Anda di halaman 1dari 29

DISENTRI

Disusun Oleh :

Aldrin Joandris Muskananfola


1308011004

Pembimbing :
dr. Debora S Liana Sp. A
dr. Regina M Manubulu, Sp. A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK


SMF/ BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANNES
KUPANG
2018

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Rawat Inap ini diajukan oleh :

Nama : Aldrin Joandris Muskananfola S.Ked

NIM : 1308011004

Telah berhasil dibacakan dan dipertahankan dihadapan para pembimbing klinik

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian komprehensif di

bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

Pembimbing Klinik

1. dr. Debora S Liana, Sp.A 1. ………………….

Pembimbing Klinik I

2. dr.Regina M Manubulu, Sp.A, M.Kes 2. ………………….

Pembimbing Klinik II

Ditetapkan di : Kupang

Tanggal :

2
LAPORAN KASUS RAWAT INAP
DISENTRI
Aldrin Joandris Muskananfola, S.Ked
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
dr. Debora S Liana Sp.A; dr. Regina M Manubulu, Sp.A

I. PENDAHULUAN

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus),
yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air
besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar
dengan tinja bercampur lendir dan tenesmus. Disentri merupakan peradangan pada
usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar dengan konsistensi
cair secara terus menerus (diare) yang bercampur dengan lendir dan darah.3 Disentri
merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas
di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri,
yakni:1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus,2) berak-berak, dan 3)
tinja mengandung darah dan lendir.
Di Negara berkembang kuman pathogen penyebab penting diare pada anak-
anak yaitu: Rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter
jejuni dan Cryptosporidium.(1) Dari sekian banyak bakteri patogen yang
menyebabkan diare, Shigella merupakan penyebab diare yang sering ditemukan,
terutama pada daerah dengan fasilitas sanitasi yang terbatas atau jelek. Shigellosis
dilaporkan terjadi pada 140 juta kasus dengan 600.000 kematian setiap tahunnya,
dimana 60% terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun.(3) Shigellosis adalah infeksi
akut usus yang disebabkan oleh salah satu dari empat spesies bakteri gram negatif
genus Shigella. Disentri basiler adalah diare dengan lendir dan darah disertai dengan
(3)
demam, tenesmus, dan abdominal cramp. Shigella sp. Merupakan genus Shigella

3
yang termasuk bakteri gram negatif, non-motil, bakteri endosphor berbentuk
tongkat.(4)
Penemuan kasus diare di propinsi NTT tahun 2013 98.958 kasus, jumlah
kasus yang ditangani 23.561 kasus. KLB diare 2011 50 kasus, 2012 12 kasus dengan
jumlah yang meninggal 0 kasus. Pada tahun 2013 tidak ada KLB diare di NTT.(2)
Penegakan diagnosis disentri dilakukan dengan anamnesis dengan
pemeriksaaan fisik, tanda untuk diagnosis disentri adalah BAB cair, sering dan
disertai dengan darah yang yang dapat dilihat dengan jelas. Shigellosis menimbulkan
tanda radang akut meliputi; nyeri perut, demam, kejang, letargis, prolaps rectum,
disamping itu sebagai diare akut juga bisa menimbulkan dehidrasi, gangguan
pencernaan dan kekurangan zat gizi.(5)

4
II. LAPORAN KASUS

Masuk rumah sakit tanggal 20 Mei 2018

1. IDENTITAS
Nama : An. FF
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 20 Desember 2012
Umur : 5 Tahun, 6 bulan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Manutapen
2. ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan ibu pasien tanggal 20 Mei 2018)

- Keluhan Utama : Mencret

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan buang air besar
mencret 5 kali sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Menurut ayah pasien
bahwa setiap kali pasien mencret ada sedikit ampas bercampur darah, terdapat
juga lendir putih dengan volume yang tidak banyak. Pasien juga muntah 1
kali sejak kemarin dengan isi muntahannya berisi cairain sedikit. Menurut
orangtua anak juga demam, dan menegeluh sakit pada daerah perut. Setelah
sampai di ruangan anak juga masih mencret 1 kali. Menurut ayah pasien nafsu
makan pasien agak menurun, anak tetap makan tetapi cuman sedikit. Batuk (-
), pilek (-), demam (+).

- Riwayat penyakit dahulu: anak pernah menderita TBC dan sudah minum

OAT selama 6 bulan.

- Riwayat penyakit keluarga: Sauadara kembar dari pasien juga mengalami

keluhan yang sama 4 hari ssebelumnya

5
- Riwayat pengobatan : Anak ini belum mendapatkan pengobatan

- Riwayat Imunisasi : Pasien telah mendapat imunisasi dasar lengkap

- Riwayat ASI : Mendapat ASI samapai usia 5 bulan, kemudian setelah itu anak

diberikan MPASI bubur dan ASI masih dilanjutkan.

- Riwayat kehamilan : Pasien anak kedua dari tiga bersaudara. Selama hamil

ibu rutin periksa kehamilan di Puskesmas. Penyakit berat selama kehamilan

tidak ada.

- Riwayat persalinan : Ibu melahirkan secara sectio caesarea di RS ditolong

SPOG, bayi langsung menangis dan orang tua lupa BBL anak.

- Riwayat tumbuh kembang : Tumbuh kembang anak sesuai usia.

- Keadaan tempat tinggal pasien

Keadaan rumah pasien, dilihat dari keadaan bisa dikatakan sanitasi rumah yang

kotor yang dimana menurut etiologi sanitasi yang jelek merupakan faktor risiko

terjadinya kejadian diare.

6
3. PEMERIKSAAN FISIK (20 Mei 2018)

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital :

Nadi :105x/menit, reguler, kuat angkat

Respirasi :29x/menit, reguler

Suhu :37,4 0C

Antropometri

Berat badan : 12 kg

Tinggi badan : 103 cm

Status gizi : Gizi Kurang

Kulit : anemia (-), sianosis (-), ikterik (-), turgor kembali agak lambat.

Kepala : Normocephal, ubun-ubun besar datar, sudah menutup

Rambut : Rambut hitam tersebar merata, tidak mudah dicabut

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)

Mata tampak cekung (+/+)

Hidung : Rhinorrhea (-), pernapasan cuping hidung (-/-)

Bibir : Mukosa bibir lembab, anemis(-), sianosis (-)

Mulut : Mukosa lidah dan mulut lembab, Tonsil T1–T1 hiperemis (-/-)

Telinga : Sekret (-), liang telinga intak (+/+)

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), distensi vena jugular (-),

7
palpasi kelenjar tiroid dalam batas normal.

Paru

Paru anterior

Inspeksi : Pengembangan dinding dada simetris, retraksi (-)

Palpasi : Tactil fremitus D=S, nyeri tekan (-), massa (-)

Perkusi : Sonor +/+

Auskultasi : Vesikuler +/+, ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Paru posterior

Inspeksi : Pengembangan dinding dada simetris, deformitas vertebra (-)

Palpasi : Tactil fremitus D=S, nyeri tekan (-), massa (-)

Perkusi paru : Sonor +/+

Auskultasi : Vesikuler +/+, ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Iktus cordis terlihat

Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS 5 linea midclavicula sinistra

Perkusi : Batas jantung kanan : ICS 4 parasternal dextra

Batas jantung kiri : ICS 5 midclavicula sinistra

Pinggang jantung : ICS 3 parasternal sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I-II tunggal, regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen

Inspeksi : Tampak datar

Auskultasi : Bising usus (+), kesan normal.

8
Palpasi : Distensi (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani, shiffting dullness (-)

Ekstremitas

Ekstremitas atas : Akral hangat, CRT <3detik, edema (-/-)

Ekstremitas bawah : Akral hangat, CRT <3detik, edema (-/-)

4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 20 Mei 2018
Pemeriksan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi (Darah rutin)
Hemaglobin 10,6 g/dL (L) 10,8-15,6
Jumlah eritrosit 5,29x106/uL (L) 3,,80-5,80
Hematokrit 31,6% (L) 33,0-45,0
MCV, MCH, MCHC
MCV 59,7 fL (L) 69,0-93,0
MCH 20,0 pg (L) 22,0-34,0
MCHC 33,5 g/L 32,0-36,0
RDW-SD 44,6 fL (L) 37-54
Jumlah lekosit 21,41 x103/uL 5,00-14,50
Hitung Jenis
Eosinofil 0,5 % (H) 1,0-5,0
Basofil 0,4 % 0-1
Neutrofil 44,7 % 25,0-60,0
Limfosit 41,4 % 25,0-50,0
Monosit 13,0 % (H) 1,0-6,0
Jumlah Eosinofil 0,11x103/uL (H) 0,00-0,40
Jumlah Basofil 0,09x103/uL 0,00-0,10
Jumlah Neutrofil 9,56x103/uL 1,50-7,00
Jumlah Limfosit 8,86x103/uL 1,00-3,70
Jumlah Monosit 2,79x103/uL (H) 0,00-0,70
Jumlah Trombosit 608 x103/uL 156-408
5. Resume :

9
Pasien anak laki-laki 5 tahun 6 bulan datang dengan keluhan mencret 5 kali.

BAB ada sedikit ampas bercampur darah, terdapat juga lendir putih dengan

volume yang tidak banyak dan bau yang agak busuk. Muntah 1 kali dengan isi

muntahannya berisi cairain sedikit. 4 jam setelah itu muncul keluhan seperti diatas.

 Tanda vital:

Nadi :105x/menit, reguler, kuat angkat

RR : 29x/menit, reguler

Suhu : 37,4 0C

BB: 12 kg ; TB : 103 cm

Status gizi : Gizi kurang

 Mata tampak cekung

 Turgor kulit kembali lambat

6. Diagnosis Kerja: Disentri + Dehidrasi Ringan Sedang

7. Terapi :

 Ampisilin 2x600mg PO

 Infus RL 1250CC/24 jam

 Oralit tiap kali mencret

 Zinc 1x20mg PO

Perkembangan pasien selama perawatan


Tanggal S O A P
21/5/18 Pasien Tanda vital: GEA+  IVFD RL
mencret3 kali Nadi :104x/menit, Dehidrasi 1250CC/24
sejak kemarin reguler, kuat angkat Ringan JAM
siang RR : 28x/menit, Sedang+ Gizi  INJ.

10
berwarna reguler Kurang AMPISILIN
kuning Suhu : 36,4 0C 2X600MG
kecoklatan, Kepala:  ORALIT tiap
ampas (+), normocephal kali mencret.
darah (-), Mata: Conjungtiva  Zinc 1x20mg
lendir putih anemis -/-, sklera
(+), muntah 1 ikterik -/-, mata
x, demam (-), tampak cekung -/-.
batuk (-), Pengembangan dada
pilek (-) simetris, retraksi (-),
vesikuler(+/+),
rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
S1 S2 reguler
tunggal, murmur(-),
gallop (-)
Abdomen: supel,
bising usus (+)
normal, hepar lien
tidak teraba, shifting
dullness (-)
Extremitas: akral
hangat, CRT< 3
detik, edema (-/-).
22/4/18 Mencret 4 Tanda vital: Disentri  Observasi
kali tadi Nadi :114x/menit, mencret
malam, reguler, kuat angkat  Cotrimoksasole
menurut RR : 24x/menit, 2x1/2 tab
orangtua anak reguler  Oralit tiap kali
mengeluh Suhu : 37,0 0C mencret
sakit pada Kepala:  Zinc 1x20mg
perut dan normocephal
terasa Mata: Conjungtiva
berputar. anemis -/-, sklera
Anak makan ikterik -/-, mata
sedikit, tampak cekung -/-.
minum juga Pengembangan dada
sedikit. simetris, retraksi (-),
Menret vesikuler(+/+),
ampas (+), rhonki (-/-),
darah (+), wheezing (-/-)
lendir putih S1 S2 reguler

11
(+), muntah 1 tunggal, murmur(-),
x, demam (-), gallop (-)
batuk (-), Abdomen: supel,
pilek (-) bising usus (+)
normal, hepar lien
tidak teraba, shifting
dullness (-)
Extremitas: akral
hangat, CRT< 3
detik, edema (-/-).
23/5/18 Mencret 3 Tanda vital: DISENTRI  Observasi
kali , menurut Nadi :92x/menit, mencret
orangtua anak reguler, kuat angkat  Cotrimoksasole
mengeluh RR : 23x/menit, 2x1/2 tab
sakit pada reguler  Oralit tiap kali
perut dan Suhu : 36,8 0C mencret
terasa Kepala:  Zinc 1x20mg
berputar. normocephal
Anak makan Mata: Conjungtiva
sedikit, anemis -/-, sklera
minum agak ikterik -/-, mata
banyak. tampak cekung -/-.
Menret Pengembangan dada
ampas (+), simetris, retraksi (-),
darah (+), vesikuler(+/+),
demam (-), rhonki (-/-),
batuk (-), wheezing (-/-)
pilek (-) S1 S2 reguler
tunggal, murmur(-),
gallop (-)
Abdomen: supel,
bising usus (+)
normal, hepar lien
tidak teraba, shifting
dullness (-)
Extremitas: akral
hangat, CRT< 3
detik, edema (-/-).
24/5/18 Pasien Tanda vital: disentri  Cotrimoksasole
mencret 1 kali Nadi :96x/menit, 2x1/2 tab
tadi malam, reguler, kuat angkat  Oralit tiap kali
berair, ada RR : 24x/menit, mencret

12
ampas, darah reguler  Zinc 1x20mg
(-). Sakit pada Suhu : 36,4 0C
daerah perut Kepala:
sudah mulai normocephal
hilang. Mata: Conjungtiva
anemis -/-, sklera
ikterik -/-, mata
tampak cekung -/-.
Pengembangan dada
simetris, retraksi (-),
vesikuler(+/+),
rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
S1 S2 reguler
tunggal, murmur(-),
gallop (-)
Abdomen: supel,
bising usus (+)
normal, hepar lien
tidak teraba, shifting
dullness (-)
Extremitas: akral
hangat, CRT< 3
detik, edema (-/-).
25/5/18 Mencret 2 Tanda vital: DISENTRI  Cotrimoksasole
kali ada isi, Nadi :96x/menit, 2x1/2 tab
darah (-), reguler, kuat angkat  Oralit tiap kali
lendir (-), RR : 24x/menit, mencret
nafsu makan reguler  Zinc 1x20mg
masih kurang Suhu : 36,4 0C
baik, minum Kepala:
normal. normocephal
Mata: Conjungtiva
anemis -/-, sklera
ikterik -/-, mata
tampak cekung -/-.
Pengembangan dada
simetris, retraksi (-),
vesikuler(+/+),
rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
S1 S2 reguler

13
tunggal, murmur(-),
gallop (-)
Abdomen: supel,
bising usus (+)
normal, hepar lien
tidak teraba, shifting
dullness (-)
Extremitas: akral
hangat, CRT< 3
detik, edema (-/-).

III. DISKUSI

Pasien pada kasus ini didignosis disentri. Disentri didefinisikan sebagai diare
yang disertai darah. Yang sebagian besar disebabkan oleh Shigella dan hampir
semuanya memerlukan antibiotik.(5) Penyakit infeksi diperkirakan menyebabkan
kematian 11 juta anak tiap tahunnya. 99% dari kematian ini terjadi di Negara
berkembang dan 4 juta diantaranya kematian pada 1 tahun pertama kehidupan.
Diare akut merupakan salah satu manifestasi salah satu penyakit infeksi dan
menyebabkan kematian kedua diseluruh dunia. Diperkirakan bahwa setiap tahun
3.5 juta anak di bawah 5 tahun meninggal akibat diare, dan paling banyak terjadi di
Afrika, Asia dan Amerika Latin. Diare juga selain menyebabkan mortalitas juga
menyebabkan morbiditas dan malnutrisi. Dari sekian banyak bakteri pathogen yang
menyebabkan diare, Shigella merupakan penyebab diare yang sering ditemukan,
terutama pada daerah dengan fasilitas sanitasi yang terbatas/jelek.(3) Data Kasus
diare yang ditangani di Indonesia tahun 2014 sebanyak 8.490.976 kasus dengan
persentase kasus diare yang ditangani adalah 97.45%. jumlah kasus diare yang
ditangani di NTT 189.168 kasus dengan persentase kasus diare yang ditangani
sebesar 187.98%.(7) Penyebab disentri adalah Shigella sp, dari genus Shigella yang
termasuk bakteri gram negatif. Secara morfologi bakteri Shigella berbentuk batang,
ramping, tidak berkapsul, tidak bergerak, tidak membentuk spora, bentuk cocobasil,

14
merupakan bakteri fakultatif anaerob.(3) Cara penularan pada umumnya melalui
fecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen,
atau kontak langsung tangan dengan tangan penderita atau barang-barang yang
telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. (melalui 4 F =
finger, flies, fluid, field).(1) faktor resiko lain yang dapat menyebabkan disentri
adalah(1):
(a). Faktor umur; sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan, insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat
diberikan makanan pendamping ASI.
(b). Infeksi asimtomatik; sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan
proporsi asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan
imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari
atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang
infeksius.
(c). Faktor musim; variasi pola musiman dapat terjadi menurut letak geografis.
Didaerah subtropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas,
sedangkan diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim
dingin.
(d). Epidemi dan Pandemi; Vibrio cholera dan Shigella dysentriae dapat
menyebabkan epidemik dan pandemik yang mengakibatkan tingginya angka
kesakitan dan kematian pada semua golongan usia.
Diagnosis pasien disentri diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien buang air
besar dengan konsistensi encer yang bercampur darah dan berlendir serta pasien
mengeluh nyeri perut. Untuk penilain derajat dehidrasi anak masuk dalam kategori
tanpa dehidrasi, penegakan tanpa dehidrsi berdasarkan klasifikasi WHO sebagai
berikut :

15
Pada kasus didapatkan tanda-tanda tanpa dehidrasi yaitu : pada keadaan
umum, anak baik dan sadar. Pemeriksaan fisik : air mata pasien ada, mukosa bibir
lembab dan anak tampak sedikit rewel, turgor kulit kembali agak lambat.
Pada pemeriksaan penunjang berdasarkan pemeriksaan feces lengkap
didapatkan darah positif, lendir positif, eritrosit penuh dan bakteri positif. Selain
shigella bakteri lain yang dapat menyebabkan diare berdarah adalah: Aeromonas,
Bacillus Cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium perfringes, Clostridium
defficile, Escherichia coli, Plesiomonas shigeloides, Salmonella, Staphylococcus
aureus, Vibrio colera, vibrio parahaemolyticus dan Yersenia enterocolica.(1) Diare
akibat bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transport ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP dan Ca dependen.
Patogenesis terjadinnya diare oleh Salmonella, Shigella dan E.coli agak berbeda
dengan pathogenesis diare oleh virus tetapi prinsipnya sama. Bedanya bakteri ini
dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga dapat menyebabkan
reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke serabut saraf otak sehingga

16
menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya
darah dalam tinja.(1)
Berikut tabel perbedaan antara disentri tipe amuba dan disentri tipe basiller
Disentri basiler Disentri amoeba

Timbulnya Akut kronik

Periode inkubasi Lama Kurang dari satu minggu

onset Lambat cepat

Warna Merah gelap Merah segar

Konsistensi Lendir tak lekat Viscous

Keluhan Tenesmus, sakitnya pada Tenesmus jarang, sakit


semua daerah perut pada perut bagian bawah

Pada kasus ini pasien datang dengan diare berdarah, bakteri-bakteri penyebab
diare berdarah dan perbedaannya antara lain:(1)
Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Klinik
Masa 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 6-72 jam 48-72
tunas jam jam

Panas + ++ ++ - ++ -

Mual Sering jarang Sering + - Sering


muntah
Nyeri Tenesmus Tenesmus Tenesmus - Tenesmus Kramp
perut kramp Kolik kramp

17
Nyeri - + + - - -
kepala
Lamanya 5-7 Hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
sakit
Sifat tinja

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10x/hr >10 hari Sering Sering Sering Terus


menerus

Konsisten Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair


si
Darah - Sering Kadang - + -

Warna Kuning Merah- Kehijauan Tidak Merah -


hijau hijau berwarna hijau
Bau Langu ± Busuk + Tidak Amis
khas
seperti
cucian
beras

Leukosit - + + - - -

Lain-lain Anoreksia Kejang Sepsis ± Meteoris Infeksi


mus sistemik

Komplikasi tersering dari disentri adalah komplikasi pada usus yaitu


(megakolon toksik, perforasi usus dan prolaps rektum) atau metabolik
(hipoglikemia, hiponatremia, hipokalemia dan dehidrasi). Bakterimia sering
dilaporkan pada anak dengan malnutrisi. Selain itu, terjadi sindroma hemolitik-

18
uremik yang ditandai dengan anemia hemolitik, trombositopenia dan gagal ginjal
oligourik. Kejang umum juga dapat terjadi pada beberapa pasien terutama pada
anak-anak.(6)(3)
Salah satu prinsip terapi diare akut adalah rehidrasi. Hal ini karena pada diare
terjadi pengeluaran cairan yang berlebihan melalui tinja pasien yang cair.
Kehilangan cairan yang berlebihan dapat menyebab terjadinya dehidrasi.
Berdasarkan IDAI dan WHO mengenai rekomendasi penanganan pasien anak
dengan diare, prinsipnya ialah Lintas Diare (Cairan, Nutrisi, Seng, Antibiotik yang
tepat dan Edukasi)(6)
1. Penanganan Diare
 Diare tanpa dehidrasi
Prinsip tatalaksana menggunakan rencana terapi A(5)

19
20
 Dehidrasi Ringan Sedang (8)
Menggunakan rencana terapi B, yaitu:

 Diare dehidrasi Berat(8)


Menggunakan rencana Terapi C, yaitu :

21
22
Pada anak ini diberikan terapi berdasarkan rencana terapi A, karena anak
disentri tanpa dehidrasi.
2. Lintas Diare
a. Rehidrasi Dengan Menggunakan Oralit Baru
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Terapi pada anak ini menggunakan terapi untuk diare tanpa dehidrasi yaitu
dengan pemberian oralit sebagai rehidrasi oral. Penggunaan rehidrasi oral
telah semakin luas diterima di seluruh dunia karena merupakan terapi yang
cepat, aman, efektif dan murah untuk penyakit diare. Larutan rehidrasi oral
efektif dalam mengobati anak apapun penyebab diare atau berapapun kadar
natrium serum anak saat awitan terapi. Larutan rehidrasi oral yang optimal
harus dapat mengganti air, natrium, kalium, bikarbonat dan larutan tersebut
juga harus isotonik.(1)(9)
Perbedaan oralit lama dan oralit baru(8) ;

23
b. Berikan Zink selama 10 hari berturut-turut
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi
buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko
terjadinya dehidrasi pada anak. Defisiensi seng seirng didapatkan pada
anak-anak di Negara berkembang dan berhubungan dengan menurunya
fingsi imun dan meningkatnya kejadian penyakit infeksi yang serius. Pada
saat diare seng yang ada dalam tubuh akan berkurang dalam jumlah besar
ketika anak mengalami diare.(1,6,8)
Zink diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian
zink harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Dengan dosis
pemberian(8):

24
a. Balita umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg)/hari.
b. Balita umur ≥6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari.
c. Teruskan ASI dan Pemberian makanan
ASI bukan penyebab diare, ASI justru dapat mencegah diare. Anak
yang sudah besar harus diberikan makan seperti biasa dengan frekuensi
lebih sering. Tujuan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya
fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi
berbagai nutrient, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau
paling tidak dikurangi.(1,8)
d. Berikan antibiotik secara selektif
Pemberian kotrimoksazol merupakan antibiotik lini pertama untuk
pengobatan disentri atau kolera. Dosis kotrimoksazole pada anak usia 6-12
tahun adalah 480 mg diberikan 2 kali sehari.(6) Pada anak ini diberikan
antibiotic sanprima dengan dosis 2x1cth. Berdasarkan WHO 2006 tentang
antibiotik yang diberikan pada anak yang diare untuk shigella dysentery
antibiotik pilihan bisa diberikan ciprofloxacin 15 mg/kgbb diberikan 2x
sehari selama tiga hari. Dan antibiotic alternatifnya adalah ceftriaxone 50-
100 mg/kgbb 1x sehari IM selama 2-5 hari atau picmecillinam 20 mg/kgBB
4x sehari selama 5 hari.(1)
e. Edukasi(6)
Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan
kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan
atau minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau belum membaik
dalam 3 hari. Langkah promotif/preventif:
a. ASI tetap diberikan
b. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang
air besar.
c. Kebersihan lingkungan dengan buang air besar di jamban
d. Imunisasi campak

25
e. Penyediaan air minum yang telah dimasak dan bersih.
3. Pemberian pelayanan tindak lanjut pada anak dengan disentri(10)

26
4. Pemeriksaan Penunjang(3)
1. Diagnosa spesifik infeksi Shigella adalah dengan mengisolasi organisme
tersebut dengan pemeriksaan kultur feces atau apus rectal. Onset penyakit
yang cepat sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi dan leukosit yang
banyak di feces (>50 neutrofil per lapangan pandang) sangat menyokong
ke arah Shigellosis.
2. Baku emas untuk diagnosis infeksi Shigella adalah dapat mengisolasi dan
mengidentifikasi pathogen tersebut dari feces. Dapat dilihat bahwa bakteri
Salmonella-Shigella tidak dapat mengfermentasikan laktosa dan dengan
pemeriksaan TSI (Triple Sugar Iron).

27
Kesimpulan
Telah dilaporkan kasus seorang anak usia 5 tahun 6 bulan dengan keluhan
berak bercampur darah sejak ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada
pemeriksaan fisik untuk keadaan umum anak tampak sadar baik, mata cekung,
turgor kulit kembali agak lambat, pada pemeriksaan mikroskopik feces didapatkan
darah positif, lendir (+), eritrosit (+), bakteri (+), Nyeri perut (+). Pasien ini dirawat
selama 1 minggu. Berak darah (-) pada hari ke-5 perawatan sehingga pasien
dipulangkan.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Subagio B, Santoso NB. Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi. Ikatan Dokter


Anak Indonesia (IDAI); 2012.

2. Dinas Kesehatan NTT, editor. Profil Kesehatan NTT. Dinas Kesehatan


Propinsi NTT; 2012.

3. Setiati S, Alwi I, Sudoyo A, Simadibrata M, Setiyohadi B, Ari Fahrial Syam,


editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. InternaPublishing; 2014.

4. James RK, George RC, editors. Sherris Medical Microbiology : an introduction


to infectious diseases. 4th ed. McGraw-Hill Professional Medical; 2004.

5. WHO, IDAI. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. 2009.

6. IDAI. Pedoman Pelayanan Medis. Pudjiadi A, Siregar B, Handryastuti S, Idris


NS, Gandaputra E, Harmoniati E, editors. 2011.

7. Data dan Informasi Tahun 2014 (Profil Kesehatan Indonesia). Jakarta; 2015.

8. Buku Saku Petugas Kesehatan (Lintas Diare). Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan; 2011.

9. Cohen MB. Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20th ed. Rudolph AM, Hoffman JIE,
Rudolph CD, editors.

10. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Depertemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2008.

29

Anda mungkin juga menyukai