Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS yang
termasuk kelompok retrovirus. Seseorang yang terinfeksi HIV, akan mengalami infeksi
seumur hidup. Kebanyakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap asimtomatik (tanpa tanda
dan gejala dari suatu penyakit) untuk jangka waktu lama. Meski demikian, sebetulnya mereka
telah dapat menulari orang lain. Menurut data terbaru WHO tahun 2013 untuk memulai terapi
ARV, didapatkan jumlah sel CD4 < 500 sel/mm3 1,2
Pada awalnya penularan HIV/AIDS di indonesia terjadi melalui penularan secara horisontal
yaitu melalui cairan tubuh saat terjadi kontak seksual (heteroseksual/homoseksual) atau
transfusi darah. Setelah itu, mulai terjadi penularan secara vertikal yaitu dari ibu yang positif
HIV/AIDS ke bayi. Pada tahun 2010, sekitar 390.000 anak di bawah 15 tahun terinfeksi HIV.
Sekitar 95% anak/bayi/neonatus yang positif tertular dari ibunya. Factor – factor yang berperan
dalam penularan HIV dari ibu ke bayi adalah factor ibu,factor bayi, dan factor obstetrik.
Laporan Epidemi HIV Global UNAIDS 2012 menunjukkan bahwa terdapat 34 juta orang
dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% di antaranya adalah perempuan. Menurut
Laporan Progres HIV-AIDS WHO Regional SEARO (2011). dan 2,1 juta anak berusia kurang
dari 15 tahun prevalensi HIV pada ibu hamil diproyeksikan meningkat dari 0,38% (2012)
menjadi 0,49% (2016). peningkatan HIV dan AIDS yang ditularkan dari ibu HIV positif ke
bayinya. Jumlah kasus HIV pada anak 0-4 tahun meningkat dari 1,8% (2010) menjadi 2,6%
(2011). Kasus Ibu hamil dengan HIV di Indonesia pada tahun 2015 berkisar 18872 kasus.
Laporan dinas kesehatan provinsi papua tahun 2013 bahwa jumlah kasus HIV berkisar 15.5777
kasus,dijayapura yang terinfeksi ada sekitar 1.338 kasus.1-4
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menulis laporan kasus tentang “P2A0
Partus Matur Spontan Dengan HIV” RSUD Dok II Jayapura.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1.Identitas
Nama : Ny. F.K
No rek. Medik : 40 92 51
Umur : 19 Tahun
Alamat : Hamadi Gunung
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Serui/Indonesia
Pekerjaan : IRT
Hari/Tanggal MRS : 01 Mei 2016
Jam MRS : 10.20 WIT

2.2.Anamnesa
2.2.1. Keluhan Utama

Mules – mules sejak 8 jam yang lalu SMRS.


2.2.2. Riwayat Kehamilan Sekarang

Pasien mengaku hamil 9 bulan. Hari haid pertama haid terakhir ( HPHT ) Agustus
2015, taksiran partus ( TP ) Mei 2016. Pasien kontrol kehamilan di puskesmas Elly
uyo sebanyak 2 kali, selama kontrol pasien tidak pernah di USG di imunisasi TT
1 kali. Pasien mengeluh keluar air – air sejak 3 hari yang lalu SMRS, mules – mules
dan keluar lendir darah sejak 8 jam yang lalu SMRS. Gerakan janin aktif, riwayat
demam selama hamil ( - ) dan nyeri BAK disangkal. Riwayat keputihan selama
hamil ( - ), gatal ( - ), bau ( - ).

2.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu


Diabetes Mellitus disangkal, Hipertensi disangkal, Asma disangkal, Penyakit
Jantung disangkal, Alergi disangkal.
2.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Diabetes Mellitus disangkal, Hipertensi disangkal, Asma disangkal, Penyakit
Jantung disangkal, Alergi disangkal.

2
2.3. Riwayat Obstetri
G2P1A0
No Jenis Berat Jenis Umur Hidup/
. Persalinan Penolong Badan Kelamin Sekarang Meninggal
(Gram)
1. Spontan Bidan 2100gr ♀ 1,5 tahun Hidup
2. Hamil ini
2.4. Riwayat Pernikahan
- Usia pernikahan ♀ : 19 Thn, Pendidikan SMA, Pekerjaan: IRT
- Usia pernikahan ♂ : 20 Thn, Pendidikan Mahasisawa, Pekerjaan: -
- Suami : Pertama
- Pernikahan dengan suami sekarang: belum menikah sudah ± 2 tahun
2.5. Riwayat Menstruasi
- Menarche : Usia 14 tahun
- Siklus haid : Teratur (28 hari)
- Dysmenorrhoea : Tidak ada
- HPHT : ? – 08 – 2015
- TP : ? – 05 – 2016
2.6. Pemeriksaan Antenatal (ANC)
Berapa kali : 2 kali
PAN pertama kali pada umur kehamilan : pasien lupa
Kapan : pasien lupa
Dimana : PKM Eli Uyo
Imunisasi TT : 1 kali
2.7. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Jenis kontrasepsi : Tidak pernah
Berapa lama : Tidak pernah
Sebab berhenti :-
Rencana KB setelah melahirkan :-

3
2.8. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sementara suami pasien tidak
bekerja.
2.9.Pemeriksaan Fisik
2.9.1. Status Generalis
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi Badan : 146 cm
Berat Badan : 52 kg
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 72 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu badan : Aksila 36.7 0C
Kepala : Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal

Leher : Dalam batas normal

Thoraks : Paru : Suara napas vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing


tidak ada

Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, gallop tidak ada,


murmur tidak ada

Abdomen : Membesar sesuai umur kehamilan


Ekstremitas : Akral hangat, edema tidak ada
Refleks : Refleks patella +/+

4
2.9.2. Status Obstetri
2.9.2.1.Pemeriksaan Luar
TFU : 30 cm
Letak janin : Kepala , 3/5
DJJ : 150 x/mnt
His : 3x/10’/30”
TBJA Klinik : 2965 gram
2.9.2.2.Inspeksi : v/v tenang
2.9.2.3.Inspekulo : Portio licin, livide, OUE terbuka, fluxus (+),
flour (-),valsava ( + )
2.9.2.4.Pemeriksaan Dalam :Porsio kenyal,posterior, pembukaan 4 cm, ketuban
(-),station -2
2.10. Pemeriksaan Penunjang
2.10.1. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 01 Mei 2016
Darah Lengkap
Hemoglobin 8,7 g/dl
HCT 26.1%
MCV 69.4 fl
MCH 23,1pg
Leukosit 11.900 sel / mm3
Trombosit 165.000 sel / mm3
GDS 136 mg/dL
Malaria Negatif
CT 8’00
BT 3’30

2.10.2. Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen Tanggal 01 Mei 2016


Janin presentase kepala tunggal hidup, plasenta di fundus memanjang ke corpus
anterior, BPD 89.3, HC 30.5, AC 31.9, FL 11.3, EFW 2438, hamil 33 – 34
minggu.

5
2.10.3. CTG
Baseline 140 dpm, Variability 5 – 25 dpm, akselerasi > 2x10’, deselerasi ( - ) ,His
> 2x10’, gerak janin > 2 x 10’. Kesan : Kategori I
2.11. RESUME
Pasien mengaku hamil 9 bulan. Hari haid pertama haid terakhir ( HPHT ) Agustus
2015, taksiran partus ( TP ) Mei 2016. Pasien kontrol kehamilan di puskesmas Elly
uyo sebanyak 2 kali, selama kontrol pasien tidak pernah di USG di imunisasi TT
1 kali. Pasien mengeluh keluar air – air sejak 3 hari yang lalu SMRS, mules – mules
dan keluar lendir darah sejak 8 jam yang lalu SMRS. Gerakan janin aktif, riwayat
demam selama hamil ( - ) dan nyeri Pada status generalis, TD: 100/70 mmHg, N:
72 x/m, RR: 20 x/m, SB: 36,2⁰C.
Pemeriksaan Luar : TFU : 30 cm, BJA : 150x/menit, reguler, His : 3x/10’/30”,
TBB : (TFU – 11) x 155 = (30-11) x 155 = 2965 gram. Inspekulo : portio licin,
livide, OUE terbuka, fluxus (+), flour (-),valsava ( + ) Pemeriksaan Dalam v/v
:porsio kenyal , posterior , pembukaan 4 cm, ketuban (-),kepala Hodge II.
Pemeriksaan penunjang HB 8,7 g/dl,HCT 26,1 %, MCV 694 fl, MCH 23,1 pg, Leukosit
11900 sel/mm3 , Trombosit 165000 sel/mm3
DDR ( - ),CT 8,00’, BT 3,30. Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen Janin
presentase kepala tunggal hidup, plasenta di fundus memanjang ke corpus anterior,
BPD 89.3, HC 30.5, AC 31.9, FL 11.3, EFW 2438, hamil 33 – 34 minggu. CTG
Baseline 140 dpm, Variability 5 – 25 dpm, akselerasi > 2x10’, deselerasi ( - ) ,His
> 2x10’, gerak janin > 2 x 10’. Kesan : Kategori I
2.12. Diagnosis Kerja
G2P1A0 parturien aterm kala I fase aktif
2.13. Rencana Terapi
Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital ibu dan janin,His / 30 menit
Tegakkan diagnosis, cek DL,UL,CT,BT
Cegah infeksi Ceftriaxone 1 x 2 gr IV
Rencana partus pervaginam dengan akselerase oksitosin 2 UI 20 tpm
Nilai ulang kemajuan persalinan 4 jam ( pukul 14.30 )

6
2.14. Follow Up
Tanggal : 1 Mei 2016
Waktu : 14.30
S : Ibu merasa mules semakin sering, Gerakan
janin aktif
O : KU : Baik, Kes : CM
TD : 110/70 mmHg
N : 76 x/menit
RR : 20 x/m
S : 36,7°C
St. Gen : dalam batas normal
St. Obs : VT : Φ 8cm, Ketuban (+), Kepala
station + 3
A : G2P1A0 parturien aterm kala I fase aktif
P :  Observasi KU,TTV,HIS/DJJ (setiap 5
menit)
 Rencana awal partus pervaginam
 Nilai ulang kemajuan persalinan 2 jam
lagi ( pukul 16.30 )

7
Tanggal : 01 Mei 2016
2.14.1. FOLLOW UP
Tanggal : 1 Mei 2016
Waktu : 16.30
S : Ibu meneran seperti ingin BAB
O : KU : Baik, Kes : CM
TD : 110/70 mmHg
N : 89 x/menit
S : 37,8°C
RR : 24 x/m
St. Gen : Dalam Batas Normal
St. Obs : VT : Φ lengkap, Ketuban (-),
Kepala Hodge III-IV, UUK Kiri Anterior
A : kala II pada G2P1A0 parturien aterm

P :  Observasi HIS/DJJ (setiap 5 menit)


 Pimpin Persalinan

16.45 : Lahir spontan bayi : ♀, BB : 2900 gr, PB :


48 cm, A/S : 7/8
16.55 : Lahir plasenta lengkap, perineum intak

18.30 2 jam post partum


S BAK spontan, nyeri perineum ( -)
O Ku : baik, Kes : Compos mentis
TD : 110/70, Nadi 84 x/m, RR 21 x/m, Suhu 36,7 °C

8
2.15. DIAGNOSIS AKHIR
P2A0 Partus Maturus Spontan Dengan HIV
2.16. RENCANA TERAPI
2.16.1. Co Amoxiclave 3x625 mg
2.16.2. Paracetamol 3x500 mg
2.16.3. SF 1x1 tab

9
BAB III
PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat ?
Pada kasus ini diagnosis yang ditegakkan belum tepat, dikarenakan hanya menggunakan
pemeriksaan darah untuk menegakkan diagnosis,tanpa menggunakan tes HIV yang
lainnya,begitu juga terkendala di petugas VCT yang bertugas untuk memeriksa HIV
,sehingga,seorang ibu hamil yang dengan HIV dapat diketahui hasilnya reaktif saat ibu
tersebut sudah partus bahkan bisa juga hasilnya diketahui setelah pasien tersebut pulang,
dari kendala petugas tersebut inilah yang membuat dokter susah untuk menegakkan
diagnosis seorang ibu hamil dengan HIV sedini mungkin. Sedangkan pada kasus tersebut
tidak dilakukan pemeriksaan yang lengkap sedini mungkin , padahal di RSUD Dok II
memiliki VCT ( Voluntary Counseling and Testing ) yang berguna untuk memberikan
konseling dan menawarkan untuk memberikan screening dan pengobatan,namun dalam
kasus ini petugas VCT di RSUD Dok II terlambat memeriksa darah pasien tersebut dan
terlambat memberikan hasil bahwa pasien tersebut terinfeksi HIV,sehingga saat pasien
pulang dari RSUD barulah petugas mengetahui pasien tersebut positif HIV. Sedangkan
Dalam menegakkan diagnosis yang tepat sebelum melakukan tindakan terhadap ibu hamil
dengan HIV adalah berdasarkan diagnosis Laboratorium yaitu dimana petugas
laboratorium akan melakukan isolasi virus HIV, serologi dengan menggunakan enzyme-
linked immunosorbent assays ( ELISA ) atau disebut tes aglutinasi, tes deteksi asam
nukleat atau antigen, dan juga dilakukan penguji amplifikasi seperti reverse transcriptase
polymerase chain reaction ( RT – PCR ) dan tes imunologi. Dalam menegakkan diagnosis
tersebut bisa dinilai dengan tes absolut limfosit CD4 dan rasio CD4:CD8, apabila kedua
CD4 dan CD8 rendah maka seseorang dinyatakan terinfeksi HIV.1,2,5
Dan selanjutnya untuk mediagnosis seseorang yang terinfeksi HIV yang selanjutnya sudah
menjadi AIDS dapat dinilai apabila terdapat infeksi oportunistik atau terjadi penurunan
limfosit T atau kadar sel CD4 < 350 sel/mm3. Gejala – gejala yang timbul dari seseorang
yang teinfeksi HIV dan selanjutnya menjadi AIDS adalah didapatkan pasien kehilangan
berat badan ( BB)>10 %, diare kronik > 1 bulan,demam > 1 bulan,batuk menetap selama
1 bulan,didapatkan dermatitis pruritis ( gatal,herpes zoster berulang ), kandidiasis

10
orofaring, herpes zoster yang meluas,limfadenopati yang meluas, dan sarcoma Kaposi
yang meluas,dan terdapat meningitis kriptokokal,dan tuberculosis.6,7
Tabel.1 . penyakit yang menandai AIDS
1. Kandidiasis,esophageal,trakeal,atau bronkial
2. Koksidiomikosis,ekstrapulmonar
3. Kriptokokosis,ekstrapulmonar
4. Kanker serviks,invasive
5. Kriptosporidiosis,intertinal kronik > 1 bulan
6. CMV renitis,atau CMV di hati,limpa,nodul limfatik
7. Enselopati HIV
8. Herpes simpleks dengan ulkus mukokutaneus > 1 bulan,bronchitis atau
pneumonia
9. Isosproriasis,kronik > 1bulan
10. Kaposi sarcoma
11. Limfoma : burkit,imunoblastik,khususnya di otak
12. M avium atau M kansasii,ekstrapulmoner
13. M tuberculosis,pulmoner atau ekstrapulmoner
14. Pneumonia pneumosistis carinii
15. Pneumonia,bakteri rekurens ( episode 2 tahun )
16. Leukoensepalopati multifocal
17. Bacteremia salmonella
18. Toksoplasmosis,serebral
19. Wasting syndrome HIV

( sumber : National Institute Of Allergy and Infectious Diseases ).


Dari tabel diatas merupakan seseorang yang HIV selanjutnya menjadi AIDS,sedangkan
pada kasus ini tidak didapatkan pemeriksaan HIV yang selanjutnya menjadi AIDS, hal ini
yang menyebabkan dokter susah untuk menegakkan diagnosis sedini mungkin.

11
2. Apakah penatalaksanaan pasien hamil dengan HIV ini di RSUD Dok II Jayapura sudah
tepat ?
Pada kasus ini penatalaksaan yang dilakukan terhadap pasien hamil dengan HIV tersebut
adalah dengan cara melahirkan dengan spontan, padahal penatalaksaan yang dianjurkan
kemnkes untuk penatalaksaan yang tepat menolong ibu hamil dengan HIV adalah dengan
cara persalinan Sectio secarea , Maka sangat dianjurkan untuk penatalaksaan persalinan
section secarea karena berdasarkan kepustakaan bahwa untuk memulai persalinan
pervaginam harus dinilai juga keutuhan dari selaput ketuban . Berdasarkan kemnkes untuk
memulai persalinan pervaginam harus dinilai syarat – syarat dalam melakukan tindakan
persalinan pervaginam yaitu :
Tabel . 2. Syarat – syarat untuk persalinan aman dilakukan1,2

Persalinan pervaginam Persalinan perabdomen / secto secarea

Syarat Syarat :
• Pemberian ARV mulai pada Ada indikasi obstetrik
< 14 minggu (ART > 6 bulan); atau VL >1.000 kopi/μL
VL >1.000 kopi/μL atau • Pemberian ARV dimulai pada usia
kehamilan > 36 minggu

Adapun aturan – aturan yang direkomendasi oleh kemnkes untuk penatalaksaan ibu hamil
dengan HIV dalam memberikan layanan persalinan yang baik dan optimal kepada ibu
hamil dengan HIV,maka di rekomendasikan kondisi – kondisi sebagai berikut.:1,2,8
1. Penatalaksaan persalinan,baik secara section secarea maupun pervaginam, harus
diperhatikan kondisi fisik pasien dan indikasi obstetric ibu berdasarkan penilaian dari
tenaga kesehatan.
2. Pada ibu hamil dengan HIV harus mendapatkan konseling untuk menjalani persalinan
pervaginam atau section secarea.
3. Tindakan pertolongan persalinan ibu hamil, baik secara persalinan per vaginam
maupun bedah sesar harus selalu menerapkan kewaspadaan standar, yang berlaku
untuk semua jenis persalinan dan tindakan medis.
Berdasarkan tabel diatas maka didapatkan pada kasus diatas ini penatalaksaan yang
ditetapkan pada pasien hamil dengan HIV belum tepat,karena berdasarkan rekomendasi

12
Kemnkes untuk memulai penatalaksaan persalinan pervaginam harus diperhatikan syarat
– syarat untuk persalinan pervaginam aman dilakukan,syarat – syaratnya seperti telah
disebutkan di tabel 2 diatas.
3. Bagaimana pencegahan dan pengobatan HIV pada wanita hamil?
a. Menurut WHO terdapat 4 prong yang digunakan untuk mengupayakan pencegahan
terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi yaitu :
- Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi.
- Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu hamil dengan HIV
- Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandung.
- Memberikan dukungan psikologis, social dan perawatan kepada ibu HIV positif

Dalam pencegahan HIV pada ibu hamil dianjurkan untuk screening HIV di VCT,
sehingga dapat menerima konseling dan pengobatan apabila saat screening
dinyatakan positif HIV, sehingga pada ibu hamil dengan HIV direkomendasikan
untuk mengurangi penularan HIV ke bayi sehingga, dibentuk PMTCT ( prevention
of mother to child HIV ) dengan cara menggunakan obat antiretroviral ( ARV )
gunakan saat hamil dan saat pasca kehamilan, dan untuk mencegah penularan dari
ibu ke bayi maka harus dilakukan dengan cara operasi atau section secarea, dan ketiga
dalam mencegah penularan dari ibu ke bayi maka direkomendasikan untuk
memberikan susu formula ke pada bayi, sebab tidak dianjurkan untuk ibu yang
terinfeksi HIV untuk tidak menyusui,karena ASI berpotensi untuk menular HIV ke
bayi.1,2,8

b. Pengobatan HIV pada wanita hamil

Pengobatan HIV pada wanita hamil yang aman digunakan selama ini adalah
HAART ( Highly Active Antiretroviral Therapy ) dimana terapi ini digunakan untuk
menghambat HIV selama 15 tahun terakhir ini. Penggunaan terapi HAART ini
menunjukkan adanya penurunan jumlah penderita HIV, penurunan angka kematian,
penurunan infeksi oportunistik, dan terapi HAART dapat memperbaiki fungsi imunitas
tetapi tidak dapat kembali normal. Pengunaan terapi HAART saat ini yang aman untuk
wanita hamil gunakan adalah AZT ( Azidotimidin ), atau ZDV ( Zidovudin ).

13
Penggunaan terapi AZT ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu wanita hamil dengan HIV
positif, pengobatan dengan menggunakan AZT harus dimulai pada usia kehamilan 14
– 34 minggu dengan dosis 100mg, 5 kali sehari, atau 200 mg 3 kali sehari, atau 300 mg
2 kali sehari, pada aat persalinan. AZT diberikan secara intravena, dosis inisial 2
mg/kgBB dalam 1 jam dan dilanjutkan 1 mg/kgBB sampai partus. 5,6,7

Sedangkan pengobatan HIV pada ibu hamil yang direkomendasikan oleh kemnkes
adalah sebagai berikut:2

Sedangkan pada kasus ini pasien belum sempat diberikan pengobatan, karena
pasien diketahui positif HIV, saat pasien sudah dipulangkan, sehingga pasien tidak
sempat diberikan konseling dan pengobatan.

14
BAB IV

KESIMPULAN

1. Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam


menegakkan diagnosis pasien yang hamil dengan HIV khususnya di RSUD dok II
belum tepat dikarenakan hanya menggunakan pemeriksaan darah untuk
menegakkan diagnosis,tanpa menggunakan tes HIV yang lainnya., seperti tes
isolasi virus HIV,ELISA, tes aglutinasi, RT – PCR ,tes imunologi, dan dinilai dari
tes absolut limfosit T CD4, dan selanjutnya untuk mendiagnosis HIV yang
selanjutnya menjadi AIDS adalah dengan dinilai apabila terdapat infeksi
oportunistik dan terjadi penurunan limfosit T atau kadar CD4 < 350 sel/mm3.
2. Berdasarkan pada kasus ini penatalaksaan yang dilakukan terhadap pasien hamil
dengan HIV tersebut adalah dengan cara melahirkan dengan spontan,
penatalaksaan belum tepat, dikarena untuk memulai suatu persalinan pervaginam
harus diperhatikan syarat –syarat dalam melakukan tindakan persalinan
pervaginam dan persalinan abdomen, syarat – syarat tersebut mencakup pemberian
ARV mulai pada < 14 minggu ( ART > 6 bulan ), VL > 1000 kopi/µL, sedangkan
untuk memulai persalinan perabdomen atau sectio secarea adalah adanya indikasi
obstetric, VL > 1000 kopi/µL, dan pemberian ARV dimulai pada usia kehamilan >
36 minggu.
3. Dalam pencegahan HIV pada ibu hamil maka dibentuk PMTCT ( prevention of
mother to child HIV ), untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi ,maka harus
diobati dengan menggunakan obat retroviral ( ARV), dan section secarea,serta tidak
dianjurkan untuk pemberian ASI kepada bayi dari ibu yang HIV. Pengobatan ARV
yang aman digunakan untuk ibu hamil adalah HAART jenis – jenisnya adalah AZT
( azidotimidin ), atau ZDV ( zidovudin ). Sedangkan pada kasus ini tidak sempat
diberikan pengobatan, karena pasien diketahui positif HIV,saat pasien sudah
dipulangkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman nasional pencegahan penularan HIV dari ibu Ke anak ( PPIA ) Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia 2012 EDISI KEDUA.hal 162
2. Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.pedoman bagi tenaga
kesehatan Edisi pertama 2013.
3. Dirjen PP & PL kementerian kesehatan republic Indonesia 2013. Statistic kasus HIV/AIDS
di Indonesia tahun 2013. Situs. http://depkes.com diakses pada 28 mei 2016
4. Dinas Kesehatan Provinsi Papua. Informasi HIV/AIDS Provinsi Papua ( Triwulan III 2013.
5. PMTC Guidelines 2013. The south African Antiretroviral Treatment Guidelines
Departement Of health south Africa.
6. W.Sudoyo,Bambang Setiyohadi,Idrus alwi,Marcellus simadibrata K, Siti Setiati. Buku
Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jilid III, Edisi V. Interna Publishing. 2010. Jakarta.
7. Widoyono, Safitri Amalia, 2008.Astikawati Rina. Penyakit tropis
Epidemiologi,Penularan,Pencegahan dan pemberantasan. Semarang : Erlangga.
8. Krisnadi R,sofie, savira maya, suhaimini donel. Pencegahan dan penatalaksaan infeksi
HIV/AIDS pada kehamilan.tanggal akses 06 juni 2016.

16

Anda mungkin juga menyukai