Anda di halaman 1dari 24

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Dipo Fertilizer, Alat Pembuat Pupuk Fosfat Menggunakan Teknologi


Membran PES-Kitosan Termodifikasi Backwash

BIDANG KEGIATAN:
PKM – GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:
Erwinda Febriyana 21030115120039 / Angkatan 2015
Febio Dalanta 21030115120008 / Angkatan 2015
Fredy Arief Senjaya 21030115120018 / Angkatan 2015
Afdillah Septian Djati 21030115130148 / Angkatan 2015
Rima Chairani Yuniar 21030116120061 / Angkatan 2016

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2
GAGASAN ........................................................................................................... 2
Kondisi Kekinian ......................................................................................... 2
Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan .......................................... 3
Kebermanfaatan Gagasan Dipo Fertilizer ................................................... 4
Pihak-pihak yang Terlibat ............................................................................. 7
Langkah-langkah Strategis Implementasi Proyek Dipo Fertilizer ............... 7
KESIMPULAN ..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 9
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................... 11
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing .................. 11
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas.... 19
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua .......................................................... 20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengambilan Eceng Gondok Pada Rawa Pening ................................. 3


Gambar 2. Reaktor FBR ......................................................................................... 4
Gambar 3. Rangkaian Alat Dipo Fertilizer ............................................................ 6
Gambar 4. Rangkaian Alat Membran PES-Kitosan Termodifikasi Backwash ...... 6
Gambar 5. Tahapan Kerja Sistem Dipo Fertilizer ................................................. 6

iv
1

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Eutrofikasi merupakan peristiwa meningkatnya pertumbuhan dan
perkembangan gulma air (eceng gondok dan phyto plankton) yang memicu
terikatnya dasar perairan dengan akar eceng gondok sehingga meninmbulkan
pendangkalan air. Tingginya pertumbuhan eceng gondok dan phyto plankton
menyebabkan turunnya kandungan oksigen terlarut dalam air sehingga dapat
membahayakan organisme perairan. Peristiwa ini terjadi akibat tingginya
kandungan fosfor (P) dalam suatu perairan (Irawan, 2009). Menurut Peraturan
Daerah Provinsi Jateng nomor 5 Tahun 2012 mengenai baku mutu air limbah,
kandungan fosfat (PO43-) yang diijinkan dalam air limbah maksimum sebesar 2
mg/l. Menggunakan perhitungan Sawyer, unsur fosfor melebihi 0,01 mg/lt sudah
dapat menyebabkan eutrofikasi (Tarigan, 1999).
Rawa pening, Waduk Undip, Cirata, Jatiluhur, Saguling, dan Sutami
adalah beberapa contoh rawa maupun waduk yang mengalami eutrofikasi (Irianto
dan Triweko, 2011). Sumber penyebab tinginya kadar fosfor dalam air disebabkan
oleh limbah cair yang berasal dari pencucian pakaian dari usaha laundry yang
menggunakan detergen, peternakan, pertanian dan lain-lain. Untuk mengurangi
kadar fosfor pada perairan ada beberapa solusi yang dapat ditawarkan seperti
presipitasi kimiawi dapat dilakukan dalam filter teraerasi secara biologis dengan
menambahkan FeSO4.7H2O (Clark et al., 1997). Penyisihan fosfat dalam fluidized
bed reactor (FBR) menggunakan pasir kuarsa dapat menghasilkan kristal struvite
(Battistoni, et al., 1997) sulit diterapkan karena memiliki bahan baku yang cukup
mahal.
Teknologi membran adalah suatu metode yang sedang digunakan maupun
dikembangkan untuk memisahkan senyawa kimia yang terdapat di dalam fluida
(cair atau gas), dimana membran memiliki sifat yang selektif dan semipermeabel.
Faktor yang mempengaruhi kerja dari membran adalah laju alir fluida, ukuran
fluida, sifat fisik maupun sifat kimia dari membrannya (Mulder, 1996). Membran
juga dapat digunakan untuk memisahkan senyawa kimia seperti fosfat dari suatu
aliran fluida (misalnya sungai).
Berdasarkan permasalahan diatas, digagaskan suatu pengolahan limbah
yang mengandung fosfat sekaligus, memanfaatkannya menjadi pupuk. Nama
gagasan pengolahan limbahnya adalah Dipo Fertilizer, Alat Pembuat Pupuk
Fosfat Menggunakan Teknologi Membran PES-Kitosan Termodifikasi
Backwash yang dapat memisahkan senyawa fosfat (PO43-) yang mengandung
unsur (P) menggunakan membran PES-Kitosan yang Termodifikasi Backwash.
Pemilihan membran PES-Kitosan karena memiliki permeabilitas dan selektivitas
yang tinggi terhadap senyawa fosfat. Penggunaan Backwash untuk membantu
membersihkan membran dari zat pengotor sehingga dapat di pakai berkali-kali
dan memiliki umur pemakaian yang cukup lama.
2

Tujuan
1. Memberikan salah satu alternatif cara mengolah air limbah yang mengandung
fosfat maupun perairan yag tercemar fosfat.
2. Memberikan informasi positif bahwa selain mengolah air limbah yang
terkontaminasi fosfat masih mendapatkan produk samping yaitu pupuk yang
mempunyai nilai ekonomis.

Manfaat
Gagasan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan yang
inovatif untuk mengurangi adanya senyawa fosfat yang dapat menyebabkan
eutrofikasi pada waduk sekaligus mendapatkan nilai tambah dari produk fosfat
untuk dijadikan pupuk tanaman. Informasi ini dapat dimanfaatkan berbagai pihak
yaitu:
a. Bagi pemerintah, dapat menjadi salah satu solusi inovatif dalam
mewujudkan perairan yang bersih.
b. Bagi masyarakat petani, gagasan ini diharapkan dapat mengurangi
kebutuhan pupuk yang harus dibeli.
c. Bagi industri, Mengembangkan teknologi membran dan dapat menjadi
sebuah ide yang dapat diaplikasikan dalam skala industri.
d. Bagi akademisi, gagasan ini diharapkan dapat menjadi sebuah bahan
kajian dan pengembangan untuk medapatkan inovasi dan optimalisasi
pengolahan air yang tercemar fosfat.

II. GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Eutrofikasi pada waduk terlihat jelas pada Rawa pening, Waduk Undip,
Cirata, Jatiluhur, Saguling, dan Sutami dari pertumbuhan eceng gondok yang
banyak dan air yang berwarna kehijauan. Salah satunya adalah Rawa pening,
Rawa pening adalah danau yang terletak di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa
Tengah dengan luas 24.621,07 ha dengan dialiri oleh beberapa sungai seperti:
sungai Tuntang dengan luas 798 km2, sungai Senjoyo 120 km2, dan sungai
Bancak 140 km2 (Harjanti, 2009).
Banyak masyarakat sekitar yang hidupnya bergantung pada air di Rawa
pening, mulai dari kebutuhan sehari-hari, bertani, berternak dan lain-lain. Namun
Rawa pening termasuk danau yang memiliki kualitas air yang buruk karena
tumbuh berbagai macam algae yang jumlahnya melewati batas yang seharusnya
seperti algae jenis Eichornia crassipes, Hydrylla verticillata dan Salvinia
cucculata (Soeprobowati, 2010). Keberadaan algae ini membahayakan makhluk
hidup yang tinggal di sekitar danau maupun yang tinggal di dalamnya. Tingginya
keberadaan algae ini disebabkan oleh aktivitas petani yang memberikan pupuk
berlebihan sehingga menimbulkan sisa, sisa pupuk tersebut mengandung senyawa
fosfat sehingga meningkatkan pertumbuhan algae dan eceng gondok sehingga
3

membahayakan (Winata, 2000). Selain itu, kegiatan perternakan seperti berternak


bebek dapat meningkatkan eutrofikasi. Menurut data Balitbang Provinsi Jawa
Tengah (2009), tiap peternak rata-rata memiliki 50 - 100 ekor bebek. Kotoran
bebek ini akan masuk di perairan Rawa pening yang selanjutnya akan terdegradasi
menjadi senyawa fosfat dan menyumbangkan fosfat ke perairan danau.
Berbeda dengan rawa pening, waduk Undip, Cirata, Jatiluhur, Saguling,
dan Sutami memiliki permasalahan yang berbeda. Seperti salah satunya waduk
Undip, waduk Undip menjadi salah satu waduk yang mengalami eutrofikasi yang
penyebab utamanya berasal dari limbah usaha laundry yang menggunakan
detergen dalam pencuciannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Irawan
pada tahun 2009 saat mencuci dengan volume 1 liter memerlukan deterjen 0,098
gram, dalam 0,098 gram deterjen memiliki konsentrasi fosfat 10,21 gr/l. Kadar
tersebut lebih tinggi jika dibandingkan kadar maksimal yang telah ditetapkan oleh
Peraturan Daerah Provinsi Jawa tengah nomor 10 tahun 2004 yaitu kadar
maksimal fosfat yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan sebesar 2 mg/l.

Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan


Untuk mengurangi eutrofikasi salah satu kegiatan yang pernah dilakukan
adalah pencabutan tanaman eceng gondok. Namun, pencabutan eceng gondok
tidak memberikan hasil signifikan. Pencabutan tanaman eceng gondok hanyalah
mengurangi tanaman eceng gondok yang sudah tumbuh, namun belum dapat
mengurangi jumlah algae maupun kadar fosfor dalam air. Sehingga eutrofikasi
belum dapat dihentikan sehingga pertumbuhan serta perkembangan eceng gondok
dan phyto plankton tetap berlanjut (Semarang Pedia, 2017). Solusi yang dipakai di
Negara lain adalah dengan menggunakan pengendapan fosfat dengan
FeSO4.7H2O dan fluidized bed reactor (FBR).

Gambar 1. Pengambilan Eceng Gondok Pada Rawa Pening


4

Penyisihan fosfat secara presipitasi (pengendapan) kimiawi menggunakan


FeSO4.7H2O dilakukan dalam filter teraerasi secara biologis (Clark et al., 1997).
Media (tempat terjadinya pengendapan) yang digunakan adalah plastik dengan
luas permukaan spesifik 275 m2 /m3 dengan porositas 0,95. Metode ini dapat
meningkatkan efisiensi pengendapan fosfat dari 35,5 % menjadi 85,3 %. Namun
tidak mempengaruhi secara signifikan penyisihan BOD, COD, NH4, TKN dan
SS. Perbandingan rasio P:Fe pada kondisi operasional optimum berdasarkan
pertimbangan efisien dan ekonomis adalah 1 : 1,25. Namun metode ini tidak
mudah diterapkan di Indonesia karena bahan baku FeSO4.7H2O yang cukup
mahal.
Penyisihan fosfat dalam fluidized bed reactor (FBR) menggunakan pasir
kuarsa yang akan menghasilkan kristal struvite (MgNH4PO4). Penyisihan dengan
kristalisasi ini dilakukan dengan aerasi kontinyu dengan efisiensi dapat mencapai
efisiensi 80% dalam waktu sekitar 120 - 150 menit (Battistoni, et al., 1997).
Berbeda dengan penyisihan fosfat yang menggunakan bahan baku FeSO4.7H2O
yang cukup mahal. Harga pasir kuarsa cenderung murah namun memiliki
beragam mineral (tidak murni) dan harga dari FBR tidaklah mudah khususnya
jika dibuat untuk mengatasi eutrofikasi yang memerlukan banyak reaktor.

Gambar 2. Reaktor FBR

Kebermanfaatan Gagasan Dipo Fertilizer


Gagasan Dipo Fertilizer alat pembuat pupuk fosfat waduk menggunakan
membran PES-Kitosan Termodifikasi Backwash. Membran PES-Kitosan dipilih
karena dapat memisahkan senyawa fosfat dengan senyawa lainnya yang terdapat
di waduk. Selin itu, membran PES-Kitosan memiliki permeabilitas dan
selektivitas yang tinggi pada senyawa fosfat. Permeabilitas adalah kemampuan
membran untuk meloloskan senyawa. Selektivitas adalah kemampuan
memisahkan suatu senyawa ataupun unsur dari senyawa lainnya. Tingginya
permeabilitas dan selektivitas pada membran PES-Kitosan dapat memisahkan
senyawa fosfat dari senyawa lain (mendapatkan fosfat murni) dan pemisahan yang
dilakukan dapat efektif dan cepat (Pratiwi, 2011). Fosfat yang telah terpisahkan
5

dapat membantu mengurangi eutrofikasi karena dapat mengurangi senyawa


fosfor. Fosfat merupakan ion yang berbentuk PO43- sedangkan fosfor merupakan
ion P, sehingga jika mengurangi kadar fosfat sekaligus mengurangi kadar fosfor.
Selain itu senyawa fosfat lebih sering ditemukan dibandingkan fosfor (Irianto dan
Triweko, 2011).
Membran nanofiltrasi yang sering digunakan untuk memisahkan zat fosfat
adalah Polyether Sulfon (PES) namun karena memiliki memiliki sifat mekanik,
termal dan kimia yang kuat dan stabil (Susanto, 2009). Namun membran PES
memiliki kelemahan yaitu memiliki sifat Hidrofilik sehingga mudah mengalami
fouling atau terbentuknya polarisasi konsentrasi (Mulder, 1996). Kitosan banyak
digunakan dalam membran karena memiliki banyak gugus _OH dan _NH2. Gugus
_
OH dan _NH2 pada kitosan akan memberikan sifat hidrofilik, tidak beracun,
biodegradel, luas permukaan yang besar dan reaktif. Namun kitosan juga memiliki
kelemahan seperti tensile strength, percent elongation dan modulus young yang
rendah (Liu et al., 2004).
Penggabungan membran PES dengan Kitosan dapat meningkatkan
permeabilitas dan selektivitas. Selain itu, gabungan keduanya saling melengkapi
kelemahan masing-masing dan memperkuat kelebihan dari membran tersebut
(Pratiwi, 2011). Untuk membantu menjaga kebersihan membran dan menjaga
efektifitas membran ditambahkan proses backwash yang berguna sebagai proses
pembersihan membran. Penggunaan backwash dapat mengurangi terjadinya
fouling dan meningkatkan fluks. Proses backwash dilakukan dengan cara
mengalirkan air bersih pada tangki backwash ke dalam unit membran dari sisi
produk. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya aliran balik pada struktur pori-pori
membran. Aliran balik diharapkan mampu menyeret material yang terdeposisi
dipermukaan maupun di dalam pori-pori membran (Wenten et al., 1994).
Gagasan Dipo Fertilizer akan menghasilkan fosfat yang langsung dapat
digunakan sebagai pupuk. Pupuk fosfat yang dihasilkan akan diberikan ke petani
sekitar danau untuk membantu mengurangi pupuk yang mereka gunakan
sekaligus mendaur ulang fosfat yang digunakan. Fosfat pada tanaman berfungsi
untuk metabolisme energi ATP yang digunakan untuk menyimpan dan
mengirimkan energi dalam sel (Prawinata et al., 1981). Menurut Normahani
(2015) fungsi unsur fosfor pada tanaman adalah respirasi, fotosintesis,
penyusunan asam nukleat, pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah,
perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap
kekeringan dan mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko
keterlambatan waktu panen.
6

Gambar 3. Rangkaian Alat Dipo Fertilizer

Gambar 4. Rangkaian Alat Membran PES-Kitosan Termodifikasi Backwash

Air dari waduk Air masuk melalui pipa Air dialirkan ke pipa
dipompa masuk pipa dan masuk menuju membran

Air Keluar dari Air masuk ke dalam


Fosfat hasil pemisahan
membran Membran dan
diambil dan diberikan
dikembalikan ke dipisahkan oleh
kepada petani
waduk Membran PES-Kitosan

Gambar 5. Tahapan Kerja Sistem Dipo Fertilizer


7

Pihak-Pihak yang Terlibat


Untuk membantu menyukseskan proyek Dipo Fertilizer terealisasikan
secara maksimal, dibutuhkan peran serta kerjasama dari pihak-pihak yang dapat
membantu keberlangsungan gagasan Dipo Fertilizer ini, meliputi:
a. Industri dan Perusahaan
Industri merupakan pihak yang bertanggung jawab atas pembuatan
membran PES-Kitosan dan menjaga kualitas dari membran tersebut.
Selain itu membantu membuat serta perawatan alat dari Dipo Fertilizer.
Pihak industri diharapkan dapat bekerja sama dengan baik mengenai
kebutuhan alat, bahan maupun perawatan alat Dipo Fertilizer setiap
waktunya. Selain itu Perusahaan dapat bekerja sama dengan pemerintah
untuk membantu mengambil fosfat (hasil Dipo Fertilizer) yang didapatkan
dan memberikannya kepada petani.
b. Pakar Teknologi
Perancangan alat Dipo Fertilizer memerlukan ahli-ahli pada
bidangnya masing-masing untuk memberikan pertimbangan mengenai
perancangan alat maupun gagasan yang telah dibuat. Kombinasi dari
setiap pakarnya diharapkan mampu memberikan solusi untuk
meningkatkan kualitas proyek ini. Dengan bantuan pakarnya diharapkan
dapat meminimalisir kesahalan-kesahalan dan hal teknis lainnya yang
mungkin terjadi.
c. Multi-Stakeholder
Pembangunan proyek Dipo Fertilizer untuk mengurangi eutrofikasi
pada waduk memerlukan kolaborasi serta kerjasama. Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, Menteri Perindustrian dan Pemerintah Daerah.
Dalam pembuatan Dipo Fertilizer memerlukan ketersediaan alat, bahan,
uang dan lain-lain. Selain itu, pemerintah juga melakukan ke perusahaan
dalam mengurus perawatan dan pengambilan pupuk fosfat yang terbentuk.

Langkah-langkah Strategis Implementasi Proyek Dipo Fertilizer


Untuk meningkatkan keberhasilan proyek Dipo Fertilizer diperlukan
langkah-langkah yang baik, rinci dan sistematis agar keberjalanannya dapat
mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Pelaksanaan proyek Dipo
Fertilizer mengatasi permasalahan eutrofikasi pada waduk dengan metode
memisahkan senyawa fosfat menggunakan membran PES-Kitosan. Fosfat yang
didapatkan akan berupa pupuk siap pakai sehingga dapat diberikan langsung ke
petani sekitar waduk. Untuk menjaga efisiensi dari membran diterapkan backwash
yang berfungsi untuk membersihkan membran dari kotoran-kotoran yang
menempel. Pelaksanaan Proyek Dipo Fertilizer merupakan proyek besar sehingga
membutuhkan perencanaan yang matang dalam segi gagasan maupun teknis.
Langkah-langkah untuk pembangunan proyek Dipo Fertilizer sebagai berikut:
1. Analisis masalah dalam pembangunan proyek Dipo Fertilizer
8

Tahap ini adalah tahap yang paling mendasar dalam pembangunan


proyek Dipo Fertilizer. Tahap ini berfungsi untuk menganalisa masalah
yang terjadi pada waduk dan keadaan sekitar apakah dapat diaplikasikan
proyek Dipo Fertilizer ini. Tahap ini adalah analisa keadaan sekitar waduk
berupa keadaan waduk dan masyarakat sekitar.
2. Penyusunan gagasan dan strategi berjangka panjang untuk proyek Dipo
Fertilizer dibuat
Perumusan strategi mulai dipikirkan saat ini setelah dilakukan
analisis masalah. Tahap ini penyusunan gagasan Dipo Fertilizer yang
sesuai dengan keadaan sekitar. Pada tahap ini dilakukan penyusunan
strategi berjangka waktu (pendek, menengah dan panjang) keberhasilan
proyek Dipo Fertilizer.
3. Penyusunan tim independen dan ahli di bidangnya masing-masing untuk
melaksanakan proyek
Tahap ini dilakukan agar pelaksanaan, pembangunan dan
pengelolaan proyek Dipo Fertilizer berjalan lancar dan meminimalisir
kesalahan yang akan terjadi. Tahap ini adalah memperkirakan (karyawan)
dan pembagian kerja.
4. Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Tata Kelola oleh Tim
Terpilih
Penyusunan SOP mulai dirancang pada tahap ini. Hasil SOP yang
terbentuk akan digunakan sebagai panduan dan acuan dasar untuk
pembangunan dan keberjalanan proyek Dipo Fertilizer. Pada tahap ini tim
tata kelola membuat penyusunan pembangunan proyek dan
keberjalanannya. Penyediaanya yang diperlukan berupa alat, bahan,
perawatan dan lain-lain. Pada tahap ini terbentuklah mekanisme dan
sistematika yang jelas.
5. Pengajuan Proyek dan Diplomasi kepada Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Menteri Perindustrian dan Pemerintah Daerah
Pengajuan proyek berupa diplomasi untuk meminta izin kepada
pemerintah khususnya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Menteri Perindustrian dan Pemerintah Daerah untuk memperoleh tempat
pelaksanaan, dana bantuan yang diberikan, dan kebijakan yang
mendukung.
6. Pembangunan Proyek Dipo Fertilizer Dilaksanakan
Tahap ini adalah tahap pembangunan proyek Dipo Fertilizer
dilaksanakan sesuai dengan SOP yang telah dibuat sebelumnya.
7. Peresmian dan sosialisasi Dipo Fertilizer pada kendaraan bermotor kepada
masyarakat
Setelah proyek pembangunan proyek Dipo Fertilizer dilakukan
peresmian dan sosialisasi masyarakat sekitar waduk.
9

III. KESIMPULAN
Pemilihan membran Pes-Kitosan pada proyek Dipo Fertilizer dikarenakan
mengandung membran PES yang memiliki sifat mekanik, termal dan kimia yang
kuat dan stabil dan membran dan Kitosan yang memiliki sifat hidrofilik, tidak
beracun, biodegradel, luas permukaan yang besar dan reaktif. Kombinasi
Membran PES-Kitosan dapat meningkatkan permeabilitas, selektivitas dan saling
melengkapi kelemahan masing-masing serta meningkatkan kelebihannya.
Membran PES-Kitosan juga dilengkapi dengan backwash, fungsi backwash
adalah untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada membran
maupun sand filter. Penambahan proses backwash dapat mengurangi terjadinya
fouling dan meningkatkan fluks pada membran. Cara kerja proses backwash
adalah mengalirkan air bersih yang menggunakan pompa dan arah jalannya air
berlawanan arah (dari bagian keluar ke bagian masuk) pada membran maupun
sand filter. Hasil dari pengolahan limbah Dipo Fertilizer akan menghasilkan
pupuk fosfat yang akan diberikan langsung kepada petani sekitar.
Pembangunan Proyek Dipo Fertilizer dibantu oleh perusahaan pembuat
alat, perusahaan pembuat membran, perusahaan perawatan alat, ahli lingkungan,
ahli pertanian, ahli ekonomi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri
Perindustrian dan Pemerintah Daerah. Sebelum dimulainya proyek Dipo Fertilizer
dilakukan penyusunan rancangan proyek Dipo Fertilizer, penyusunan SOP dan
permohonan perizinan. Setelah penyusunan selesai pelaksanaan proyek Dipo
Fertilizer dilakukan. Pembuatan Dipo Fertilizer diharapkan mampu mengurangi
eutrofikasi pada waduk dan mempermudah petani dalam hal ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Battistoni, P., G. Fava, P. Pavan, A. Musacco, dan F. Cecchi. 1997. Phosphat


Removal in Anaerobic Liquors by Struvite Crystallization without Addition
of Chemicals: Preliminary Results. Water Research 31, 2925- 2929.
Clark, T., T. Stephenson, dan P.A. Pearce. 1997. Phosphorus Removal by
Chemical Precipitation in a Biological Aerated Filter. Water Research 31,
2557-2563.
Irawan, dkk., 2009. Penurunan Kandungan Phosphat Pada Limbah Cair Usaha
Pencucian Pakaian (Laundry) Kontinyu. (Jurnal). Semarang:Universitas
Diponegoro.
Irianto, E.W. dan R. W. Triweko. 2011. Eutrofikasi Waduk dan Danau
Permasalahan, Pemodelan dan Upaya Pengendalian. Pusat Penelitian
Dan Pengembangan Sumber Daya Air Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta.
Liu, Y-L., Yu-Huei, S., dan Juin-Yih, L., 2004. In situ crosslinking of chitosan
and formation of chitosan-silica hybrid membranes using γ-
10

glycidoxypropyltrimethoxysilane as a crosslinking agent, J. Polym., 45,


6831-6837.
Mulder, M. 1996. Basic principles of membrane technology, 2nd edition, 1996,
Kluwer Academic Publishers, London.
Normahani. 2015. Mengenal Pupuk Fosfat dan Fungsinya bagi Tanaman. Balai
Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Badan Litbang Pertanian, Kementerian
Pertanian.
Pratiwi, Mumpuni Asih. 2011. Pembuatan Membran Komposit Pervaporasi
Berbasis Polyether Sulfone-Biopolimer Untuk Dehidrasi
Bioethanol. Masters thesis, Universitas Diponegoro.
Prawinata, W S Harran dan P Tjondronegoro, 1981. Dasar fisiologi tumbuhan
(II). Dep. Botani Fak. Pertanian, IPB, Bogor.
Semarang Pedia. 2017. Komisi D DPRD Jateng Berharap Ada Bantuan Alat
Pembersih Eceng Gondok Rawa Pening. Diakses dari:
https://semarangpedia.com/komisi-d-dprd-jateng-berharap-ada-bantuan-
alat-pembersih-enceng-gondok-rawa-pening/
Soeprobowati, Tri Retnaningsih. 2012. Mitigasi Danau Eutrofik: Studi Kasus
Rawapening. Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI, 36 – 48.
Sry Harjanti W. 2009. Daerah Aliran Sungai (DAS) Tuntang, Provinsi Jawa
Tengah. Universitas Indonesia.
Susanto, H., Balakrishnan, M., dan Ulbricht, M., 2007. Via surface
functionalization by photograft copolimerization to low-fouling
poliethersulfone-based ultrafiltration membranes, Journal of Membrane
Science, vol. 288, pp. 157-167.
Tarigan. 1999. Eutrofikasi dan Problematikanya. Universitas Medan.
Wenten, I., Koenhen, D., Roesink, H., Rasmussen, A., and Jonsson, G., The
Backshock Process: A novel backflush technique in microfiltration.
Proceedings of Engineering of Membrane Processes, II Environmental
Applications, Ciocco, Italy, 1994.
Winata, I.N.A., A. Siswoyo, dan T. Mulyono. 2000. Perbandingan Kandungan P
dan N Total Dalam Air Sungai di Lingkungan Perkebunan dan
Persawahan. Jurnal Ilmu Dasar, 1. 24-28.
11
12

2. Biodata Anggota
2.1. Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Febio Dalanta
2 Jenis Kelamin L
3 Program Studi S-1 Teknik Kimia
4 NIM 21030115120008
5 Tempat dan Tanggal Lahir Batam, 3 Februari 1997
6 E-mail dalatafoundation3@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP HP: 0822 4212 3912

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SDN 012 SMPN 27 SMAN 5
Nama Institusi
SAGULUNG BATAM BATAM
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2003-2009 2009-2012 2012-2015

C. Pemakalah Seminar Ilmiah


Nama Pertemuan Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah/Seminar Tempat
- - -

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir


No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
Delegasi Universitas
Kementerian Riset, Teknologi
1 Dponegoro dalam 2016
dan Pendidikan Tinggi
ON MIPA PT 2016
Juara 1 OSN
Kementerian Pendidikan dan
2 Kebumian Tingkat 2014
Kebudayaan
Provinsi
Juara 1 Lomba
3 Diskusi Penataan Kementerian Pekerjaan Umum 2014
Ruang

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan
Tertulis (PKM-GT).
13
14
15
16
17

A. Riwayat Pendidikan
1 Program S1 S2
2. Nama Perguruan Undip UGM
Tinggi
3. Bidang Ilmu Teknik Kimia Teknik Kimia
4. Tahun masuk 1982 1994
5. Tahun lulus 1986 1998

B. Pengalaman Penelitian/ Pendampingan/ Pembimbingan


No Tahun Judul

1 2016 Pembimbing PKM-M, Mesophilic Reactor Anaerobic Digestion


(MERCEDES) Sebagai Penghasil Biogas Dan Pupuk Cair Dalam
Upaya Desa Mandiri Energi Di Desa Calombo Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang, Alfiyanti dkk
2 2015 Pembimbing PKM-M, Pengembangan Komposter dan Biostarter
Sebagai Upaya Pemberdayaan Petani Di Lingkungan Desa
Mluweh, Kabupaten Semarang, Indra Riadi dkk

3 2015 Pembimbing PKM-P, Pemanfaatan Ekstrak Buah Mengkudu


(Morinda citrifolia) Sebagai Biolarvasida Raah Lingkungan

4 2015 Pembimbing PKM-P, Pemanfaatan Eceng Gondok Untuk


Pembuatan Biogas
5 2013 Ketua Peneliti Penghilangan H2S Dalam Biogas Menggunakan
Absorben Kimia Kaustik Soda, Kupri Sulfat Dan Ferri Sulfat

6 2012 Anggota Peneliti “Produksi Mikro Alga Dalam Photobiorekator


Minipond Sistem Batch”

7 2011 Ketua Peneliti Peningkatan Mutu Biogas Melalui Penghilangan


H2S Menggunakan Absorpsi Kimia Dengan Katalis FeEDTA

8 2010 Ketua Tim Peneliti Penyisihan Amonia Menggunakan Alga Dan


Lumpur Aktif
9 2008 Ketua Tim Pendampingan Penerapan Eko-efisiensi UKM Tapioka
Desa Sidomukti Kecamatan Magoyoso Kabupaten Pati Jawa
Tengah. GTZ Pro LH
10 2018 Ketua Tim Penerapa Eko-efisiensi UKM Tenun Troso Desa Troso
Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Bappedal
Provinsi Jateng.
18
19

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas

Alokasi
Progra Bidang Waktu
No Nama / NIM Uraian Tugas
m Studi Ilmu (jam/mi
nggu)
1. Erwinda S1- Teknik 8 Mencari informasi dan
Febriyana/ Teknik mengumpulkan data
21030115120039 Kimia tentang keberjalanan dan
keberlangsungan Proyek
Dipo Fertilizer dan
melakukan diskusi
dengan dosen
pembimbing
2. Febio Dalanta/ S1- Teknik 8 Mencari informasi dan
21030115120008 Teknik mengumpulkan data
Kimia tentang Membran PES-
Kitosan
3. Fredy arief S1- Teknik 8 Mencari informasi dan
Senjaya/ Teknik mengumpulkan data
21030115120018 Kimia tentang fosfat dan sistem
Backwash
4. Afdillah Septian S1- Teknik 8 Mencari data mengenai
Djati/ Teknik pengolahan limbah yang
21030115130148 Kimia baik dan diskusi dengan
dosen pembimbing
5. Rima Chairani S1- Teknik 8 Menganalisa kebijakan
Yuniar/ Teknik dan solusi yang pernah
21030116120061 Kimia di lakukan sebelumnya
20

Anda mungkin juga menyukai