Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia Menurut UU No. 13 Tahun 1998: Lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas.
Kondisi kesehatan fisik dan mental pada orang lansia biasanya mulai
menurun. Beberapa perubahan fisik yang diasosiasikan dengan penuaan dapat
terlihat jelas oleh seseorang pengamat biasa meskipun mereka berdampak pada
beberapa lansia lebih dari yang lain.
Saat ini, jumlah masyarakat Indonesia hampir sekitar 250 juta dan
komposisi masyarakatnya juga sangat beragam. Dan Indonesia dikenal sebagai
negara yang memiliki komposisi masyarakat yang disebut “Triple Burden”,
dimana jumlah kelahiran bayi yang masih tinggi, masih dominannya penduduk
muda, dan jumlah lansia yang terus meningkat. Seiring meningkatnya jumlah
lansia, berbagai macam gangguan kesehatan juga dapat dialami para lansia. Oleh
karena itu dibutuhkan pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi permasalahn
lansia, diantaranya dengan tindakan keperawatan.
Keperawatan gerontik adalah ilmu yang membahas fenomena biologis,
psiko dan sosial serta dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia
dengan penekanan pada upaya prevensi dan promosi kesehatan sehingga tercapai
status kesehatan yang optimal bagi lanjut usia. Aplikasi secara praktis
Keperawatan gerontik adalah dengan menggunakan proses keperawatan
(pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan, implementasi dan evaluasi).

1.2 Tujuan Makalah


Tujuan umum:
-mahasiswa dapat melakukan asukan keperawatan gerontik pada lansia dengan
baik dan benar
tujuan khusus:
1. Mahasiswa dapat megetahui proses asuhan keperawatan gerontik pada
lansia

1
2. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada asuhan keperawatan
gerontik pada lansia
3. Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada asuhan
keperawatan gerontik pada lansia
4. Mahasiswa dapat melakukan skoring pada masalah keperawatan lansia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Asuhan Keperawatan Pada Lansia

2
Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia menurut Depkes,
dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan
dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di
rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan
oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh
anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan
latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan
melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada
kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
a. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan
dapat berupa dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi
dan mulut atau pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk
kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan
lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang
sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna,
dan kesegaran jasmani.
b. Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung
pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama
seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota
keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah
agar tidak terjadi dekubitus (lecet).
Proses keperawatan lansia tidak berbeda dengan proses keperawatan yang
ditujukan kepada klien atau pasien yang dirawat di rumah sakit atau tempat
pelayanan kesehaan lainnya. Proses keperawatan tersebut adalah pengkajian,
diagnosis keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi
keperwatan.
A. Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat, dan
sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama pengkajian harus dapat dipahami
dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien, dan emberi pelayanan
interdisiplner.

3
Tujuan melakukan pengkajian adalah menentukan kemampuan klien
dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar untuk membuat rencana
keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian
ini meliputi aspek fisik,psikis, sosial, dan spiritual dengan melakukan kegiatan
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan.
Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan melibatkan
keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui masalah kesehatan lasia.
Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia dipanti ataupun di masyarakat
dilakukan dengan melibatkan penanggung jawab kelompok lansia, kultural, tokoh
masyarakat, serta petugas kesehatan.
Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah format pengkajian
pada lansia yang dikembangkan yang terdiri atas : data dasar (identitas, alamat,
usia, pendidikan, pekerjaan, agama, dan suku bangsa) , data
biopsikososial,spiritual kultur ,lingkungan,status fungsional,fasilitas penunjang
kesehatan yang ada serta pemeriksaan fisik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengkajian lansia Interelasi (saling
keterkaitan) antara aspek fisik dan psikososial: terjadi penurunan kemampuan
mekanisme terhadap stres, masalah psikis meningkat dan terjadi perubahan pada
fisik lansia. Adanya penyakit dan ketidakmampuan status fungsional. Hal-hal
yang perlu diperhatikan saat pengkajian, yaitu: ruang yang adekuat, kebisingan
minimal, suhu cukup hangat, hindari cahaya langsung, posisi duduk yang nyaman,
dekat dengan kamar mandi, privasi yang mutlak, bersikap sabar, relaks, tidak
tergesagesa, beri kesempatan pada lansia untuk berpikir, waspada tanda-tanda
keletihan.

1. DATA PERUBAHAN FISIK, PSIKOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL


a. Perubahan Fisik
Pengumpulan data dengan wawancara
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
2) Kegiatan yang mampu di lakukan lansia,
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
4) Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan
pendengaran,
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK,

4
6) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia,
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat
bermakna,
8) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan
kebiasaan dalam minum obat.

Pengumpulaan data dengan pemeriksaan fisik :


Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
1) Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah,
tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak,
kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah,
2) Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya
katarak. Pupil: kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun
karena proses pemenuaan,
3) Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu
dengar, tinnitus, serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen
jangan di bersihkan, apakah ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.
4) Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna,
kehangatan), auskultasi denyut nadi apical, periksa adanya
pembengkakan vena jugularis, apakah ada keluhan pusing, edema.
5) Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet,
anoreksia, mual, muntah, kesulitan mengunyah dan menelan),
keadaan gigi, rahang dan rongga mulut, auskultasi bising usus,
palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon, apakah ada
konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi.
6) Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi
kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan buang air
kecil), frekuensi, tekanan, desakan, pemasukan dan pengeluaran
cairan. Rasa sakit saat buang air kecil, kurang minat untuk
melaksanakan hubungan seks, adanya kecacatan sosial yang
mengarah ke aktivitas seksual.
7) Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat
kelembaban), keutuhan luka, lukaterbuka, robekan, perubahan

5
pigmen, adanya jaringan parut, keadaan kuku, keadaan rambut,
apakah ada gangguan-gangguan umum.
8) Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot,
mengecilnya tendon, gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak
dengan atau tanpa bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan
otot, kemampuan melangkah atau berjalan, kelumpuhan dan
bungkuk.
b. Perubahan psikologis, data yang dikaji:
1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan,
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak,
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan,
4) Bagaimana mengatasi stres yang di alami,
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri,
6) Apakah lansia sering mengalami kegagalan,
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang,
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat,
proses pikir, alam perasaan,orientasi, dan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah.
c. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1) Darimana sumber keuangan lansia,
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang,
3) Dengan siapa dia tinggal,
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia,
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya,
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di
luar rumah,
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi,
8) Seberapa besar ketergantungannya,
9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan
fasilitas yang ada.
d. Perubahan spiritual, data yang dikaji :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya,
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak
yatim atau fakir miskin.
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah
dengan berdoa,
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.

6
B. Diagnosa Keperawatan
Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk mentukan diagnosis
keperawatan. Dignosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan individu,
diagnosis keperawatan keuarga dan lansia,ataupun diagnosis keperawatan pada
kelompok lansia.
Masalah keperawatan yang dijumpai antara lain:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Kerusakan persepsi sensori: penglihatan, pendengaran
3. Intoleransi aktivitas
4. Resiko cidera
5. Cemas
6. Hambatan mobilitas fisik
7. Defisit perawatan diri
8. Inkontinensia urin
9. Gangguan pola tidur
10. Isolasi sosial
11. Perasaan berduka
12. Harga diri rendah
13. Penguasaan individu tidak efektif

2.2 Skoring Masalah Keperawaan Pada Lansia


Skoring adalah suatu proses pengubahan suatu instrumen menjadi angka-angka
yang merupakan nilai kulititif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen.
Untuk menentukan prioritas malalah utama perlu dilakukan skoring. Skor
tertinggi adalah masalah utama.

7
BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan
kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah /
lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh
perawat.
Dalam keperawatan lanjut usia diperlukan pendekatan baik fisik, psikis,
social maupun spiritual. Keperawatan lanjut usia berfokus pada peningkatan
kesehatan (helth promotion), pencegahan penyakit (preventif), mengoptimalkan
fungsi mental, dan mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

1.2 SARAN
a. Dalam membuat makalah, kelompok diharapkan dapat
menjelaskan asuhan keperawatan pada lansia.
b. Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah
fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat
sebaiknya meningkatkan pendekatan-pendekatan melalui komunikasi
terapeutik, sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman dan kerja sama
yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik.
c. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak
berhubungan dengan pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus
dalam hal pemberian informasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan
latar belakang pasien dan keluarga.

8
DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan Gerontik, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016 :


70-74
Nasrullah,Dede.2016.Keperawatan Gerontik.Jakarta.CV.Trans Info Media
Nugroho,Wahyudi.2012.Gerontik dan Geriatric.Jakarta.EGC
Suyarno,dkk.2016.Asuhan Keperawatan Gerontik,Yogyakarta.CV,ANDI
OFFSET
Tamher,S.dkk.2011.Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan.Jakarta,Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai