Anda di halaman 1dari 7

LAMPIRAN

BERITA TELKOM MELAKUKAN CROSS LISTING

Berita Utama (Berita 1)

11:20:55 | 16 Feb 2018

https://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=telkom-model-bumn

Telkom layak menjadi "Model of Excellence" bagi BUMN

JAKARTA (IndoTelko) - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dianggap


layak menjadi "Model of Excellence" bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
lainnya karena memiliki sistem hingga "Succession Planning" yang sudah
mumpuni.

"Telkom ini sudah World Class, manajemennya kompeten, ada visi dan misi yang
besar. Makanya ini (Telkom) layak dijadikan "Model of Excellence" bagi BUMN
lainnya," ungkap Mantan Menteri Pendayagunaan BUMN Tanri Abeng yang juga
pernah menjadi Komisaris Utama Telkom kala memberikan sambutan untuk
peluncuran buku "Untold Story IPO Telkom di NYSE & BEJ karya Setyanto P
Santosa, Kamis (15/2) malam.

Tanri melanjutkan bagi sebuah perusahaan tercatat di bursa saham bukan hanya
untuk memperkuat struktur pendanaan, tetapi juga untuk tata kelola yang lebih
transparan, akuntabel, dan profesional. "Kalau bukan perusahaan tercatat di bursa,
Menteri BUMN bisa panggil sewaktu-waktu direksi untuk ganti. Perusahaan
terbuka mana bisa gitu, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi untuk gelar
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa," katanya.

Diungkapkannya, tercatatnya saham Telkom di bursa New York Stock Exchange


(NYSE) memiliki arti penting bagi Indonesia. "Ini saya buka satu rahasia, waktu
krisis 1998, pemerintah putuskan lepas 9,8% saham Telkom di NYSE senilai US$
405 juta. Pak Habibie (Presiden RI) bilang, saya mau dalam rupiah, bles langsung
itu nilai dollar di tanah air turun ke Rp7.500 yang tadinya Rp9ribuan," ungkapnya.

Menkominfo Rudiantara mengakui Telkom memiliki arti penting bagi industri


telekomunikasi nasional. "Telkom ini kan lokomotif industri Halo-halo, mau ke
kanan atau kiri, tergantung Telkom. Saya harapkan Telkom sudah antisipasi
pergeseran industri yang sekarang konten menjadi raja agar tetap sustain
kedepannya," katanya.
Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga mengungkapkan Telkom melakukan dual
listing pada 14 November 1995. "Kita listing di Bursa Efek Jakarta (sekarang
Bursa Efek Indonesia) dan NYSE. Waktu listing, kapitalisasi pasar sekitar Rp19
triliun-Rp20 triliun, 22 tahun kemudian menjadi Rp400 triliun. Saham Telkom
paling aktif diperdagangkan dan termasuk blue chips. Dalam psikologi pasar
modal, harga saham meningkat artinya kepercayaan investor tinggi," katanya.
(Baca: Kapitalisasi Pasar Telkom)

Dikatakannya, saat ini Telkom menjadi satu-satunya BUMN yang dual listing di
BEI dan NYSE. "Kami bersyukur Telkom mampu memenuhi persyaratan yang
digariskan otoritas bursa lokal dan internasional. Ini menunjukkan Telkom telah
memenuhi kategori perusahaan kelas dunia," ujarnya.

Setyanto P Santosa yang menjadi Direktur Utama Telkom kala melakukan dual
listing pada 1995 mengatakan aksi korporasi itu merupakan perjuangan
meletakkan pondasi untuk perusahaan.

"IPO bagi kami tak sekadar mempersiapkan perusahan go public tetapi sebagai
sarana dan pendorong untuk belajar disiplin dan melaksanakan administrasi yang
baik dengan standar internasional," katanya.

Dikatakannya, menggelar IPO kala itu tidaklah mudah karena belum ada BUMN
besar yang sudha go public di kancah internasional. "Tim IPO dan direksi tahu go
public itu baru secara teori, praktiknya nihil. Dalam mempersiapkan IPO semua
sambil belajar, karena itu buku ini saya tulis untuk berbagi pengalaman. Semoga
buku ini menjadi bahan pembelajaran bagi generasi penerus bagaimana tantangan
menghadang persiapan suatu gagasan besar untuk mengubah sejarah,"
pungkasnya.(dn)
Berita 2

Jumat, 23 September 2016 10:12:04 WIB

https://m.bareksa.com/id/text/2016/09/23/15-emiten-indonesia-diajak-bei-
listing-di-new-york-mana-yang-cocok/13985/news

15 Emiten Indonesia Diajak BEI Listing di New York, Mana Yang Cocok?

Bareksa.com - Bursa Efek Indonesia akan membawa 15 emiten ke New York


Stock Exchange (NYSE) untuk melakukan pencatatan saham di dua negara (cross
listing), demi menggaet kepercayaan investor asing kepada perusahaan nasional.
Emiten yang sudah tercatat di Indonesia ini harus memiliki kriteria khusus, setelah
diberi pelatihan, agar bisa memenuhi tujuan tersebut.

Direktur Utama BEI, Tito Sulistio mengemukakan ajakan ini bertujuan agar
emiten tersebut melakukan cross listing, setelah melakukan pelatihan. Nantinya,
emiten yang berangkat tersebut akan diberikan informasi mengenai tata cara untuk
melakukan cross listing.

Tito mengatakan, tercatatnya emiten Indonesia di luar negeri akan membuat rasa
percaya investor asing akan semakin tinggi kepada pasar modal Indonesia. Saat
ini, hanya ada satu emiten Indonesia yang tercatat di Bursa New York (NYSE),
yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom. Sebelumnya,
operator telekomunikasi lainnya PT Indosat Tbk (ISAT) juga terdaftar di NYSE
tetapi menghapus registrasinya (delisting) pada 2013 untuk melakukan efisiensi.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga melakukan cross listing tetapi di Bursa
Australia (ASX) bukan di Amerika Serikat.

Kepala Riset Mega Capital Indonesia Danny Eugene, mengungkapkan sebenarnya


tujuan Direktur BEI mengajak ke 15 emiten tersebut untuk listing di NYSE bukan
dikarenakan oleh akses permodalan karena pasar di Indonesia sudah cukup baik.
Menurutnya, dengan listing di NYSE dipastikan level Good Corporate
Governance emiten tersebut akan semakin baik.

"Tapi pertanyaannya apakah dengan perusahaan Indonesia yang listing di sana


akan bisa lebih mudah memperoleh investor," ujarnya kepada Bareksa.com,
Kamis 22 September 2016.

Danny mengatakan, seharusnya jika ingin go public di luar negeri, perusahaan


Indonesia bisa memilih lokasi dari investor bursa saham Indonesia berasal. Saat
ini, kebanyakan investor di BEI berasal dari Singapura dan juga Hongkong
sehingga akan lebih baik dua negara tersebut dijadikan priorotas. Walaupun
demkian ia juga tidak menampik bahwa NYSE memang lebih likuid dan teratur.
Ada juga hal lain yang juga harus diperhatikan oleh perusahaan yakni mengenai
biaya dan beban listing di NYSE agar jangan sampai memberatkan kinerja. Hal
ini mungkin terjadi karena bebannya berbeda dengan biaya listing di BEI. Ia
mengatakan sebelumnya ada juga ISAT dan juga TLKM yang sudah terlebih dulu
listing di NYSE. Namun karena tidak likuid dan juga terlalu membebani akhirnya
ISAT terpaksa menghapus sahamnya dari New York.

Ajakan inipun dinilainya sangat baik, namun kondisi saat ini belum mendesak
untuk melakukan hal tersebut. Danny menilai di Indonesia baru beberapa emiten
saja yang mampu melantai di NYSE. Mereka adalah PT Astra International Tbk
(ASII), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
dan juga PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

"Selain itu mungkin PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang memang induknya


berada di sana," ujarnya.

Sementara itu, Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo mengatakan


seharusnya agenda listing di NYSE ini mengarah pada keberlanjutan usaha.
Jangan sampai nanti kinerja emiten malah terabaikan dan perusahaan menjadi
tidak konsisten.

"Likuiditas dan corporate action di NYSE jauh lebih banyak, sedangkan di


Indonesia lebih sedikit," ujarnya.

Walaupun demikian, dari segi nilai aset, perusahaan Indonesia memang tidak
kalah dibandingkan emiten-emiten di NYSE. Ada beberapa emiten Indonesia
yang menurut Lucky bisa listing di bursa Amerika Serikat.

PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menurutnya punya kesempatan yang sangat


besar. Pasalnya SMGR mewakili holding semen di Indonesia dan juga masih
mempunyai pasar yang besar pada potensi pertumbuhan infrastruktur di
Indonesia.

Pada sektor perbankan, Lucky melihat BBRI menjadi kandidat utama. Emiten
perbankan yang dikendalikan pemerintah ini bisa memberikan nilai tambah
karena merupakan satu-satunya bank di dunia yang memiliki satelit sendiri.

PTBA juga bisa menjadi salah satu emiten yang melakukan cross listing. PTBA
dinilai sebagai perusahaan tambang milik pemerintah dan memiliki fundamental
yang cukup baik. (hm)
Berita 3

Farid Nurfaizi/MHD | Kamis, 26 November 2015 | 8:19

http://id.beritasatu.com/home/pt-telkom-pertahanan-multi-listing/133626

PT Telkom Pertahankan Multi-Listing

JAKARTA-PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom/TLKM) konsisten untuk


menjadi perusahaan dalam negeri yang mencatatkan sahamnya di dua negara
(multi-listing). Kini, Telkom telah tercatat di Bursa Efek New York (NYSE)
selama 20 tahun.

Menurut Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga, pencatatan saham di NYSE


adalah tonggak sejarah penting dalam perjalanan Telkom. “Pencatatan saham
Telkom di NYSE merupakan tonggak sejarah, yang menunjukkan keberanian
menjadi wakil dunia usaha Indonesia di pusat keuangan dunia,” ujar Alex dalam
rilisnya, Rabu (25/11).

Bagi Bangsa Indonesia, kata Alex, Clossing Bell Ceremony di NYSE bisa
menjadi kebanggaan tersendiri. Sebagai perusahaan milik negara, tercatatnya
Telkom di bursa global memiliki nilai strategis di samping membangkitkan
kebanggaan nasional.

“Telkom adalah satu-satunya perusahaan Indonesia yang berhasil menembus


bursa global NYSE,” tambahnya.

Alex menjelaskan, sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia yang melakukan


dual listing dan tercatat di NYSE, Telkom telah membuktikan diri sebagai
perusahaan dengan kinerja portofolio yang konsisten. Tercatat hingga penutupan
perdagangan pada tanggal 25 November 2015 kapitalisasi pasar Telkom mencapai
Rp 292,32 triliun.

Melihat manfaat listing di NYSE, lanjut dia, Telkom akan tetap mempertahankan
statusnya sebagai perusahaan multi-listing khususnya di NYSE. Menurut dia,
listing di NYSE telah meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance/GCG).

“Tidak mudah untuk mewakili dunia usaha Indonesia di pusat keuangan dunia,
serta menunjukkan kinerja portofolio yang konsisten. Ini adalah sebuah sebuah
prestasi sekaligus kebanggaan bagi Telkom dan Indonesia,” ujar Alex.(ID/B1)
GRAFIK PERKEMBANGAN HARGA SAHAM

3 TAHUN
5 TAHUN

Anda mungkin juga menyukai