Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan Fisika

Universitas Muhammadiyah Makassar

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik
Kelas X SMA PGRI Sungguminasa
Muhammad Yusri1) Khaeruddin2) Rahmini Hustim3)
Universitas Muhammadiyah Makassar1)3) Universitas Negeri Makassar2)
Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar. Sulawesi Selatan
Email : uchagoal@gmail.com

Abstrak- Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen yang bersifat deskriktif dengan Desaign,
One-Grup Pretest Postest Design dan melibatkan dua variabel, yakni variabel bebas berupa pengajaran
dengan menggunakan pendekatan berbasis masalah sedangkan variabel terikat berupa hasil belajar fisika
siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa yang diajar pada Penerapan
Model pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA
PGRI Sungguminasa. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 70 siswa. Pengambilan sampel dilakukan
secara random/acak kelas kemudian dari hasil acak tersebut diperoleh 1 kelas sebagai sampel yakni kelas
X yang terdiri dari 24 siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar fisika sebanyak 35 item
tes. Disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis masalah memberikan hasil yang lebih baik
dimana siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran karena secara langsung dilibatkan selama
proses pembelajaran serta lebih termotivasi mempelajari pelajaran fisika karena dalam proses
pembelajaran materi yang diajarkan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dibandingkan tanpa
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah siswa tidak dilibatkan secara langsung selama
proses pembelajaran.

Kata Kunci : Penelitian pra eksperimen bersifat deskriptif, Hasil belajar fisika meningkat

Abstract -

Key Words :

I. PENDAHULUAN kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya


Belajar dengan menggunakan pendekatan terlebih dahulu yang digunakannya untuk
berbasis masalah berarti siswa belajar untuk memecahkan masalah yang baru [2]. Seorang
berupaya melakukan pemecahan masalah, jadi siswa harus menggunakan segenap
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu cara kemampuannya, mampu melakukan proses
atau proses belajar yang lebih terfokus pada mental pemecahan masalah yang digambarkan
keterampilan peserta didik dalam memecahkan dengan tahapan-tahapan yang dilalui.
masalah. Dalam memecahkan masalah peserta Sejalan dengan hal ini, maka penulis
didik harus berpikir, mencobakan hipotesis dan melakukan penelitian disekolah SMA PGRI
bila berhasil memecahkan masalah maka siswa Sungguminasa yang kondisinya memungkinkan
mempelajari sesuatu yang baru [1]. untuk diterapkan pendekatan berbasis masalah,
Pendekatan dalam proses belajar mengajar guna melatih siswa untuk melakukan kegiatan
dapat memberikan hasil belajar seperti dapat ilmiah dan berpikir ilmiah. Sebagai hasil belajar
mendorong perkembangan kemampuan berpikir dan bahkan meningkatkan mutu pendidikan
siswa secara kreatif. Karena dalam proses khususnya mata pelajaran sains (IPA Fisika).
belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut. maka
dalam rangka mencari akar permasalahannya. peneliti termotivasi mengangkat permasalahan ini
Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai dan melakukan suatu penelitian dengan judul:
suatu proses dimana siswa menemukan “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar [6] Dalam pelaksanaan model pembelajaran
Fisika Peserta Didik Kelas X SMA PGRI berbasis masalah ditempuh dengan langkah-
Sungguminasa”. langkah sebagai berikut:
1. Para siswa dibagi menjadi beberapa
II. TINJAUAN PUSTAKA kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4
Pembelajaran berbasis masalah merupakan orang.
pendekatan mengajar yang berusaha 2. Guru menfokuskan masalah masalah yang
mengembangkan cara berfikir kritis. Pendekatan berhubungan dengan materi yang disajikan.
ini menempatkan peserta didik lebih banyak Siswa dibimbing untuk mengemukakan
belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam permasalah yang berhubungan dengan materi
memecahkan masalah. Peserta didik betul-betul yang disajikan.
ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan 3. Kegiatan pendahuluan, guru memberikan
pendidik dalam pembelajaran berbasis masalah penjelasan singkat mengenai konsep atau
adalah sebagai fasilitator, motivator dan hukum-hukum yang mungkin diperlukan
dinamisator belajar, baik secara individu maupun dalam memecahka masalah nantinya,
kelompok [3]. maksudnya agar siswa mempunyai dasar
Kemampuan pemecahan masalah seorang untuk mulai melakukan kegiatan pemecahan
siswa tidak hanya tergantung pada tingkat masalah. Atau guru menjelaskan dengan
kematangannya tetapi juga ditentukan dari menggambarkan dipapan setelah mengajukan
permasalahan yang mereka sendiri masalah.
mengalaminya. Kemampuan untuk memecahkan 4. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa
suatu masalah tidak hanya ditentukan oleh pola (LKS) kepada masing-masing kelompok,
pikir melainkan dipengaruhi oleh kerja atau kemudian masing-masing kelompok
pelatihan. melakukan kegiatan praktikum sesuai dengam
Pemecahan masalah merupakan suatu penuntun yang ada pada LKS, dalam hal ini
aktivitas kognitif, dimana siswa tidak saja hanya siswa melakukan kegiatan ilmiah.
bisa mengerjakan tetapi harus yakin bisa 5. Penarikan kesimpulan, yaitu setelah
memecahkan. Dalam hal ini motivasi dan aspek melakukan praktikum untuk menguji
sikap dan pengetahuan tentang diri harus sangat kebenaran hipotesis dari tiap-tiap keompok,
penting dalam pemecahan masalah [4]. Langkah- maka setiap kelompok berdiskusi untuk
langkah pembelajaran berbasis masalah sebagai menarik kesimpulan. Tiap-tiap kelompok
berikut: memberikan/mengemukakan hasil pemecahan
1. Menyadari adanya masalah masalahnya. Dalam diskusi tersebut ditarik
2. Merumuskan masalah kesimpulan secara bersama-sama antara guru
3. Membuat hipotesis dan siswa.
4. Mengumpulkan data Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan
5. Menguji hipotesis itu bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah cara
6. Menarik kesimpulan dan fullow up dari mengajar dengan menghadapkan siswa pada
kesimpulan yang diperoleh [5]. suatu masalah kemudian diselesaikan melalui
Dengan demikian pembelajaran yang tahapan-tahapan. Hal ini sejalan dengan
bernuansa pemecahan masalah harus dirancang penelitian yang pernah dilakukan mengenai
sedemikian rupa sehingga mampu merangsang membandingkan pola pembelajaran berbasis
siswa untuk berfikir dan mendorong masalah melalui metode eksperimen dan
menggunakan pikirannya secara sadar untuk demonstrasi dalam pembelajaran yang
memecahkan masalah. Belajar pemecahan menyatakan bahwa pola pembelajaran tersebut
masalah pada hakekatnya adalah belajar berpikir akan meningkatkan hasil belajar siswa, karena
(learning to think) atau belajar bernalar (learning akan membuat siswa terlibat langsung dalam
to reason), yaitu berpikir atau bernalar proses pembelajaran
mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang
telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan III. METODE PENELITIAN
masalah-masalah baru yang belum pernah Jenis penelitian ini adalah penelitian pra
dijumpai. eksperimen yang bersifat deskriptif. Variabel
yang diteliti dalam penelitian ini terdiri atas
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas berupa pengajaran dengan menggunakan q = 1-p
pendekatan problem solving sedangkanVariabel ∑pq = Jumlah hasil perkalian
terikat berupa hasil belajar siswa. Desain Pengelolaan data yang diperoleh dalam
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini penelitian ini dianalisis menggunakan statistik
adalah one-group pretest posttest design. deskriptif dan statistik inferensial.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini 1. Statistik Deskriptif
adalah siswa kelas X SMA PGRI Sungguminasa Analisis statistik deskriprif untuk
Yaituterdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa mendeskripsikan hasil belajar fisika yang
sebanyak 70 orang. Sedangkan sampel yang diperoleh siswa sebelum diajar dengan model
dimaksud ialah sebagian atau wakil populasi yang pembelajaran berbasis masalah. Hal ini
diteliti, sampel diperoleh dengan menggunakan dimaksudkan untuk mengetahui keadaan sampel.
teknik random sampling, sehingga diperoleh 1 Dalam hal ini digunakan ukuran sampel, skor
kelas sebagai sampel yakni kelas Xa dengan rata-rata (mean), standar deviasi, skor tertinggi
jumlah siswa sebanyak 24 orang (maksimum), skor terendah (minimum), rentang
Instrument penelitian yang digunakan skor, varians dan distribusi frekuensi. Dimana
dalam penelitian ini adalah berupa tes hasil untuk mengetahui gambaran keadaan subjek
belajar dalam bentuk multiple choice test (pilihan tentang hasil belajar sebelum diajar dengan
ganda) yang mencakup aspek ingatan(C1), menggunakan penerapan model pembelajaran
pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), berbasis masalah dan setelah diajar dengan
sintesis (C5), dan evaluasi (C6) yang selanjutnya menggunakan model pembelajaran berbasis
diujicobakan untuk melihat validitas dan masalah.
reliabilitasnya. Pemberian skor pada ujicoba 2. Statistik Inferensial
instrumen adalah skor satu untuk jawaban yang Analisis statistik inferensial digunakan untuk
benar dan nol untuk jawaban yang salah. menguji hipotesis penelitian yang telah diajukan.
Validitas yang memadai/memenuhi syarat Sebelum dilakukan pengujian, maka terlebih
untuk digunakan 𝑝𝑏𝑖 ≥ rtabelpada taraf signifikan dahulu dilakukan pengujian dasar-dasar analisis
α = 0,05 perhitungan yang lebih lengkap dapat yaitu uji normalitas yang dirumuskan sebagai
dilihat pada lampiran 1. berikut:
Pengujian validitas item tes untuk a. Uji normalitas
menentukan item-item tes yang valid digunakan Pengujian normalitas dalam penelitian ini
persamaan sebagai berikut: digunakan uji Chi-Kuadrat yang bertujuan untuk
𝑀𝑝−𝑀𝑡 𝑝 mengetahui data yang diteliti apakah data yang
𝑝𝑏𝑖 = 𝑆𝑑
√𝑞 diperoleh dari populasi berdistribusi normal atau
Keterangan: tidak dengan menggunakan rumus sebagai
Γ𝑝𝑏𝑖 = Koefisien korelasi biserial berikut:
(Oi –Ei )²
Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab 𝑥 2 = ∑ki=1 Ei
benar item ke-i
Keterangan:
Mt = Rerata skor total semua objek
x 2 = Nilai Chi-kuadrat
(responden)
Oi = Frekuensi hasil pengamatan
Sd = Standar deviasi total
p = Proporsi jawaban yang benar item ke-i Ei = Frekuensi harapan
q = Proporsi jawaban yang salah item ke-i k = Banyak kelas (1+3,3 log n)
Kemudian perhitungan reliabilitas tes Kriteria pengujian 𝑥 2 hitung<𝑥 2 tabel pada
didekati dengan rumus Kuder Richardson (KR- taraf signifikan α = 0,05 dengan dk = k-3 dimana
20) yang dirumuskan: 𝑥 2 tabel = 5,591, artinya data tersebut berasal dari
𝑛 𝑠²−∑𝑝𝑞 populasi yang berdistribusi normal.
r11 = [𝑛−1] [ 𝑠² ] b. Pengujian Hipotesis
(Arikunto, 2005:100) Pengujian hipotesis pada penelitian ini
Keterangan: dengan menggunakan uji-t, dengan α = 0,05.
r11 = Reliabilitas instrument 𝑋 −𝑋
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑆 𝑆 1 𝑠2 𝑠
n = Banyaknya butir pertanyaan √𝑛1 +𝑛2 − 2𝑟.( 1 )+( 2 )
1 2 √𝑛1 √𝑛2
s² = Varians total Keterangan:
p = Proporsi subjek yang menjawab betul 𝑋1 = Rata-rata data posttest
pada sesuatu butir (proporsi subjek yang X2 = Rata-rata data pretest
mendapat skor 1)
n1 = Data posttest belajar setelah diajar dengan menggunakan
n2 = Data pretest problem solving mempunyai skor rata-rata 23,79
s1 = Standar deviasi data posttest dari skor total 35 yang mungkin dicapai. Dari
s2 = Standar deviasi data pretest tabel diatas juga diperoleh standar deviasi pretest
S1 = Varians data posttest sebesar (S) = 2,76 kemudian pada posttest (S) =
S2 = Varians data pretest 16,31.
r = Nilai korelasi X1dan X2 dapat dicari Tabel 4.2 Kategori, Frekuensi Hasil
dengan persamaan: Belajar Fisika (Pretest) dan
𝑛(∑ 𝑥1. 𝑥2 )−(∑ 𝑥1 ).(∑ 𝑥2 ) (Posttest) Siswa Kelas X SMA
𝑟𝑥1 .𝑥2 =
√(𝑛.∑ 𝑥12 −(∑ 𝑥1 )2 ).(𝑛.∑ 𝑥22 − (∑ 𝑥2 )2 ) PGRI Sungguminasa.
Kriteria pengujian: Kategori
Interval
Jika: - ttabel ≤ thitung ≤ +ttabel, maka Ho diterima No Pretest Posttest Hasil
Skor
dan Ha ditolak dan jika - ttabel < thitung > +ttabel Ho Belajar
ditolak dan Hi diterima pada taraf signifikan α = 1 0-6 0 0 Sangat
0,05 dan dk = n1 + n2 – 2. Dimana Hi = μo ≠ μ Rendah
dan Ho = μo = μ. 2 7-13 8 0 Rendah
Hi : Terdapat perbedaan yang signifikan 3 14-20 16 9 Sedang
antara hasil belajar siswa yang diajar 4 21-27 0 6 Tinggi
dengan menggunakan model 5 28-34 0 9 Sangat Tingi
pembelajaran berbasis masalah dengan Jumlah 24 24
siswa yang tanpa menggunakan model Tabel 4.2 dapat dikemukakan bahwa hasil belajar
pretest dari 24 siswa kelas X SMA PGRI
pembelajaran berbasis masalah.
Sungguminasa tidak ada siswa yang berada pada
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang kategori sangat rendah, 8 siswa berada pada kategori
signifikan antarahasil belajar siswa yang rendah dan terdapat 16 siswa pada kategori sedang
diajar dengan menggunakan model dan pada kategori tinggi dan sangat tinggi tidak tidak
pembelajaran berbasis masalah dengan ada. Sedangkan hasil belajar posttest dari 24 siswa
siswa yang di ajar tanpa menggunakan kelas X SMA PGRI Sungguminasa tidak ada siswa
model pembelajaran berbasis masalah. yang berada pada kategori sangat rendah dan redah, 9
siswa berada pada kategori sedang, 6 siswa berada
pada kategori tinggi, dan 9 siswa berada pada kategori
sangat tinggi. ini menggambar bahwa skor rata-rata
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN peroleh siswa berada pada kategori “tinggi”.
Adapun gambaran hasil belajar siswa kelas Sebelum hipotesis diajukan dalam penelitian
XSMA PGRI Sungguminasa tahun ajaran ini diuji, terlebih dahulu dilakukan dasar-dasar
2014/2015 yang diajar dengan menggunakan analisis yang merupakan syarat dalam pemakaian
pendekatan problem solving. statistik.
Tabel 4.1 Gambaran hasil belajar pretest Pengujian dasar-dasar analisis tersebut
dan postest fisika siswa SMA meliputi:
PGRI Sungguminasa. a. Pengujian normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk
Nilai Statistik
Statistik menyatakan apakah data skor hasil belajar fisika
Pretest Posttest
berasal dari populasi berdistribusi normal. Untuk
Jumlah sampel 24 24
pengujian normalitas data, telah ditetapkan
Skor Ideal 35 35
kriteria pengujan bahwa data dikatakan normal
Skor tertinggi 18 32 2 2
jika 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih kecil 𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf nyata α=
Skor terendah 9 14
Skor rata-rata 14,58 23,79 0,05 dengan dk-3 = 5 – 3= 2.
Standar deviasi 2,76 16,31 Berdasarkan hasil pengujian data skor hasil
2
Dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa belajar (pretest) diperoleh nilai 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 4,6807
2
terdapat peningkatan hasil belajar setelah siswa dan 𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 5,591. Maka dapat dikatakan bahwa
diajar dengan menggunakan pendekatan problem data hasil belajar fisika berasal dari populasi yang
solving hasil belajar fisika sebelum diajar dengan berdistribusi normal. Dan data pada skor hasil
menggunakan pendekatan problem solving 2
belajar (posttest) diperoleh nilai 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,3781
mempunyai skor rata-rata 14,58 dari skor total 35 2 2
dan𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 5,591, ternyata 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,3781
yang mungkin dicapai. Sedangkan skor hasil
2 solving dengan siswa yang di ajar tanpa
<𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 5,591, maka dapat dikatakan bahwa data
hasil belajar fisika berasal dari populasi yang menggunakan pendekatan problem solving.
berdistribusi normal. Dari analisis data deskriktif maupun
b. Pengujian hipotesis inferensial diatas memberikan indikasi bahwa
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji-t pendekatan problem solving memiliki peranan
dua pihak dimana hipotesis dalam penelitian ini yang cukup berarti dalam meningkatkan hasil
adalahTerdapat perbedaan yang signifikan belajar Fisika siswa. Dimana pembelajaran
antarahasil belajar siswa yang diajar dengan dengan pendekatan problem solving mampu
menggunakan pendekatan problem solving meningkatkan hasil belajar, siswa menjadi lebih
dengan siswa yang di ajar tanpa menggunakan aktif dalam proses pembelajaran karena secara
pendekatan problem solving. langsung dilibatkan selama proses pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis pada (lampiran 5.1 serta lebih termotivasi mempelajari fisika karena
halaman 54), maka diperoleh nilai untuk uji dua dibiasakan merumuskan masalah, membuat
pihak diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =2,060 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,671, hipotesis sampai menarik kesimpulan dalam
dengan taraf singnifikan α= 0,05. Jadi, diperoleh proses pembelajaran materi yang diajarkan
bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 tidak terletak antara -1,671 dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, apalagi
+1,671, maka hipotesis 𝐻𝑜 ditolak dan hipotesis siswa belajar kelompok sesering mungkin. Hal ini
𝐻𝐼 diterima. Hal ini berarti “Terdapat perbedaan dilihat selama proses pembelajaran setiap
yang signifikan antarahasil belajar siswa yang kelompok siswa hanya terdiri dari 4 orang
diajar dengan menggunakan pendekatan problem sehingga siswa terlibat secara aktif dalam
solving dengan siswa yang di ajar tanpa memecahkan masalah karena setiap siswa
menggunakan pendekatan problem solving”. mempunyai masing-masing tugas.
Dengan demikian dapat disimpulkan hasil Dan dalam pendekatan problem
belajar fisika siswa kelas X meningkat setelah solvingmenempatkan siswa lebih banyak belajar
diajar dengan menggunakan problem solving. sendiri, mengembangkan kreatifitas Karena siswa
Berdasarkan hasil analisis data dengan betul-betul diperhadapkan dengan situasi yang
menggunakan statistik deskriktif dapat menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah.
dikemukakan bahwa hasil pretest Yang akhirnya minat dan motivasi siswa
memperlihatkan skor hasil belajar fisika siswa meningkat dalam pembelajaran fisika khususnya
SMA PGRI Sungguminasa memperoleh skor pada materi pengukuran.
rata-rata 14,58. Data diatas memberikan indikasi bahwa
Pada tabel distribusi terlihat menunjukkan pendekatan problem solving dapat meningkatkan
bahwa hasil belajar siswa pretest ada 14 orang hasil belajar. Hal ini cenderung disebabkan
siswa (58,4%) yang memperoleh skor ≥ 15, dan karena pendekatam problem solving memeliki
terdapat 10 orang siswa (41,6%) yang tahap-tahap terstruktur baik dan pengelolaan
memperoleh skor < 15. Hal ini dapat dilihat pada kelas yang menarik dengan mengaktifkan siswa.
gambar 4.3 skor hasil belajar pretest siswa. Mulai dari merumuskan masalah, membuat
Sedangkan pada hasil belajar fisika posttest hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis
siswa memperoleh skor rata-rata 23,79. Pada sampai menarik kesimpulan dengan materi yang
tabel distribusi frekuensi terlihat bahwa ada 15 berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
orang siswa (62,5%) yang memperoleh skor ≥ Belajar dengan pendekatan problem solving
22, dan terdapat 9 orang siswa (37,5%) yang berarti belajar untuk berupaya melakukan
memperoleh skor < 22. Hal ini dapat dilihat pada pemecahan masalah, jadi problem solvingadalah
gambar 4.4 skor hasil belajar postest siswa. Dan suatu cara atau proses belajar yang lebih terfokus
terjadi peningkatan skor rata-rata dari pretest ke pada keterampilan siswa memecahkan masalah.
postets mencapai 34,45%. Dalam menerapkan pendekatan problem
Berdasarkan hasil pengujian statistik solving guru memberikan uraian yang jelas dan
inferensial diperoleh bahwa skor hasil belajar langkah-langkah dalam pemecahan masalah.
siswa baik pretest maupun postest berasal dari Dimana semua siswa diarahkan langsung dalam
populasi yang berdistribusi normal dan proses pembelajaran, mulai dari mengenal alat,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bahan, tujuan yang ingin dicapai, sehingga semua
signifikan antarahasil belajar siswa yang diajar siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan problem terutama pada saat melakukan percobaan. Dalam
hal ini semua siswa mempunyai kesempatan
mencari jawaban dan menemukan sendiri solusi fasilitas laboratorium agar proses belajar
setiap permasalahan melalui tahap-tahap dan mengajar dapat berjalan dengan lancar.
masing-masing siswa dalam kelompoknya 3. Kepada peneliti dalam melakukan penelitian
mempunyai tugas sehingga semua siswa aktif yang serupa agar meninjau aspek-aspek lain
selama proses pembelajaran. Dengan cara ini dari penelitian ini sehingga dapat diperoleh
akan membuat suasana belajar menyenangkan hasil yang lebih optimal.
dan tidak membosankan yang pada akhirnya akan
meningkatkan hasil belajar siswa. VI. UCAPAN TERIMA KASIH
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat 1. Teristimewa kepada kedua orang tua dan
dikemukakan bahwa dalam menerapkan seluruh keluarga tercinta atas segala doa dan
pendekatan problem solving memiliki peranan bantuan baik moril maupun materil
yang cukup berarti dalam meningkatkan hasil 2. Ibu Nurlina, S.Si., M.Pd selaku Ketua
belajar fisika siswa. Dengan demikian salah satu Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan Muhammadiyah Makassar.
pendekatan problem solving khususnya pada 3. Bapak Ma’ruf, S.Pd., M.Pd selaku Sekretaris
kelas X SMA PGRI Sungguminasa Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
V. PENUTUP Muhammadiyah Makassar sekaligus dosen
A. Kesimpulan penguji
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan 4. Bapak Khaeruddin, S.Pd.,M.Pd selaku
yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan pembimbing I dan Ibu Dra. Hj. Rahmani
bahwa: Hustim, M.Pd selaku pembimbing II yang
1. Hasil belajar fisika siswa SMA PGRI senantiasa memberikan arahan.
Sungguminasa setelah diajar dengan 5. Rekan-rekan mahasiswa terkhusus kepada
menggunakan pendekatan problem solving kelas C fisika 2007 yang senantiasa
dengan skor rata-rata 14,58. memberikan saran dan motivasinya.
2. Hasil belajar fisika siswa SMA PGRI 6. Serta siswa-siswi SMA PGRI Sungguminasa
Sungguminasa setelah diajar dengan atas segala pengertian dan kerjasamanya
menggunakan pendekatan problem solving selama penulis melakukan penelitian.
dengan skor rata-rata 23,79.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara PUSTAKA
hasil belajar siswa yang diajar dengan Artikel Jurnal
menggunakan pendekatan problem solving [1] Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar
dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan Mengajar Disekolah .PT.Rineka Cipta.
pendekatan problem solving. Sehingga
pendekatan problem solving dapat dijadikan [3] Sudjana, N. 2005 metode statistika. Bandung:
sebagai salah satu alternatif untuk Tarsito.
meningkatkan hasil belajar fisika bagi siswa
[4] Sudjana, N. 1995. Penilaian hasil belajar
khususnya pada materi pengukuran kelas X
mengajar. Bandung: Sinar Baru.
SMA PGRI Sungguminasa.
B. Saran Buku
Bedasarkan hasil yang diperoleh dari [5] Nasution, S. 2009. Berbagai Pendekatan
penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. PT.
kelas X SMA PGRI Sungguminasa, maka Bumi Aksara, Jakarta
diajukan beberapa saran:
1. Kepada guru fisika agar senantiasa dalam [6] Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
proses pembelajaran, sebaiknya Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
menpertimbangkan pendekatan problem
solving sebagai salah satu alternatif metode
pembelajaran.
2. Kepada Kepala Sekolah di SMA PGRI
Sungguminasa agar kiranya melengkapi

Anda mungkin juga menyukai