Anda di halaman 1dari 16

MODUL

BAHAN AJAR CETAK

KEPERAWATAN

PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM


KAKI DIABETIK

PENGKAJIAN KAKI DIABETIK &


PERAWATAN KAKI DM
FAJAR MAULANA (PO.62.20.1.17.324)

FRIENDKY (PO.62.20.1.17.325)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PUSAT PENDIDIKAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMEBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN


KONSEP DASAR KAKI DIABETIK

A. Pendahuluan
Edukasi kesehatan merupakan bagian dalam pengelolaan diabetes melitus. Melalui
edukasi, orang dengan diabetes mengetahui tentang penyakitnya dan mampu merawat
dirinya. Salah satu komplikasi umum dari diabetes adalah masalah kaki diabetes. Kaki
diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan mudah mengalami luka dan cepat
berkembang menjadi ulkus gangren bila tidak dirawat dengan benar. Setiap tahun, lebih
dari satu juta orang penderita diabetes kehilangan salah satu kakinya sebagai
komplikasi diabetes. Ini berarti bahwa setiap 30 detik, satu tungkai bawah hilang karena
diabetes di suatu tempat di dunia. Dari semua amputasi tungkai bawah, 40-70 %
berkaitan dengan diabetes. Pada banyak studi, insiden amputasi tungkai bawah di
perkirakan 5-25/100.000 orang/tahun. Sedangkan di antara penderita diabetes, jumlah
penderita yang diamputasi sebanyak 6-8/1000 orang.
Penderita diabetes sangat membutuhkan peningkatan pengetahuan melalui edukasi
yang tepat. Pemahaman terhadap kondisi kesehatan serta bagaimana menjalani
kehidupan pasca di diagnosa penyakit diabetes melitus dapat membantu dalam
meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik .Edukasi diabetes adalah pendidikan dan
pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi penderita diabetes melitus
yang bertujuan untuk menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman
tentang penyakit diabetes.
Penderita diabetes melitus di Kalimantan Tengah setiap tahunnya mengalami
peningkatan, untuk menekan tingginya kasus Diabetes Melitus dan mencegah
komplikasi kaki diabetes diperlukan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai
penatalaksanaan diabetes melitus dengan cara pemberian edukasi mengenai
perawatan kaki diabetes dengan media audiovisual dan demonstrasi.
Topik 1

Pengkajian Kaki Diabetik & Perawatan Kaki Diabetik

A. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
Pengumpulan data
a) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
b) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya
luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada kaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi
insulin misal hipertensi, jantung.
f) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
g) Pengkajian fisik
mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
umum meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.

- Kepala dan leher


Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh
- Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
shu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
- Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
- Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
- Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
- Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
- Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah
dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
- Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorientasi.
B. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa I : Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer
Definisi
Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan.

1) Batasan karakteristik
a. Edema
b. Nyeri ekstremitas
c. Penurunan nadi perifer
d. Perubahan fungsi motorik
e. Perubahan karakteristik kulit
f. Perubahan tekanan darah di ekstremitas
g. Waktu pengisian kapiler >3 detik
h. Warna kulit pucat saat elevasi
2) Faktor yang berhubungan
a. Diabetes melitus
b. Gaya hidup kurang gerak
c. Hipertensi
2. Diagnose II : Kerusakan integritas kulit
Definisi
Kerusakan pada epidermis dan atau dermis
1) Batasan karakteristik
a. Benda asing menusuk permukaan kulit
b. Kerusakan integritas kulit
2) Faktor yang berhubungan
a. Cedera kimiawi kulit
b. Faktor mekanik
c. Hipertermia
d. Hipotermia
e. Gangguan metabolisme
f. Gangguan sensasi (akibat DM)
g. Gangguan sirkulasi
h. Tekanan pada tonjolan tulang
C. Interevensi
1. Diagnosa I : Gangguan perfusi jaringan perifer
- Tujuan : Mempertahankan sirkulasi  perifer tetap normal.
- Kriteria hasil :
a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
b. Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
c. Kulit sekitar luka teraba hangat.
d. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
e. Sensorik dan motorik membaik
- Intervensi keperawatan dan rasional :
1) Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2) Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah  :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah  dari jantung  ( posisi elevasi pada waktu istirahat ),
hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang
lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3) Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan
penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok
dapat menyebabkan terjadinya  vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk
mengurangi efek dari stres.
4) Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula
darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga
perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat
mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi
daerah ulkus/gangren.
2. Diagnosa II : Gangguan integritas kulit
- Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
- Kriteria hasil :
a. Berkurangnya oedema sekitar luka.
b. pus dan jaringan berkurang
c. Adanya jaringan granulasi.
d. Bau busuk luka berkurang.

- Intervensi dan rasional


1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan
membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan benar  : membersihkan luka secara abseptik menggunakan
larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi
jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan
larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan
nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan  kultur pus 
pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk
mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan
kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
Perawatan Kaki Diabetik

A. Kaki Diabetes
Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak
terkendali. Kelainan kaki diabetes melitus dapat disebabkan adanya gangguan
pembuluh darah, gangguan persyarafan dan adanya infeksi.
1. Gangguan pembuluh darah
Keadaan hiperglikemia yang terus-menerus akan mempunyai dampak pada
kemampuan pembuluh darah tidak berkontraksi dan relaksasi berkurang. Hal ini
mengakibatkan sirkulasi darah tubuh menurun, terutama kaki dengan gejala
antara lain 
- Sakit pada tungkai bila berdiri, berjalan dan melakukan kegiatan fisik.
- Jika diraba kaki terasa dingin, tidak hangat.
- Rasa nyeri kaki pada waktu istirahat dan malam hari.
2. Gangguan persyarafan (Neuropati)
Neuropati akan menghambat signal, rangsangan atau terputusnya komunikasi
dalam tubuh. Syaraf pada kaki sangat penting dalam menyampaikan pesan ke
otak, sehingga menyadarkan kita akan adanya bahaya pada kaki, misalnya rasa
sakit saat tertusuk paku atau rasa pana saat terkena benda-benda panas. Kaki
diabetes dengan neuropati akan mengalami gangguan sensorik, motorik, dan
otonomik. Neuropati sensorik ditandai dengan perasaan pada baal atau kebal
(parestesia), kurang berasa (hipestesia), terutama ujung kaki terhadap rasa panas,
dingin, dan sakit. Terkadang disertai rasa pegal dan nyeri di kaki. Neuropati
motorik ditandai dengan kelemahan sistem otot, otot mengecil, mudah lelah,
kram otot, deformitas kaki (charcot), ibu jari seperti palu (hammer toe), sulit
mengatur keseimbangan tubuh. Gangguan syaraf otonomik pada kaki ditandai
dengan kulit menjadi kering, pecah-pecah dan tampak mengkilat karena kelenjar
keringat di bawah kulit berkurang.
3. Infeksi
Penurunan sirkulasi darah pada daerah kaki akan menghambat proses
penyembuhan luka, akibatnya kuman masuk ke dalam luka dan terjadi infeksi.
Peningkatan kadar gula darah akan menghambat kerja leukosit dalam mengatasi
infeksi, luka menjadi ulkus gangren dan terjadi perluasan infeksi sampai ke tulang
(osteomielitis). Kaki yang mengalami ulkus gangren luas sulit untuk diatasi, yang
memerlukan tindakan amputasi.

B. Masalah Umum pada Kaki Diabetes


Luka melepuh pada kaki akibat pemakaian sepatu yang sempit atau baru pada orang
yang tidak diabetes adalah hal yang biasa, tetapi bagi orang diabetes luka tersebut
akan menjadi masalah besar. Terdapat tiga alasan mengapa orang dengan diabetes
lebih tinggi resikonya mengalami masalah kaki yaitu karena :
- Sirkulasi darah dari jantung ke kaki dan tungkai menurun.
- Berkurangnya indra rasa pada kaki.
- Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi.
1. Kapalan, mata ikan dan melepuh
Kapalan (callus), mata ikan (corn atau kutilmulmul) merupakan penebalan atau
pengerasan kulit yang juga terjadi pada kaki diabetes, akibat dari adanya
neuropati dan penurunan sirkulasi darah dan juga gesekan atau tekanan yang
berulang-ulang pada daerah tertentu di kaki. Jika kejadian tersebut tidak
diketahui dan diobati dengan tepat, maka akan menimbulkan luka pada jaringan
di bawahnya yang berlanjut dengan infeksi menjadi ulkus. Kejadian kulit melepuh
atau iritasi sering diakibatkan oleh pemakaian sepatu yang sempit, jika hal ini
terjadi jangan mengobati sendiri. Kulit yang mengalami iritasi seringkali disertai
dengan infeksi dan terkadang tidak dirasa akibat adanya neuropati dan diketahui
setelah keluarnya cairan atau nanah yang merupakan tanda awal dari masalah.
2. Cantengan (kuku masuk ke dalam jaringan)
Cantengan merupakan kejadian luka infeksi pada jaringan sekitar kuku yang sering
disebabkan adanya pertumbuhan kuku yang salah. Keadaan ini disebabkan oleh
perawatan kuku yang tidak tepat misalnya pemotongan kuku yang salah (seperti
terlalu pendek atau miring), kebiasaan mencungkil kuku yang kotor. Seperti yang
kita ketahui kuku juga merupakan sumber kuman, jadi bila ada luka mudah
terinfeksi.
3. Kulit kaki retak dan luka kena kutu air
Kerusakan syaraf dapat menyebabkan kulit sangat kering, bersisik, retak, dan
pecah-pecah, terutama pada sela-sela jari kaki. Kulit kaki yang pecah
memudahkan berkembangnya infeksi jamur dikenal dengan kutu air, yang dapat
berlanjut menjadi ulkus gangren.

C. Perawatan kaki sehari-hari


1. Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan air bersih dan sabun mandi.
Bila perlu gosok kaki dengan sikat lembut atau batu apung. Keringkan kaki dengan
handuk lembut dan bersih termasuk daerah sela-sela jari kaki dengan handuk
lembut dan bersih termasuk daerah sela-sela jari kaki, terutama sela jari kaki
ketiga-keempat dan keempat-kelima.
2. Berikan pelembab/lotion (body lotion) pada daerah kaki yang kering agar kulit
tidak menjadi retak. Tetapi jangan berikan pelembab pada sela-sela jari kaki
karena sela-sela jari akan menjadi sangat lembab dan dapat menimbulkan
tumbuhnya jamur.
3. Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek
atau terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam. Bila
penglihatan kurang baik, mintalah pertolongan orang lain untuk memotong kuku
atau mengikir kuku setiap dua hari sekali. Hindarkan terjadi luka pada jaringan
sekitar kuku. Bila kuku keras sulit untuk di potong, rendam kaki dengan air hangat
(37°C) selama sekitar 5 menit, bersihkan dengan sikat kuku, sabun dan air bersih.
Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi dan berikan krem pelembab kuku.
4. Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka,
juga di dalam rumah. Jangan gunakan sandal jepit karena dapat menyebabkan
lecet di selah jari pertama dan kedua.
5. Gunakan sepatu atau sandal yang baik yang sesuai dengan ukuran dan enak untuk
dipakai, dengan ruang dalam sepatu yang cukup untuk jari-jari. Pakailah
kaus/stocking yang pas dan bersih terbuat dari bahan yang mengandung katun.
Syarat sepatu yang baik untuk kaki diabetik adalah 
a. Ukuran  sepatu lebih dalam.
½
b. Panjang sepatu inchi lebih panjang dari jari-jari kaki terpanjang saat berdiri
(sesuai cetakan kaki).
c. Bentuk  ujung sepatu lebar (sesuai lebar jari-jari kaki)
d. Tinggi tumit sepatu kurang dari 2 inchi.
e. Bagian dalam bawah sepatu (insole) tidak kasar dan licin, terbuat dari bahan
busa karet, plastik dengan tebal 10-12 mm.
f. Ruang dalam sepatu longgar, lebar sesuai bentuk kaki.
6. Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda-benda tajam seperti
jarum dan duri. Lepas sepatu setiap 4-6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari-
jari kaki agar sirkulasi darah tetap baik terutama pada pemakaian sepatu baru.
7. Bila menggunakan sepatu baru, lepaskan sepatu setiap 2 jam kemudian periksa
keadaan kaki.
8. Bila ada luka kecil, obati luka dan tutup dengan pembalut bersih. Periksa apakah
ada tanda-tanda radang.
9. Segera ke dokter bila kaki mengalami luka.
10. Periksakan kaki ke dokter secara rutin.
Tes 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1. Seorang wanita berusia 50 tahun datang berobat ke poliklinik DM untuk melakukan


pengontrolan rutin. Pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya luka, gula darah sewaktu
140 mg/dl. Wanita tersebut diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki.
Manakah pernyataan yang menunjukkan pemahaman yang tepat tentang materi yang
diajarkan?
A. “Saya lebih baik mengukur dan membeli sepatu di pagi hari agar mendapatkan ukuran
sepatu yang pas”.
B. “Jika kedinginan, saya tidak menggunakan botol panas untuk menghangatkan, tetapi
saya akan menggunakan pemanas elektrik yang lebih aman”.
C. “Saya tidak akan berjalan tanpa alas kaki, sekalipun di dalam rumah dengan lantai
yang bersih”.
D. “Jika saya mengalami luka pada kaki, maka perawatannya yaitu dengan cara
dibersihkan dengan alkohol dan di tutup dengan plester yang erat”.
E. “Jika saya duduk dalam waktu yang lama, maka sebaiknya saya duduk posisi kaki
menyilang dengan lutut sebagai tumpuan”.

Jawaban  C. “Saya tidak akan berjalan tanpa alas kaki, sekalipun di dalam rumah dengan
lantai yang bersih”.

Pembahasan  Pada pernyataan jawaban dari A kurang tepat karena sebaiknya penderita
DM mengukur dan membeli sepatu dimalam hari. Kondisi kaki akan menjadi bengkak
ketika di malam hari akibat sebelumnya kaki banyak digunakan pada pagi-siang hingga
sore hari untuk berjalan. Pada pernyataan jawaban dari B kurang tepat karena jika
menghangatkan kaki menggunakan botol panas akan beresiko melukai kaki. Pada
pernyataan jawaban dari D kurang tepat karena alkohol bukanlah hal yang tepat untuk
membersihkan luka. Ketika kita membersihkan luka menggunakan alkohol maka dapat
menimbulkan sensasi terbakar pada luka dan merusak jaringan kulit yang sehat sehingga
alkohol berbahaya jika digunakan pada luka penderita DM sedangkan plester yang terlalu
erat dapat menyebabkan terhambatnya sirkulasi darah yang kaya akan oksigen ke daerah
kulit yang terluka sehingga memperlambat proses penyembuhan. Pada pernyataan
jawaban dari E kurang tepat karena dengan menyilangkan kaki maka dapat menghambat
aliran darah ke bagian kaki.
Tes 2

1. Perawat melakukan pemeriksaan pada klien dengan DM tipe 2. Hasilnya glukosa


darah puasa 120 mg/dl, tekanan darah 120/80 mmhg, suhu tubuh 38,5°C, nadi
88x/menit, frekuensi napas 22x/menit. Manakah hasil yang paling akan menjadi
perhatian perawat?
a. Nadi
b. Pernapasan
c. Suhu tubuh
d. Tekanan darah
e. Gula darah puasa

Jawaban : C. Suhu Tubuh

Pembahasan : suhu tubuh normal adalah 36.6°C, yang terdapat di soal adalah 38,5°C.
Jadi jawaban yang tepat adalah C. Suhu tubuh.

2. Seorang laki-laki berumur 53 tahun dirawat dengan keluhan luka pada kaki kanan.
Diagnosa diabetes mellitus. Nyeri tekan pada pangkal ibu jari. Skala nyeri 3 (1-10).
Luka dengan diameter 1x1cm dengan luka berwarna hitam, berbau. Tekanan darah
110/90 mmhg. Frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 18x/menit suu 36.6°C
Apakah masalah keperawatan pada klien terebut?
a. Nyeri akut
b. Hipertensi
c. Suhu tubuh
d. Kerusakan integritas kulit
e. Gangguan perfusi jaringan perifer

Jawaban : d. Kerusakan integritas kulit

Pembahasan : karena terdapat luka degan diameter 1x1cm dengan luka berwarna
hitam, berbau.
3. Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke poli klinik penyakit dalam dengan
keluhan utama luka pada tumit. Lama luka kurang lebih 2 bulan. Klien mengatakan
memiliki riwayat penyakit diabetes melitus sudah10 tahun. Apakah pengkajian
selanjutnya yang harus dilakukan oleh perawat?
a. Kaji tipe DM
b. Kaji kondisi luka
c. Kaji penyebab luka
d. Kaji lamanya menderita DM
e. Kaji terapi DM yang didapat

Jawaban : e. Kaji terapi DM yang didapat

Pembahasan : karena klien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, jadi perlu
dikaji terapi DM apa yang telah didapat.

4. Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke poli klinik kaki diabetik dengan keluhan
utama luka pada tumit. Lama luka kurang lebih 2 bulan. Klien mengatakan memiliki
riwayat penyakit diabetes melitus sudah 10 tahun. Apakah pengkajian yang harus
dilakukan oleh perawat sebelum melakukan perawatan luka?
a. Kaji tipe DM
b. Kaji kondisi luka
c. Kaji penyebab luka
d. Kaji lamanya menderita DM
e. Kaji terapi DM yang didapat

Jawaban : b. Kaji kondisi luka

Pembahasan : karena untuk mengetahui bagaimana kondisi luka agar dapat


menentukan tindakan yang tepat saat merawat luka.
5. Tn. G berumur 60 tahun dirawat dengan keluhan luka pada kaki kanan. Diagnosa
diabetes mellitus. Nyeri tekan pada pangkal ibu jari. Skala nyeri 3 (1-10). Luka
dengan diameter 1x1cm dengan luka berwarna hitam, berbau. Tekanan darah
110/90 mmhg. Frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 18x/menit suhu
36.6°C.
Dari kasus diatas pegkajian apa yang belum di lakukan?
a. Kaji TTV
b. Kaji kondisi luka
c. Kaji nyeri
d. Kaji identitas
e. Kaji terapi DM yang didapat
Jawaban : e. Kaji terapi DM yang didapat
Pembahasan : Dari kasus diatas pegkajian apa yang belum di lakukan adalah Kaji
terapi DM yang didapat

Anda mungkin juga menyukai