Makalah KMB
Makalah KMB
HALAMAN SAMPUL
oleh
Kelompok 11
HALAMAN JUDUL
diajukan guna untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Bedah
dengan dosen pengampu Ns. Siswoyo, M.Kep
oleh :
Kelompok 11
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau
reproduksi ulang makalah yang telah ada.
Penyusun,
Kelompok 11
iii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-NYA
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Dengan Pasien Adenohypertropy”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Keperawatan Bedah pada Jurusan Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember.
Penyusun malakah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ns. Mulia Hakam, S.Kep., M.Kep.MB
2. Ns. Siswoyo, S.Kep., M.Kep
3. Rekan kuliah PSIK Universitas Jember;
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritikan dan saran dari semua pihak dmei
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah
ini dapat bermanfaat.
Penulis
Jember,
iv
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................i
PRAKATA ........................................................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................................... 1
2.1 Definisi................................................................................................................. 3
v
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ADENOHYPERTROPY .................................................................................................. 11
5.1 Kesimpulan........................................................................................................ 31
vi
BAB 1. PENDAHULUAN
1
4. Bagaimanakah manifestasi klinis dari Adenoid Hypertrophy?
5. Apa pemeriksaan penunjang Adenoid Hypertrophy?
6. Bagaimana penatlaksanaan medisAdenoid Hypertrophy?
1.4 Manfaat
1.4.1 Pembaca
Pembaca dapat memahami tentang isi dari makalah ini, sehingga dapat dijadikan
referensi untuk melakukan asuhan keperawatan tentang Adenoid Hypertrophy.
1.4.2 Penulis
Penulis dapat lebih memehami bagaimana asuhan keperawatan yang benear
pada klien dengan adenoid hypertropy.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Adenoid adalah kelenjar getah bening, yang terdiri dari limfosit (sel darah putih)
yang membantu menyaring dan membunuh patogen asing dan bakteri.
Adenoiditis adalah gangguan yang ditandai dengan hidung tersumbat, sekret
hidung dan nyeri tenggorok. Kondisi ini disebabkan karena peradangan pada adenoid,
suatu benjolan jaringan yang terletak pada bagian belakang dari tenggorok dan di atas
tonsil. Akan tetapi, jaringan ini kadang dapat sangat membesar karena bakteri dan
terinfeksi, menyebabkan adenoiditis.
Adenoid merupakan pembesaran jaringan limfoid pada dinding posterior
darinasofaring dan termasuk dalam cincin Waldeyer sebagai salah satu dari sistem
prtahanantubuh. Secara fisiologis adenoid mengalami hipertrofi pada masa anak-anak
biasanyaterlihat pada anak usia 3 tahun, lalu akan mengalami resolusi spontan dan
menghilang padausia sekitar 14 tahun. Apabila sering terjadi infeksi saluran nafas
bagian atas maka dapatterjadi hipertrofi adenoid yang akan mengakibatkan sumbatan
pada koana dan sumbatanpada mulut tuba eustachius.
Gambar.2.1Adenoid Hypertropy
3
2.2 Epidemiologi
Pada awal tahun 1960 dan 1970-an, telah dilakukan 1 sampai 2 juta
tonsilektomi, adenoidektomi atau gabungan keduanya setiap tahunnya di Amerika
serikat. Angka ini menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu dimana pada tahun
1996, diperkirakan anak-anak di bawah 15 tahun menjalani tonsilektomi, dengan atau
tanpa adenoidektomi. Dari jumlah ini, 248.000 anak (86,4%) menjalani
tonsiloadenoidektomi dan 39.000 lainnya (13,6%) menjalani tonsilektomi saja. Tren
serupa juga ditemukan di Skotlandia. Sedangkan pada orang dewasa berusia 16 tahun
atau lebih, angka tonsilektomi meningkat dari 72 per 100.000 pada tahun 1990 (2.919
operasi) menjadi 78 per 100.000 pada tahun 1996.
Di Indonesia, data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau
tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun, data yang didapatkan dari RSUPNCM selama
5 tahun terakhir (1999-2003) menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi
tonsilektomi. Fenomena ini juga terlihat pada jumlah operasi tonsiloadenoidektomi
dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) dan terus menurun sampai tahun
2003 (152 kasus). Sedangkan data dari rumah sakit Fatmawati dalam 3 tahun terakhir
(2002-2004) menunjukkan kecenderungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi dan
penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi.
2.3 Etiologi
Adenoid adalah pembesaran superepitelial dari limfosit pada minggu ke 16
kehamilan. Secara fisiologis, normalnyapada saat lahir nasofaring dan adenoid banyak
di temukan organisme yang terdapat pada bagian atas saluran pernafasan yang mulai
aktif setelah lahir. Organisme-organisme tersebut adalah lactobacillus, streptococcus
anaerobik, actynomycosis, lusobacteriurn dan nocardia mulai berkembang. Flora normal
yang ditemukan pada adenoid antara lain streptococcus alfa-hemolytic,
corynebacterium, staphylococcus, neissria, micrococcus dan stomatococcus.
Etiologi pembesaran adenoid sebgian besar disebabkan oleh infeksi yang
berulang pada saluran pernafasan bagian atas pola pertumbuhan normal untuk jenis
jaringan.
Adenoid dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu secara fisiologis dan faktor
infeksi. Secara fisiologis adenoid akan mengalami hipertrofi pada masa puncak yaitu 3-
4
7 tahun. Biasanya asimtomatik, namun jika semakin membesar maka akan
menimbulkan gejala. Adenoid juga didapatkan pada anak yang mengalami infeksi
kronik pada saluran pernapasan atas atau ISPA.
Adnoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding
posterior nasofaring di atas batas platum molle dan termasuk dalam cincin weldeyer.
Adenoid ini membesar pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang
sama sekali pada usia 14 tahun.
Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas bagian atas, maka dapat terjadi
hipertrifi adenoid yang akan mengakibatkan sumbambatan pada koana, sumbatan tuba
eustachius serta gejala umum. Akibat sumbatan koana maka pasien akan bernafas lewat
mulut sehingga terjadi :
a. Jika berlangsung lama menyebabkan palatum durum lengkungnya
menjadi tinggi dan sempit, area dentalis superior lebih sempit dan
memanjang daripada arcus dentalis inferior hingga terjadi molocclusio
dan overbite (gigi incisivus atas kebih menonjol ke depan)
b. Muka penderita kelihatannya seperti anak yang bodoh, dan dikenal
sebagai fecies adenoidea.
c. Mouth breathing juga menyebabkan udara pernafasan tidak disaring dan
kelembapannya berkurang, sehingga mudah terjadi infeksi saluran
perfasan bagian bawah.
d. Pada sumbatan, tuba eustachius akan terjadi otitis media serosa baik
rekuren maupun otitis medis akut residif, ititis media kronis dan terjadi
ketulian. Obstruksi ini juga menyebabkan perbedaan dalam kualitas
suara.
Gejala umum yang ditemukan pada hipertrifi adenoid yaitu gangguan tidur, tidur
ngorok/mendengkur, retardasi mental dan pertumbuhan fisik kurang dan dapat
menyebabkan sumbatan pada jalan napas bagian atas yang dapat mencetuskan kor
pulmonale dimana sukar disembuhkan dengan menggunakan diuretik tetapi
memberikan respon yang cepat terhadap adenoidektomi.
5
2.4 Klasifikasi
Adenoid Kronis, adenoiditis Bentuk ini ditandai dengan panjang yang cukup
besar, dan di samping klinik biasa, dan hal ini ditandai dengan gejala yang terjadi dalam
bentuk patologi telinga, patologi saluran pernapasan bawah, dan sinus paranasal, serta
jenis lain dari patologi.Ada perbedaan dalam manifestasi klinis dan morfologi atas dasar
respon inflamasi pada pasien yang berlaku dalam kasus tertentu, serta reaktivitas
imunologi dan tingkat sensitisasi umum.Ada jenis berikut bentuk adenoiditis kronis:
a. catarrhal kelenjar gondok;
b. mukopurulen kelenjar gondok;
c. eksudatif kelenjar gondok serosa;
Adenoid, diwujudkan reaksi inflamasi karakteristik dalam jaringan adenoid:
1. adenoid limfotsetarno-eosinophilic dengan bentuk lemah eksudasi;
2. adenoid lymphoplasmacytic;adenoid
3. lymphoreticular dengan eksudat serosa;
4. adenoid neutrofil-makrofag dengan eksudat purulen karakteristik;Gelar
Tanda-tanda lokal skala keparahan inflamasi pada lesi struktur anatomi yang
berdekatan mendefinisikan bentuk:
a. Kompensasi kelenjar gondok;
b. subcompensated kelenjar gondok;
c. dekompensasi kelenjar gondok;
d. adenoid permukaan;
e. lacunar kelenjar gondok.
6
2.5 Patofisiologi
Adenoid merupakan kumpulan jaringan limfoid di sepanjang dinding posterior
dan nasofaring, fungsi utama dari adenoid adalah sebagai pertahanan tubuh, dalam hal
ini apabila terjadi invasi bakteri melalui hidung yang menuju ke nasofaring, maka sering
terjadi invasi sistem pertahanannya berupa sel-sel leucosit. Apabila sering terjadi invasi
kuman maka adenoid semakin lama akan membesar karena sebagai kompensasi bagian
atas maka dapat terjadi hiperplasi adenoid, akibat dari hiperplasi ini akan timbul
sumbatan koana dan sumbatan tuba eustachius. Akibat sumbatan tuba Eustachius akan
terjadi otitis media akut berulang, otitis media kronik dan akhirnya dapat terjadi otitis
media supuratif kronik. Akibat hiperplasia adenoid juga akan menimbulkan gangguan
tidur, tidur ngorok, retardasi mental dan pertumbuhan fisik berkurang.
Pada tonsillitis kronis karena proses radang yang berulang maka epitel mukosa
dan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan
sehingga kripte melebar. Secara klinik kripte tampak diisi oleh detritus, proses ini
berjalan terus sampai menembus kapsul dan terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar
fosa tonsilaris.
7
2.6 Pohon Masalah
BAKTERI:
Virus
a) Streptococcus Species
b) Staphylococcus Aureus
c) Haemophilus Influenza
d) Pneumococcus Species
Menyerang Tubuh -> Aktifnya sistem imun, salah satunya adenoid yang
berfungsi untuk menghancurkan patogen (melindungi paru-paru dari
infeksi)
8
2.7 Manifestasi Klinis Adenohypertropy
Rhinore
kualitas suara yang berkurang (hiponasal)
obstruksi nasal berupa pernapasan lewat mulut yang kronis (chronic
mouth breathing)
mendengkur
bisa terjadi gangguan tidur (obstructive sleep apnea)
tuli konduktif (merupakan penyakit sekunder otitis media rekuren
atau efusi telinga tengah yang persisten)
muka adenoid.
Pengambilan foto polos leher lateral juga bisa membantu dalam mendiagnosis
hipertrofi adenoid jika endoskopi tidak dilakukan karena ruang postnasal
kadang sulit dilihat pada anak-anak, dan dengan pengambilan foto lateral bisa
menunjukkan ukuran adenoid dan derajat obstruksi.
2.8.2 Endoskopi
9
3 Terapi khusus (pengobatan) :
a. Bronchodilator
b. Antimikroba
c. Kortikosteroid
d. Terapi pernafasan
e. Terapi aerosol
f. Terapi oksigen
g. Penyesuaian fisik
h. Latihan relaksasi
10
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ADENOHYPERTROPY
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengkajian Riwayat Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi,
diagnosa medis, dan tanggal medis.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini. Keluhan
utama yang lazim didapatkan adalah ditemukan pada hipertrofi adenoid yaitu
gangguan tidur, tidur ngorok/mendengkur, retardasi mental dan pertumbuhan
fisis kurang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien penderita adenoid Hypertrophy biasanya mengalami:
P : Nyeri muncul saat digunakan untuk menelan
Q :Nyeri tajam
R :Daerah tenggorokan
S :Nyeri akan berkurang saat digunakan untuk berbaring
T :Klien mulai merasakan nyeri sejak awal mengalami infeksi
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah didiagnosa infeksi saluran pernafasan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Memiliki riwayat keluarga tidur mengorok.
11
1) Arti sehat dan sakit bagi pasien
2) Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini
3) Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining, kunjungan ke pusat
pelayanan ksehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen stress, faktor
ekonomi
4) Pemeriksaan diri sendiri : payudara, riwayat medis keluarga, pengobatan yang
sudah dilakukan.
5) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
6) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan.
12
d. Pola Persepsi – Kognitif
Kaji pasien mengenai :
1) Gambaran tentang indra khusus (penglihatan, penciuman, pendengar, perasa,
peraba)
2) Penggunaan alat bantu indra
3) Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara komprehensif)
4) Keyaknan budaya terhadap nyeri
5) Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk mengontrol
dan mengatasi nyeri
6) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan)
13
7) Pola membersarkan anak
8) Hubungan dengan orang lain
9) Orang terdekat dengan klien
10) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
14
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah pengumpulan riwayat kesehatan. Gunakan
teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pengkajian fisik harus dilakukan secara
komprehensif.
a. Sistem pernapasan
Saat pengkajian ditemukan bahwa pasien yang menderita adenoid hypertrophy
akan bernafas lewat mulut. Sumbatan pada jalan napas bagian atas yang dapat
mencetuskan kor pulmonale dimana sukar disembuhkan dengan penggunaan
diuretik tetapi memberikan respon yang cepat terhadap adenoidektomi. Pasien
mengalami mouth breathing juga menyebabkan udara pernafasan tidak disaring dan
kelembabannya kurang, sehingga mudah terjadi infeksi saluran pernafasan bagian
bawah.
b. Sistem Kardiovaskuler
Saat pengkajian sistem kardiovaskuler pasien adenoid hypertrophy tidak
ditemukan kelainan.
c. Sistem Persyarafan
Saat pengkajian sistem Persyarafan pada klien dengan adenoid hypertrophy,
ada kelainan yang ditemukan yang terjadinya retardasi mental pada pasien dan
pasien mengalami facies adenoidea.
d. Sistem Perkemihan
Saat pengkajian sistem Perkemihan pada klien dengan adenoid hypertrophy,
tidak ada kelainan yang ditemukan.
e. Sistem Pencernaan
Saat pengkajian sistem Pencernaan pada klien dengan adenoid hypertrophy
tidak ada kelainan yang ditemui.
g. Sistem Endokrin
15
Saat pengkajian sistem Endokrin pada klien dengan adenoid hypertrophy
ditemukan: terjadi peningkatan metabolisme dan kelemahan.
i. Spiritual
Saat pengkajian spiritual pada klien dengan adenoid hyepertrophy ditemukan
bahwa klien mengalami Ansietas, gelisah, bingung,
j. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk pasien adenoid hypertrophy
adalah Radiology dan endoscopy.
16
yang bersih, tidak ada perlu
sianosis dan dypsneu 5. Berikan pelembab udara
(mampu bernafas dengan kassa basa NaCl Lembab
dengan mudah, tidak ada 6. Atur intake untuk cairan
pursed lips) mengoptimalkan
Menunjukkan jalan nafas keseimbangan
yang paten (klien tidak 7. Pertahankan jalan nafas
merasa tercekik, irama paten
nafas, frekuensi 8. Monitor suara paru
pernafasan dalam rentang 9. Monitor pola pernafasan
normal, tidak ada suara abnormal
nafas abnormal) 10. Monitor suhu, warna
Tanda-tanda vital dalam kelembapan kulit
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)
2. Gangguan Pola Setelah diberikan tindakan 1. Determinasi efek-efek
tidur keperawatan selama 3x24 jam medikasiterhadap pola tidur
berhubungan gangguan pola tidur klien bisa 2. Jelaskan pentingnya tidur
dengan berkurang dan bisa nyaman akan yang adekuat
ketidaknyamanan tidurnya. 3. Fasilitas untuk
Kriteria Hasil: mempertahankan aktivitas
Jumlah jam tidur dalam sebelum tidur
batas normal 6-8 jam/hari 4. Ciptakan lingkungan yag
Pola tidur, kualitas dalam nyaman
batas normal 5. Instruksikan untuk
Perasaaan segar sesudah memonitor tidur pasien
tidur atau istirahat 6. Monitor waktu makan dan
Mampu mengidentifikasi minum dengan waktu tidur
hal-hal yang 7. Monitor/catat kebutuhan
meningkatkan tidur tidur pasien setiap hari dan
jam
17
3. Nyeri akut Setelah diberikan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan keperawatan 2x24 jam nyeri akut secara komprehensif
dengan respon klien bisa menurangi nyeri. termasuk lokasi,
inflamasi pada Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,serta
adenoid Mampu mengontrol nyeri respon terhadap infalamasi
(tahu penyebab nyeri, 2. Observasi tanda-tanda vital
mampu menggunakan 3. Anjurkan klien untuk
teknik nonfarmakologi melakukan teknik relaksasi
unutk mengurangi nyeri, 4. Beri klien posisi yang
mencari bantuan) nyaman
Melaporkan bahwa nyeri 5. Berikan klien lingkungan
berkurang dengan yang nyaman, tenang dan
menggunakan manajemen aktivitas relaksasi untuk
nyeri mengalihkan nyeri
Mampu mengenali nyeri 6. Kuatkan dukungan sosial dan
(skala, intensitas, dukungan keluarga
frekuensi dan tanda nyer0 7. Kolaborasi pemberian
Menyatakan rasa nyaman narkotik, sedative, analgesic
setelah nyeri berkurang yang dapat mengurangi nyeri
Tanda vital dalam rentang sesuai dengan instruksi
normal dokter
Tidak mengalami
gangguan tidur
4. Resiko gangguan Setelah diberikan tindakan 1. Dorong pasien untuk
identitas pribadi keperawatan 3x24 jam resiko mengungkapkan secar verbal
berhubungan gangguan identitas pribadi klien konsekuensi dari perubahan
dengan retardasi bisa mempertahankan persepsi fisik dan emosi yang
mental diri. mempengaryuhi konsep diri
Kriteria Hasil: 2. Bina hubungan dnegan
Mengungkapkan secara pasien sejak masuk ke rumah
verbal tentang identitas sakit
personal 3. Fasilitasi pengambilan
18
Mengungkapkan secara keputusan kolaboratif
verbal penguatan tentang 4. Pantau pernyataan pasien
identitas personal tentang harga diri
Memperlihatkan 5. Nilai apakan pasien percaya
kesesuaian perilaku verbal diri terhadap penilainnya
dan non verbal 6. Pantau frekuensi ungkapan
verbaln yang negative
terhadap diri sendiri
7. Dorong pasien untuk
mengidentifikasi kekuatan
8. Dorong pasien untuk
mengevaluasi perilakunya
sendiri
19
berhubungan dengan pola tidur
ketidaknyamanan 2. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
3. Menfasilitas untuk mempertahankan aktivitas
sebelum tidur
4. Menciptakan lingkungan yag nyaman
5. Menginstruksikan untuk memonitor tidur
pasien
6. Memonitor waktu makan dan minum dengan
waktu tidur
7. Memonitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap
hari dan jam
20
diri
5. Menilai apakan pasien percaya diri terhadap
penilainnya
6. Mematantau frekuensi ungkapan verbaln yang
negative terhadap diri sendiri
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam
mengevaluasi klien perawat perlu mengkaji respon klien. Proses evaluasi dilakukan
dengan cara SOAP.
21
BAB 4. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN SESUAI KASUS
4.2 Pengkajian
4.2.1 Pengkajian Riwayat Keperawatan
Alasan utama MRS : sakit ternggorokan dan susah menelan akibat flu yang
berkepanjangan
Keluhan utama (pasien mengeluh) : Flu yang tak kunjung sembuh sejak 1 bulan yang
lalu.
Tingkat perkembangan lain tidak terkaji karena keadaan umum klien lemah dan
keterbatasan waktu.
22
4.2.2 Pengkajian Berdasarkan Nanda
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Sebelum MRS : perawatan diri dilakukan orang tua.
Saat MRS : perawatan diri dan kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan
perawat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum MRS : kebiasaan makan 3x sehari dengan porsi nasi, lauk dan sayur.
Pola makan teratur. Klien tidak mempunyai riwayat alergi,
kebiasaan minum di rumah menggunakan air putih ( ± 5
gelas/hari ).
Saat MRS : selama pengkajian klien masih belum mendapat diit kecuali ice
cream. Wajah klien tampak menahan sakit waktu menelan.
c. Pola eliminasi
Sebelum MRS : tidak terkaji.
Saat MRS : selama pengkajian klien belum BAB. BAK 2x urine warna
kuning jernih, bau khas dan tidak ada gangguan miksi.
d. Pola tidur dan istirahat
Sebelum MRS : Klien biasa tidur 9-10 jam/hari, biasa tidur siang kurang lebih
3 jam sehari
Saat MRS : Klien sulit tidur di malam hari, tidur tidak nyenyak
e. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum MRS : klien sehari – hari bermain dengan teman sebayanya.
Saat MRS : Klien hanya tiduran di atas tempat tidur.
f. Pola hubungan dan peran
Interaksi dengan keluarga baik, dengan adanya keluarga yang menunggu.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Self esteem : Klien menangis setiap dilakukan tindakan oleh perawat
Peran : klien sebagai seorang anak.
23
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 37 °C
RR : 22 x/menit
b. Kepala
Rambut penyebaran rata, bersih, warna hitam, konjungtiva tidak anemis,
sklera putih, mata tampak sayu, mukosa bibir lembab, hudung tampak kecil,
gigi insisivus ke depan
c. Leher
-
d. Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi intercostal.
Paru wheezing/ronchi -/- , suara perkusi sonor.
Jantung tak tampak ictus cordis, suara S1/S2 tunggal.
e. Perut
Perut supel, bising usus ( + ), tidak ada pembesaran hepar dan limpa.
f. Genetalia
Tidak terkaji
g. Ekstremitas
Akral hangat, tidak ada edema, tidak ada atropi dan kontraktur, turgor baik.
24
Napas dari mulut
DO : mengeluh tidak bisa Ketidakseimbangan nutrisi
menelan kurang dari kebutuhan
DS : klien tampak meringis tubuh
saat menelan
25
nafas, batuk,
demam, mual dll.
4. Psikis: cemas,
stress, lingkungan
dll.
5. Fasilitasi klien
untuk tidur yang
adekuat : rubah
posisi tidur sesuai
kondisi, berikan
benda-benda
yang familier
pada anak
Peningkatkan koping
1. Diskusikan
pilihan yang
realistis terhadap
terapi/ tindakan
yang akan
dilakukan
2. Dorong klien
untuk memiliki
harapan yg
realistis untuk
mengatasi
perasaan putus
asa
3. Dorong klien
untuk
mengidentifikasi
kekuatan dan
26
kemampuan yang
ada pada diri
klien.
4. Libatkan
dukungan dari
keluarga dan
orang yang
terdekat.
5. Ajurkan klien
untuk berdoa
sesuai dengan
kepercayaan yang
dianut.
Manajemen
lingkungan:
kenyamanan
1. Ciptakan
lingkungan yang
tenang, bersih,
nyaman dan
minimalkan
gangguan
2. Hindari suara
keras dan
penggunaan
lampu saat tidur
malam
3. Hindari tindakan
keperawatan
pada waktu klien
tidur
4. Batasi jumlah
27
pengunjung
5. Berikan susu
hangat sebelum
tidur
Ketidakseimbanga Tujuan : Manajemen nutrisi
n nutrisi kurang Dalam 2 X 24 jam kebutuhan 1. Kaji ada
dari kebutuhan nutrisi terpenuhi alergi
tubuh berhubungan Kriteria hasil : makanan
dengan nyeri telan. Menunjukkan peningkatan 2. Kolaboras
menelan dengan ahli
Tidak ada tanda malnutrisi gizi
Tidak terjadi penurunan berat 3. Berikan
badan yang berarti makanan
yang terpilih
4. Kaji
kemampuan
klien intik
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Monitor nutrisi
1. Berat badan
klien pada
batas normal
2. Monitor tipe
dam jumlah
aktivitas
yang biasa
dilakukan
3. Monitor
interaksi
anak dan
28
orangtua
selama
makan
4. Monitor mual
dan muntah
5. Monitor
lingkungan
selama
makan
6. Monitor jika
ada
penurunan
berat badan
7. Monitor
pertumbuhan
dan
perkembanga
n
29
nutrisi kurang dari Mengkaji adakah alergi makanan pada
kebutuhan tubuh PX,Berkoolaborasi dengan ahli gizi untuk
berhubungan dengan tindakan,Memberikan makanan yang sesuai dengan
nyeri telan. keadaan PX, Dan mengkaji kemampuan PX untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkannya
Monitor nutrisi
Memantau berat badan PX pada batas normal dan
memoonitoring tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan PX,Memantau interaksi PX dan keluarga
selama makan dan memonitor mual dan muntah
PX,memonitor lingkungan PX selama makan, Serta
memonitor jika ada penurunan berat badan pada
pertumbuhan dan perkembangan PX saat proses
perawatan
4.6 Evaluasi
30
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bahwa penyakit adenohypertropy/hypertropy adenoid adalah penyakit yang
disebabkan oleh pembengkakan pada organ adenoid atau kelenjar getah bening yang
terdapat pada saluran pernafasan, Dimana organ ini salah satu dari sistem kekebalan
khususnya pada anak usia 1-3 tahun, tapi saat anak sudah memasuki umur lebih dari itu
fungsi tersebut mulai menurun. Gangguan ini sangat berpengaruh pada anak dan dapat
berakibat tersumbatnya saluran pernafasan(seperti pilek) dan sangat mengganggu pada
anak. Ciri salah satunya mengakibatkan anak mendengkur saat tidur,nyeri saat menelan
dan sulitnya bernafas melalui hidung sehingga anak bernafas menggunakan mulut yang
tentunya akan mudahnya masuknya bakteri bakteri lain karena tak adanya filter yang
menyaring udara yang pastinya tercemar dan pada akhirnya akan menimbulkan penyakit
penyakit yang lain.
5.2 Saran
Saran setelan anda membaca artikel ini diharapkan dapat menhgerti bahayanya
gangguan adenoid ini yang jika dibiarkan pastinya akan fatal dan segera melakukan
tindakan pencegahan untuk anda dan keluarga anda khususnya adik dan anak anda
31
DAFTAR PUSTAKA
32