PENDAHULUAN
Pendidikan dalam arti luas sudah ada dan mulai dilaksanakan sejak manusia
proses pendidikan, antara lain perubahan pada tingkah laku individu, kehidupan
pribadi individu maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu
itu hidup (Binti Maunah, 2009: 9). Oleh karena itu dengan adanya pendidikan maka
Matematika merupakan salah satu ilmu yang berperan penting dalam menunjang
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini membuat pemerintah sebagai
1
oleh masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan KTSP yang mengacu pada
(BSNP, 2006: 3). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan
hal ini sebagai satuan pendidikan mempunyai hak untuk mengembangkan kurikulum
yang mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam
adalah dengan mempersiapkan kurikulum untuk setiap mata pelajaran termasuk mata
bahan ajar yang digunakan di setiap sekolah berbeda sesuai dengan kondisi dari
masing-masing sekolah. Selain itu bahan ajar yang dikembangkan masing- masing
mengembangkan bahan ajar sendiri, namun sampai saat ini belum banyak guru yang
melakukannya. Kebanyakan para guru hanya menggunakan buku teks dari penerbit
tertentu. Hal ini memang dianggap lebih praktis bagi guru dari pada mereka harus
menyusun bahan ajar sendiri. Selain itu sebagian siswa yang tidak mempunyai buku
teks bahkan hanya mengandalkan catatan mereka sebagai sumber belajarnya. Akan
2
tetapi ini belum cukup untuk dijadikan sebagai satu- satunya sumber belajar. Di era
informasi seperti saat ini siswa dapat dengan mudah mencari informasi lain selain
Selain itu sebagian besar pola pembelajaran saat ini juga masih bersifat
pada peserta didik sehingga siswa hanya secara pasif menyerap struktur pengetahuan
yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran (Trianto, 2010: 18).
Sejalan dengan itu, Soedjadi dalam Trianto (2010:18) menyatakan bahwa dalam
fisika, kimia) dan dalam pengajarannya selama ini terpatri kebiasaan dengan urutan
pembelajaran yang dikembangkan saat ini harus berpusat pada siswa (student centered
approach) dimana guru hanya sebagai fasilitator yang menyediakan sarana dan situasi
agar proses konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus. Dengan adanya bahan ajar
dapat membantu siswa memperoleh pengetahuan baru selain yang diperoleh dari guru
atau buku pelajaran. Selain itu, bahan ajar juga akan mengurangi ketergantungan
Ada banyak bentuk bahan ajar yang dapatdikembangkan oleh guru. Menurut
Abdul Majid (2006: 174), bentuk bahan dapat dapat dikelompokan menjadi empat
jenis yaitu bahan ajar cetak (printed), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar pandang
dengar (audio visual), dan bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching
3
material). Bahan ajar yang mudah untuk dikembangkan oleh guru adalah bahan ajar
cetak, dan salah satunya yang berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
Berbeda dengan jenis bahan ajar yang lain, LKS menyediakan aktivitas-
aktivitas yang berpusat pada siswa. LKS berisi petunjuk-petunjuk baik berupa
pertanyaan maupun pernyataan yang harus dijawab oleh siswa sehingga siswa belajar
secara terarah. Menurut Endang Widjajanti (2008: 1) LKS merupakan salah satu
bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan
belajar. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi
membuat siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran dan menggali kemampuannya
Salah satu materi yang dapat disampaikan dengan menggunakan LKS adalah
materi bilangan bulat. Menurut Standar Isi mata pelajaran matematika, bbilangan
bulat merupakan materi yang diberikan di jenjang SMP kelas VII semester ganjil.
Siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi ini Hasil ujian nasional
berkaitan dengan materi bilangan bulat menurun setiap tahunnya, seperti ditunjukkan
4
Tabel 1. Persentase Daya Serap Siswa SMP pada Materi Bilangan Bulat
Tahun Kemampuan yang diuji Daya serap
2009 Menghitung operasi tambah dan kurang pada 81,25%
bilangan bulat positif dan negatif.
Menghitung operasi kali dan bagi pada 79,64%
bilangan bulat positif dan negatif.
Mnentukan hasil operasi hitung campuran (+, 79,89%
2010
-, x, atau :) pada bilangan bulat.
2011 Menghitung 76,29%
hasil operasi tambah, kurang, kali, dan bagi
pada bilangan bulat.
Rata-rata 79,27%
Sumber: BSNP
Berdasarkan Tabel. 1, rata-rata daya serap siswa pada materi bilangan bulat
sebesar 79,27% dan tergolong dalam kategori baik. Daya serap siswa berdasarkan
hasil Ujian Nasional tersebut menurun setiap tahunnya. Jika penguasaan materi ini
dimaksimalkan maka hasil belajarnya pun juga akan lebih baik. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan penguasan materi bilangan bulat adalah dengan
menurut Tan adalah inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran berbasis
kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah,
5
kemampuan berpikir dan ketrampilan mengatasi masalah (Richard I. Arends, 2008:
efektif. Penggunaan masalah awal dalam LKS berbasis masalah diambil dari masalah-
berbasis masalahm pada materi bilangan bulat untuk siswa kelas VII SMP.
B. Identifikasi Masalah
sebagai berikut.
guru guru yang belum mampu mengembangkan bahan ajar secara mandiri.
2. Perlu adanya pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga guru hanya
tahun 2011 pada beberapa kemampuan yang berkaitan dengan materi bilangan
6
C. Rumusan Masalah
2. Bagaimana kualitas LKS berbasis masalah pada materi bilangan bulat untuk
siswa kelas VII SMP yang ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifan LKS?
D. Tujuan Penelitian
1. Menghasilkan LKS berbasis masalah pada materi bilangan bulat untuk siswa
untuk siswa kelas VII SMP yang ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan,
dan keefektifan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
dapat tercipta suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa
2. Bagi Guru
Penggunaan LKS sebagai salah satu bahan ajar diharapkan dapat memberikan
7
gambaran pada guru tentang pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana
guru hanya sebagai fasilitator yang menyediakan sarana dan situasi agar
3. Bagi Penulis
cal on guru yang dituntut untuk mampu mengembangkan bahan ajar sendiri,
yang berupa LKS. Selain itu juga dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Bahan Ajar
Center for Competency Based Training bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
belajar mengajar di kelas (Abdul Majid, 2006: 174). Bahan yang dimaksud bisa
berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar atau materi
keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan (Depdiknas, 2006: 4). Bahan ajar merupakan
metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang di desain secara sistematis dan
adalah segala bentuk bahan, baik bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis, yang
9
berisikan materi pembelajaran yang harus dipelajari siswa untuk mencapai standar
Terdapat berbagai macam bentuk atau jenis bahan ajar. Abdul Majid (2006:
174) mengelompokan bentuk bahan ajar menjadi empat kelompok, yang meliputi:
1. Bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kegiatan
2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.
interactif
Dari keempat jenis bahan ajar tersebut, yang lebih mudah untuk
dikembangkan adalah bahan ajar cetak. Selain itu, Steffen Peter Ballstaedt dalam
Abdul Majid (2006: 175) mengemukakan bahwa bahan ajar cetak juga memiliki
seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang
sedang dipelajari.
3. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah- pindahkan.
10
6. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan
7. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar.
bertujuan untuk:
antara lain:
1. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan
2. Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.
ajar.
11
antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada
gurunya.
a. Pengertian LKS
harus dikerjakan oleh peserta didik (Abdul Majid, 2008: 176). Menurut Depdiknas
(2008: 23) LKS diartikan sebagai lembar kegiatan yang berisi petunjuk, langkah-
langkah untuk menyelesaikan tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas Kompetensi dasar yang akan dicapainya. Menurut Collete dan
aktivitas-aktivitas yang berpusat pada siswa yang dapat dikemas dalam bentuk LKS.
Lembar kerja siswa sebagai sumber belajar dapat digunakan sebagai alternatif
media pembelajaran karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar
atau media pembelajaran yang lain. Menurut Surachman dalam Endang Widjajanti
(2008:1) LKS merupakan jenis handout yang dimaksudkan untuk membantu siswa
belajar secara terarah. LKS juga dapat menjadi buku pegangan bagi guru di samping
buku lainnya.
2. Dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai
12
siswa.
b. Penyusunan LKS
Dalam menyusun LKS diperlukan model pengembangan yang tepat, agar LKS
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mencapau tujuan pembelajaran yang sudah
1. Analisis (Analysis)
Pada tahap ini dilakukan analisis untuk menentukan LKS seperti apa yang
akan dikembangkan.
2. Desain (Design)
Pada tahap ini disusun desain awal LKS yang bertujuan untuk memperjelas
3. Pengembangan (Development)
Pada tahap ini disusun sebuah draft awal LKS yang kemudian divalidasi dan
pembelajaran di sekolah.
4. Implementasi (Implementation)
13
Pada tahap ini dilakukan implementasi/uji coba draft LKS dalam
pembelajaran di sekolah.
5. Evalusi (Evaluation)
Pada tahap ini dilakukan analisis hasil uji coba sebagai bahan perbaikan LKS
c. Kualitas LKS
oleh Van den Akker dan kriteria kualitas produk yang dikemukakan oleh Nieveen
Menurut Nieveen (Rochmad, 2011: 14-17) aspek validitas dapat dilihat dari:
(1) apakah kurikulum atau model pembelajaran yang dikembangkan berdasar pada
state-of-the art pengetahuan; dan (2) apakah berbagai komponen dari perangkat
Aspek kepraktisan dilihat dari segi pengguna: (1) apakah para ahli dan praktisi
berpendapat bahwa apa yang dikembangkan dapat digunakan dalam kondisi normal;
dan (2) apakah kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat
diterapkan oleh guru dan siswa. Dan aspek keefektifan juga dikaitkan dengan dua hal,
yaitu: (1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa produk
tersebut efektif, (2) dalam operasionalnya model tersebut memberikan hasil yang
14
memiliki kualitas yang baik maka LKS yang disusun harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Syarat didaktik
dan sebagainya.
estetika pada diri anak, sehingga tidak hanya ditujukan untuk mengenal
2. Syarat kontruksi
15
c. memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa;
keterbacaan siswa;
f. menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keluasan pada siswa untuk
kelas, mata pelajara, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok dan
sebagainya.
3. Syarat teknis
berikut:
16
4. perbandingan antara huruf dan gambar serasi.
konsep.
c. Penampilan, ukuran lembar kegiatan siswa, desain, tata letak dan ilustrasi
1. Aspek kevalidan
LKS berbasis masalah dikatakan valid jika memenuhi kriteria yaitu hasil
atau tanpa revisi didasarkan pada landasan teoritik yang kuat. Pengembangan
2. Aspek kepraktisan
LKS berbasis masalah pada materi bilangan bulat dikatakan praktis jika para
responden (guru dan siswa) menyatakan bahwa LKS dapat diterapkan di kelas
dan bermanfaat, yang ditunjukkan oleh hasil lembar penilaian guru dan hasil
3. Aspek Keefektifan
LKS berbasis masalah pada materi bilangan bulat dikatakan efektif jika
memberikan hasil yang sesuai dengan harapan dengan ditunjukkan oleh hasil
belajar siswa.
17
3. Masalah
menyelesaikannya tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk
Pertanyaan merupakan suatu masalah bagi seorang siswa pada suatu saat,
tetapi bukan merupakan suatu masalah lagi bagi seorang siswa tersebut pada saat
penyelesaian masalah tersebut. Adapun syarat suatu masalah menurut Herman Hudojo
2. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah
matematika adalah suatu hal yang secara sadar dimengerti oleh siswa untuk dicari
Menurut Polya yang dikutip oleh Herman Hudojo (2001: 164) terdapat dua
18
macam masalah.
teka-teki. Bagian utama dari masalah ini adalah apakah yang dicari,
utama tersebut sebagai landasan untuk dapat menyelesaikan masalah jenis ini.
masalah jenis ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus
dibuktikan kebenarannya.
Menurut Dewey dalam Trianto (2010: 91), belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dan respons yang merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan, dimana lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa
bantuan dan masalah, untuk kemudian bantuan yang diperoleh ditafsirkan secara
efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari
disingkat PBM dinilai sangat efektif untuk pengajaran berpikir tingkat tinggi. PBM
yang mandiri (Richard I.Arends, 2007: 43). Menurut Tan dalam Rusman (2011: 229),
19
siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Menurut Djamilah B.W. (2011: 3) PBM adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah nyata atau masalah simulasi yang kompleks sebagai titik awal
pembelajaran.
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah nyata
ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi dan kemampuan memecahkan masalah agar
Dave S. Knolton dan David C. Sharp (2003: 26-27), menyatakan ada 5 kriteria
masalah dalam PBM yang menunjang aktivitas berfikir siswa adalah sebagai berikut.
Masalah itu tepat untuk siswa atau dengan kata lain sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektualnya.
2. Ill-srtuctured
Masalah itu seharusnya mempunyai struktur yang tidak jelas. Masalah yang
3. Collaborative
Masalah itu dibuat supaya siswa lebih berfikir tingkat tinggi yang memerlukan
4. Authentic
Masalah itu seharusnya autentik atau dikaitkan dengan pengalaman rill siswa.
20
5. Promotes lifelong and self-directed learning
pembelajaran dipandu oleh masalah yang menantang; (2) Para siswa bekerja dalam
kelompok kecil; (3) Guru mengambil peran sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Arends (2007: 381) menuliskan karakteristik PBM menurut para pengembang PBM
meliputi.
seputar pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan bermakna bagi
siswa.
5. Kolaborasi. PBM ditandai oleh siswa yang bekerja bersama-sama siswa lain.
21
Fase Perilaku Guru
Fase 1: Memberikan orientasi Guru membahas tujuan pelajaran,
tentang mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik
permasalahannya kepada penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat
siswa dalam kegiatan mengatasi-masalah.
Fase 2: Mengorganisasikan siswa Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
untuk meneliti mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang
terkait dengan permasalahannya.
Fase 3: Membantu investigasi Guru mendorong siswa untuk mendapatkan
mandiri dan kelompok informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen,
dan mencari penjelasan dan solusi.
Fase 4: Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
mempressentasikan menyiapkan produk yang tepat, seperti laporan,
produk dan rekaman video, dan model-model, dan membantu
menyajikannya mereka untuk menyampaikannya kepada orang
lain.
Fase 5: Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
mengevaluasi proses terhadap investigasinya dan proses- proses yang
mengatasi masalah- mereka gunakan.
masalah
(Arends, 2007: 394)
bertujuan untuk:
22
3. memupuk sifat ingin tahu siswa;
5. Matematika SMP
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang penting dalam berbagai
pribadi serta berorientasi pada perkembangan IPTEK (Erman Suherman, 2003: 56).
siswa, dan keterampilan dalam penerapan ilmu matematika baik dalam kehidupan
menurut BSNP (2006: 346) pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
23
memiliki kemampuan sebagai berikut:
yang diperoleh.
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dengan pembelajaran
matematika, para siswa SMP diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri,
sikap ulet, dan dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Tujuan khusus
58):
matematika.
pendidikan menengah.
24
3. Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan
4. Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis,
yang berkaitan dengan materi bilangan bulat diperlihatkan dalam table berikut.
Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
1. Memahami sifat-sifat operasi hitung 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan
bilangan dan bulat dan pecahan
penggunaannya dalam pemecahan 1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung
masalah bilangan bulat dan pecahan dalam
pemecahan masalah
Sumber: BSNP (2006: 347).
Bilangan bulat terdiri atas bilangan asli atau bilangan bulat positif, nol, dan
lawan bilangan asli atau bilangan bulat negatif (lawan dari bilangan asli), yaitu B =
bulat. Setiap operasi dasar dapat dilakukan terhadap bilangan bulat, yang meliputi
25
1. Penjumlahan
c = a + (b + c).
+ a.
bilangan bulat.
2. Pengurangan
Jika a dan b bilangan asli, maka berlaku a — b = a + (- b'). Pada operasi
setiap
3. Perkalian
26
a. Perkalian dua bilangan bulat dengan tanda sama adalah bilangan bulat
positif.
bulat negatif.
0.
bulat.
berlaku a x1 = 1x a = a.
a.
(a x b) x c = a x (b x c).
b. Hasil bagi dua bilangan yang berbeda tanda adalah bilangan negatif.
= ~ , dengan 0.
27
6. Penelitian yang relevan
Matematika Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 4 Yogyakarta” pada tahun 2010
penalaran yang dicapai siswa dari pra tindakan ke siklus I dilanjutkan ke siklus
II.
High School Grade VII”. Kualitas Student Worksheet ditinjau dari aspek
kevalidan dan kepraktisan telah memenuhi kriteria valid dan praktis. Kualitas
siswa memenuhi kriteria efektif. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data
28
memenuhi kriteria kualitas yang meliputi valid, praktis, dan efektif sehingga
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang diciptakan haruslah suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Salah satu caranya adalah dengan menyediakan bahan ajar yang lebih variatif dan
Ada banyak bentuk bahan ajar yang dapat dikembangkan, akan tetapi yang efektif dan
LKS adalah salah satu bahan ajar cetak yang dapat mendukung pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Penggunaan LKS dalam pembelajaran akan membuat siswa
lebih aktif untuk belajar. Siswa jadi lebih terarah dalam belajar karena dalam LKS
harus dijawab oleh siswa. Dengan begitu LKS akan membuat pembelajaran menjadi
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga
solusi dari berbagai masalah nyata akan melatih siswa melaksanakan tugasnya secara
29
mandiri, sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan
efektif.
matematika di SMP, karena merupakan dasar dari materi berikutnya. Untuk itu
diperlukan cara kreatif dalam mengajarkan materi tersebut sehingga siswa dapat
memahaminya dengan baik dan mampu memecahkan masalah yang ada di sekitar
bilangan bulat perlu dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
untuk menghasilkan suatu bahan ajar berupa LKS berbasis masalah pada materi
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model
ADDIE yang terdiri dari lima tahap, yaitu analisis (analysis), desain (design),
(evaluation).
1. Analisis (Analysis)
Pada tahap ini dilakukan analisis kurikulum, analisis kebutuhan bahan ajar,
1. Analisi s kurikulum
dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan materi bilangan bulat untuk
menentukan perlu atau tidaknya LKS dikembangkan sebagai bahan ajar yang
31
digunakan.
3. Analisis siswa
2. Desain (Design)
Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah merancang LKS yang akan
Peta kebutuhan LKS disusun untuk mengetahui banyaknya LKS yang harus
kegiatan yang tercakup dalam LKS yang akan dikembangkan serta urutan
penyajiannya.
4. Pengumpulkan referensi
gambar, ilustrasi, dan soal-soal yang akan digunakan dalam penyusunan LKS.
32
3. Pengembangan (Development)
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti dalam mengembangkan LKS
Penyusunan draft LKS dilakukan sesuai dengan desain awal yang telah
disusun. Pada langkah penyusunan draft LKS akan diperoleh produk awal
LKS berbasis masalah pada materi bilangan bulat. Selanjutnya draft LKS yang
LKS.
Selama proses penyusunan draft LKS, peneliti juga menyusun instrumen yang
divalidasi terlebih dahulu oleh dua ahli agar diperoleh instrumen LKS yang
valid.
3. Validasi
dosen ahli materi dan dua dosen ahli media. Pada langkah ini diperoleh data
kevalidan LKS yang diperoleh dari hasil penilaian LKS oleh ahli materi dan
ahli media. Tujuan dari validasi adalah untuk memperoleh penilaian, masukan
dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan draft LKS sehingga akan
diperoleh produk LKS awal yang terhindar dari kesalahan agar LKS layak
33
untuk diujicobakan.
4. Revisi
Setelah draft LKS divalidasi dan dinilai kelayakannya oleh ahli materi dan
terhadap LKS sesuai dengan masukan dan saran para ahli. Setelah LKS
4. Implementasi (Implementation)
LKS yang sudah dinyatakan layak oleh ahli materi dan ahli media, tahap
kepada 32 siswa kelas VIIA SMP Negeri 3 Berbah. Pada tahap implementasi
diperoleh data keefektifan LKS dan data kepraktisan LKS. Data keefektifan LKS
diperoleh dari hasil tes tertulis dan hasil observasi penggunaan LKS dalam
pembelajaran, sedangkan data kepraktisan LKS diperoleh dari hasil penilaian LKS
5. Evalusi (Evaluation)
Evaluasi yang dilakukan adalah dengan menganalisis data hasil penilaian LKS oleh
guru, hasil pengisian angket respon siswa, hasil tes tertulis, dan hasil observasi
tanggapan guru dan siswa, sehingga LKS dapat digunakan kembali dalam proses
pembelajaran.
C. Subjek Penelitian
34
Guru matematika sebagai subjek penelitian ini adalah 2 guru matematika SMP
untuk guru.
Siswa SMP kelas VII sebagai subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIA
SMP Negeri 3 Berbah sebanyak 32 siswa. Siswa akan mengerjakan tes tertulis
D. Setting Penelitian
Berbah.
E. Instrumen Penelitian
berikut:
Lembar penilaian ahli materi ini diberikan kepada 2 dosen ahli materi untuk
menilai LKS, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam menentukan kevalidan LKS.
Penilaian ahli materi ini bertujuan untuk mengetahui komentar dan saran perbaikan
dari ahli materi yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
Penilaian ahli materi terdiri dari beberapa aspek yaitu aspek kualitas materi
35
LKS, aspek kesesuaian LKS dengan syarat didaktik, aspek kesesuaian LKS dengan
masalah.
Lembar penilaian untuk ahli materi ini disusun dalam 32 butir penilaian
berbentuk dengan 4 alternatif jawaban yaitu sangat baik (4), baik (3), kurang baik (2)
Lembar penilaian ahli media ini diberikan kepada 2 dosen ahli media untuk
menilai LKS, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam menentukan kevalidan LKS.
Penilaian ahli media ini bertujuan untuk mengetahui komentar dan saran perbaikan
dari ahli media yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
Penilaian ahli materi dilihat dari aspek kesesuaian LKS dengan syarat teknis.
Lembar penilaian untuk ahli media ini disusun dalam 20 butir penilaian
dengan 4 alternatif jawaban yaitu sangat baik (4), baik (3), kurang baik (2) dan tidak
baik (1).
Lembar penilaian LKS untuk guru ini diberikan kepada 2 guru matematika
untuk mengukur aspek kepraktisan LKS. Penilaian guru ini bertujuan untuk
mendapatkan data mengenai penilaian guru sebagai pengguna terhadap LKS yang
dikembangakan. Penilaian guru terdiri dari 5 aspek yaitu aspek kualitas materi LKS,
aspek kesesuaian bahasa, aspek teknik penyajian, aspek kemudahan, dan aspek
keterbantuan.
36
Lembar penilaian untuk guru ini disusun dalam 27 butir penilaian dengan 4
kategori jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat
Angket respon siswa ini diberikan kepada 32 siswa kelas VIIA SMP untuk
mengukur aspek kepraktisan LKS. Angket ini bertujuan mendapatkan data mengenai
siswa terdiri dari 4 aspek yaitu aspek kemenarikan, aspek kemudahan, aspek
Angket respon siswa ini disusun dalam 22 butir pernyataan terdiri dari 15
pernyataan positif dan 7 pernyataan negatif. Angket ini disusun dengan 4 kategori
jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju
(STS).
Tes tertulis digunakan untuk mengukur aspek keefektifan LKS. Tes tertulis
dilakukan pada akhir pembelajaran menggunakan LKS kepada 32 siswa kelas VIIA
SMP untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS yang telah
dikembangkan. Dari hasil tes tertulis ini diketahui persentase ketuntasan belajar
klasikal untuk menentukan kriteria keefektifan LKS. Soal Tes tertulis ini terdiri dari
5 soal uraian.
37
ini diisi oleh observer yang melakukan bservasi selama proses pembelajaran
LKS.
F. Jenis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian pengembangan ini, maka jenis data yang
1. Data proses pengembangan LKS berbasis masalah pada materi bilangan bulat
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Data ini berupa data deskriptif
meliputi data sesuai dengan model pengembangan yang dipilih, yaitu ADDIE
LKS yang dikembangkan yaitu: data hasil penilaian LKS oleh ahli materi dan
ahli media, data hasil penilaian LKS oleh guru, data hasil angket respon siswa,
data hasil tes tertulis, dan data hasil observasi penggunaan LKS.
dikembangkan yang terdiri dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan adalah
sebagai berikut.
Data kevalidan LKS diperoleh dari hasil penilaian LKS oleh ahli materi dan
hasil penilaian LKS oleh ahli media, data yang diperoleh akan dianalisis secara
sebagai berikut.
38
1. Tabulasi data hasil penilaian LKS oleh ahli dengan mengubah data kualitatif
penilaian berikut:
Keterangan:
X : skor total
Xt : rata-rata ideal
—1
X[ = ^ x (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)
1
Sb[ = ^ x (skor maksimum ideal — skor minimum ideal)
minimal tingkat kevalidan yang dicapai masuk dalam kategori baik. Selain itu jika
kevalidan minimal mencapai kategori baik maka LKS layak untuk diujicobakan
39
2. Analisis kepraktisan LKS
Data kepraktisan LKS yang diperoleh dari hasil penilaian LKS oleh guru akan
1. Tabulasi data hasil penilaian LKS oleh guru dengan mengubah data kualitatif
3. Mengkonversi skor total dari hasil penilaian LKS oleh guru ke dalam tabel
berdasarkan hasil lembar penilaian guru minimal masuk dalam kategori baik.
Data kepraktisan LKS yang diperoleh dari hasil angket respon siswa akan
1. Tabulasi data hasil angket respon siswa dengan mengubah data kualitatif
40
Skor
Kategori Pernyataan Pernyataan
positif negatif
Sangat setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak setuju (TS) 2 3
Sangat tidak setuju (STS) 1 4
3. Mengkonversi skor total dari hasil angket respon siswa ke dalam tabel
berdasarkan hasil angket respon siswa minimal masuk dalam kategori baik.
Data keefektifan LKS diperoleh dari hasil tes tertulis. Hasil tes tertulis
2. Nilai dari hasil tes tertulis dihitung rata-ratanya dengan cara yaitu:
_ _ £x
n
Keterangan:
banyaknya siswa
41
berdasarkan kriteria dengan menggunakan acuan pada tabel berikut.
Tabel 8. Kriteria Hasil Belajar Siswa
No Nilai kuantitatif (angka) Nilai huruf Kriteria
1 x ≥ 85 A Sangat Baik
2 75 ≤ x <85 B Baik
3 65 ≤ x < 75 C Cukup
4 45 ≤ x < 65 D Kurang
5 x ≤ 45 E Sangat Kurang
jika minimal hasil belajar seluruh siswa mencapai kriteria baik. Setelah dilakukan
berikut:
Keterangan:
Dalam penelitian ini, LKS yang dikembangkan dikatakan efektif jika minimal
42
b. Analisis hasil observasi penggunaan LKS
Data keefektifan LKS yang diperoleh dari hasil observasi penggunaan LKS
43
44