DIABETIC FOOT
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II (PK.3)
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH
POLI KAKI
Disusun Oleh:
Zulfi Anan Winaldi
NIM: PO.62.20.1.16.169
2. Etiologi
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan
relative sel dan resisitensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi resistensi relatif
insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pancreas mengalami desensitisasi
terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran, 2008).
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya
perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan mempermudah terjadinya
ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi inilah yang menyebabkan
terjadinya infeksi lebih mudah merebak dan menjadi infeksi yang luas.
Berikut adalah etiologi bakteri yang sering ditemukan pada diabetic foot-
ulcer. (Sarwono Waspadji,2008)
Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya
mengalami masalah kaki.
1. berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) membuat pasien
tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena
tidak dirasakannya.
2. sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel
pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita
DM antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah
perifer (yang utama). Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki).
3. berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita
diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan
sel darah putih memakan dan membunuh kuman berkurang pada kondisi
kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg/dl.
3. Patofisiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer
yang menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di
sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di
bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap
timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang
disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan bagian
distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat
berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak
jarang memerlukan tindakan amputasi.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,
metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi
(hiperglikemia) ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya
terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein
dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh
darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah
besar dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik,
pemberian makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan
aliran darah terutama derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya
kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang
menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka
karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila
cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan
menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan
kemampuan sel darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang
pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Karena kekurangan
suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri
anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol
baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah
menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini
menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.
Pathway
4. Tanda dan Gejala
Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes
Melitus apabila menderitaduadari tiga gejala, yaitu:
a. Keluhan TRIAS: Kencing yang berlebihan ( Poliuri ), Rasa haus yang
berlebihan ( Polidipsi ), Rasa lapar berlebihan
( Polifagia ) danPenurunanberatbadan.
b. Kadar glukosadarahpadawaktupuasalebihdari 120 mg/dl.
c. Kadar glukosadarahdua jam sesudahmakanlebihdari 200 mg/dl.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah:
Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat Badan menurun, Lemah, Kesemutan,
Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan. Penyakit pada penderita
diabetes bagian kaki dengan gejala dan tanda sebagai berikut :
a. Sering kesemutan/gringgingan (asimptomatis)
b. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)
c. Nyeri saat istirahat
d. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus)
e. Adanya kalus di telapak kaki
f. Kulit kaki kering dan pecah-pecah
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
1. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2. Pemeriksaan glukosa darah.
3. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang
menginfeksi luka segingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4. Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan
sentuhan ringan, kepekaan terhadap suhu.
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut Levin(2008), penatalaksanaan ulkus kaki diabetic memerlukan
pengobatan yang agresif dalam jangka pendek, hal tersebut mencakup:
a. Debridement local radikal pada jaringan sehat.
b. Terapi antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, diikuti tes sensitivitas
antibiotic,
contohnya :
Untuk infeksi M.chelonei dapat digunakan quinolon (ciprofloxacin,
ofloxacin), sulfonamides.
Untuk infeksi M. fortuitum dapat digunakan quinolon dan B-lactams
cefloxitin.
Untuk infeksi M. haemophilum, M.Non-Chronogenicum, M. ulcerans
yang paling umum digunakan adalah quinolon G.
Beberapa obat lain yang biasa digunakan pada kasus kaki diabetic adalah
insulin, neurotropik, kompres luka, obat anti trombosit, neuromin, dan
oksoferin solution.
7. Terapi obat
1. Piroxicam
a. Mekanisme
Menurunkan inflamasi, nyeri dan panas, melalui penghambatan
aktivitas siklooksigenase dan sintesis prostaglandin.
b. Indikasi
Mengobati rheumatoid arthritis dan osteoarthritis akut atau
pemakaian jangka lama.
c. Kontraindikasi
Alergi atau hipersensitif aspirin, iodide atau NSIAD
d. Efek samping
Gangguan saluran cerna, antara lain yang berat adalah tukak
lambung, pusing, tinnitus, nyeri kepala, dan eritema kulit.
2. Glibenclamide
a. Indikasi
Diabetes militus pada orang dewasa, tanpa komplikasi yang tidak
responsif dengan diet saja
b. Kontra Indikasi
1) Glibenklamid tidak boleh diberikan pada
diabetes militus juvenil, prekoma dan koma diabetes, gangguan
fungsi ginjal berat dan wanita hamil.
2) Gangguan fungsi hati, gangguan berat
fungsi tiroid atau adrenal.
3) Ibu menyusui.
c. Efek Samping
Kadang-kadang terjadi gangguan saluran cerna seperti: mual,
muntah dan nyeri epigastrik, sakit kepala, demam, reaksi alergi pada
kulit.
3. lbutamide
a. Mekanisme
Menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan merangsang
sekresi insulin oleh pankreas.
b. Indikasi
1) Bentuk oral : Mengurangi kadar glukosa pasien NIDDM (non-
insulin-dependent diabetes mellitus) Tipe 2 dimana
hiperglikeminya tidak dapat dikontrol hanya dengan diet.
2) Intravena : Membantu diagnosis pancreatic islet cell adenoma.
c. Kontra indikasi
1) Hipersensitif terhadap sulfonil urea, komplikasi diabetes oleh
ketoasidosis dengan atau tanpa koma.
2) Terapi tunggal diabetes mellitus tipe 1, diabetes yang muncul
selama kehamilan.
d. Efek samping
Meningkatkan resiko cardiovascular mortality, vertigo, reaksi
alergi kulit, eczema, pruritus, erythema, urticaria, tinitus, nausea,
leukopenia, anemia aplastik dan cholestatic jaundice.
4. Na-Diklofenak
a. Mekanisme
Menurunkan inflamasi, nyeri dan panas, melalui penghambatan
aktivitas siklooksigenase dan sintesis prostaglandin.
b. Indikasi
Mengobati tanda dan gejala osteoarthritis dan rheumatoid
arthritis pada pasien resiko yang tinggi terhadap ulkus yang diinduksi
NSAID.
c. Kontraindikasi
Ibu hamil, sensitif terhadap aspirin atau NSAID lain, riwayat
asthma, urticaria, atau alergi lainnya setelah penggunaan aspirin atau
NSAID lainnya.
5. Misoprostol
a. Mekanisme
Menghambat sekresi HCl dan bersifat sitoprotektif untuk
mencegah tukak saluran cerna yang diinduksi oleh obat NSAID
b. Indikasi
Menyembuhkan tukak lambung dan duodenum
c. Kontra indikasi
Sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil dapat
menimbulkan perdarahan dan keguguran.
d. Efek samping
Antara lain mual, gangguan abdomen, pusing dan sakit kepala beserta
diare.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan
medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum:
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
- Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
- Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
- Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
- Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
- Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
- Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
- Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
- Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ),
dan merah bata ( ++++ ).
3. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik
adalah sebagai berikut :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /
menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi
pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
6. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satu anggota tubuh.
7. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
3. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh
darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil :
- Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka teraba hangat.
- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
- Sensorik dan motorik membaik
Intervensi Rasional
1. Ajarkan pasien untuk melakukan 1. Rasional : dengan mobilisasi
mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor 2. Rasional : meningkatkan
yang dapat meningkatkan aliran melancarkan aliran darah balik
darah : sehingga tidak terjadi oedema.
Tinggikan kaki sedikit lebih 3. Rasional : kolestrol tinggi dapat
rendah dari jantung ( posisi mempercepat terjadinya
elevasi pada waktu istirahat ), arterosklerosis, merokok dapat
hindari penyilangkan kaki, hindari menyebabkan terjadinya
balutan ketat, hindari penggunaan vasokontriksi pembuluh darah,
bantal, di belakang lutut dan relaksasi untuk mengurangi efek
sebagainya. dari stres.
3. Ajarkan tentang modifikasi 4. Rasional : pemberian
faktor-faktor resiko berupa : vasodilator akan meningkatkan
Hindari diet tinggi kolestrol, dilatasi pembuluh darah
teknik relaksasi, menghentikan sehingga perfusi jaringan dapat
kebiasaan merokok, dan diperbaiki, sedangkan
penggunaan obat vasokontriksi. pemeriksaan gula darah secara
4. Kerja sama dengan tim kesehatan rutin dapat mengetahui
lain dalam pemberian vasodilator, perkembangan dan keadaan
pemeriksaan gula darah secara pasien, HBO untuk
rutin dan terapi oksigen ( HBO ). memperbaiki oksigenasi daerah
ulkus/gangren.
7) Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil :
- Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
- Pasien tenang dan wajah segar.
- Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan yang 1. Rasional : Lingkungan yang
nyaman dan tenang. nyaman dapat membantu
2. Kaji tentang kebiasaan tidur meningkatkan tidur/istirahat.
pasien di rumah. 2. Rasional : mengetahui perubahan
3. Kaji adanya faktor penyebab dari hal-hal yang merupakan
gangguan pola tidur yang lain kebiasaan pasien ketika tidur akan
seperti cemas, efek obat-obatan mempengaruhi pola tidur pasien.
dan suasana ramai. 3. Rasional : Mengetahui faktor
4. Anjurkan pasien untuk penyebab gangguan pola tidur
menggunakan pengantar tidur dan yang lain dialami dan dirasakan
teknik relaksasi . pasien.
5. Kaji tanda-tanda kurangnya 4. Rasional : Pengantar tidur akan
pemenuhan kebutuhan tidur memudahkan pasien dalam jatuh
pasien. dalam tidur, teknik relaksasi akan
mengurangi ketegangan dan rasa
nyeri.
5. Rasional : Untuk mengetahui
terpenuhi atau tidaknya kebutuhan
tidur pasien akibat gangguan pola
tidur sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.
4. Implementasi Keperawatan
Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius FKUI.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC