Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Study Kasus Permasalahan Lingkungan Sungai Dan


Danau Di Indonesia

Oleh
Sri Utami Lakoro
432417044

JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................iii
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................
A. Pengertian permasalahan lingkungan ..........................................4
B. faktor penyebab terjadinya permasalahan lingkungan ................. 6
C. Dampak permasalahan lingkungan …………………………...........9
D. Upaya pengendalian permasalahn lingkungan…….......................12
BAB III PENUTUP..........................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
KATA PENGANTAR
puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa. karena atas
berkat dan hidayah-nya penyusun bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik. tugas
ini dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah limnologi dengan
judul “study kasus permasalahan lingkungan sungai dan danau di indonesia ”.
di dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penyusun ingin
mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. adapun isi dari makalah
ini penulis dapatkan dari berbagai sumber-sumber referensi dari berbagai media
yang mana makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan penyusun sangat
membutuhkan banyak masukan yang bersifat membangun dan mendidik sehingga
penyusun mendapat pelajaran dan pengalaman yang dapat diterapkan dalam
melalui pendidikan ini.
.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Air merupakan sumber daya alam yang sangat berperan penting bagi
kehidupan makhluk hidup. Salah satu badan air yang merupakan kekayaan
sumberdaya air adalah sungai. Sungai merupakan tempat-tempat dan wadah-
wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan
dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan,
garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai (Pemerintah
Republik Indonesia, 1991). Fungsi sungai adalah sebagai penampung, penyimpan
irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota di sepanjang alirannya.
Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu
tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran
sungai, atau karena adanya mata air. Biasanya danau dapat dipakai sebagai sarana
rekreasi, dan olahraga. Ekosistem perairan di daratan secara umum dibagi menjadi
2 perairan mengalir (lotic water) dan perairan menggenang (lentic water).
Perairan lotik dicirikan adanya arus yang terus menerus dengan kecepatan
bervariasi sehingga perpindahan massa air berlangsung terus-menerus, contohnya
antara lain: sungai, kali, kanal, parit, dan lain-lain. Perairan menggenang disebut
juga perairan tenang yaitu perairan dimana aliran air lambat atau bahkan tidak
ada dan massa air terakumulasi dalam periode waktu yang lama. Arus tidak
menjadi faktor pembatas utama bagi biota yang hidup didalamnya. Contoh
perairan lentik antara lain: waduk, danau, kolam, telaga, situ, belik, dan lain-lain
Pencemaran air adalah suatu keadaan dimana air tersebut telah mengalami
penyimpangan dari keadaan normalnya. Salah satu cara untuk memantau tingkat
pencemaran lingkungan perairan adalah dengan menggunakan parameter
fisika,kimia dan biologi.
1.2 Rumusan masalah
1.Bagaimanakah Pengertian dari permasalahan lingkungan ?
2.Apakah faktor penyebab terjadinya permasalahan lingkungan ?
3.Bagaimana Dampak permasalahan lingkungan ?
4. Apakah Upaya pengendalian permasalahn lingkungan ?
1.3 Tujuan
1.Dapat mengetahui Pengertian dari permasalahan lingkungan
2.Megetahui faktor penyebab terjadinya permasalahan lingkungan
3.Mengetahui Dampak permasalahan lingkungan sungai dan danau
4. Mengetahui Upaya pengendalian permasalahn lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Permasalahan lingkungan
Pencemaran air adalah suatu keadaan dimana air tersebut telah mengalam
penyimpangan dan penurunan kualitas dari keadaan normalnya Penurunan
kualitas perairan dapat menyebabkan ketidak stabilan dalam ekosistem, tingginya
kandungan limbah organik akan berpengaruh terhadap kandungan fosfor yang ada
di peraran. Selain masalah tersebut, Populasi penduduk yang terus meningkat,
urbanisasi dan modernisasi juga merupakan permasalahan yang menimbulkan
masalah terutama pembuangan limbah ke dalam perairan yang menyebabkan
penurunan kualitas air. Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air
yang berasal dari daerah tangkapannya, sedangkan kualitas pasokan air dari
daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada di dalamnya
(Wiwoho, 2005).
Saat ini masalah utama yang dihadapi adalah air yang ada dipermukaan
sering tercemar sehingga mengurangi kualitas air. Penurunan kualitas air akan
menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung
dari sumber daya air yang pada akhirnya menurunkan kekayaan sumber daya
alam. Untuk mendapat air sesuai standar tertentu saat ini menjadi barang yang
mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam - macam limbah dari
kegiatan manusia sehingga secara kualitas sumber daya air telah mengalami
penurunan
2.2 faktor penyebab permasalahan lingkungan sungai dan danau di
Indonesia
1.Parameter Nitrat
Danau Limboto menerima masukan air dari sungai-sungai disekitarnya juga
dijadikan sebagai lokasi budidaya ikan oleh masyarakat. Hal ini memicu tingginya
nitrat di sungai selain karena pasokan dari daerah pertanian disekitarnya. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi tingginya nitrat di danau. Nitrat di alam dapat
dihasilkan secara alami maupun dari aktivitas manusia.
Sumber alami nitrat adalah dari siklus nitrogen sedangkan sumber yang berasal
dari aktivitas manusia adalah penggunaan pupuk nitrogen, limbah industri dan
limbah organik manusia (Setiowati dan Wahyuni, 2016). Jika manusia membuang
kotoran dalam air, maka kadar nitrat akan meningkat. Kotoran banyak
mengandung amoniak. Nitrat juga terdapat dalam pupuk buatan, jika digunakan
dengan konsentrasi tinggi akan mengakibatkan pencemaran tanah (Sastrawijaya,
2009). Tingginya konsentrasi nitrat di Danau Limboto karena penggunaan pupuk
oleh masyarakat dan buangan limbah domestik masyarakat yang bermukim di
bantaran danau
2.Parameter Fosfat
Fosfor merupakan salah satu bahan kimia yang sangat penting bagi
makhluk hidup. Fosfor terdapat di alam dalam dua bentuk yaitu senyawa fosfat
organik dan senyawa fosfat anorganik. Fosfat terdapat di air alam atau air limbah
sebagai senyawa orthofosfat, polifosfat dan fosfat organik. Di daerah pertanian
ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke sungai atau danau melalui
drainase aliran hujan. Tingginya fosfat di Danau Limboto dapat disebabkan oleh
sungai-sungai yang bermuara di Danau Limboto memiliki fosfat di atas baku
mutu yang ditetapkan. Daerah penelitian merupakan daerah pertanian sehingga
adanya fosfat dapat berasal dari pemupukan lahan pertanian dan perkebunan
masyarakat. Fosfor bersifat kritis karena secara umum merupakan hara yang
terbatas dalam ekosistem. Fosfor terlarut dari mineral-mineral fosfat dan sumber-
sumber lainnya seperti fosfat, diserap oleh tanaman dan tergabung dalam asam
nukleat yang menyusun material genetik dalam organisme. Mineralisasi dari
biomassa oleh pembusukan penguraian mikroba mengembalikan fosfor kepada
larutan garamnya yang kemudian mengendap sebagai bahan murni (Effendi,
2003).
Air biasanya mengandung fosfat anorganik terlarut. Fitoplankton dan
tanaman lain akan mengabsorbsi fosfat dan membentuk senyawa misalnya
adenosine trifospat. Fosfor memasuki air melalui berbagai jalan: kotoran limbah,
sisa pertanian, kotoran hewan dan sisa tanaman dan hewan yang mati. Sisa
pertanian juga mengandung fosfor tetapi jumlahnya tidak banyak. Tanah dapat
mengikat senyawa fosfat sehingga tidak banyak terlarut. Jika terjadi erosi maka
butir tanah dan fosfat akan hanyut ke sungai (Sastrawijaya, 2009).
3.Zat tersuspensi (Total SuspendedSolid/ TSS)
Berdasarkan hasil pemantauan parameter TSS pada setiap lokasi
pengamatan menunjukkan terjadinya peningkatan Adanya peningkatan nilai TSS
air Sungai Pakerisan di wilayah tengah diindikasikan karena banyaknya alih
fungsi lahan menjadi daerah terbangun/pemukiman disekitar aliran Sungai
Pakerisan di Banjar Tiapi, terutama adanya pasir, tanah liat yang ada dalam
perairan sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis.Di
wilayah hilir terjadi pengendapan karena di wilayah tengah arus air kurang lancar
yang tergenang bersama sampah dan limbah yang ada.
4.Derajat keasaman(pH)
Berdasarkan hasil analisis Nilai pH air Sungai Pakerisan pada lokasi hulu
Q1(Banjar Saresede) sampai lokasi hilir Q9 (Banjar Cucukan) diperoleh nilai
antara 7-8. Nilai pH tersebut masih dalam batas baku mutu air kelas I yaitu berada
dalam nilai 6-9. Dibandingkan dengan hasil Badan Lingkungan Hidup Propinsi
Bali tahun 2013 nilai pH 6-7. Menurut Kristanto (2002) derajat keasaman (pH)
sangat erat hubungannya dengan kandungan logam berat yang terdapat di dalam
sungai semakin banyak bahan pencemar (kandungan logam berat) yang berada di
dalam sungai maka akan mengakibatkanrendahnya nilai (pH) yang membuat
kesadahan air yang bersifat asam, air yang digolongkan asam karena bersifat
bikarbonat dalam air. Derajat keasaman (pH) suatu perairan juga dipengaruhi oleh
faktor alami dan manusia.
5.Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO)
Parameter oksigen terlarut dapat digunakan sebagai indikator tingkat
kesegaran air (Sutriati,2011).Oksigen memegang peranan penting sebagai
indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi
dan reduksi bahan organik dan anorganik. Karena proses oksidasi dan reduksi
inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi
beban pencemaran pada perairan secara alami (Salmin, 2005).
Suatu perairan dapat dikatakan baik dan mempunyai tingkat pencemaran
yang rendah jika kadar oksigen terlarutnya (DO) lebih besar dari 5 mg/l (Salmin,
2005), sedangkan konsentrasi oksigen terlarut (DO) pada perairan yang masih
alami memiliki nilai DO kurang dari 10 mg/l (Effendi, 2003). Aktivitas manusia
seperti pertanian dan pembuangan limbah, menyebabkan penurunan kosentrasi
oksigen terlarut (Blume et. al.,2010).
Perairan dapat dikategorikan sebagai perairan yang baik dan tingkat
pencemarannya rendah, jika kadar oksigen terlarutnya > 5 mg/l (Salmin, 2005).
Hal ini menandakan bahwa kualitas air Sungai Pakerisan pada lokasi Q7 (Banjar
Bona Kaja) yaitu wilayah hilir hingga lokasi Q9 (Banjar Cucukan) berdasarkan
parameter DO memiliki tingkat pencemaran lebih tinggi dari lokasi hulu dan
tengah. Semakin ke hilir DO semakin rendah tetapi bila dihubungkan dengan
BOD semakin tinggi, karena oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi limbah
organik lebih banyak.
6. Total Coliforms
Konsentrasi total coliform air sungai Pakerisan yang dilakukan di wilayah
hulu hingga di wilayah hilir yang berkisar antara 30-1100 jml/100 ml, di hulu Q1
(Banjar Saresede) terendah sebesar 30 jml/100 ml kemudian meningkat di wilayah
tengah Q6 (Banjar Sema) sebesar 1100 jml/100 ml dan menurun di hilir lokasi Q9
(Banjar Cucukan) sebesar 640 jml/ 100 ml. Bila dibandingkan dengan hasil
penelitian Badan Lingkungan Hidup Propinsi Bali tahun 2013 konsentrasi total
coliform wilayah hulu sebesar 30 jml/100 ml, tengah sebesar 70 jml/100 ml dan
hilir sebesar 210 jml/100 ml.
Terdapat peningkatan konsentrasi total coliform dari hulu ke hilir dengan
peningkatan yang tajam di lokasi Q6 (Banjar Sema), bakteri coliform termasuk
bakteri yang dapat ditemukan di lingkungan tanah dan air yang telah berpengaruh
oleh air permukaan serta limbah pembuangan kotoran manusia dan hewan serta
dari hewan dan tanaman yang sudah mati. Tingginya nilai total coliform pada
lokasi Banjar Sema diindikasikan berasal dari sampah organik yang dibuang
sembarangan di tepi sungai yang membusuk kemudian terbawa ke aliran
sungai.Tingginya konsentrasi indikator mikrobiologi fecal coliform dan total
coliform di lokasi Q6 (Banjar Sema) dapat dikatakan Sungai Pakerisan telah
mengalami pencemaran dari kotoran manusia, hewan ternak dan sampah organik.
Bakteri fecal coliform yang mencemari air akan mengganggu kesehatan manusia.
3.3 dampak permasalahn lingkungan sungai dan danau di Indonesia
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH,
2004), antara lain:
Dampak Terhadap Kehidupan Biota Air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya
kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan
kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi
perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun
yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat
matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang
seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi
sulit terurai. Panas dari industri juaga akan membawa dampak bagi kematian
organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.
Dampak Terhadap Kualitas Air
Pencemaran sungai dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Sungai yang
belum tercemar memiliki air yang jernih, pH netral, tidak berbau dan bias
diminum lansung. Di pedesaan pada umumnya masyarakat mempergunakan
sungai tersebut untuk mandi, tetapi pada masa sekarang sudah jarang dijumpai
fenomena tersebut. Hal ini disebabkan banyaknya sungai-sungai yang sudah
tercemar sehingga sungai sulit dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Sungai
yang tercemar biasanya dilihat dari warnanya sudah tidak jernih (keruh) dan pH
nya sudah tidak netral lagi, akibatnya air sungai sudah tidak layak dikonsumsi
karena kualitas airnya yang menurun. Salah satunya pencemaran sungai yang
disebabkan oleh tinja dan sampah. Hal ini menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tumbuhan air karena sampah dapat menghalangi sinar matahari yang
masuk ke dalam air, sedangkan tinja dapat menyebabkan tumbuhan kekurangan
oksigen, akibatnya tumbuhan air tersebut sulit untuk berfotosintesis.
Dampak Terhadap Kesehatan
Pencemaran sungai dapat menjadi media hidup suatu vektor penyakit. Ada
beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau
penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah
daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat
masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain,
bakteri, protozoa dan metazoa.
3.4 Upaya Penanggulangan Permasalahan Lingkungan Sungai Dan
Danau Di Indonesia
Penanggulangan dilakukan secara teknis dan non teknis. Penanggulangan
secara non teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan
dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan,
mengatur dan mengawasi segala bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga
tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat
memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan
dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan
dan menanamkan perilaku disiplin.
Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri
terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola
limbah atau menambah alat bantu yang dapat megurangi pencemaran.Dalam
keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi
produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat
pula mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut. Kita
pun perlu memperhatikan bahan Kimia yang dibuang dari sampah rumah tangga.
Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana.
Sebagai contoh, kritis terhadap barang dikonsumsi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencemaran air sungai adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau
komponen lainnya kedalam air sungai sehingga menyebabkan turunnya kualitas
air sungai yang terganggu ditandai dengan perubahan bau yang menyengat, rasa,
dan warna yang keruh.Secara umum penyebab pencemaran sungai dikelompokkan
menjadi limbah industri, limbah pemukiman, limbah pertanian, limbah
pertambangan, dan limbah rumah sakit.Bahan pencemaran sungai dapat
dikelompokkan menjadi sampah, bahan buangan padat, bahan pencemar penyebab
penyakit, bahan pencemar senyawa anorganik/mineral, bahan pencemar oganik,
bahan pencemar zat radioaktif, bahan pencemar endapan/sedimen, bahan
pencemar berupa kondisi. Kondisi Danau Maninjau saat ini benar benar sangat
memprihatinkan. Sampah yang dibuang ke danau,keramba jaring apung dan sisa
pakan ikan,menjadi masalah yang sangat serius. Apalagi telah punahnya ikan
Rinuak yang menjadi ikan endemic atau ikan yang menjadi ciri khas dari Danau
Maninjau. Maka dari pada itu,kita harus bekerja sama untuk memperbaiki Danau
Maninjau kembali.
Saran
Banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk menangani pencemaran air
bersih ini namun semua itu tidak ada artinya bila kita sendiri sebagai masyarakat
tidak mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan nyaman. Untuk itu
marilah kita jaga dan lestarikan sungai kita dari hal terkecil seperti tidak
membuang sampah ke sungai. Dengan begitu kita ikut membantu pemerintah
untuk menanggulangi sungai-sungai kita yang tercemar. Melestarikan alam adalah
kewajiban kita sebagai pelajar dan generasi penerus.
Daftar pustaka
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius
Salmin. 2005. “Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi
(BOD) sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan”.
Jurnal Oseana, 30. 21-26
Setiowati, R., dan E. Tri Wahyuni, 2016. Monitoring kadar Nitrit dan Nitrat
pada air sumur di daerah Catur Tunggal Yogyakarta dengan Metode
Spctrofotometris UV VIS. Jurnal Manusia dan Lingkungan. pp. 143-148.
Sutriati,A.2011.“Penilaian Kualitas Air Sungai dan Potensi
Pemanfaatannya (Studi Kasus Sungai Cimanuk)”. Jurnal Sumber Daya Air, 7.
61-76.

Anda mungkin juga menyukai