Anda di halaman 1dari 3

Zahra Alifia Bimonov

21030117120030
Kelas B

METALS AND ALLOYS IN THE CHEMICAL INDUSTRY


FREDERICK A. ROHRMAN

Beratus tahun lalu, alat yang digunakan dalam industry kimia banyak dibuat dari kayu,
besi, tembaga, dan material yang mengandung silica. Namaun dikarenakan membesarnya
industry kimia, saat ini dibutuhkan material lainnya. Beberapa bahan dipilih tidak hanya
berdasarkan ketahanannya terhadap korosi, namun juga terhadap suhu tinggi. Inilah masa untuk
metal baru dan alloy kompleks yang diharapkan dapat sesuai dengan kegunaannya.
Faktor Konstruksi Dari Material Logam
Faktor yang perlu diperhatikan dalam instalasi peralatan logam yaitu :
1. Biaya
2. Ketahanan terhadap suhu dan zat kimia
3. Sifat fisis
Hal yang paling penting mungkin adalah biaya. Platina dan emas akan digunakan karena
memiliki sifat yang sangan baik. Namun saat ini hanya digunakan pada beberapa bagian tertentu.
Yang kedua yaitu ketahanan terhadap suhu dan zat kimia. Contohnya apabila terkorosi pasti akan
alat akan rusak dan merusak bahan. Dibutuhkan bahan yang terkorosi secara perlahan. Atau
dibutuhkan alat dengan ketahanan suhu yang tinggi agar tidak meleleh saat proses reaksi.
Banyak factor yang memengaruhi pemilihan bahan. Bisa jadi dibutuhkan bahan yang resisten
namun harganya mahal ataupun cukup yang resistensinya rendah dan harganya murah. Untuk
membuat alloy, perlu diperhatikan sifat-sifatnya seperti machinability, weldability, dan lainnya.
Saat ini, teknik pengelasan menjadi semakin penting. Pengelasan telah menjadi seni yang sukses
sehingga hampir semua logam atau alloy kompleks dengan ukuran apa pun dapat bergabung dan
akhirnya dipanaskan tanpa merusak salah satu sifat fisiknya atau menurunkan ketahanan
kimianya.
Klasifikasi
Alloy dapat diklasifikasi menjadi :
Ferrous Non-ferrous
1. steels, wrought, and cast iron 1. aluminum
2. silicon-irons 2. copper, brasses, and bronzes
3. chromium-iron ("stainless steels") 3. Lead
4. chromium-nickel-iron ("18-8") 4. nickel and Monel metal
5. nickel-chromium alloys
6. rare and miseellaoeous metals and alloy

Sekitar 90% instalasi memakai logam dan alloy kecuali bagian tertentu. Namun logam dan alloy
tidak dapat disebut satu-satunya bahan yang terbaik. Karena semakin banyak dipelajari bahan
yang dianggap lebih menguntungkan secara ekonomi dan efektif.
Teori
Sifat elektrokimia pada korosi memberi informasi yang sangat penting dalam penentuan
sifat logam. Logam diatas hydrogen dalam deret elektrokimia cenderung menggantikan
hydrogen dari larutan. Sehingga larutan asam pekat cenderung melarutkan logam. Kebanyakan
logam ada di atas hydrogen dan mudah berkarat atau larut. Tetapi alam memberi perlindungan
diri pada logam, tidak larut, permukaan seperti film, yang dikenal sebagai film pasif. Karena
fenomena kepasifan tersebut, industry kimia dimungkinkan menggunakan logam. Jika tidak,
maka akan digunakan kaca, karet, plastic, dan lainnya. Tetapi tidak semua logam diatas
hydrogen memproduksi film pasif. Seperti silica-besi yang tidak larut dalam asam sulfat tapi
tidak dalam sulfur yang mengandung klorida.
Sayang sekali, fenomena ini hanya diketahui sedikit pihak. Padahal jika dapat
divariasikan prosentase alloy, bisa didapatkan alloy yang memiliki resistensi tinggi. Namun tidak
semua bahan yang dicampurkan memiliki sifat yang lebih unggul. Bisa jadi resistensi alloy lebih
kecil dari zat murni tersebut. Dapat dikatakan bahwa hanya ada satu zat utama yang bekerja
paling baik yang lalu ditambahkan logam lain dengan jumlah sedikit untuk menyempurnakan
sifat logam utama tersebut.

LOGAM BESI DAN ALLOY


Besi dan Baja
Besi dan baja relative murah dan mempunyai sifat fisik yang mumpuni untuk dijadikan
bahan maupun alloy. Besi dan baja dapat dikombinasikan baik dengan bahan yang lebih tidak
korosif maupun asam kuat. Hal ini karena yang pertama, biaya yang terjangkau untuk
penggantian alat dari besi dan baja. Lalu yang kedua yaitu sifat pasif besi pada berbagai media.
Besi dan baja juga cocok untuk desain dengan air atau uap, larutan elektrolit lemah, gas dan
larutan anhidrat, dan sebagainya.
Besi tuang (cast iron) mengandung beberapa persen karbon dan impuritas, cenderung
keras dan rapuh sehingga hanya cocok untuk mengecor. Besi tempa (wrought iron) terbuat dari
besi tuang yang dioksidasi impuritasnya dengan furnace. Sehingga sifatnya halus, bisa
dibengkokkan, lunak, dan memiliki struktur berserat. Selain itu resisten terhadap air dikarenakan
kandungan silica yang tinggi. Namun kandungan silica yang tinggi membuatnya kurang resisten
terhadap alkali cair dan larutan basa kuat. Sementara itu, baja terbuat dari besi dengan kurang
dari 2% karbon yang kemudian dikeraskan dengan perlakuan panas tertentu. Baja menjadi salah
satu pilihan terbaik karena korosi yang tidak terlalu cepat dikarenakan fenomena kepasifan.
Penggunaan besi sebagai elektroda di proses elektrokimi sudah sangat umum di industry,
terutama sebagai katoda pada industry basa klorin garam sebagai elektroda. Keuntungan
penggunaan straight steel atau alloy baja komposisi rendah adalah ketika ada kerusakan, terdapat
tanda-tandanya sehingga bisa diantisipasi. Sedangkan dengan alloy komposisi besi tinggi
kerusakan tidak ada tanda-tandanya. Penggunaan besi dan baja pada suhu tinggi terbatas karena
kecepatan reaksi oksigen dan besi ketika suhu dinaikkan. Reaksi akan sangat cepat diatas 200oC.

Silika-Besi
Dahulu, industry pembuatan silica-besi banyak mengalami kesulitan karena harus
memiliki impuritas rendah, suhu pengecoran dan suhu pendinginan yang sesuai. Alloy sangat
keras dan rapuh dan sulit untuk dipotong. Penambahan silica hingga 13% belum ditemukan efek
pada besi. Penambahan 14-17% silica menjadikan besi resisten terhadap korosi. Namun diatas
17% akan membuat resistensinya terhadap zat kimia menurun.
Saat ini alloy silica-besi yang banyak digunakan yaitu Duriron dan Corrosiron. Namun
sifatnya masih jauh dari sifat yang diinginkan dalam industry. Alloy yang baru ditemukan
bernama Durichlor mempunyai resistensi terhadap HCl dan mungkin hanya alloy yang resisten
pada seluruh suhu dan konsentrasi.
Krom dan Krom-Nikel Besi dan Baja
Alloy yang kini bernama stainless steel sebenarnya lebih cocok dianggap sebagai bahan
yang resisten terhadap korosi dan suhu. Stainless steel dapat diklasifikasikan menjadi :
Cr-Fe Cr-Ni-Fe
Low Cr (11-15%) High Cr-Low Ni (less than 370)
Medium Cr (17-20%) "18-8” (18 Cr-8Ni)
High Cr (24-30%') High "18~8" (20-27 Cr-12-24 Ni)
High Cr-Ni (27 + Cr - 14 + Ni)
Masih banyak campuran komposisi lainnya, namun diatas yang memberikan hasil terbaik.
Alloy ini dapat resisten karena terbentuk lapisan oksida yang terlarut. Sedangkan nikel
dank rom menambah resistensinya terhadap zat kimia jika ditambahkan diatas 11% namun sifat
fisikanya akan semakin menurun. Maka dikombinasikan dengan karbon untuk sifat fisika yang
diinginkan. Penambahan 1-3% Nikel juga dapat meningkatkan sifat fisika alloy. Alloy dapat
menahan suhu hingga 1500oC.
Bahan yang menarik adalah 18-8 dimana ada campuran krom 18% dan nikel 8%. Tidak
ada kehadiran karbon yang memang sengaja dihilangkan untuk menghindari korosi interkristalin.
Korosi interkristalin dicirikan oleh kecenderungan korosi untuk membatasi dirinya sendiri
terutama pada batas dan dengan demikian menyebabkan disintegrasi campuran. Korosi ini dapat
diperangi dengan 3 cara, yaitu membatasi karbon dibawah 0.07%, heat treatment yang sesuai,
atau dengan penambahan logam dalam jumlah sedikit seperti molybdenum, silicon,titanium, atau
kolumbium yang menahan fase karbid dalam campuran padat. Pada konsentrasi krom yang lebih
tinggi sekitar 24%, alloy akan lebih resisten terhadap korosi. Jika dinaikkan lagi hingga 35-36%
krom maka fungsi utamanya sebagai resisten terhadap suhu.
Reaksi yang melibatkan hydrogen atau hidrokarbon pada suhu dan tekanan tinggi jarang
dilakukan karena peralatan logamnya. Adanya penetrasi hydrogen dan kombinasi dengan alloy
atau karbon yang terpresipitasi yang membuat terjadinya korosi interkristalin. Industri telah
mengindari efek ini dengan menurunkan kadar karbon dan meningkatkan kadar logam pada
alloy.

Anda mungkin juga menyukai