Cara kerja nya adalah si penderita di suruh bernafas (menarik nafas dan menghembuskan
nafas) dimana hidung penderita ditutup. Drum A akan bergerak naik turun, sementara itu
drum pencatat bergerak putar (sesuai dengan jarum jam) sehingga pen pencatat akan
mencatat sesuai dengan gerak drum A. Hasil pencatatan akan terlihat seperti gambar di
bawah ini.
Pada permulaan dan akhir pernapasan terdapat keadaan reserve, akhir dari suatu inspirasi
dengan suatu usaha agar mengisi paru-paru denga udara, udara tambahan ini disebut
inspiratory reserve volume, jumlahnya sebanyak 3.000 ml. Demikian pula akhir dari suatu
ekspirasi, usaha dengan tenaga untuk mengeluarkan udara dari paru-paru, udara ini disebut
expiratory reserve volume yang jumlahnya kira kira 1.100 ml. Udara yang tertinggal setelah
ekspirasi secara normal disebut fungtional residual capacity (FRC).
Dalam keadaan normal vital capacity sebanyak 4.500 ml. Maksimum ekspirasi setelah
maksimum inspirasi sangat berguna untuk mengetest penderita emphysema dan obstruksi
jalan pernapasan. Penderita normal dapat mengeluarkan udara kira-kira 70% dari vital
capacity dalam 0,5 detik, 85% dalam satu detik, 94% dalam 2 detik, 97% dalam 3 detik.
Normal peak flow rate 350-500 liter/menit.
Tekanan darah normal: Angka sistolik kurang dari 120 dan angka diastolik kurang
dari 80.
Prehipertensi: Angka sistolik antara 120 dan 139, angka diastolik antara 80 dan 89.
Hipertensi Tingkat 1: Angka sistolik antara 140 dan 159, angka diastolik antara 90
dan 99.
Hipertensi Tingkat 2: Angka sistolik di atas 160 dan angka diastolik di atas 100.
Hipertensi Berat: Angka sistolik di atas 180 dann angka diastolik di atas 110.
B. BIOAKUSTIK
Suatu perubahan mekanik terhadap zat gas, zat cair atau zat padat sering menimbulkan
gelombang bunyi. Golombang bunyi ini merupakan vibrasi/getaran dari molekul-molekul zat
dan saling beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut terkoordinasi menghasilkan
gelombang serta mentransmisikan energi bahkan tidak pernah terjadi pemindahan partikel.
1. Alat tes pendengaran
a. TES GARPU TALA
Tes garpu tala adalah suatu tes untuk mengevaluasi fungsi pendengaran individu
secara kualitatif dengan menggunakan alat berupa seperangkat garpu tala frekuensi
rendah sampai tinggi 128 HZ-2048 Hz.
Satu perangkat garpu tala memberikan skala pendengaran dari frekuensi rendah
hingga tinggi akan memudahkan survei kepekaan pendengaran. Cara menggunakan
garpu tala yaitu garpu tala di pegang pada tangkainya, dan salah satu tangan garpu
tala dipukul pada permukaan yang berpegas seperti punggung tangan atau siku.
1. TES RINNE
Tujuan : membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada telinga yang
diperiksa.
Cara Pemeriksaan : Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, letakkan tangkainya
tegak lurus pada planum mastoid penderita (posterior dari MAE) sampai
penderita tak mendengar, kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita.
Apabila penderita masih mendengar garpu tala di depan MAE disebut Rinne
positif. Bila tidak mendengar disebut Rinne negatif.
Interpretasi :
- Normal : Rinne positif
- Tuli konduksi : Rinne negatif
- Tuli sensori neural : Rinne positif .
2. TES WEBER
Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita
Cara Pemeriksaan : Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian
tangkainya diletakkan tegak lurus di garis median, biasanya di dahi (dapat pula
pada vertex, dagu atau pada gigi insisivus) dengan kedua kaki pada garis
horisontal. Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang tidak
mendengar atau mendengar lebih keras . Bila mendengar pada satu telinga disebut
laterisasi ke sisi telinga tersebut. Bila kedua telinga tak mendengar atau sama-
sama mendengar berarti tak ada laterisasi.
Interpretasi :
- Normal : Tidak ada lateralisasi
- Tuli konduksi : Mendengar lebih keras di telinga yang sakit
- Tuli sensorineural : Mendengar lebih keras pada telinga yang sehat
3. TES SCHWABACH
Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan
pemeriksa yang pendengarannya normal
Cara pemeriksaan : garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya
diletakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah
tidak mendengar, secepatnya garpu tala dipindahkan ke mastoid penderita. Bila
penderita masih mendengar maka schwabach memanjang, tetapi bila penderita
tidak mendengar, terdapat 2 kemungkinan yaitu Schwabah memendek atau
normal. Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu tes
pada penderita dulu baru ke pemeriksa. Garpu tala 512 dibunyikan kemudian
diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita, bila penderita sudah tidak
mendengar maka secepatnya garpu tala dipindahkan pada mastoid pemeriksa, bila
pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal, bila pemeriksa masih
masih mendengar berarti schwabach penderita memendek.
Interpretasi :
- Normal : Schwabach sama dengan pemeriksa
- Tuli konduksi : Schwabach memanjang
- Tuli sensorineural : Schwabach memendek
C. PANAS / TERMODINAMIKA
Termodinamika berasal dari dua kata yaitu thermal (yang bertkenaan dengan panas)
dan dinamika (yang berkenanan dengan pergerakan).
Jadi termodinamika adalah ilmu mengenai fenomenan-fenomena tentang enersi yang
berubah-ubah karena pengaliran panas dan usha yang dilakukan.
Misalnya suatu benda dinaikan suhunya maka timbbul pemuaian atau penyusutan [ada
termo elemen akan membangkitkan gaya gerak listrik. Pada proses ini terdapat suatu
perpindahan panas dan juga bekerja sesuai gaya yang yang mengalami perpindahan yang
mengakibatkan terlaksannya suatu usaha.
Dengan demikian termodinamika merupakan akar dari bebrapa cabang ilmufisika.
Dalam mempelajari termodinamika bukan hanya fenomena suhu tetapi juga tuntunan logika,
sifat-sifat ggas, larutan zat padat dan reaksi kimia.
1. TERMOMETRIK
Mengetahuai panas dinginnya suatu zat dengan menggunnakan indra perda
merupakan penilai yang subjekif serta tidak ilmiah. Pemanagamatan secara itu disebut
pengamatan yang kkwalintatif yang justru dapat menyesatkan. Misalnya seorang
mencelup tangannya kedalam air suam akan menilai air itu hangat, apabila orang
tersebut sebelumnya telah mencelupkan tangannya ke dalam air dingin. Sebaliknya
akan terasa dingin apabila sebelumnya tangan telah dicelupkan ke dalam air lebih
hangat. Untuk menghindari penilai yang usbjektif perlu adaa penilai yang kwantitatif.
Justru ini perlu adanya alat ukur serta satuan dasar. Alat yang dipakai untuk
pengukuran suhu tersebut termometer; prinsip dasar dari alat ukur ini adalam
fenomenan pemuaian yang merupakan indeks temperatur. Contoh : termometer air
raksa dan termometer alkohol.
Air raksa mempunyai batas memuai dan titik uap tertentu yaitu pada -40oC air
raksa akan memebntu dan titik upa berkisar di atas 360oC sehingga ada metode
lain/alat lain untuk mengukur suhu suatu benda.
contoh termometer :
a. Termometer air raksa /alkohol
Alat ini terlukis dibawah. Termometer ini terdiri dari bola garis A berdinding tipis.
Bagian atas bola dihubungkan dengan pipa kapiler B. Air raksa mengisi bola A
dan sedikit pada pipa kapiler B. Antra pipa kapiler dan bola A terdapat suatu
peyempitan. Tujuannya agar supaya air raksa setelah memuali, tidak mudah
kembal ke keadaan semula. Bagian atas kapiler dihampakan udara kemudian
ujung kapiler tersebut di tutup. Untuk mengukur tinggi permukaan air raksa dibuat
skala yang digoreskan pada dinding pipa tersebut. Pada dinding belakang yang
berwarna dengan skala, di sebelah luarnya ruangan terdapat/diberikan lapisan
perak agar dapat memberikam gambaran skala lebih taham, untuk jelasnya dibuat
potongan penampang lintang pipa kapiler dari sebuah termometer
D. BIOOPTIK
Dasar ilmu optik ada dua cara peendekatan mengenai gejala optik yaitu: optika geometris
dan optika fisik.
a. Optika Geometris
Berpangkal pada perjalanan cahaya dalam medium secara garis lurus, berkas-berkas
cahaya di sebut garis cahaya dan gambar secara garis lurus. Dengan cara pendekatan ini
dapatlah melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa dalam bentuk matematika.
s= jarak benda
s’ = jarak bayangan
b. Optika Fisik
Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polasisasi tidak dapat di jelaskan malui
metode optika geometri. Gejala-gejala ini hanya dapat dijelaskan dengan menghitung ciri-
ciri fisik dari cahaya tersebut.
Huygens (1690)
Menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang dari sebuah sumber cahaya
menjalarkan getaran-getaran ke semua jurusan. Setiap titik dari ruangan yang bergetar
olehnya dapat dianggap sebagai sebuah pusat gelombang baru. Inilah prinsip dari
Huygens yang belum bisa menjelaskan perjalanan cahaya dari satu medium ke medium
lainnya.
1) KERATOMETER
Alat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan
pemakaian lensa kontak; lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara
menempel pada kornea yang mengalami gangguan kelengkungan. Ada dua lensa
Kontak yaitu :
a. Hard contact lens
Dibuat dari plastic yang keras, tebal 1 mm dengan diameter 1 cm. sangat efektif
bila dilepaskan dan mudah terlepas oleh air mata tetapi dapat mengoreksi
astigmatisma.
b. Soft contact lens
Adalah kebalikan dari hard contact lens. Sangat nyaman tetapi tidak dapat
mengoreksi astigmatisma.
Dasar kerja keratometer :
Benda dengan ukuran tertentu diletakkan didepan cermin cembung dengan jarak
diketahui akan membentuk bayangan di belakang cermin cembung berjarak ½ r.
dengan demikian dapat ditentukan permukaan cermin cembung.
Berlandaskan kerja cermin cembung maka dibuat keratometer. Pada keratometer
,kornea bertindak sebagai cermin cembung, sumber cahaya sebagai objek.
Pemeriksa mengatur focus agar memperoleh jarak dari kornea.
Pemeriksa menentukan ukuran bayangan yang direfleksi dengan mengatur sudut
prisma agar menghasilkan dua bayangan. Posisi prisma setelah diatur akan
dikaliberasi dengan daya focus kornea ( dalam dioptri). Nilai rata-rata 44 dioptri
dengan rata-rata radius kelengkungan kornea 7,7 mm. penderita dengan
astigmastisma , biasanya dalam pengukuran bayangan dibuat arah vertical dan
horizontal.
E. BIOLISTRIK
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP
(Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang
Bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel.
Sel-sel jaringan tubuh manusia mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan
lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative pada
permukaan dalam bidang batas/membrane (Carr, 1998).
Di dalam sebuah sel terdapat ion Na+, K+, Cl- dan protein. Pada saat membran sel istirahat
(tidak ada sinyal listrik) muatan di dalam sel lebih negative daripada di luar sel. Jika terdapat
rangsangan maka ion Na+ akan masuk dari luar menuju dalam sel dan membrane sel berada
dalam keadaan depolarisasi. Terjadinya depolarisasi sel membrane secara tiba- tiba disebut
potensial aksi. Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat
penting. Transmisi Sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries
yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulu untuk mentringer
neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan isyarat listrik dari neuron lain.
SISTEM KERJA
Otot diladeni banyak unit motor. Suatu unit motor terdiri dari cabang tunggal neutron/saraf
dari otak atau medulla spinalis. Ada 25-2.000 serat otot (sel), dihubungkan dengan saraf via
motor end plate, sehingga potensial istirahat yang melewati serat otot serupa dengan potensial
istirahat yang melewati serat saraf. Oleh sebab itu gerakan otot berkaitan dengan satu
potensial aksi yang merambat sepanjang akson dan diteruskan ke serat otot melalui motor end
plate. Sistem kerja EMG pada beberapa serat otot yaitu Elektroda permukaan diletakkan pada
permukaan kulit dengan tujuan mengukur isyarat listrik dari sejumlah unit motoris. Sebuah
elektroda jarum kosentris dimasukkan ke dalam kulit untuk mengukur aktivitas unit motoris
tunggal.
https://id.wikihow.com/Memeriksa-Tekanan-Darah-dengan-Sfigmomanometer
dr.J.F.Gabriel Buku Fisika Kedokteran : EGC
https://www.academia.edu/9388405/TES_GARPU_TALA
http://esa166.weblog.esaunggul.ac.id/2013/01/05/bio-optik/
https://www.academia.edu/8603216/Makalah_Alat_untuk_Mendiagnosis_Penyakit
http://digilib.unila.ac.id/13131/3/bab2.pdf