Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MENGIKUTI UJIAN

TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : ABDUL WACHID BS., S.S., M.Hum.

Oleh :

FIRMAN NURHIDAYAT

NIM : 1817302059

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PURWOKERTO

2018
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan bahasa kesatuan bangsa Indonesia, bahasa
yang mampu menyatukan berbagai macam suku, ras, dan agama dari
berbagai pulau di Indonesia. Sebagai mahasiswa wajib mengembangkan
dan meningkatkan kemahiran berbahasa Indonesia, guna keperluan
akademik agar mahasiswa bisa menjadi pribadi yang kreatif dalam bidang
kepenulisan seperti menulis karya ilmiah, ilmiah populer, dan sastra.

Dalam bidang kepenulisan mahasiswa wajib mengetahui kode etik


kepenulisan yang baik dan benar sesuai aturan yang diterapkan oleh
perguran tinggi masing-masing maupun dinas kependidikan. Oleh karena
itu tidak sembarang orang bisa membuat karya tulis, terlebih lagi karya
tulis ilmiah dan karya tulis ilmiah populer. Seperti contoh, seseorang ingin
membuat sebuah karya tulis ilmiah, namun dia sendiri tidak mengetahui
sub-sub tentang karya tulis ilmiah maka dapat dipastikan orang itu akan
menulis tanpa aturan dan hasilnya dapat dipastikan bukan menjadi karya
tulis ilmiah, begitu juga dengan karya-karya tulis yang lain.

Beberapa pembahasan mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam


membuat karya tulis akan dibahas dalam makalah ini, tentang kalimat dan
bagian-bagiannya, tentang karya tulis ilmiah, karya tulis essai, dan proses
kreatif penulisan puisi.
B. KALIMAT DAN BAGIAN-BAGIANNYA

Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan suara naik turun dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh
kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi
ataupun proses fonologis lainnya, sementara itu, dalam wujud tulisan berhuruf
Latin, kalimat secara tipografi merupakan rangkaian kata yang diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca: titik (.); tanda Tanya (?); atau
tanda seru (!), sedangkan di dalamnya disertakan pula sebagai berbagai tanda
baca seperti: koma (,); titik dua (:); tanda pisah (-); dan spasi. Sementara itu
kalimat yang baik adalah kalimat lengkap dengan mengacu pada aspek
ketatabahasaan atau unsur gramatikalnya, minimal terdiri atas subjek dan
predikat, kalimat selalu mengungkapkan pikiran dan informasi secara utuh dan
lengkap. Contoh : Ratno sedang membaca novel di perpustakaan, pada aspek
ketatabahasaanya contoh di atas adalah kalimat, dengan penjabaran sebagai
berikut, Ratno berfungsi sebagai subjek, sedang membaca berfungsi sebagai
predikat, novel berfungsi sebagai objek, dan di perpustakaan berfungsi
sebagai keterangan, sedangkan aspek informasinya bisa diketahui dari tanda
titik (.) di akhir kalimat yang menandakan bahwa informasinya berupa kalimat
berita (Abdul Wachid B.S., dkk., 2017: 102 - 103).

Kemudian contoh lain, Ilham sedang menulis karya tulis ilmiah di sekolah
kepenulisan, pada aspek ketatabahasaanya Rudi berfungsi sebagai objek,
sedang menulis berfungsi sebagai predikat, karya tulis ilmiah berfungsi
sebagai objek, dan di sekolah kepenulisan berfungsi sebagai keterangan
tempat. Contoh-contoh di atas merupakan kalimat yang lengkap, karena
tersusun dari subjek, predikat, objek, dan keterangan.

Adapun kalimat majemuk dengan pengertian, kalimat yang terdiri atas lebih
dari satu proposisi sehingga mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak
dapat dijadikan satu kesatuan. Karena sifat itu, kalimat majemuk selalu
berwujud dua klausa atau lebih. Jika hubungan antara klausa yang satu dengan
yang lain dalam satu kalimat itu menyatakan hubungan koordinatif (sejajar
atau setara), maka kalimat ini disebut kalimat majemuk setara. Sementara itu,
jika hubungannya subordinat (bertingkat), maka disebut kalimat majemuk
bertingkat (Alwi via Abdul Wachid B.S., dkk., 2017: 118).
Sementara itu, (Abdul WachidB.S., dkk., 2017: 118 - 119)., Kalimat majemuk
setara dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Kalimat majemuk setara gabungan: konjungsi dan dan serta.


Contoh :
Dosen menerangkan materi kuliah dan mahasiswa menyimak dengan
seksama. Terdapat konjungsi dan.
b. Kalimat majemuk setara pilihan: konjungsi atau.
Contoh :
Anda mau memilih mengerjakan tugas atau mengulang semester depan.
Terdapat konjungsi atau sebagai pilihan dua kalimat.
c. Kalimat majemuk setara urutan : konjungsi lalu, lantas, kemudian.
Contoh :
Andi membaca lalu mengerjakan tugas.
Terdapat konjungsi lalu, menunjukkan pekerjaan setelah membaca.
d. Kalimat majemuk setara perlawanan : konjungsi tetapi, melainkan, dan
sedangkan.
Contoh : Riza rajin mengikuti kuliah, sedangkan Rico malas.
Terdapat konjungsi sedangkan, menunjukkan kebalikan dari sifat Riza
kepada Rico.

Sementara itu, (Alwi via Abdul Wachid B.S., dkk., 2017: 119) berdasarkan jenis
anak kalimatnya, kalimat majemuk bertingkat (KMB) dapat dibedakan sebagai
berikut :
a. KMB yang menunjukkan keterangan waktu : ketika, waktu, saat, setelah,
sebelum, sesudah, sehabis, sejak, selesai, tatkala, sementara, seraya,
selama, sampai.
Contoh :
Aku akan mengerajakan tugas kuliah saat bahan-bahan materinya
terkumpulkan.
b. KMB yang menunjukkan syarat: jika, kalau, jikalau, bila, manakala.
Contoh :
Perkuliahan akan dimulai, kalau seluruh mahasiswa sudah mengerjakan
tugas.
c. KMB yang menunjukkan pengandaian: seandainya, andaikan, sekiranya.
Contoh :
Seandainya proposal skripsi saya disetujui, saya akan segera
mengerjakannya.
d. KMB yang menunjukkan tujuan: agar, supaya, biar.
Contoh :
Saya menabung di bank supaya masa depan saya terjamin.
Dalam pemerian kalimat, perlu dibedakan unsur-unsur kalimat yang meliputi
fungsi kalimat, kategori kalimat, dan peran semantic kalimat. Hal ini terjadi
karena setiap bentuk kata atau frasa yang menjadi konstituen atau bagian kalimat
termasuk dalam kategori atau frasa tertentu, dan masing-masing mempunyai
fungsi sintaksis serta peran semantis tertentu pula (Alwi via Abdul Wachid B.S.,
dkk., 2017: 105).

Fungsi kalimat (Abdul Wachid B.S., dkk., 2017: 105-111).


a. Subjek
Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek
menentukan kejelasan makna kalimat. Penenmpatan subjek yang tidak
tepat dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam
kalimat berfungsi untuk: (1) membentuk kalimat tunggal atau majemuk,
(2) memperjelas makna, (3) menjadi pokok pikiran, (4) menegaskan
(memfokuskan) makna, (5) memperjelas ungkapan, dan (6) membentuk
kesatuan pikiran. Adapun ciri-ciri subjek yang bisa diidentifikasi adalah
sebagai berikut :
1. Merupakan jawaban apa atau siapa dari predikat;
2. Untuk kata sifat didahului kata si atau sang, si cantik dan sang perkasa
3. Tidak didahului dengan preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi,
untuk, dari, menurut, dan lain-lain; dan
4. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata
bukan (Widjono Hs., via Abdul Wachid B.S., dkk., 2017: 106)
Contoh :
(1) Dakwah diperlukan untuk mencegah persoalan kehidupan yang
semakin kompleks.
(2) Pemerintah telah menetapkan kebijakan tentang pengelolaan
pendidikan.

Pada contoh di atas, dakwah, dan, pemerintah berfungsi sebagai


subjek karena merupakan hal atau pokok yang dibicarakan (dakwah)
dan subjek yang melakukan (pemerintah).

b. Predikat
Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi: (1) membentuk kalimat
dasar (tunggal) dan kalimat mejemuk, (2) menjadi unsure penjelas, yaitu
memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan menentukan
makna kalimat. Adapun cirri-ciri predikat secara diidentifikasikan sebagai
berikut.
1. Merupakan jawaban pertanyaan apa, mengapa, dan, bagaimana dari
subjek;
2. Dapat didahului dengan keterangan aspek: akan, sudah, sedang, selalu,
hampir;
3. Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata
bilangan (Widjono Hs.,via Abdul Wachid B.S., dkk., 2017: 107)
Contoh:
(1) Sekolah akan melaksanakan serangkaian kegiatan yang telah
disepakati bersama.
(2) Islam selalu menjunjung nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam
kehidupan bermasyarakat.

Pada contoh (1), dan (2), fungsi predikatnya terdapat pada akan
melaksanakan, selalu menjunjung yang merupakan perwujudan
tindakan dan penjelasan hal yang dilakukan subjek.

c. Objek
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat,
sedangkan objek tidaklah demikian. Kehadiran objek dalam kalimat
bergantung pada jenis prdikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri.
Biasanya, prdikat berupa kata kerja berkonfiks me-kan atau me-i. dalam
kalimat objek berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar (tunggal) pada
kalimat berpredikat transitif, (2) memperjelas makna kalimat, dan (3)
membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran. Ciri-ciri objek dapat
diintefikasikan sebagai berikut:
1. Berupa kata benda (nomina)
2. Merupakan jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat;
dan
3. Dapat diubah menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan
(Widjono Hs., 2007: 150).
Contoh:
(1) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Banyumas akan
membuka pendaftaran calon bupati dan wakil bupati.
(2) Aliansi mahasiswa peduli pilkada telah mengumpulkan berbagai
temuan politik uang.

Pada contoh di atas, frasa yang tercetak miring: pendaftaran calon


bupati dan wakil bupati Banyumas, dan berbagai temuan politik uang
menduduki fungsi sebagai objek karena frasa-frasa tersebut bisa
dijadikan subjek apabila kalimat-kalimat di atas dipasifkan. Perhatikan
kalimat-kalimat berikut ini.

(1) Pendaftaran calon bupati dan wakil bupati akan dibuka oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Banyumas.
(2) Berbagai temuan politik uang telah dikumpulkan aliansi
mahasiswa peduli pilkada.
d. Pelengkap
Pelengkap adalah unsure kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
Adapun ciri-ciri pelengkap dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. Selalu terletak di belakang predikat (Widjono Hs., via Abdul Wachid
B.S., dkk., 2017: 109)
2. Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat tidak jelas dan
lengkap informasinya.
Contoh:
a. Kalimat yang melengkapi struktur kalimat:
Contoh:
(1) Para penonton menangis keras sekali saat menyaksikan
tayangan televise.
b. Pelengkap yang mengkhususkan makna objek:
Contoh:
(1) Mardjoko dan Achmad Husein kembali mnyampaikan program
investasi untuk masyarakat Banyumas.

Pada contoh a(1) keras berfungsi sebagai pelengkap untuk


melengkapi predikat menangis, sedangkan pada contoh b(1) kata
untuk masyarakat Banyumas sebagai pelengkap yang
mengkhusukan makna objeknya program investasi. Dengan
demikian, pelengkap dalam kalimat akan hadir setelah predikat
atau objek.

e. Keterangan
Keterangan merupakan fungsi kalimat yang paling beragam dan paling
mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di awal, tengah, dan
akhir kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat
bersifat manasuka. Keterangan biasanya menunjuk pada keterangan:
tempat, waktu, alat, tujuan, dan sebagainya (Alwi via Abdul Wachid B.S.,
dkk., 2017: 111).
Contoh:
1. Harian Radar Banyumas masi memegang oplah tertinggi di Kabupaten
Banyumas.
Fungsi keterangan diduduki oleh Kabupaten Banyumas karena
menyatakan tempat.
C. KARYA TULIS ILMIAH

(I Nengah Laba & Ni Made Rinayanthi., 2018: 105 - ) Karya Ilmiah adalah
tulisan atau karangan yang disusun secara sistematis dan logis. Karya ilmiah
menyajikan masalah-masalah yang objektif dan factual. Karangan ilmiah
mengutamakan aspek rasionalitas. Objektivitas dan kelengkapan data
merupakan sesuatu yang sangat penting. Karya ilmiah memerluka kelugasan
dalam pembahasannya. Karya ilmiah menghindari penggunaan kata dan
kalimat yang bermakna ganda. Ragam bahasa yang digunakan karangan
ilmiah haruslah lugas. Adapun beberapa bentuk karangan ilmiah yang
merupakan bagian dari bentuk karangan ilmiah itu sendiri antara lain karya
ilmiah berbentuk makalah. Makalah pada umumnya disusun untuk penulisan
di dalam publikasi ilmiah, misalnya jurnal ilmu pengetahuan, procceding
untuk seminat bulletin, atau majalah ilmu pengetahuan dan sebagainya. Maka
ciri pokok makalah adalah singkat, hanya pokok-pokoknya saja dan tanpa
daftar isi. Selain memiliki sifat-sifat karya tulis ilmiah, karya ilmiah di atas
juga memiliki beberapa jenis karangan yang bersifat ilmiah antara lain:

1. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang
studi S1 (sarjana). Skripsi berisi tulisan sistematis yang mengemukakan
pendapat penulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat yang
diajukan harus didukung oleh data dan fakta yang empiris-objektif, baik
berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan, atau percobaan di
laboratorium).
2. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang
pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-
obyektif. Makalah biasanya disajikan dalam sebuah seminar atau
diprsentasikan di kelas (tugas perkuliahan).

Anda mungkin juga menyukai