Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

KESANGGUPAN KARDIOVASKULAR

NAMA : HANI ALFIANI


NPM : 120170089
KELAS :A
KELOMPOK : 3.7

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2021
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan Tekanan Darah dengan Pendinginan (Cold Pressor Test)
Biodata probandus
Nama probandus :A
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 45 tahun
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 60 kg

1. Hasil percobaan
a. Posisi tidur terlentang selama 20 menit
Waktu Tekanan Diastolik dan Sistolik
5 menit (pertama) 100/70
5 menit (kedua) 110/70
5 menit (ketiga) 110/70
b. Posisi lengan kiri dimasukkan ke dalam air es (40°C)
Waktu Tekanan Diastolik dan Sistolik
30 detik 110/70
60 detik 120/80
c. Posisi lengan setelah dikeluarkan dari air es
Waktu Tekanan Diastolik dan Sistolik
2 menit (pertama) 110/70
2 menit (kedua) 110/70
2 menit (ketiga) 100/70

Tugas Mahasiswa :
1. Bagaimana hubungan antara pendinginan dengan tekanan darah?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah tersebut dan bagaimana
mekanismenya?
3. Bagaimana hasil pemeriksaan dibandingkan dengan teori pada point no. a dan b ?

Pembahasan:
1. Hubungan anatara pendingin dengan tekanan darah memiliki efek perubahan
temperatur, pengaruh fisik yang lain, pada arteriol dapat digunakan secara klinis.
Aplikasi panas, dengan menyebabkan vasodilatasi arteriol terlokalisasi, adalah agen
terapeutik yang berguna untuk memicu peningkatan aliran darah ke suatu area.
Sebaliknya, menaruh sekantong es pada suatu area tubuh yang meradang
menghasilkan vasokonstriksi, yang mengurangi pembengkakan dengan melawan
vasodilatasi yang diinduksi oleh histamine. Kontrol ekstrinsik jari-jari arteriol
mencakup pengaruh saraf dan hormon, dengan efek sistem saraf simpatis adalah yang
terpenting. Serat saraf simpatis menyarafi otot polos arteriol di seluruh sirkulasi
sistemik kecuali di otak. Aktivitas simpatis yang terus-menerus membentuk tonus
vaskular. Peningkatan aktivitas simpatis menyebabkan vasokonstriksi arteriol
generalisata, sementara penurunan aktivitas simpatis menyebabkan vasodilatasi
arteriol generalisata. Perubahan luas pada resistensi arteriol ini menyebabkan
perubahan pada tekanan arteri rerata karena pengaruh mereka pada resistensi perifer
total.

2. Faktor yang mempengaruhi Tekanan Darah, yaitu :


Jenis Kelamin : jika dibandingkan dengan laki-laki dengan usia yang sama, wanita
sebelum memasuki masa menopause, massa ventriel sinistra jantung < body mass
ratio, hal tersebut mencerminkan Afterload jantung lebih renda pada wanita.
Terjadinya hal ini kemungkinan karena tekanan darah pada arteri lebih rendah dan
kemampuan vasodilatasi pembuluh darah yang meningkat. Perbedaan ini dianggap
berhubungan dengan efek protektif peranan Estrogen yang tinggi sehingga mengapa
pada wanita sebelum memasuki menopause memiliki resiko yang rendah menderita
kelainan dari sistema kardiovaskular. Setelah menopause, perbedaan jenis kelamin
baik laki-laki maupun perempuan tidak akan berpengaruh pada kemungkinan
terderitanya kelainan kardiovaskular karena dengan sedikitnya kadar Estrogen pada
wanita yang sudah menopause.
Gaya Gravitasi : tekanan darah biasanya akan meningkat ± 10 mmHg setiap 12 cm
di bawah jantung akibat pengaruh gravitasi. Pada sisi superior jantung, tekanan darah
yang dihasilkan akan menurun juga dengan jumlah volume yang sama. Jadi dalam
keadaan berdiri, maka tekanan darah Sistole sebesar 210 mmHg di ekstremitas
inferior sedangkan di otak hanya sebesar 90 mmHg. Dalam keadaan berbaring kedua
tekanan ini akan sama dan tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa saat posisi
duduk maupun posisi berbaring pada saat istirahat ± 120/70 mmHg. Tekanan darah
terjadi akibat adanya volume darah yang dipompa keluar dari jantung persatuan
menit (Cardiac Output) dan resistensi perifer (tahanan pada dinding pembuluh
darah), maka tekanan darah akan dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang
mempengaruhi volume isi sekuncup (Stroke Volume). Besarnya isi sekuncup
ditentukan oleh kontraksi otot-otot polos pada myokardium dan volume darah yang
kembali ke jantung oleh pembuluh vena.

3. Pada hasil data tersebut, telah kita ketahui terjadi peningkatan setelah lengan kiri di
masukan ke air es. Ini di sebabkan karena efek dari perangsangan dingin itu tersebut,
oleh karenanya, terjadinya aktivasi sistem saraf simpatis sebagai suatu respon
terhadap suhu dingin dan juga pembuluh darah meresponnya dengan vasokontriksi
sehingga menyebabkan resistensi perifer semakin meningkat. Tekanan darah
dipengaruhi oleh dua yaitu curah jantung dan resistensi perifer total, maka pada
perangsangan dingin tekanan darah meningkat dikarenakan resistensi semakin
meningkat.
Pada percobaan didapatkan hasil yaitu pada saat tidur terlentang tidak terjadi
perubahan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Pada saat lengan kiri mulai
dimasukkan ke dalam air es terjadi perubahan tekanan darah, dari waktu 30 detik
yaitu sebesar 110/70 mmHg dan ke waktu 60 detik yaitu sebesar 120/80 mmHg. Hal
ini membuktikkan bahwa tekanan darah meningkat seiring terjadinya vasokonstriksi
pada pembuluh darah. Sedangkan pada saat lengan dikeluarkan dari air es, tekanan
darah waktu 2 menit pertama sebesar 110/70 mmHg, tekanan darah waktu 2 menit
kedua sebesar 110/70 mmHg, tekanan darah waktu 2 menit ketiga sebesar 100/70
mmHg. Hal ini membuktikan bahwa pada lengan tersebut terdapat rangsangan
perubahan suhu sehingga terjadi vasokonstriksi kembali dan menyebabkan tekanan
darah menjadi menurun.
B. Percobaan Naik Turun Bangku (Harvard Step Test)

Biodata probandus
Nama probandus :A
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 45 tahun
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 60 kg

1. Table Hasil Naik Turun Bangku (Harvard Step Test)

Waktu Frekuensi Nadi

30 detik (pertama) 44x/m

30 detik (kedua) 40x/m

30 detik (ketiga) 40x/m

2. Hasil Perhitungan Indeks Kesanggupan Jasmani


a) Cara Lambat

lama naik−turun(detik ) x 100


Rumus Indeks Kesanggupan Jasmani=
2 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap30 ʺ

90 x 100
Indeks Kesanggupan Jasmani= =36,29
2 x(44+ 40+ 40)
Sehingga didapatkan hasil bahwa indeks kesanggupan jasmani dari probandus A
yaitu 36,29 artinya kesanggupan kurang karena kurang dari 55.

PENILIAN

Kurang dari 55 = Kesanggupan kurang

55 – 64 = Kesanggupan sedang

65 – 79 = Kesanggupan cukup

80 – 89 = Kesanggupan baik

Lebih dari 90 = Kesanggupan amat baik


b) Cara Cepat
 Dengan Rumus

lama naik−turun(detik ) x 100


Indeks Kesanggupan Jasmani=
5,5 x jumlah ketiga harga denyut nadi selama 30 ʺ pertama

90 x 100
Indeks Kesanggupan Jasmani= =¿37,2
5,5 x 44
Sehingga didapatkan hasil bahwa indeks kesanggupan jasmani dari probandus A
yaitu 37,2 artinya kesanggupan kurang karena kurang dari 55.

PENILAIAN

Kurang dari 50 = Kurang

50 – 80 = Sedang

Lebih dari 80 = Baik

Tugas Mahasiswa

Membuat hasil dan pembahasan mengenai hasil pemeriksaan diatas, mencakup :

a. Bagaimana hubungan antara naik turun bangku dengan denyut nadi?


b. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan denyut nadi tersebut (kesanggupan
kardiovaskular) dan bagaimana mekanismenya?
c. Bagaimana hasil pemeriksaan dibandingkan dengan teori pada point no. a dan b ?

Pembahasan:

a. Bagaimana hubungan antara naik turun bangku dengan denyut nadi?


denyut nadi?
Dari percobaan harvard di atas, kita dapat menentukan indeks kesanggupan badan seseorang
dalam melakukan aktivitas otot. Indeks kesanggupan jasmani sangat dipengaruhi dari lama
orang tersebut mampu terus menerus naik turun bangku dan frekuensi denyut nadinya segera
setelah ia melakukan aktivitas tersebut semakin lama ia mampu bertahan naik turun bangku
dan semakin cepat frekuensi denyut nadinya pulih ke frekuensi normal, maka semakin baik
pula kesanggupannya.

Demikian juga, lebih banyak darah mengalir ke daerah yang lebih rendah resistensi
arteriolnya terhadap aliran. Selama olahraga, misalnya tidak saja terjadi peningkatan curah
jantung tetapi juga, akibat vasodilatasi, peningkatan persentase darah yang dialihkan ke otot
rangka dan jantung untuk menopang aktivitas metabolik mereka yang meningkat. Secara
bersamaan, aliran darah ke saluran cerna dan ginjal berkurang akibat vasokonstriksi arteriol
di organ-organ ini Hanya pasokan darah ke otak yang tetap konstan apapun yang dilakukan
oleh orang yang bersangkutan, baik berolahraga berat, melakukan konsentrasi mental tinggi,
atau tidur. Meskipun aliran darah total ke otak tidak berubah, teknik-teknik pencitraan terbaru
memperlihatkan bahwa aliran darah regional di dalam otak bervariasi berkaitan erat dengan
pola aktivitas saraf local.

b. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan denyut nadi tersebut (kesanggupan
kardiovaskular ) dan bagaimana mekanismenya?
Dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal di dalam organ. Selama peningkatan aktivitas
metabolik, misalnya ketika otot rangka berkontraksi sewaktu olahraga, konsentrasi
lokal sejumlah bahan kimia organ tersebut berubah. Sebagai contoh, konsentrasi lokal
O2 berkurang sewaktu sel-sel yang aktif bermetabolisme menyerap lebih banyak O2
untuk menunjang fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP Hal ini dan perubahan
kimiawi lain menyebabkan dilatasi arteriol dengan memicu relaksasi otot polos
arteriol sekitar. Vasodilatasi arteriol lokal kemudian meningkatkan aliran darah ke
daerah tersebut. Sebaliknya, ketika suatu organ, misalnya otot yang berelakasi, kurang
aktif secara metabolis dan karenanya kebutuhan penyaluran darahnya berkurang,
perubahan kimiawi lokal yang terjadi (misalnya peningkatan konsentrasi O2 lokal)
menyebabkan vasokonstriksi arteriol dan penurunan aliran darah ke daerah tersebut.
Karena itu, perubahan metabolik lokal dapat menyesuaikan aliran darah sesuai
kebutuhan tanpa melibatkan saraf atau hormon.
c. Bagaimana hasil pemeriksaan dibandingkan dengan teori pada point no. a dan b ?
Pada hasil pemeriksaan yang telah didapatkan dengan tes naik turun bangku, dengan
cara percobaan hitung lambat dan cepat bahwa penilaian ini menunjukan kurang. Pada
percobaan dengan metode Harvard ini kita dapat melihat seseorang dalam
kesanggupan badan dalam melakukan aktivitas olahraga atau otot.
Otot otot yang ada di dalam ekstremitas bawah akan melakukan kontraksi sehingga
aliran darah kejantung akan meningkat. Karena itu juga pengaruh dari adanya efek
gravitasi yang berlawanan. Sebaliknya jika otot otot pada tungkai bawah tidak
digunakan atau berelaksasi maka aliran darah menuju jantung akan menurun dan
menyebabkan denyut jantung akan berkurang.
Hal ini membuktikan bahwa ketika probandus melakukan sebuah kerja/olahraga maka
jaringan tubuh akan membutuhkan pasokan nutrien yang lebih sehingga jantung akan
memompakan dengan cepat volume darah ke seluruh jaringan tubuh. Namun berbeda
ketika probandus telah selesai melakukan olahraga/istirahat, maka akan mengurangi
kebutuhan nutrien pada jaringan tubuh sehingga jantung mengurangi volume
darahnya dan akan menurun pula denyut nadi di sekitarnya.

Sedangkan hubungan antara denyut nadi dengan indeks kebugaran jasmani pada
seseorang, dapat diketahui beradasarkan rumus bahwa semakin meningkat/besar
denyut nadinya maka akan berbanding terbalik dengan hasil indeks kebugaraan
jasmaninya yang semakin menurun. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan sudah
sesuai dengan literatur.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tortora GJ, Derrickson B. Dasar Anatomi & Fisiologi Sistem Organisasi,
Pemeliharaan & Kontinuitas Tubuh Manusia. Edisi 13 Volume 2. Jakarta :EGC; 2016.
2. . Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th Edition.
Philadelphia: Elsevier Inc.; 2016.
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari sel ke system. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2018. hal. 283.
4. Barret KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Ganong. Edisi 24. Jakarta: EGC; 2015.

Anda mungkin juga menyukai