Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teoritis

Denyut nadi dan tekanan darah merupakan hal yang amat penting dalam bindang kesehatan
pada umumnya dan khususnya dibidang kedokteran, karena denyut nadi maupun tekanan
darah meurpakan faktor yang dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai system
kardiovaskuler.

Denyut nadi dan tekanan darah seseorang dipengaruhi oleh berbgai faktor diantaranya adalah
perubahan posisi tubuh dan aktifitas fisik. Dengan mengamati serta mempelajari hasil
pengaruh perubahan posisi tubuh dan aktifitas fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah,
kita akan memperoleh sebagian gambaran mengenai sitem kardiovaskuler seseorang.

Tekanan darah dapat diukur dengan dua metode:

1. METODE LANGSUNG (DIRECT METHOD)

Metode ini mengunakan jarum atau kunula yang dimasukkan ke dalam pembuluh
darah dan dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang paling
tepat untuk menetukan tekanan darah, tetapi memrlukan persyaratan serta
keterampilan khusus.

2. METODE TIDAK LANGSUNG (INDIRECT METHOD)

Metode ini menggunakan sphygmomanometer ( tensimeter)

Dengan metode ini, tekanan darah dapat diukur dengan dua cara, yaitu :

1
a. Cara palpasi

Dengan cara ini hanya dapat diukur tekanan sistolik.

b. Cara auskultasi

Dengan cara ini dapat diukur tekanan sistolik maupun takanan diastolic. Cara
ini menggunakan alat stetoskop.

1.2 Masalah

 Bagaimana cara mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh terhadap denyut
nadi dan tekanan darah ?

 Bagaimana cara mengamati dan mempelajari pengaruh latihan fisik terhadap denyut
nadi dan tekanan darah?

1.3 Tujuan

 Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan
darah.

 Mengamati dan mempelajari pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan
darah.

2
BAB II

METODE KERJA

2.1 Sarana

 Meja periksa / tempat tidur

 Stopwatch / arloji

 Sphygmomanometer ( tensimeter) , terdiri :

- Manometer air raksa + klep pembuka penutup

- Manchet udara

- Selang karet

- Pompa udara dari karet + sekrup pembuka penutup

 Stethoscope

 Bangku ( 17 inch dan 19 inch )

 Metronome

2.2 Tata kerja

 Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan
tekanan darah

1. a). Pilih satu masiswa coba ( MCI )

b). Pilih satu mahsiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MCI pada

arteri radialis sinistra selama praktikum ini.

c). Pilih satu mahsiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MCI pada

3
lengan kanan secara auskultasi selama praktikum ini.

d). Pilih satu mahasiswa untuk mencatat data

2. MCI suruh berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit, kemudian:


Tentukan frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan
darah pada lengan kanan secara auskultasi ( masing-masing diukur selama
tiga kali berturut-turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.

3. MCI suruh duduk tenag selama 2-3 menit, kemudian : tentukan frekuensi
dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan
kanan secara auskultasi ( masing-masing diukur selama tiga kali berturut-
turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.

4. MCI suruh berdiri tenang dengan sikap anatomis selama 2-3 menit,
kemudian: tentukan frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta
tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi ( masing-masing diukur
selama tiga kali berturut-turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.

5. Catat data sesuai format.

Catatan : Bila didalam tiga kali pengukuran secara berturut-turut terdapat


perbedaan yang besar, gunakan interval waktu 2 menit.

 Mengamati dan mempelajari pengaruh aktifitas fisik terhadap denyut nadi dan
tekanan darah.

1. a). Pilih satu masiswa coba ( MC2), MC2 boleh sama dengan MCI atau

masiswa lain dalam kelompok yang bersangkutan.

b). Pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC2 pada

arteri radialis sinistra selama praktikum ini.

4
c). Pilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC2 pada

lengan kanan secara auskultasi selama praktikum ini.

d). pilih satu mahasiswa untuk mencatat data.

2. MC2 suruh duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian: periksa frekuensi
dan irama denyut arteri radialis sinistra serata tekanan darah pada lengan
kanan secara auskultasi ( masing-masing diperiksa tiga kali secara berturut-
turut).

Catat frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan sistolik
dan diastolic, selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.

3. Dengan manchet tetap terpasang pada lengan atas kanan ( hubungan


manchet dengan skala manometer dilepas), MC2 melakukan latihan fisik
dengan cara. “ STEP TEST (NAIK TURUN BANGKU)” 20 kali/menit
selama 2 menit dipandu oleh irama metronome yang di setting pada
frekuensi 80 ketukan permenit.

4. Setelah step test beraakhir, MC2 suruh segera duduk, periksalah frekuensi
denyut arteri radialis sinistra dan tekanan drahnya masing-masing satu kali.
Data ini diharapkan tercatat tepat satu menit setelah step test berakhir.

5. Teruskan memeriksa frekuensi denyut arteri radialis sinistra dan tekanan


darah dengan interval 2 menit ( menit ke 3, menit ke 5, menit ke 7 dan
seterusnya )

6. Catat data sesuai format.

Catatan : untuk setiap saat / interval, pengukuran frekuensi denyut arteri


radialis sinistra dan tekanan darah hanya diukur satu kali.

5
BAB III

HASIL

Hasil pemeriksaan denyut nadi dan tekanan darah yang dilakukan oleh kelompok kami (A10) :

Tabel E.I : Data pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah.

Posisi Denyut nadi Tekanan sistolik Tekanan diastolic


tubuh ( auskultasi) ( auskultasi)
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
Berbaring 1. 74 1. 73 1. 120 1. 110 1. 70 1. 70
terlentang 2. 73 2. 73 2. 120 2. 70 2. 65
2. 110
3. 74 3. 74 3. 120 3. 70 3. 70
3. 110

Mean= 73, 67 Mean= 73,33 Mean = 120 Mean = 70 Mean= 68,33


Mean=110

Duduk 1. 76 1. 76 1. 120 1. 120 4. 70 1. 70


2. 76 2. 75 2. 120 2. 120 5. 70 2. 70
3. 75 3. 75 3. 120 3. 120 6. 70 3. 70

Mean = 75,67 Mean= 75,33 Mean = 120 Mean= 120 Mean = 70 Mean= 70

Berdiri 1. 78 1. 78 1. 125 1. 120 1. 80 1. 70


2. 79 2. 79 2.125 2. 120 2.80 2.70
3. 76 3.76 3.125 3. 120 3.80 3.70
Mean= 77,67 Mean= 77,67 Mean= 125 Mean= 120 Mean= 80 Mean= 70

Tabel E.2.1: Pengaruh aktifitas fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah pada laki - laki

6
Denyut nadi Tekanan sistolik Tekanan diastolik
Waktu ( auskultasi) (auskultasi)
Laki - laki Laki - laki Laki - laki

1. 70 1. 120 1. 70
Pra 2. 67 2. 130 2. 70
latihan 3. 66 3. 130 3. 80
Mean = 67,67 Mean= 126,67 Mean= 73,33
Menit ke-1 72 130 80
Pasca Menit ke-3 67 130 70
Latihan Menit ke-5 66 130 80
Menit ke-7 70 120 70

Tabel E.2.2: Pengaruh aktifitas fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah pada perempuan

Denyut nadi Tekanan Tekanan diastolik


sistolik (auskultasi)
Waktu
( auskultasi)
perempuan perempuan perempuan

1. 76 1. 110 1. 65
2. 78 2. 110 2. 65
Pra latihan
3. 76 3. 110 3. 65
Mean = 76,67 Mean= 110 Mean= 65
Menit ke-1 98 126 80

Pasca Menit ke-3 84 120 70


Latihan Menit ke-5 80 110 65

Menit ke- 7 78 110 70

BAB IV

PEMBAHASAN

7
4.1 Diskusi Hasil

Berdasarkan data yang di dapat oleh kelompok kami mengenai pengaruh posisi dan
aktivitas fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah, maka di dapatkan hasil dari
beberapa cara yang di lakukan diantaranya :

- Pengukuran terhadap posisi tubuh, dilakukan dengan posisi tubuh berbaring,


duduk, dan berdiri. Dengan rentan nilai yang berbeda dalam beberapa kali
pengukuran denyut nadi yang memiliki nilai bervariasi. Nilai denyut nadi pada
saat posisi berbaring jauh lebih rendah dari pengukuran pada posisi duduk dan
berdiri. Begitu pula dengan pengukuran tekanan darah, hasil pengukuran sistolik
pada saat berbaring berkisar 120 sedangkan pada posisi duduk dan berdiri nilainya
adalah 125. Kemudian pada pengukuran diastolik, pada saat berbaring 70 - 80
sedangkan pada posisi duduk dan berdiri nilainya adalah 80.

Ini berarti perubahan posisi tubuh manusia ( berbaring, duduk, berdiri ) sangat
mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah seseorang.

- Pengukuran terhadap aktivitas fisik seseorang dilakukan dengan menggunakan uji


step-test dengan naik turun bangku 20x / menit selama 2 menit. Setelah aktivitas
selesai di lakukan di mulailah pengukuran denyut nadi dan tekanan darah. Nilai
denyut nadi pra-latihan berkisar 67 - 78, tekanan sistolik berkisar 110 - 120, dan
tekanan diastolik berkisar 70 - 80. Pengukuran denyut nadi dan tekanan darah
pasca latihan dilakukan dalam 4 tahap yaitu menit ke 1, ke 3, ke 5 dan ke 7. Hasil
pengukuran denyut nadinya pada menit-1 untuk pria 72 wanita 94, pada menit-3
adalah pria 67 wanita 84, pada menit ke-5 adalah pria 66 wanita 80 dan pada
menit ke-7 pria 70 wanita 78. Untuk hasil pengukuran sistolik dan diastoliknya
pada menit-1 pria 130/80 untuk wanita 126/80, pada menit-3 pria 130/70 wanita
120/70, pada menit-5 pria 130/80 wanita 110/65 dan pada menit ke-7 pria 120/70
wanita 110/70.

Ini berarti aktivitas fisik sangat mempengaruhi perubahan denyut nadi dan
tekanan darah.

8
4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan

1. Sebutkan pengertian dari tekanan darah ?

 Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan
luas dinding pembuluh.

2. Pada pembuluh darah apa sajakah saudara dapat memerikasa denyut nadi ?

 Arteri radialis sinistra

 Arteri brachialis pada lengan atas

 Arteri carotis pada leher

 Arteri poplitea pada belakang lutut

 Arteri dorsalis pedis pada kaki

3. Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dengan cara
auskultasi ! ( dari segi ; konsep teori-sarana-prosedur pengukuran –hasil)

 Dari segi konsep teori : cara palpasi digunakan untuk mengukur tekanan
sistolik dengan cepat melalui perabaan denyut nadi sedangkan cara
auskultasi untuk mengetahui frekuensi tekanan darah ( sistolik dan
diastolik )

 Dari segi sarana: cara palpasi untuk mengetahui frekuensi denyut nadi
menggunakan jari telunjuk/ jari tengah/ jari manis. Sedangkan cara
auskultasi mengunakan alat stethoscope dan tensimeter.

9
 Dari segi prosedur pengukuran: cara palpasi hanya dapat mengukur
tekanan sistolik saja sedangkan cara auskultasi dapat mengukur tekanan
sistolik dan juga tekanan diastolik.

 Dari segi hasil: hasil yang didapatkan dari pengukuran tekanan darah
secara palpasi dan auskultasi tidak jauh berbeda. Pada cara palpasi
(pengukuran sistolik saja) hasil yang didapatkan lebih mempersingkat
waktu tetapi tidak akurat. Sedangkan dengan cara auskultasi walaupun
dalam waktu yang tidak begitu cepat namun jauh lebih akurat karena
didukung alat pendengaran (stethoscope).

4. Mengapa pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada lengan kanan atas ?

 Karena lokasinya lebih jauh dari jantung di bandingkan dengan lengan kiri
sehingga suaranya tidak terlalu bising.

5. Apakah pemasangan manset yang terlalu longgar atau terlalu ketat dapat mempengaruhi
hasil pengukuran tekanan darah ? Jelaskan !

 Berpengaruh, karena selama manset menekan lengan dengan tekanan yang terlalu
kecil ( kendor ) tidak akan nada bunyi yang terdengar dari arteri brachialis melalui
stethoscope, namun bila tekanan dalam manset itu cukup besar ( ketat) akan
menyumbat arteri selama sebagian siklus tekanan arteri, bunyi akan terdengar
setiap pulsasi.

6. Jelaskan mengenai mekanisme yang mendasari suara-suara Korotkoff ( korotkoff I, II,


III, IV,V )

10
 Fase I : akan terdengar suara yang jelas, pendek-pendek, bersifat ketukan
(stapping) yang makin lama semakin keras, suara ini terdengar selama tekanan
manchet diturunkan 10-14 mmHg

 Fase II: suara berubah menjadi bising ( murmur) dan kerasnya berkurang selama
penurunan tekanan 15-20 mmHg.

 Fase III: suara menjadi jelas kembali dan lebih keras selama penurunan 5-7
mmHg berikutnya.

 Fase IV: suara menjadi redup dan lemah dengan cepat selama penurunan 5-6
mmHg berikutnya.

 Fase V: suara mulai menghilang

7. Suara korotkoff IV dan V dapat digunakan untuk menentukan tekanan diastolik, mana
yang lebih baik ? Jelaskan !

 Yang lebih baik adalah suara korotkoff V, sebab pada korotkoff V berkorelasi
dengan tekanan diastole pada orang dewasa dan suara korotkoff V adalah suara
terakhir yang terdengar lebih jelas meskipun pelan. Sedangkan korotkoff IV
nyaris tak terdengar.

8. Apakah ada perbedaan antara atlet dan non atlet dalam hal pemulihan denyut nadi dan
tekanan darah setelah melakukan aktifitas fisik ( post exercise ) ? Jelaskan!

11
 Ada, pada atlet pemulihan denyut nadi dan tekanan darah jauh lebih cepat
dibandingkan dengan non atlet karena jantung atlet lebih tebal, kuat dan lebih
besar, sehingga tidak mengalami perubahan drastis dam memungkinkan jantung
atlet untuk memompa isi sekuncup yang lebih besar disetiap denyutnya bahkan
saat istirahat.

9. a). Secara teoritis bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan
tekanan darah?

 Saat berbaring arah peredaran darah horizontal, sehingga tidak terlalu melawan
gravitasi dan jantung tidak terlalu kuat memompa darah.

 Saat duduk maupun berdiri kerja jantung akan semakin berat sehingga jantung
akan memompa darah lebih cepat.

 Jadi pada posisi tubuh berbaring denyut nadi dan tekanan darah lebih kecil
daripada posisi tubuh saat duduk dan berdiri.

b). Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori ?

 Ya sesuai dengan teori

c). Bila hasil praktikum saudara tidak sesuai dengan teori, jelaskan mengapa demikian ?

10. a). Secara teoritis bagaimanakah pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan
tekanan darah ?

12
 latihan fisik sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah,
semakin keras dan lama latihan fisik seseorang semakin kencang atau
tinggi pula denyut nadi dan tekanan darah seseorang.

b). Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori ?

 Tidak sesuai dengan teori

c). Bila hasil praktikum saudara tidak sesuai dengan teori, jelaskan mengapa demikian!

DAFTAR PUSTAKA

13
Evelyn C. Pearce, 2006. Anatomi Dan Fasiologi Untuk Para Medis. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Guyton & Hall, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penerbit Buku
kedokteran EGC. Jakarta

Lauralee Sherwood, 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 6. Penerbit Buku
Kedokteraan EGC. Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai