Anda di halaman 1dari 19

TUGAS FARMAKOLOGI

Non-Steroid Antiinflamation Drug


(NSAID)

Di buat oleh :
Siti Rahmah
G1A113026
Dosen pembimbing : dr. Anggelia Puspasari

MEDICAL FACULTY UNIVERSITY OF


JAMBI
1. ASAM MEFENAMAT

CARA KERJA OBAT

Asam Mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi non steroid, bekerja dengan cara
menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim
siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi dan antipiretik.

FARMAKOLOGI

Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid
atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja
enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek
antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik.

FARMAKODINAMIK

Mekanisme kerja : ihibisi revesibel siklooksigenase

FARMAKOKINETIK

Dosis Absorpsi Bioavibilitas Ikantan T½ metabolisme eliminasi


oral plasma protein

3x750- 70% - 99% 2- Hepatik 50%


1500mg/hari 4jam feses
20%
ginjal

INDIKASI

Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan
sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi,
nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
DOSIS

 Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan.


Dewasa dan anak di atas 14 tahun :
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
 Dismenore
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan
dilanjutkan selama 2-3 hari.
 Menoragia
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan
selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.

EFEK SAMPING

Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus,
mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur,
vertigo, dispepsia.
Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat
mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.

KONTRA INDIKASI

Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif
terhadap asam mefenamat.
Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan
saluran cerna.

INTERAKSI OBAT

 Obat yg terikat pada protein plasma : menggeser ikatan dengan protein plasma,
sehingga dapat meningkatkan efek samping (contoh : hidantoin, sulfonylurea).
 Obat antikoagulan & antitrombosis : sedikit memperpanjang waktu prothrombin
& Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan antikoagulan
(warfarin) atau zat thrombolitik (streptokinase), waktu prothrombin harus
dimonitor.
 Lithium : meningkatkan toksisitas Lithium dengan menurunkan eliminasi lithium
di ginjal.
 Obat lain yang juga memiliki efek samping pada lambung : kemungkinan dapat
meningkatkan efek samping terhadap lambung.
PERINGATAN DAN PERHATIAN

 Terhadap Kehamilan : Tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh wanita


hamil. Terutama pada akhir masa kehamilan atau saat melahirkan karena efeknya
pada sistem kardiovaskular fetus (penutupan prematur duktus arteriosus) &
kontraksi uterus.
 Terhadap Ibu Menyusui : Didistribusikan melalui air susu ibu, sehingga tidak
direkomendasikan untuk digunakan oleh ibu yg sedang menyusui.
 Terhadap Anak-anak : Belum ada studi ttg keamanan & efikasi penggunaan
asam mefenamat pada pasien anak dibawah 14 tahun. Belum ada studi tentang
keamanan untuk anak
 Terhadap Hasil Laboratorium : Dapat menyebabkan reaksi false-positif tes urin
menggunakan tes tablet diazo

CARA PENYIMPANAN

Simpan di tempat sejuk dan kering.

2. CELECOXIBE

MEKANISME KERJA OBAT

Dengan menghambat sintesa prostaglandin, trauma melalui penghambatan


siklooksigenase -2 (COX2).

FARMAKODINAMIK

Mekanisme kerja dan efek :

Terutama penghambat siklooksigenase 2 (COX-2) kuosien (COX-1/CUX-2-IC50)


nilai jauh melebihi 100 .
FARMAKOKINETIK

Absorpsi Ikatan T T 1/2 Volume metabolisme Eliminasi


Dosis oral proein maks distribusi
plasma
93% 87% 2- ±17jam 85-90 L Enzim Ginjal
1x12,5atau 9jam sitosolis 72%
1x25mg empedu
14%

INDIKASI

Pengobatan osteoarthritis dan artritis rematoid.

KONTRA INDIKASI

Hipersensitif, pasien penderita asma, urtikaria.

EFEK SAMPING

Intoksikasi saluran cerna, intoksikasi kardiovaskuler, intoksikasi saraf parineal.

INTERAKSI OBAT

Secara umum berinteraksi dengan obat mengahambat sitokrom p450 2c9. Potensial
beriteraksi dengan flukonazol, litium, fursemid, dan inhibitor Ace. Tidak ada interaksi
secara klinik bermakna dengan gliburid , ketokonazol, metotreksat, fenitoin, dan
tulbotamid.

DOSIS

Penggunaan dosis terendah harus di sesuaikan dengan kondisi tiap pasien.osteoartritis


200mg kapsul OD atau 2 kali sehari mg. artritis rhemoatoid 2 x sehari 100-200mg.
PEMBERIAN OBAT

Berikan bersama makanan.

3. DIKLOFENAK

PENGGUNAAN TERAPI :

 Penyakit sendi yang meradang, juga degenerative


 Penyakit Bechterew, serangan pirai akut
 Peradangan jaringan lunak dan dismenore berat

FARMAKODINAMIK

 Mekanis kerja :
- Inhibisi reversible dari siklooksigenase
- Pengahmbatan pembebasan asam arakidonat dan penggabungan kembali
asam arakidonat yang lebih kuat di trigliserida

FARMAKOKINETIK

Absorb Ikatan
Dosis si Bioavailabilit Protein T½ Metabolism Eliminas
Tunggal Oral / as Plasma e i
Ginjal
25-50 mg, 1,5 jam
Diklofena Rectal 100 % 50-60 % > 99 % (plasma) Lengkap 65 %
k 50-100 (efek lintas , ginjal
mg, dosis pertama yang (kumula
sehari kuat) si
sampai dicairan
150 mg synovial,
> 4 jam )

INDIKASI

Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan


ankilosing spondilitas.
KONTRA INDIKASI

 Pada penderita yang hipersensitif terhadap dikofenak atau yang menderita asma,
urtikaria atau alergi pada pemberian aspirin atau AINS lain
 Penderita tukak lambung

EFEK SAMPING

 Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/kram perut, sakit kepala, retensi
cairan, diare, nausea, konstipasi, flatulen, kelainan pada hasil uji hati, indigesti,
tukak lambung, pusing, pruritus dan tinnitus.
 Peninggian enzim-enzim aminotransferase (SGOT, SGPT), hepatitis.
 Dalam kasus terbatas gangguan hematologi (trombositopenia, leucopenia,
anemia, agranulositosis)

DOSIS dan CARA PEMAKAIAN

 Osteoartritis : 2 – 3 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg


 Reumatoid arthritis : 3 – 4 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg
 Ankilosing spondilitas : 4 kali sehari 25 mg, ditambah 25 mg saat akan tidur.
 Tablet harus ditelan utuh dengan air, sebelum makan

INTERAKSI OBAT

 Penggunaan bersama aspirin akan menurunkan kosentrasi plasma dan AUC


diklofenak,
 Diklofenak meningkatkan kosentrasi plasma digoksin, metosekret, siklosporin,
dan litium sehingga meningkatkan toksisitasnya.
 Diklofenak menurunkan obat-obat diuretik

PERINGATAN dan PERHATIAN

 Hati-hati penggunaan selama kehamilan karena diklofenak dapat menembus


plasenta.
 Diklofenak tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena diklofenak
dieksekresikan melalui ASI.
 Pada anak –anak efektifitas dan keamanannya belum diketahui dengan pasti.

4. IBUPROFEN

OBAT MEREK

Anafen, Arthrifen, Bufect / Bufect Forte, Dofen, Dolofen-F, Farsifen, Fenris, Iprox,
Lexaprofen, Mofen, Nofena, Osfarin, Prifen, Profen, Proris, Prosic, Prosinal,
Rhelafen/Rhelafen Forte, Ribunal, Spedifen, Yariven.

MEKANISME KERJA

Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionat dari kelompok obat


antiinflamasi non steroid. Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-
oksigenase pada biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi
PG-G2 terganggu..
Prostaglandin berperan pada patogenesis inflamasi, analgesia dan demam. Dengan
demikian maka ibuprofen mempunyai efek antiinflamasi dan analgetik-
antipiretik.khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin)
dengan efek samping yang lebih ringan terhadap lambung.

Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan


protein plasma dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1-2 jam setelah pemberian.
Adanya makanan akan memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang
diabsorbsi. Metabolisme terjadi di hati dengan waktu paruh 1,8-2 jam. Ekskresi bersama
urin dalam bentuk utuh dan metabolik inaktif, sempurna dalam 24 jam.

FARMAKOLOGI

 Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionat dari kelompok obat


antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Ibuprofen bekerja melalui penghambatan
enzim siklooksigenase pada biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PG-G2 terganggu.
 Prostaglandin berperan pada patogenesis inflamasi, analgesia dan demam.
Dengan demikian maka ibuprofen mempunyai efek antiinflamasi dan analgetik-
antipiretik.
 Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin)
dengan efek samping yang lebih ringan terhadap lambung.
 Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan
protein plasma dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1 – 2 jam setelah
pemberian. Adanya makanan akan memperlambat absorbsi, tetapi tidak
mengurangi jumlah yang diabsorbsi. Metabolisme terjadi di hati dengan waktu
paruh 1,8 – 2 jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit
inaktif, sempurna dalam 24 jam.
FARMAKODINAMIK

Mekanisme kerja : Inhibisi revesibel siklooksigenase

FARMAKOKINETIK

Dosis Dosis Absorpsi bioavibilitas Ikatan T½ metabolisme Eliminasi


tunggal harian oral plasma
protein

200-800mg 1200- ±100% 90% 99% 2 Ya Gijal/mtabolit


bentuk 1600mg jam
supositoria

INDIKASI

 Meredakan demam.
 Mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri setelah
operasi pada gigi dan dismenore.
 Terapi simptomatik rematoid artritis dan osteoarthritis.
 Gejala rematik tulang sendi dan non sendi
 terkilir

KONTRA INDIKASI

 Penderita yang hipersensitif terhadap asetosal (aspirin) atau obat antiinflamasi


non steroid lainnya, dan wanita hamil trimester 3.
 Penderita dengan syndroma nasal polyps, angioedema dan reaksi bronkospasme
terhadap asetosal (aspirin) atau antiinflamasi non steroid yang lain.
 Dapat menyebabkan reaksi anafilaktik.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI

 Dewasa : 200 – 400 mg , 3 – 4 kali sehari.


 Anak-anak : 20 mg/kg berat badan/hari dibagi menjadi beberapa kali pemberian.
 Anak anak 1-2 tahun : sehari 3-4 kali 200-250mg
 3-7 tahun : sehari 3-4 kali 100-125mg

EFEK SAMPING

Efek samping adalah ringan dan bersifat sementara berupa mual, muntah, diare,
konstipasi, nyeri lambung, ruam kulit, pruritus, sakit kepala, pusing dan heart burn,
sembelit, gas atau kembung , pusing, gugup, dan dering di telinga .

PERINGATAN DAN PERHATIAN

 Penderita gangguan fungsi ginjal, gagal jantung, hipertensi, dan penyakit lain
yang mengakibatkan retensi cairan tubuh, asma, gangguan pembekuan darah,
lupus ertematosus sistemik.
 Hati-hati penggunaan pada anak usia di bawah 1 tahun, wanita hamil trimester 1
dan 2, dan ibu menyusui.
 Hati-hati pemberian pada penderita tukak lambung atau mempunyai riwayat
tukak lambung.
 Hati-hati pada penderita yang sedang mendapatkan antikoagulan kumarin.

INTERAKSI OBAT

 Asetosal (aspirin).
 Dosis ibuprofen lebih dari 2,4 g per hari, dapat menggantikan warfarin dari
ikatannya dengan protein plasma.

KEMASAN OBAT

 Ibuprofen Tablet 200 mg


 Ibuprofen Tablet 400 mg
 Ibuprofen Sirup
 Ibuprofen Forte Sirup
 Ibuprofen Suppositoria
5. INDOMETASIN

Indometasin merupakan obat antiinflamasi non-steroid (AINS) yang mempunyai efek


antipiretik dan analgesia yang sebanding dengan aspirin.

FARMAKODINAMIK

 Mekanisme kerjanya

- Seperti obat antiinflamasi yang lain, mekanisme kerjanya tidak diketahui.


Meskipun demikian, efek terapinya tidak disebabkan oleh perangsangan
hipofisis- adrenal.
- Indometasin merupakan penghambat sintesis prostaglandin yang kuat seca in
vitro. Secara in vivo, kadarnya yang tercapai selama terapi juga menunjukan
adanya efek ini. Disebabkan efek penghambatan sintesis prostaglandin ini,
mekanismenya mungkin disebabkan oleh penurunan prostaglandin
dijaringan perifer.
- Inhibisi reversible siklooksigenase.

FARMAKOKINETIK

Ikatan
Absorbsi Bioavailabilitas Protein t½ Metabolisme Eliminasi
Plasma

15% tidak
Indometasin 98 % oral 100 % 90 % 2 Sebagian berubah di ginjal
80 % jam glukuronidasi sisanya setelah di
rektal metabo- lisme
sebagai glu-
kuronida, sirkulasi
enterohepatik
yang jelas.

INDIKASI DAN CARA PENGUNAAN

Indikasi terbukti efektif pada keadaan dibawah ini.

1. Artritis rematoid sedang sampai berat, termasuk jenis akut pada penyakit kronik.
2. Spondilitas ankilosa sampai berat.
3. Osteoartritis sedang sampai berat.
4. Nyeri bahu akut (bursitis dan/atau tendinitis).
5. Artritis gout akut. Indometasin bentuk lepas lambat dapat diindikasikan seperti
bentuk kapsul biasa, kecuali pada arthritis grout akut.

Indometasin dapat mengurangi dosis steroid pada pasien yang mendapat steroid
untuk arthritis rematoid yang lebih berat. Pada keadaan tersebut, dosis steroid harus
dikurangi perlahan-lahan dan pasien dipantau secara ketat terhadap kemungkina
timbulnya efek samping.

Penggunaan Indometasin bersama-sama dengan aspirin atau salisilat yang lain tidak
dianjurkan. Dibuktikan bahwa kombinasi ini tidak menghasilkan efek terapi yang
lebih besar ketimbang indometasin secara tunggal. Disamping itu, insidens efek
samping pada saluran cernanya meningkat secara bermakna.

KONTRA INDIKASI

Pasien yang hipersensitif terhadap obat. Pasien yang dapattimbul serangan asma
akutnya,urtikaria atau retinitis oleh aspirin atau obat anti-inflamasi non-steroid yang lain
.

INTERAKSI OBAT

 Pemberian bersama-sama siklosporin meningkatkan tosisitas sklosporin, yang


kemungkinan disebabkan penurunan sintesis prostasiklin ginjal.
 Indometasin kapsul 50 mg 3 kali sehari meningkatkan kadar litium plasma
secara klinik dan mengurangi klirens ginjal pada pasien psikiatrik dan orang
sehat.
 Indometasin dapat mengurangi efek diuretic, karena itu jika diberikan bersama-
sama harus dipantau secara cermat untuk mengetahu apakah efek diuretic yang
diinginkan tercapai.
 Indometasin mengurangi aktivitas rennin plasma basal maupun peningkatan
aktivitas rennin basal akibat pemberian furosemid atau deplesi gram maupun
volume cairan.
 Dilaporkan bahwa triamteren yang diberikan pada pasien yang sedang minum
Indometasin dapat menimbulkan gagal ginjal akut reversible pada 2-4
sukarelawan sehat.
 Pemberian Indometasin dengan diuretic hemat kalium meningkatkan kadar
kalium dalam serum. Indometasin dapat mengurangi efek penghambat
adrenoseptor-beta, demikian juga Kaptopril pada beberapa pasien.
EFEK SAMPING

Efek samping khusus : Nyeri kepala bagian dahi, vertigo, gejala, psikis, psikosis,
parkinsonisme, epilepsi, retinopati, agranulositosis.

PENGGUNAAN EFEK TERAPI

 Rematik DAN Pirai

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

Pemberian Indometasin kapsul biasa atau kapsul lepas lambat harus diberikan bersama
makanan, segera setelah makan atau bersama-sama antasida untuk mengurangi iritasi
lambung.

Dewasa

 Anjuran dosis untuk stadium aktif arthritis rematoid sedang smapai berat,
spondilitas ankilosa sedang sampan berat dan osteoarthritis sedang sampai berat
adalah 25 mg 2 atau 3 kali sehari dengan kapsul biasa. Jika dapat ditoleransi,
dosis dapat ditingkatkan 25 atau 50 mg sehari jika perlu dengan interval 1
minggu sampai tercapai dosis total seharib sebesar 150-200 mg.
 Pada pasien yang tetap mengalami nyeri malam hari dan atau/kaku pada pagi
hari. Pemberian dosis dengan porsi besar sampai maksimum 100 mg dari dosis
total dapat diberikan sebelum tidur.
 Dosis total harian jangan melebihi 200 mg.
 Jika digunakan kapsul lepas lambat, Indometasin dapat diberikan 1 kapsul sehari
sebagai dosis awal. Jika perlu dosis dapat ditingkatkan sampai 150 mg sehari
dengan kapsul lepas lambat.
 Untuk nyeri bahu akut, dosis awalnya adalah 75-150 mg sehari dibagi 3-4 dosis.
Umumnya dosis diberikan selama 7-14 hari.
 Dosis untuk arthritis gout akut adalah 50 mg 3 kali sehari.
 Dosis kemudian diturunkan dengan cepat untuk dapat segera dihentikan. Nyeri
umumnya menghilang dalam 24 jam. Nyeri tekan dan rasa panas local
berkurang dalam 24-36 jam, sedangkan pembengkakan menghilang dalam 3-5
hari.
INDEKS KEAMANAN KEHAMILAN DAN MENYUSUI

Wanita hamil

Indometasin tidak dianjurkan diberikan pada wanita hamil, karena kemamanannya


belum mapan dan disebabkan efek golongan obat ini terhadap janin (penutupan
ductus arteriosus, disfungsi trombosit yangmnyebabkan perdarahan, disfungsi atau
gagal ginjal dengan oligohidramion, perdarahan saluran cerna atau perforasi dan
kelaina degeneratif miokard, selama trisemester ke III kehamilan. Seperti obat
antiinflamasi lain, penghambatan sintesis prostaglandin dapat menyebabkan
terhambatnya proses kelahiran.

6. KETOROLAC

FARMAKODINAMIK

Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan


obatanti-inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan
anti-inflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan dapat
dianggapsebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap
reseptor opiat.

INDIKASI

Penatalaksanaan jangka pendek, nyeri akut sedang -berat setelah operasi prosedur
bedah.

KONTRA INDIKASI

 Ulkus peptikum aktif, penyakit serebrovaskular, diatesis hemoragik, gangguan


koagulasi, sindrom polip nasal, angioedema.
 Bronkospasme, hipovolemia, gangguan ginjal derajad sedang-berat riwayat
asma, hamil, persalinan laktasi, anak usia kurang 16 tahun.
 Riwayat sindrom, Steven-Johnson atau ruam vesikulobulosa.
INTERAKSI OBAT

Warfarin Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor, diuretik, obat nefrotoksik, obat anti
epilepsi, obat psikoaktif.

DOSIS

Dewasa :

 Awal 10 mg Intra Muskular atau bolus Intra Vena,


 kemudian 10 – 30 mg tiap 4 – 6 jam.
 Maksimal : 90 mg/hari selama 2 hari.
 Usia Lanjut : Maksimal 60 mg.

CARA PEMBERIAN

Injeksi bolus intravena diberikan dalam waktu minimal 15 detik. Pemberian


intramuskular dilakukan dalam dan perlahan.

EFEK SAMPING

Diare, dispepsia, nyeri Gastro Intestinal, neusea, sakit kepala, pusing, mengantuk,
berkeringat, asma, dispnea, pruritus, urtikaria, vasodilatsi, pucat.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Hati-hati jika digunakan pada pasien yang sedang menjalani terapi antikoagulan atau
dengan hemofilia, pasien dengan gangguan hemostasis (efek pada hematologi),
penderita penyakit jantung, gagal ginjal akut, hipertensi atau kondisi lain yang
berhubungan dengan retensi cairan, kegagalan fungsi hati atau memiliki riwayat
gangguan hati dan anak-anak yang berusia kurang dari 16 tahun..

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL

C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin (teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau
penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya
keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.

7. PIROXICAM

CARA KERJA OBAT

Piroksikam adalah anti inflamasi non steroid yang mempunyai aktifitas anti inflamasi,
analgesik dan antipiretik.
aktifitas kerja piroksikam belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan melalui interaksi
beberapa tahap respon imun dan inflamasi, antara lain : penghambatan enzim siklo-
oksigenase pada biosintesa prostaglandin, penghambatan agregasi netrofil dalam
pembuluh darah, penghambatan migrasi polimorfonuklear (PMR) dan monosit ke
daerah inflamasi.
Pada pemberian oral, piroksikam diabsorbsi dengan baik, berikatan dengan protein
plasma sebanyak 99%. Konsentrasi puncak dalam plasma tercapai 3 - 5 jam setelah
pemberian dan waktu paruh lebih kurang 50 jam.
Metabolisme terjadi dalam hati dan diekskresi terutama melalui urin, 5% diantaranya
dalam bentuk utuh dalam urin dan feses.

FARMAKODINAMIK

mekanisme kerja :
inhibisi reversibel siklooksigenase, juga inhibisi pada aktivitas granulosit neurofil.

FarMAKOKINETIK

absorpsi Oral Ikatan T½ metabolisme eliminsi


Dosis bioavibilitas protein
plasma

± 100 % 100 % 99 % 40 sebagai <5%tidak berubah


Piroxikam 20 jam di ginjal,metabolit
mg ginjal sirkulasi
enterohepatik

Meloksikam 89 >99% 20 Seluruh nya 50 % ginjal, 50 %


7,5-15 mg jam hepatik feses
INDIKASI

Terapi simptomatik rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, gangguan


muskuloskeletal akut dan gout akut.

KONTRA INDIKASI
 Ulkus peptikum,
 osteortitis
 riwayat serangan asma,
 riwayat pendarahan lambung / tukak lambung
 rinitis, angioedema atau urtikaria (biduran/kaligata) yang dipicu oleh Aspirin.
Riwayat polip hidung.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Tidak dianjurkan pemberian pada wanita hamil dan menyusui.


Menghambat biosintesis prostaglandin,meningkatkan SGPT/SGOT hingga joundice.
Hati-hati pemberian pada penderita dengan gangguan pencernaan, jantung, hipertensi
dan keadaan prediposisi retensi air, ginjal dan hati.
Keamanan penggunaan untuk anak-anak belum diketahui dengan pasti.
Piroksikam berikatan dengan protein plasma dan menggantikan kedudukan ikatan
albumin dengan obat lain, oleh karena itu penderita yang menerima antikoagulan oral,
sulfonil urea atau hidantoin harus dimonitor secara teliti dan hindari pengguanan rektal
pada proktitis atau hemoroid.

EFEK SAMPING

Keluhan GI, misalnya epigastrik distres mual, nausea, gangguan abdominal atau nyeri,
rasa tidak nyaman pada abdomen, kembung, diare, konstipasi, diare dan flatulen.
Kadang-kadang terjadi edema, pusing, sakit kepala, ruam kulit, pruritus, perforasi,
somnolen (mengantuk disertai turunnya kesadaran), penurunan hemoglobin dan
hematokrit.

INTERAKSI OBAT

Pemberikan piroksikam dengan antikoagulan oral, sulfonil urea atau hidantoin harus
hati-hati dan dimonitor. Aspirin dan piroksikam tidak boleh diberikan secara bersama-
sama. Pemberian bersama-sama litium dan piroksikam meningkatkan kadar litium
dalam darah.
KANDUNGAN
 Piroxicam / Piroksikam Tablet 5 mg
 Piroxicam / Piroksikam Kaplet 10 mg
 Piroxicam / Piroksikam Kaplet 20 mg

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL

Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau
penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya
keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.

DOSIS
 Artritis reumatoid, osteoartritis, ankylosing spondylitis : 20 mg sekali sehari.
 Kelainan muskuloskeletal akut : 40 mg sehari selama 2 hari dalam dosis tunggal
atau dalam dosis terbagi, kemudian 20 mg sehari selama 7-14 hari.
 Gout akut : diawali dengan 40 mg sehari sebagai dosis tunggal kemudian 40 mg
dalam dosis tunggal atau dosis terbagi selama 4-6 hari.
 Tidak diindikasikan untuk penanganan jangka panjang gout.

PENYAJIAN

Dikonsumsi bersamaan dengan makanan.


Daftar Pustaka

1. Purwanto Hardjosaoutra dkk. 2008, DOI (Data Obat di Indonesia), 11th Ed.
PT. Mulia Jayaterbit.
2. WWW.drugs.com
3. Sagung Seto.2008. IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia).BADAN
POM RI.
4. Mardjono Mahar. 2012. FARMAKOLOGI DAN TERAPI, 5th Ed. FKUI,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai