Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL I

Topik : Kardiovaskuler
Kelompok : B2
Tanggal : Rabu, 20 Februari 2019
Pembimbing : Yuliati drg ., M.Kes.

Penyusun :

1. Eka Midiawati 021811133101


2. Salsabila Nurmalia 021811133106
3. Mohammad Ali Maksum 021811133107
4. Jihan 021811133109
5. Vindy Juliska Masirri 021811133110
6. Khusnul Rahmawati 021811133111
7. Annisa Sabrina Iskandar 021811133114
8. Leanita Berliani 021811133147
9. Ivan Nur Fadela 021811133148
10. Laurensia Noven I. L. 021811133159
11. Adiningsih 021811133162

DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA 2019
1. Tujuan
1.1. Memeriksa denyut nadi dan mengukur tekanan darah.
1.2. Memeriksa denyut nadi secara palpasi.
- Mengukur tekanan darah secara palpasi.
- Mengukur tekanan darah secara auskultasi.
1.3. Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan
tekanan darah.
1.4. Mengamati dan mempelajari pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan
tekanan darah.

2. Latar Belakang
Denyut nadi dan tekanan darah merupakan faktor-faktor yang dipakai sebagai indikator
untuk menilai sistem kardiovaskuler seseorang. Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan
frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya
dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau
merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi,
apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi
dalam tubuh (Saladin, 2003).
Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu
arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis
pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior (Michael,
2006).
Pulsa denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya darah melalui arteri. Untuk
membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara periodik; kontraksi dan
relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung seiring dengan
dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian, pulse ratejuga dapat
mewakili detak jantung per menit atau yang dikenal dengan heart rate(Quan, 2006). PMI,
atau Point of Maximal Impulse, dapat ditemukan pada sisi kiri dada, kurang lebih 2 inci ke
kiri dari ujung sternum. Titik ini dapat dipalpasi dengan mudah; dan pada titik ini pula
biasanya apical pulse diperiksa secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop.
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding
pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk
menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat
menimbulkan kerja tambahan bagi jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh
dalam pengukuran, yakni tekanan sistole dan diastole. Tekanan sistole adalah tekanan
puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut
selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang
terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel.
Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure
amplitude atau pulse pressure (Stegemann, 1981).
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan dua metode. Metode pertama adalah
secara langsung (direct) dan secara tidak langsung (indirect). Metode langsung dapat
dilakukan dengan cara memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah dihubungkan pada
suatu alat yang disebut manometer. Metode pengukuran ini memiliki nilai ketepatan yang
tinggi dibandingkan metode yang lain. Namun hanya saja cara ini kurang efektif untuk
dilakukan.
Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara palpasi dan
auskultasi. Cara palpasi dilakukan dengan cara mengukur tekanan atau denyut nadi
menggunakan jari tangan yang ditempelkan pada daerah tertentu pada anggota tubuh.
Seperti pada daerah sekitarr arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri
femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis
posterior. Cara ini termasuk dalam cara yang paling sederhana untuk mengukur tekanan
atau denyut nadi seseorang. Namun kelemahan dari cara ini adalah hanya dapat mengukur
tekanan sistolik. Sedangkan cara auskultasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat
bantu stethoscope dan sphygnomanometer. Cara ini adalah cara yang paling sering
digunakan untuk mengukur tekanan darah. Dengan cara ini tekanan sistolik maupun
distolik dapat diukur.
Berbagai faktor yang dapat memepengaruhi denyut nadi dan tekanan darah, seperti
halnya aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh,
termasuk juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik. Dari adanya perbedaan yang
disebabkan oleh beberapa faktor tersebut, maka kami melakukan praktikum dengan topik
“kardiovaskular” untuk menguji besar tekanan darah dan denyut nadi pada berbagai posisi
dan aktivitas ringan.
3. Data Hasil Praktikum
3.1. Tabel 1 : Data Denyut Nadi dan Tekanan Darah

TEKANAN TEKANAN TEKANAN


MAHASISWA DENYUT
PEMERIKSA SISTOLIK SISTOLIK DIASTOLIK
COBA NADI
(palpasi) (auskultasi) (auskultasi)

MC1 A 78 82 110 90

B 64 78 90 60

C 69 80 100 65

D 81 80 120 90

E 73 83 90 60

Grafik 1 : Grafik Denyut Nadi dan Tekanan Darah

DATA DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH

140

120

100
Denyut nadi
80
mmHg

Tekanan Sistolik (Palpasi)


60 Tekanan Sistolik(auskultasi)
40 Tekanan Diastolik(auskultasi)

20

0
A B C D E
3.2. Tabel 2 : Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan
Darah

TEKANAN TEKANAN DIASTOLIK


POSISI TUBUH DENYUT NADI SISTOLIK
(auskultasi) (auskultasi)

1. 74 1. 120 1. 90

2. 78 2. 120 2. 70
BERBARING
TERLENTANG
3. 75 3. 120 3.78

Mean : 75,67 Mean : 120 Mean : 79,3

1.83 1. 120 1. 80

2. 78 2. 110 2. 70
DUDUK
3. 80 3. 120 3. 70

Mean : 80,3 Mean : 116,67 Mean : 73,3

1. 76 1. 110 1. 70

2. 80 2. 100 2. 70
BERDIRI
3. 79 3. 100 3. 75

Mean : 79 Mean : 106 Mean : 71,67


Grafik 2 : Grafik Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan
Tekanan Darah

Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap


Denyut Nadi Dan Tekanan Darah
140
120
100
80
mmHg

Denyut Nadi
60 Tekanan Sistolik(auskultasi)
40 Tekanan Diastolik(auskultasi)
20
0
Berbaring Duduk Berdiri
terlentang

3.3. Tabel 3

TEKANAN TEKANAN
WAKTU DENYUT NADI SISTOLIK DIASTOLIK
(auskultasi) (auskultasi)

1. 82 1. 110 1. 72

2. 76 2. 120 2. 85
PRA LATIHAN
3. 70 3. 110 3. 60

Mean : 76 Mean : 113,3 Mean : 72,3

P Menit ke-1 100 122 60


A
S Menit ke-3 90 120 60
C
A
Menit ke-5 90 115 60
L
T
Menit ke-7 80 114 60
H

Grafik 3 : Grafik Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadi dan


Tekanan Darah

Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadi


Dan Tekenan Darah
140
120
100
80
60
40
20
0
Pra Latihan pasca menit ke-1 pasca menit ke-3 pasca menit ke-5 pasca menit ke-7

Denyut Nadi Tekanan Sistolik(auskultasi) Tekanan Diastolik(auskultasi)

4. Pertanyaan
4.1. Sebutkan pengertian dari tekanan darah!
Jawab :
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas
dinding pembuluh darah arteri. Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi
untuk menghasilkan daya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi
yang dapat menimbulkan beban kerja tam bahan bagi jantung. Tekanan sistol
adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa kedalam
pembluh tersebut selama kontraksi ventrikel. Sedangkan tekanan diastole adalah
tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir keluar ke
pembuluh-pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel.
4.2. Pada pembuluh darah apa sajakah saudara dapat memeriksa denyut nadi?
Jawab :
• Arteri Radialis
• Arteri Brachialis
• Arteri Carotis Comunis
• Arteri Temporalis
• Arteri Femoralis
• Arteri Dorsalis Pedis
• Arteri Poplitea
• Arteri Apical
• Arteri Tibialis Posterior

4.3. Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dengancara
auskultasi! (dari segi : konsep teori – sarana – prosedur – hasil).
Jawab :
• Cara Palpasi
• Konsep teori
Pengukuran tekanan darah cara palpasi merupakan pengukuran dengan
mengunakan ujung-ujung jari tangan untuk merasakan denyut nadi arteri
radialis untuk menentukan tekanan darah sistolik.
• Sarana
Dalam cara palpasi alat yang digunakan adalah tensimeter
(Sphygmomanometer).
• Prosedur
1. Memasangkan manset pada lengan atas kanan, sekitar 3 cm di atas
fossa cubiti.
2. Meraba dan rasakan denyut arteri radialis.
3. Mompakan udara ke dalam manset ampai denyut arteri radialis tidak
terasa lagi dan tambahkan 20 mmHg.
4. Keluarkan udara dalam manset secara perlahan dengan cara memutar
sekrup perlahan-lahan sambil memperhatikan pada angka berapakah
denyut nadi terasa kembali. Angka tersebut menunjukkan tekanan
darah sistolik.
• Hasil
Dengan cara palpasi kita hanya dapat mengetahui tekanan sistolik.

• Cara auskultasi
• Konsep teori
Pengukuran tekanan darah cara auskultasi merupakan pengukuran dengan
menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara yang dihasilkan arteri
brachialis untuk menentukan tekanan darah sistolik dan diastolik.
• Sarana
Dalam cara Auskultasi kita menggunakan alat tensimeter
(Sphygmomanometer) dan stethoscope
• Prosedur
1. Memasang manset pada lengan atas kanan, sekitar 3 cm di atas fossa
cubiti.
2. Mencari dan meraba arteri brachialis lalu meetakkan stethoscope diatas
arteri brachialis tersebut.
3. Memompakan udara kedalam manset, maka akan terdengar suara
degup arteri brachialis melalui stethoscope. Teruskan memompa
hingga suara degub menghilang lalu tambahkan 20 mmHg.
4. Keluarkan udara dalam manset secara perlahan-lahan dengan cara
memutar sekrup sambal memperhatikan pada angka berapakah
terdengar bunyi pertama kali dan pada angka berapakah terdengar
bunyi yang terakhir sebelum menhilang. Angka tersebut menunjukkan
tekanan darah sistolik dan diastolik.
• Hasil
Dengan cara Auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik.

4.4. Mengapa pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada lengan atas kanan?
Pemeriksaan pada lengan atas hasilnya lebih akurat karena lokasinya lebih jauh dari
jantung dibanding dari lengan kiri sehingga suaranya tidak terlalu bising. Dengan
demikian dapat menentukan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic
dengan tepat dan mendapat hasil yang akurat.
4.5. Jelaskan mengenai mekanisme yang mendasari timbul dan hilangnya suara bising
yang dipakai untuk menentukan tekanan darah sistolik dan diastolik!
Jawab :
Dalam pengukuran tekanan darah secara auskultasi acuan yang digunakan adalah
bunyi yang terdengar pada arteri brachialis. Adapun bunyi yang didengar saat
auskultasi pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi
yang ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi
parsial dari arteri brachialis. Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah
manset dengan cepat dan mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer,
menghasilkan turbulensi dan suara khas, yang dapat didengar melalui stetoskop.
Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan
sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka selama beberapa
waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga sama
meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika
tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri tetap
terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena darah
terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba
dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara hilang sama sekali sebagai
aliran laminar dan aliran darah menjadi normal kembali. Hal ini dikelompokkan
menjadi lima fase suara. Fase pertama ditandai oleh suara yang jelas, suara
menghentak dan berulang, bersamaan dengan pemunculan kembali denyut nadi yang
teraba. Pemunculan awal suara fase 1 ini sama dengan tekanan darah sistolik. Selama
fase 2, suara murmur terdengar. Pada fase 3 dan 4, perubahan mulai terjadi dimana
suara nadi mulai melemah (biasanya 10 mmHg diatas tekanan darah diastolik yang
sebenarnya). Pada fase 5, suara mulai hilang, dan menunjukkan tekanan darah
diastolik. Untuk lebih meyakinkan pengamatan sebaiknya dilanjutkan hingga 10
mmHg dibawah fase 5.

4.6. Apakah pemasangan manset yang terlalu longgar atau terlalu ketat dapat
mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah?
Jawab :
• Jika manset terlalu longgar darah masih mengalir seperti biasa karena
kurangnya tekanan sehingga bunyi korotkoff yang terdengar lemah,
pengukuran menjadi tidak valid, dan menghasilkan tekanan darah yang tinggi
dari seharusnya.
• Jika manset terlalu ketat tekanan yang didapat sangat besar sehingga kadang
kadang bunyi korotkoff tak terdengar dan hasil tekanan darah menjadi lebih
rendah dari yang seharusnya

a) Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan
tekanan darah?
Jawab :
Secara teoritis Tekanan darah yang diukur pada posisi berbaring dan duduk
cenderung lebih rendah daripada posisi berdiri. Sedangkan nilai tekanan darah
pada posisi berdiri paling tinggi daripada posisi yang lainnya. Hal ini
dikarenakan pada posisi berdiri tekanan darah dipengaruhi oleh gaya gravitasi
dan otot yang sedang berkontraksi. Dan pada posisi berbaring, didapatkan
tekanan darah yang paling rendah karena aliran darah dalam keadaan posisi
horizontal sehingga mendapat gaya grafitasi yang sama (uniform). Sehingga
jantung tidak memompa darah terlalu keras.

b) Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori?


Jawab :
Tidak. Seharusnya jika sesuai dengan teori, tekanan dari pada orang yang
berbaring memiliki tekanan darah paling rendah jika dibandingkan dengan
posisi duduk dan berdiri lalu disusul dengan posisi duduk dan terakhir berdiri.
Pada hasil praktikum kami ditemukan data yang terbalik, sehingga pada orang
yang berbaring lebih tinggi dibandingkan posisi duduk dan berdiri

c) Apabila hasil praktikum saudara tidak sesuai dengan teori, jelaskan mengapa
demikian!
Jawab :
Ketidaksesuaian hasil praktikum kami dengan teori dapat disebabkan oleh
proses pengukuran tekanan darah kurang tepat, pemasangan manset dan
stetoskop yang kurang tepat, dan perbedaan posisi lengan saat dilakukan
pengukuran antara percobaan yang satu dengan yang lainnya.
4.7. Jelaskan yang anda ketahui baroreceptor!
Jawab :
Baroreseptor adalah sensor-sensor yang memantau tekanan darah secara kontinu.
Refleks baroreseptor bisa dikatakan sebagai refleks yang paling utama dalam
menentukan regulasi kontrol jantung dan tekanan darah.

a) Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan
tekanan darah?
Jawab :
Secara teori posisi tubuh berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah,
hal ini dikarenakan adanya efek gaya gravitasi .Tekanan darah dalam posisi
berbaring < duduk < berdiri. Pada kondisi berbaring, gaya gravitasi
mempengaruhi seluruh tubuh secara uniform. Pada posisi berdiri dan duduk
kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya
gravitasi selain itu akibat kontraksi jantung, pembuluh darah di bawah jantung
mendapat beban tambahan akibat perbedaan tinggi tingkat jantung dan
pembuluh.

b) Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori?


Jawab :
Hasil data praktikum yang telah kami lakukan tidak sesuai dengan teori.denyut
nadi pada saat berdiri lebih rendah dari pada saat duduk.sedangkan data
tekanan darah hasil praktikum kami saat berbaring > duduk > berdiri .

c) Apabila hasil praktikum saudara tidak sesuai dengan teori, jelaskan mengapa
demikian!
Jawab :
Hasil praktikum kami tidak sesuai dengan teori hal ini mungkin disebabkan
karena kesalahan yang dilakukan oleh pemeriksa dalam melakukan
pengukuran selain itu bias dikarenakan mahasiswa coba yang melakukakn
aktivitas lain seperti secara bergerak berlebihan dan berbicara saat
dilakukannya pemeriksaan sehingga hasil pemeriksaan tidak akuran ataupun
bias disebabkan dari kondisi psikologis maupun fisik dari mahasiswa coba
yang bisa berpengaruh pada pengukuran tekanan darah.
4.8. Apakah ada perbedaan antara atlet dan non-atlet dalam hal pemulihan denyut nadi
dan tekanan darah post exercise (setelah latihan)? (Jelaskan !)
Jawab :
Iya, ada perbedaan. Pada seorang atlet pemulihan denyut nadi dan tekanan darahnya
jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan dengan yang non-atlet, sebab seorang
atlet memiliki jantung yang lebih tebal dan lebih kuat yang dikarenakan adanya
adaptasi otot karna latihan yang teratur, sehingga denyutnya menjadi lebih stabil dan
kerjanya lebih efisien. Selain itu hal ini dapat juga dipengaruhi oleh Presso refleks
yang terletak pada lengkung aorta. Seorang atlet yang biasa melakukan latihan fisik
secara teratur menyebabkan Presso refleksnya juga ikut terlatih, akibatnya denyut
jantung dan tekanan darahnya meningkat secara teratur pula sehingga pemulihannya
relatif lebih cepat. Sedangkan seorang yang non-atlet, latihan fisik yang
dilakukannya kurang teratur mengakibatkan Presso refleksnya kurang terlatih
sehingga denyut jantung dan tekanan darahnya tidak teratur akibatnya lebih cepat
lelah dan pemulihannya relatif lebih lama.

Anda mungkin juga menyukai