Anda di halaman 1dari 6

OLAHRAGA SEBAGAI BAGIAN PENTING DARI MANAJEMEN DM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KDK II DM

Dosen : Ns. Fetty Rahmawati, S.Kep., M.Kep

Oleh :

Yuni Monesa

NIM. PO.62.20.1.17.352

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER IV
2020
Artikel Olahraga Sebagai Bagian Penting Dari Manajemen DM

Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit metabolik dengan


kecenderungan yang semakin memburuk. Indonesia berada di urutan no.7 dunia penderita
DMT2 dengan 10 juta jiwa tahun 2015 dan akan meningkat menjadi 21.3 juta jiwa pada
tahun 2030.Diperkirakan setiap 6 detik terdapat 1 orang meninggal dunia karena DMT2.
Pengendalian kadar gula darah sangatlah penting pada pasien DMT2 untuk mencegah
komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Terapi farmakologik saja dirasa tidak cukup
dalam mengendalikan kadar gula darah pasien DMT2. Asupan makanan berlebih, kurannya
aktivitas fisik dan obesitas berpengaruh besar dalam pengendalian kadar gula darah. Sebesar
55% pasien DM dengan obesitass dan 80% dengan kegemukan. Manajemen penurunan berat
badan merupakan komponen utama yang efektif dalam pengendalian kadar gula darah pada
pasien DMT2. 

Aktivitas fisik umumnya dikaitkan diartikan sebagai gerak tubuh yang ditimbulkan


oleh otot-otot skeletal dan mengakibatkan pengeluaran energi (Gibney, 2009). Dalam hal ini
olahraga adalah bagian yang penting dari manajemen diabetes mellitus. Olahraga merupakan
salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes melitus. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas
sehari-hari bukan termasuk dalam olahraga meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap
hari.

Manfaat olahraga bagi diabetesi antara lain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, meningkatkan penurunan
kadar glukosa darah sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah, mencegah
kegemukan, ikut beperan mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik,
gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah. Keadaan-keadaan ini
akan mengurangi risiko penyakit jantung koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup
diabetisi dengan meningkatnya kemampuan kerja dan juga memberikan keuntungan secara
psikologis. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga,
berkebun harus tetap dilakukan.

Peran olahraga teratur pada pengaturan kadar glukosa darah pada DM tipe 1 masih
kontroversial. Perbedaannya dengan tipe 2 adalah DM tipe 1 mempunyai kadar insulin darah
yang rendah akibat kurang atau tidak adanya produksi insulin oleh pankreas. DM tipe 1
mudah mengalami hipoglikemia selama dan segera sesudah berolahraga sebab hepar gagal
untuk melepaskan glukosa sesuai dengan laju kebutuhan. Meskipun didapatkan bahwa
olahraga tidak begitu besar mempengaruhi pada pengaturan kadar glukosa darah diabetisi tipe
1 akan tetapi didapatkan keuntungan lain. Seperti diketahui risiko penyakit jantung, gangguan
pembuluh darah perifer dan saraf pada DM tipe 1 lebih tinggi. Dengan berolahraga
diharapkan akan mengurangi risiko tersebut.

Pada DM tipe 2, olahraga berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah.
Produksi insulin umumnya tidak terganggu terutama pada awal menderita penyakit
ini.masalah utama pada DM tipe 2 adalah kurangnya respons reseptor terhadap insulin
(resistensi insulin). Pada saat berolahraga resistensi insulin bekurang, sebaiknya sensitivitas
insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetes tipe 2 akan
berkurang. Respons ini hanya terjadi setiap kali berolahraga, tidak merupakan efek yang
menetap atau berlangsung lama, oleh karena itu olahraga harus dilakukan terus – menerus
dan teratur. Olahraga pada DM tipe 2 selain bermanfaat sebagai pengaturan kadar glukosa
darah  juga bermanfaat untuk menurunkan BB da lemak tubuh. 

Prinsip olah raga pada DM sama saja dengan prinsip olahraga secara umum, yaitu,
dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit,
dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum berolahraga. Apabila kadar
glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila
>250 mg/dL dianjurkan untuk menunda olahraga.

Olahraga yang dianjurkan berupa olahraga yang bersifat aerobik dengan intensitas
sedang (50- 70% denyut jantung maksimal). Jenis olah raga yang harus diberikan adalah
latihan yang harus berkesinambungan, dilakukan terus menerus tanpa berhenti. Contoh : bila
dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit pengidap melakukan jogging tanpa istirahat.
Latihan olah raga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi
secara teratur. Contoh : latihan ritmis adalah jalan kaki, jogging, berenang, bersepeda,
mendayung. Latihan olah raga yang dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat.
Misalnya, jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan. Dengan kegiatan yang
bergantian pengidap dapat bernafas dengan lega tanpa menghentikan latihan sama sekali.
Latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat,
secara bertahap. Jadi beban latihan olah raga dinaikan sedikit demi sedikit sesuai dengan
pencapaian latihan sebelumnya. Latihan daya tahan tubuh memperbaiki system
kardiovaskuler. Oleh karena itu sebelum ikut program latihan olah raga, terhadap pengidap
harus dilakukan pemeriksaan kardiovaskuler.

Untuk menentukan intensitas latihan dapat digunakan Maximun Heart Rate (MHR)
yaitu 222 - umur pasien. Setelah denyut MHR didapatkan,dapat ditentukan Target Heart
Rate (THR). Misalnya intensitas latihan yang diprogramkan bagi diabetesi beusia 50 tahun
sebesar 60% - 70% maka THR = 60% x (220-5-= 102. Sedangkan THR 7-% adalah: 70%
(220-50)- 119. Dengan demikian bila diabetesi akan berolahraga denyut nadi sebaiknya
berada diantara 102-119 kali/menit

Langkah olahraga yang benar pertama-tama meliputi Pemanasan atau Warming Up


tujuannya agar Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat berolahraga. Lama
pemanasan cukup 5-10 menit. Kemudian melakukan Latihan Inti atau Conditioning. Pada
tahap ini denyut nadi di usahakan mencapai target tekanan darah normal agar latihan benar-
benar bermanfaat. Bila target normal tidak tercapai maka latihan tidak bermanfaat, bila
melebihi normal akan menimbulkan resiko yang tidak diinginkan. Selanjutnya melakukan
Pendinginan atau Cooling-Down tujuannya untuk mencegah terjadinya penimbunan asam
laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot, pusing, sesudah berolah raga. Lama
pendinginan kurang lebih 5-10 menit hingga denyut nadi mendekati denyut nadi istirahat.
Yang terakhir melakukan Peregangan atau Stretching Untuk melemaskan dan melenturkan
otot-otot yang masih teregang. (Ilyas, 2007)

Pada penderita DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis, hipertensi yang tidak


terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga melakukan resistance training (latihan
beban) 2-3 kali/perminggu sesuai dengan petunjuk dokter. Olahraga sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas olahraga pada penyandang DM yang
relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada penyandang DM yang disertai komplikasi
intesitas latihan perlu dikurangi dan disesuaikan dengan masing-masing individu.

Resiko berolahraga dan cara mencegahnya bagi klien diabetes yaitu, olahraga dapat
memperburuk kadar gula darah. Hal ini dapat terjadi jika dilakukannya olahraga berat, latihan
beban, dan olahraga kontak (tinju,yudo). Cara mencegahnya sebaiknya olahraga yang
dilakukan adalah jenis olahraga yang ringan, seperti jogging, bersepeda. Hipoglikemia akibat
olahraga dapat terjadi. Cara mencegahnya jangan lupa monitor kadar gula darah dan siapkan
makanan kecil (permen). Dan hindarilah pemberian insulin dibagian tubuh yang aktif
(berikan insulin di abdomen atau perut), juga kurangi dosis insulin sebelum berolahraga.
Tanda-tanda hipoglikemia adalah wajah pucat, penurunan kesadaran. Untuk menghindari
hipoglikemia adalah sediakan makanan kecil seperti permen, roti (sediaan karbohidrat).
Resiko gangguan pada kaki. Sebaiknya pasien menggunakan sepatu yang sesuai dan
usahakan agar kaki selalu bersih serta kering. Hal ini mencegah kaki klien dari luka pada saat
olahraga. Dapat mengalami Komplikasi jantung. Cara mnecegahnya sebelum melakukan
program olahraga, periksa kesehatan pasien terlebih dahulu, seperti pemeriksaan tekanan
darah dan nadi. Lakukan program olahraga individu secara berkelompok dan hindari olahraga
yang berat. Dapat mengalami cedera otot dan tulang. Selalu lakukan pemanasan dan
pendinginan, intensitas latihan ditingkatkan bertahap, serta hindari latihan yang berlebihan.
(Nabyl, 2009)

Kunci utama manajemen diabetes melitus terletak pada tiga titik yang saling
berkaitan: pengendalian berat badan, olahraga, dan makan sehat. Bentuk pengendalian ini
dilakukan dengan menurunkan berat badan sedikit (5-7% dari total berat) disertai dengan 30
olahraga, sambil makan bergizi secukupnya yang sehat. Dengan demikian olahraga
merupakan langkah penting bagi pendertia diabetes melitus untuk meningkatkan kualitas
hidupnya agar semakin membaik dan mencegah timbulnya komplikasi baru atau
memperparah keadaan komplikasi diabetes dengan melakukan olahraga secara rutin.
Daftar Pustaka

Isfaizah. 2017. Metode Diet Dalam Pengendalian Kadar Gula Darah. http://e-
prosiding.unw.ac.id/index.php/snk/article/view/39 (diakes pada tanggal 15 Agustus 2020)

FKUI. 2015. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Badan penerbit FKUI : Jakarta

Ilyas, E. I. (2007). Manfaat latihan jasmani bagi penyandang diabetes, dalam Soegondo, S.,
et al, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta: FKUI

PERKENI. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. Jakarta: PERKENI http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf (di download pada
tanggal 15 Agustus 2020)

Anda mungkin juga menyukai