Oleh :
Kevin Wewengkang
Pembimbing :
dr. Anita E. Dundu, SpKJ
Nama : Tn. M
Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan Kasus pada 23 September 2018
Mengetahui,
i
SURAT PERNYATAAN
NRI : 16014101040
Kevin Wewengkang
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Kevin Wewengkang
Pembimbing :
iii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN........................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
LAPORAN KASUS................................................................................................. 1
Identitas Pasien............................................................................................... 1
Riwayat Psikiatrik........................................................................................... 2
Riwayat Kehidupan Pribadi............................................................................ 4
Pemeriksaan Status Mental............................................................................. 11
Pemeriksaaan Fisik Interna dan Neurologi..................................................... 15
Ikhtisar Penemuan Bermakna......................................................................... 17
Formulasi Diagnostik...................................................................................... 19
Evaluasi Multiaksial........................................................................................ 20
Daftar Masalah................................................................................................ 21
Rencana Terapi................................................................................................ 21
Prognosis......................................................................................................... 23
Diskusi............................................................................................................ 23
Kesimpulan..................................................................................................... 31
Wawancara Psikiatri........................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 45
LAMPIRAN............................................................................................................. 46
iii
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M. W.
Umur : 43tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Lemo, 15 Maret 1975
Status Perkawinan : Belum Menikah
PendidikanTerakhir : SMP
Pekerjaan : Tidak ada
Suku/ Bangsa : Minahasa / Indonesia
Agama : Kristen Katolik
Alamat : Lemo Uner, Minahasa, Sulawesi Utara
Tanggal MRS :-
Cara MRS :-
Tanggal Pemeriksaan : 22 September 2018
Tempat Pemeriksaan : Rumah Pasien
1
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien memiliki gangguan yaitu sering
marah – marah tidak jelas dan tanpa penyebab kepada orang rumah dan
tidak bisa mengontrol diri saat marah, marah akan reda dengan sendirinya.
suatu sosok hitam seperti manusia yang berjenis kelamin laki-laki saat
keadaan gelap, sosok itu seperti berbicara namun pasien tidak bisa mendengar
dengan jelas apa yang dikatakan sosok itu, pasien mengatakan hanya ia yang
mampu melihat sosok tersebut, sosok tersebut hanya muncul saja namun tidak
mengganggu pasien. Ibu pasien mengatakan pasien juga gampang marah dan
ingin melempar tetangga ketika ada suatu acara atau kegiatan di rumah
tetangga yang ramai dan rebut, ibu pasien mengatakan pasien curiga bahwa
sejak 15 tahun yang lalu sejak pasien kabur dari sekolah dan memilih bekerja
digunakan pasien sejak kurang lebih 14 tahun yang lalu. Pasien kadang patuh
2
dalam meminum obat namun kadang tidak ingin minum, pasien tidak
mengetahui kenapa harus meminum obat tersebut, menurut pasien obat itu
dibandingkan beberapa tahun yang lalu, namun kadang - kadang masih timbul
gejala marah – marah dan juga gejala kejang pada pasien walaupun hanya
setiap 2 kali per minggu. Pasien sekarang sudah tidak bekerja dan hanya
pasien mengatakan bahwa ia merokok kira 6-7 batang per hari saat
sekolah SMEA dulu namun sekarang sudah tidak pernah lagi dan dulu saat
masa kehamilan kondisi kesehatan fisik dan mental ibu pasien cukup baik.
3
Pasien lahir ditolong bidan di rumah. Menurut ibu pasien, pasien lahir dengan
oral (0-1 tahun), pasien mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) sejak lahir sampai
(0-1 tahun), pasien di rawat oleh ibunya dan pada saat ditinggal sendiri pasien
akan menangis.
Pada stadium otonomi lawan rasa malu-malu usia (1-3 tahun) tepatnya
pada usia 2 tahun pasien masih tinggal dengan ibu dan ayah pasien. Menurut
ibu pasien, pasien bisa berjalan pada usia 1 tahun dan mulai bisa berbicara
pada usia 2 tahun sesuai anak pada umumnya. Lalu nenek pasien mengatakan
bahwa yang mengajarkan pasien berbicara, berjalan, makan, BAB, dan BAK
adalah ibu pasien. Pasien dapat mengetahui kalau rasa kencing pasien harus
ke toilet. Pada tahap ini, pasien mulai bermain dengan saudara-saudara dan
teman-temannya dan pasien adalah orang yang sangat periang dan senang
pasien, dia adalah anak yang pendiam namun suka bermain dengan teman –
temannya.
Stadium industri lawan inferioritas ( usia 6 – 11 tahun) pasien mulai
Sekolah Dasar di Lemo. Menurut ibu pasien, pasien merupakan anak yang
4
cukup baik sama dengan anak – anak pada umumnya dan pasien juga suka
bermain di luar.
sampai babak belur. Pada saat SMEA pasien sudah tidak tinggal lagi bersama
sebelum keluhan pasien muncul, pasien pernah bekerja di salah satu toko di
3. Riwayat Psikoseksual
Pasien mengetahui identitas seksualnya sebagai seorang laki - laki
seorang laki - laki. Orientasi seksual pasien baik (menyukai lawan jenis)
namun pasien mengatakan pernah memiliki 1 pacar saat SMEA namun sudah
5
putus, hal ini diragukan oleh ibu pasien, karena setahu ibu pasien anaknya
5. Riwayat Beragama
lagi semenjak ia sakit, karena merasa malu, karena dianggap orang gila.
6. Aktivitas sosial
Pasien jarang bergaul dengan orang sekitar pasien, pasien jarang
keluar rumah.
7. Riwayat pelanggaran hukum
Menurut ibu pasien pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hokum
Saat ini pasien tinggal dengan ibu dan ayahnya di rumah. Pasien
kayu dengan 3 kamar, 1 kamar mandi, ruang tamu, ruang keluarga dan dapur.
Rumah tersebut milik sendiri. Terdapat 2 orang yang tinggal serumah dengan
pasien. Pasien tidur dikamar sendiri. Pasien sudah jarang bersosialisasi dan
6
Pasien saat ini sudah diberikan pengobatan dan ibu pasien menyatakan
gejala marah – marah pasien sudah cukup berkurang. Pasien suah bisa bekerja
9. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ayah dan ibu pasien
daripada ibunya.
7
Keterangan:
: Perempuan : Pasien
Faktor Herediter : Tidak ada
F. Persepsi Pasien Terhadap Diri dan Kehidupannya
Pasien tidak merasa terjadi sesuatu dengan dirinya, menurutnya ia
hanya banyak pikiran. Pasien merasa ia tidak sedang sakit dan tidak
mengatakan bahwa yang paling dia sayang adalah ibunya karena dia yang
sembuh dan berusaha membujuk pasien agar ikut periksa ke dokter dan
minum obat dan berharap akan kesembuhan pasien. Ayah pasien sudah pasrah
dan tidak terlalu memusingkan keadaan pasien. Ibu pasien juga merasa adanya
perubahan yang lebih baik sejak pasien memulai pengobatan sehingga ia ingin
8
pendek yang sedikit berdiri dan berwarna hitam. Saat dianamnesis di
rumah berwarna merah, celana panjang, dan sendal, tampak seperti orang
normal.
pertanyaan yang tidak dijawab sesuai oleh pasien. Saat ditanyakan ada
pertanyaan yang dijawab dengan baik namun ada juga yang tidak dijawab.
C. Pembicaraan
1. Kualitas : pasien menjawab pertanyaan dengan kurang jelas namun masih
D. Gangguan Persepsi
Saat anamnesis diketahui pasien mengalami halusinasi visual yang sudah
ada sejak 1 tahun yang lalu, yaitu pasien melihat sosok hitam sperti manusia
9
berjenis kelamin laki-laki saat gelap, yang berbicara namun tidak jelas apa
yang dikatakan sosok itu, sosok itu hanya menampakkan diri namun tidak
menganggu pasien, namun 1 tahun terakhir pasien sudah tidak melihat sosok
itu lagi.
E. Proses Pikir
1. Bentuk pikiran : inkoheren
Pada saat wawancara berlangsung terlihat pasien menjawab sesuai
dengan pertanyaan, namun ada juga yang dijawab namun dengan jawaban
yang tidak sesuai pertanyaan, kadang juga pasien diam saat di tanya dan harus
gila.
malam.
Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui dimana pasien saat
diwawancarai.
Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali orang di sekitarnya.
3. Daya ingat
Jangka panjang : Kurang baik, pada awal wawancara pasien
mengingatkan.
10
Jangka sedang : Kurang baik, pasien tidak ingat kapan
duduk tenang.
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang, kesadaran compos mentis
11
Tanda vital : TD 120/80 mmHg, N 82x/menit, RR 20x/menit,
S 36,5°C
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
B. Status Neurologikus.
- N. olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi.
- N. optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi.
- N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat dilihat bahwa pasien memiliki gerakkan bola
12
ini menandakan bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam
keadaan normal.
- N. hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.
berjenis kelamin laki-laki, berusia 43 tahun. Pasien lahir di Lemo pada tanggal
15 Maret 1975. Pasien belum menikah dan belum mempunyai anak. Pasien
menempuh pendidikan sampai jenjang SMEA Kelas 2. Saat ini, pasien tidak
bekerja. Pasien adalah seorang yang menganut agama Kristen Katolik. Suku
Pasien memiliki gangguan yaitu sering marah – marah tidak jelas dan
tanpa penyebab kepada orang rumah dan sekitarnya sudah sejak 15 tahun
yang lalu, marah – marah timbul tanpa penyebab dan dapat hilang tiba – tiba
tanpa dikendalikan oleh pasien. Saat marah pasien juga ingin memukul dan
kadang melihat suatu sosok hitam bila dalam gelap yang mirip manusia jenis
dimengerti pasien dan akan hilang dengan sendirinya. Ibu pasien juga
mengatakan pasien marah dan ingin melempar rumah tetangga bila ada acara
13
dan keributan, pasien mengganggap tetangga sedang membicarakan dirinya
Ibu pasien mengatakan bahwa gejala – gejala yang muncul pasien ini sejak
15 tahun yang lalu sejak pasien berhenti sekolah dan bekerja di Tomohon
Sejak berhenti bekerja pasien sudah tidak bekerja lagi dan hanya lebih sering
masih masa kanak – kanak hingga SMA pasien pindah ke Manado untuk
berpakaian rapih dan menjawab pertanyaan dengan volume suara yang kecil
14
Diagnosis pada pasien ini diformulasikan dalam diagnostik multiaksial.
Adanya marah – marah dan bicara kacau tanpa penyebab pada pasien, yang
B. Pada aksis II, pasien memiliki ciri kepribadian skizoid, dimana pasien
sekarang hanya tinggal di rumah saja, tidak punya teman dekat dan sudah
tidak mau untuk bergaul dengan orang – orang sekitarnya dan hanya
terdapat beberapa gejala ringan dan menetap atau beberapa kesulitan dalam
fungsi sosial atau pekerjaan, tetapi biasanya berfungsi cukup baik, memiliki
masih baik. Global Assasment of Functioning (GAF) scale High Level Past
Year (HLPY) 50-41, gejala berat dan adanya disabilitas yang berat.
15
C. Aksis III : Tidak ada
D. Aksis IV : Masalah berkaitan interaksi dengan lingkungan pergaulan.
E. Aksis V : Global Assasment of Functioning (GAF) scale, Current 70-
61, terdapat beberapa gejala ringan dan menetap atau beberapa kesulitan
dalam fungsi sosial atau pekerjaan, tetapi biasanya berfungsi cukup baik,
Functioning (GAF) scale High Level Past Year (HLPY) 50-41, gejala berat
X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka
Risperidon 2 mg 2 x ½ tablet
Trihexilphenidil 2 mg 2 x ½ tablet
B. Psikoedukasi
1. Terhadap pasien
a. Menjelaskan kepada pasien tentang gangguan yang dialaminya sehingga
16
2. Terhadap keluarga
a. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang gangguan yang terjadi
kondisi pasien.
b. Menjelaskan kepada keluarga tentang pengobatan, efek samping obat
XI. PROGNOSIS
XII. DISKUSI
A. Diagnosis
Skizofrenia merupakan gangguan mental kronis berat yang mempengaruhi
17
gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia
muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Onset pada laki-laki
biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Onset
setelah usia 40 tahun jarang terjadi. Etiologi yang pasti mengenai skizofrenia
pasien berumur 24 tahun dan masuk dalam kriteria umur onset terjadinya
skizofrenia.1-2
Gejala skizofrenia terbagi dalam tiga kategori: positif, negatif, dan kognitif.
Gejala positif adalah perilaku psikotik yang umumnya tidak terlihat pada orang
sehat, seperti halusinasi, delusi, gangguan pikiran (cara berpikir yang tidak
dengan gangguan emosi dan perilaku normal, seperti afek datar, berkurangnya
beberapa pasien tidak terlihat, namun ada juga yang berat dan memperlihatkan
perubahan dalam ingatan atau aspek pemikiran lain. Yang termasuk dalam
18
kesulitan untuk fokus dan atensi, masalah dengan “memori kerja” (kemampuan
1. Terdapat dua (atau lebih) gejala di bawah ini, masing-masing ada selama
sebagian waktu yang signifikan selama periode satu bulan (atau kurang jika
berhasil diobati). Setidaknya salah satu dari gejala (1), (2), dan (3) harus
ada:
1) Waham
2) Halusinasi
3) Bicara yang tidak terorganisasi
4) Tingkah laku katatonik
5) Gejala-gejala negatif
2. Selama sebagian waktu yang signifikan sejak onset gangguan, fungsi dari
perawatan diri, secara nyata berada dibawah tingkat dicapai sebelum onset.
3. Tanda yang terus menerus menetap setidaknya 6 bulan. Periode enam bulan
ini harus termasuk setidaknya satu bulan gejala (atau kurang jika berhasil
diobati) yang memenuhi kriteria A (gejala fase aktif) dan dapat termasuk
19
negatif atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam
depresif atau manik yang telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase
aktif, atau 2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi
dari onset anak, tambahan diagnosis dari skizofrenia dibuat hanya jika
yang sudah ada setidaknya satu bulan (atau kurang jika berhasil diobati).
(lauhing)
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
jarang menonjol;
20
(c) Waham dapat berupa hamper setiap jenis, tetapi waham
yang dapat membahayakan dirinya atau orang lain pada fase aktif. 4 Gejala yang
terlihat sering paranoid. Penderita sering tidak kooperatif dan sulit bekerjasama,
dan mungkin agresif, marah atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali
cemburu.
2. Halusinasi auditorik berupa ancaman, perintah, atau menghina. Halusinasi
dilakukan, serta berdasarkan pada kriteria diagnostik DSM V dan DSM IV,
ditemukan berupa halusinasi visual 1 tahun yang, disertai waham rujukan dan
gejala – gejala negatif yang muncul, serta disfungsi pekerjaan dan sosial yang
21
penggunaan zat atau kondisi medis umum. Pada pemeriksaan status mental
ciri kepribadian skizoid, dimana pasien lebih sering di dalam rumah dan tidak
mau bersosialisai dengan lingkungan sekitar, tidak memiliki teman akrab dan
sudah tidak mau bekerja lagi, pasien selama 1 tahun ini hanya bergaul dengan
keluarga dekat saja yang tinggal bersama dia yaitu ayah dan ibunya
Pedoman diagnostik kepribadian skizoid (menghindar) menurut PPDGJ
kecaman
Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan
akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk
berlaku
C. Rencana Terapi
Terapi somatik pada skizofrenia meliputi tiga fase yaitu fase akut,
stabilisasi dan stabil atau rumatan. Fase akut ditandai dengan gejala psikotik
22
episode pertama atau ketika terjadinya kekambuhan skizofrenia. Fokus terapi
pada fase akut yaitu untuk menghilangkan gejala psikotik. Fase akut biasanya
berlangsung selama 4-8 minggu. Setelah fase akut terkontrol, ODS (orang
tinggi pada fase ini terutama bila obat dihentikan atau ODS terpapar dengan
terapetik. Dosis obat pada fase stabilisasi sama dengan pada fase akut. Fase ini
berlangsung paling sedikit enam bulan setelah pulihny ai gejala akut. Fase
selanjutnya adalah fase stabil atau rumatan. Penyakit pada fase ini dalam
keadaan remisi. Target terapi pada fase ini adalah untuk mencegah kekambuhan
terhadap gejala, pengalaman efek samping, dan cara (route) pemberian obat. 5
gejala positif maupun gejala negatif dari skizofrenia. Data penelitian juga
yang tipikal. Oleh sebab itu, risperidon menjadi obat lini pertama dalam
23
pengobatan skizofrenia.6 Terdapat sediaan risperidon dalam bentuk tablet
yaitu 1 mg, 2 mg, dan 3 mg. Sementara itu, dosis yang dianjurkan adalah 2-8
mg per hari.7
Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis
yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 dan pada reseptor dopamine tipe
kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis
IV. Obat yang paling sering digunakan adalah triheksiphenidyl dengan dosis 3
kali 2 mg per hari. Bila tetap tidak berhasil mengatasi efek samping tersebut
ekstrapiramidal.5
Tatalaksana skizofrenia yang optimal merupakan keterpaduan antara
24
fase perjalanan penyakitnya, dengan melibatkan orang dengan Skizofrenia dan
XIII. KESIMPULAN
terapi psikoedukasi.
terapi, baik dari segi materi, waktu, dan terutama motivasi untuk pasien.
25
Wawancara dilakukan di rumah pasien di Tanggari, Airmadidi, Minahasa
Utara pada tanggal 29 Agustus 2018 pukul 18.00 WITA. Saat wawancara:
Ket K : Kevin
P: Pasien
I: Ibu Pasien
P: Marthen Walewangko
P: 43 tahun
P: belum menikah
26
P: Lemo uner jaga 3
P: so lama nda,
27
P: kalo itu pernah kita lia satu tahun lalu depe kejadian
P: ada liat bayangan hitam, pas ada gelap-gelap malam hari, da mnegalir rupa air
begitu
P: nda noh, ada rupa bicara mar nda dapa dengar apa yang dia bilang
P: malas kita
28
K: masih ingat jo tu teman-teman dulu?
P: so banyak lupa
K: sekarang dang?
K: Ibu bagaimana ini depe kejadian pertama? Soalnya pasien rupa nda mengaku apa-
apa tadi?
I: iyo dokter, dia memang begitu, tadi so mo bajadi, dia nda suka kalo ditanya-tanya
I: itu kira-kira 15 tahun lalu, dia da kabur dari SMEA, kong kerja di toko di
Tomohon, pas kerja dia tiba-tiba datang ke depe bos pe rumah deng tu baju so penuh
pece & kotor, kong dorang bawa ke rumah sakit, kong dia minta pulang, nah itu kita
da ambe dia di tomohon, habis itu dia so nda kerja, baru 1 tahun dari itu dia tiba-tiba
29
I: dia tiba-tiba bataria keluar dari kamar kong pegang-pegang dp kepala, dia somo
pukul pa kita, dia bicara-bicara nda jelas le dokter, torang so tako sekali kong torang
bawa di RS Bethesda Tomohon, dari sana dorang ika kong antar ke RS Jiwa manado,
tapi pas so di manado dia so nda bajadi dan dia minta pulang
I: habis itu dia ja bajadi tiba-tioba dok, mar ada torang pe tetangga bilang bawa jo
ambe obat di Manado, mulai dari situ noh kita ja ambe obat kontrol pa dia
K: sebelum dia kumat ada kejadian apa ibu? Ada orang meninggal ato apa?
I: dia oernah dipukul depe tamang pas SMEA rame-rame, mulai dari situ dia so malas
K: sebelumnya dang ?
I: nda pernah, normalnormal dia, cuman memang dia pendiam dan sadiki dp teman
I: cumn ja duduk dan tidur di rumah, mar kadang babantu angka aer, mar kalo teralalu
I: nah itu dok, kadang dia minum kadang nda, kalo dia lagi bae dia minum noh, mar
30
I: nda ada dokter cuman itu depe saki
I: kalo kita suka noh dok, cuman kalo depe bapak so menyerah, dia cuman sebiar
I: aktif, badengar no pa ibu, mar dia agak pendiam dok, cuman kallo ada tamang ajak
31
K: dia ada teman?
I: setau kita nda ada dok, dia rupa kurang bergaul begitu dengan cewek
K: oke ibu, makase untuk waktunya, rajin-rajin ba kontrol, kalo bisa ajak marthen
DAFTAR PUSTAKA
32
1. National Institute of Mental Health. Schizophrenia. 2016 February [cited 2018
index.shtml
2. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas
DC. 2013.
4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi 2014.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; Jakarta. 2014.
5. Konsensus Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Perhimpunan Dokter
Jiwa
33
LAMPIRAN
34
Gambar 1. Foto bersama pasien di rumah pasien (29/8/18)
35
Gambar 2. Foto rumah pasien (29/8/18)
RUMAH
PASIEN
Tanggari
36
37