Karena smeua jari-jari memiliki panjang yang sama, maka OA=OB=OC . Sehingga,
segitiga AOB merupakan segitiga sama kaki dan ∠ OAB=∠ OBA , kita misalkan besar
kedua sudut tersebut adalah x . Segitiga OBC merupakan segitiga sama kaki juga dan
∠ OBC=∠OCB , kita misalkan besar kedua sudut tersebut adalah y . Kita tahu bahwa
jumlah sudut dalam segitiga adalah 1800 sehingga dengan menjumlahkan sudut pada
segitiga ABC , kita mendapatkan

x+ ( x + y ) + y =1800
Kita sederhanakan menjadi

2 ( x + y ) =1800
0
Sehingga, kita mendapatkan x+ y=90 .
x+ y merupakan besar sudut B yang merupakan inscribed angle sehingga terbukti
bahwa inscribed angle pada setengah lingkaran adalah sudut siku-siku. ∎

Pembuktian dengan Kontradiksi


Kita perlu belajar metode pembuktian lain karena ada beberapa kasus yang tidak dapat
dibuktikan dengan pembuktian langsung. Seperti yang dilakukan Euclid yang membuktikan
bahwa √ 2 adalah bilangan irasional. Sebelumnya, Greek yakin bahwa semua bilangan
merupakan bilangan rasional. Untuk membuktikan bahwa √ 2 adalah bilangan irasional,
maka digunakan pembuktian dengan kontradiksi atau disebut pembuktian tidak langsung.
Untuk membuktian kebenaran dari sutau pernyataan, kita mengasumsikan bahwa apa yang
akan kita buktikan adalah salah. Kemudian, kita kita kontradiksikan dengan sesuatu yang kita
tahu benar, sehingga pernyataan asli tidak dapat dikatakan salah.
Kita akan membuktikan bahwa √ 2 adalah bilangan irasional dengan fakta bahwa jika
kuadrat dari sutau bilangan adalah genap, maka bilangan itu sendiri adalah genap.
Teorema 1.3

√ 2 adalah bilangan irasional.


Bukti:
Andaikan √ 2 adalah rasional, maka
p
√ 2=
q
p
dimana p dan q adalah bilangan bulat dan merupakan pecahan paling sederhana
q
( p dan q tidak memiliki faktor yang sama).
Dengan menguadratkan kedua ruas, maka

p2
2=
q2
Sehingga,

2 q2= p2
Karena p2 sama dengan dua kali q 2 , maka p
2
merupakan bilangan genap sehingga
p bilangan genap.
Kita tulis p sebagai 2 k , sehingga
2 2 2
2 q =( 2 k ) =4 k
Maka,
2 2
q =2 k
Karena q 2 sama dengan dua kali k 2 , maka q 2 merupakan bilangan genap sehingga
q bilangan genap.
p
Kita telah menunjukkan bahwa p dan q genap. Hal ini berlawanan dengan
q
merupakan pecahan paling sederhana.
Asumsi kita bahwa √ 2 adalah rasional berkontradiksi dengan suatu hal yang kita tahu
benar. Jadi, √ 2 adalah irasional. ∎
Dalam membuktikan pernyataan sebab-akibat menggunakan kontradiksi, kita
mengasumsikan bahwa akibat yang dinyatakan adalah salah. Sebagai contoh, untuk
membuktikan bahwa “Jika n ganjil, maka n2 ganjil” menggunakan kontradiksi, kita
mengasumsikan bahwa n ganjil dan n2 tidak ganjil dan memprosesnya hingga
menemukan hal yang kontradiktif.
Teorema 1.4
Jika a dan b adalah bilangan real dan a+b <6 , maka a atau b kurang dari 3.
Bukti:
Andaikan a+b <6 dan tidak benar bahwa a atau b kurang dari 3. Sehingga,
a ≥ 3 dan b ≥ 3 . Dengan menjumlahkan kedua pertidaksamaan, maka didapat
a+b ≥ 6 , dan ini berlawanan dengan apa yang diberikan, yaitu a+b <6 . Karena
pengandaian kita bahwa tidak benar a atau b kurang dari 3 berlawanan dengan apa
yang diketahui, maka pengandaian tersebut pasti slaah. Jadi, a dan b pasti kurang dari
3. ∎
Teorema 1.5
Jika koordinat dari segiempat adalah A : ( 0,0 ) , B : ( 1,3 ) , C : (−3,5 ) , D : (−1,2 ) , maka
ABCD bukan jajar genjang.
Bukti:
Andaikan ABCD adalah jajar genjang. Maka AB pasti sejajar dengan CD .
Sehingga, AB dan CD pasti memiliki gradien yang sama. Akan tetapi, gradien AB
3−0 2−5 −3
adalah =3 dan gradien CD adalah = . Gradien kedua garis tidak
1−0 −1− (−3 ) 2
sama. Jadi, ABCD bukan merupakan jajar genjang.

Pembuktian dengan Contoh Penyangkal


Konjektur/dugaan adalah pernyataan dari suatu hubungan yang seseorang percaya benar
berdasarkan fakta tau intuisi, atau keduanya, tetapi belum dibuktikan.
k

Pada dugaan Fermat yang menyatakan bahwa N=22 +1 merupakan bilangan prima untuk
semua bilangan bulat positif k , Euler curiga bahwa dugaan tersebut salah. Jika Euler dapat
menemukan satu contoh k sehingga dugaan tersebut tidak terpenuhi, maka dia dapat
menunjukkan bahwa pernyataan Fermat tidak benar.
Suatu contoh yang menunjukkan bahwa suatu pernyataan adalah salah disebut sebagai contoh
penyangkal. Euler menemukan bahwa ketika k =5 , maka N=4.294 .967 .297 yang
bukan merupakan bilangan prima.
Jadi, saat kita tidak yakin bahwa suatu dugaan tidak benar, maka kita harus menemukan
contoh penyangkal sehingga dugaan tersebut terbukti salah.
Contoh:

N 2 +N +41 merupakan bilangan prima untuk semua bilangan bulat N .

Contoh Penyangkal:
N=41 , maka N 2 + N +41=412 +41+ 41 sehingga N 2 + N +41 dapat dibagi dengan
41 . Jadi, tidak benar bahwa N 2 + N +41 selalu prima.

Anda mungkin juga menyukai