Laporan Tutor B9 - Skenario2 Neoplasma
Laporan Tutor B9 - Skenario2 Neoplasma
BLOK NEOPLASMA
SKENARIO II
KELOMPOK XIX
TUTOR :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 2
1. Menopause
2. Atypical ductal hyperplasia : proliferasi sel epitel ductus mammae yang
mengalami dysplasia, bersifat monoton. hiperplasi ditemukan pada 10%
tumor mammae jinak, merupakan transisi dari jinak ke ganas
3. Papila retraksi : penarikkan puting mammae ke dalam karena tumor telah
melekat pada jaringan sekitar
4. Mamografi : pemeriksaan mammae menggunakan sinar X dosis rendah
5. Angioinvasi : sel kanker yang menginvasi pembuluh dara
6. limfangioinvasi : sel kanker yang menginvasi pembuluh limfe
7. Invasive ductal carsinoma : tumor ganas yang tumbuh di ductus mammae dan
telah menginvasi jaringan lemak di luar ductus mammae, 80% dari diagnosis
kanker mammae (paling sering)
8. Metastasis
9. Whole body CT Scan
10. Peau de orange
risiko 1,79 kali lebih besar dibandingkan pria yang memiliki Indeks
c. Penggunaan Hormon
d. Konsumsi rokok
Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) Ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) Lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada dimensi terbesar
T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi terbesar
T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi terbesar
T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi terbesar
T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm padadimensi terbesar
T3 Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada /kulit
T4 a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
T4 b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi
T4 c Gabungan T4a dan T4b
T4 d Inflammatory carcinoma
Staduim T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
1. Biologi tumor
2. Staging
3. Preventif
4. Tatalaksana
5. Prognosis
Jawaban
1.
2. staging
staging diperlukan untuk mengetahui stadium kanker dimana ini penting
untuk menentukan prognosis. memakai TNM system:
T: Tumoe size
N: nodal metastasis
M: metastasis
3. 4
4. Preventif
> Primer : berusaha untuk mengurangi atau meniadakan faktor-faktor resiko
yang diduga sangat erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara
sehingga perlu untuk mengetahui faktor-faktor resiko dari kanker payudara
> Sekunder : melakukan skrining kanker payudara. Skrinning kanker
payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang
mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak
punya keluhan. Tujuan skrinning adalah untuk menurunkan angka morbiditas akibat
kanker payudara dan angka kematian. Tindakan dari skrinning adalah Pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI), Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS), Pmeriksaan
payudara klinis oleh petugas terlatih.
5. Prognosis
Prognosis kanker payudara dapat ditentukan berdasarkan ketentuan -
ketentuan berikut:
● Ukuran tumor dan seberapa jauh invasinya:
○ Pada kasus karsinoma yang tidak metastasis / in situ, lebih
dari 90% pasien mampu bertahan hidup lebih dari 5 tahun
○ Sedangkan, pada kasus karsinoma yang invasif, prognosis
pasien turun
○ Semakin besar ukuran tumor, semakin buruk pula
prognosisnya
● Batas involusi dari limfonodus:
○ Pada kasus yang tidak mengalami metastasis ke limfonodus,
tercatat ada 80% pasien mampu bertahan hidup lebih dari lima
tahun
○ Pada kasus yang involusi sampai 16 limfonodus, kemungkinan
hidup pasien dalam waktu 5 tahun di bawah angka 50%
● Ada tidaknya metastasis jauh
○ Pada kasus yang persebarannya secara hematogenik, hanya
15% dari pasien yang mampu bertahan hidup hingga 5 tahun
● Derajat histopatologis
○ Pada temuan histopatologis yang kurang terdiferensiasi
dengan baik, prognosisnya lebih buruk daripada sel yang
terdiferensiasi dengan baik.
● Tipe karsinoma
○ Pada tipe tubuler, meduler, dan bermusin, prognosisnya lebih
baik daripada karsinoma tipe duktus dan lobuler.
○ Tipe karsinoma inflamasi memiliki prognosis terburuk
dibanding tipe - tipe lainnya.
● Keberadaan reseptor estrogen dan progesteron
○ Apabila terdapat reseptor estrogen dan progesteron,
prognosisnya lebih baik daripada yang tidak ada reseptornya.
● Ada tidaknya ekspresi berlebihan HER2/NEU
○ Apabila terdapat ekspresi berlebihan HER2/NEU, prognosis
pasien akan lebih buruk dibandingkan dengan yang
ekspresinya tidak berlebihan.
A. Sifat Biologi Tumor
1. Self -sufficiency in Growth signals ( Terpenuhinya Sinyal Petumbuhan )
Protooncogen merupakan gene normal bermutasi menjadi oncogen, gen yang
mendukung pertumbuhan sel kanker secara mandiri. Oncogen ini mampu
menumbuhkan sel kanker tanpa adanya sinyal pertumbuhan normal.
Secara singkat, proses pembelahan sel akan berlangsung sebagai berikut. Growth
factor ditangkap oleh reseptor di membran sel → aktivasi reseptor growth factor →
aktivasi signal transducing protein → transmisi sinyal ke nucleus → dimulainya
transkripsi DNA → masuk ke siklus sel dan pembelahan sel.
Gimana caranya sel kanker mendapatkan sinyal pertumbuhan yang dia inginkan
padahal seharusnya sel kanker dapat sinyal kematian karena selnya cacat?
a. Growth factor
Sel kanker mampu mensintesis growth factor sendiri tergantung jenis selnya.
Jadinya mereka bisa tumbuh dengan sendirinya dan diam-diam berkhianat.
Mekanisme ini dimiliki oleh sel kanker sarcoma yang menghasilkan faktor
pertumbuhan TGF-α dan sel kanker glioblastoma yang menghasilkan faktor
pertumbuhan PDGF.
b. Growth factor receptor
Growth factor receptor sel kanker ini cacat. Sehingga sinyal yang diterima yang
seharusnya sinyal kematian malah jadi sinyal untuk tumbuh tak terbatas, tak
terkontrol. Mekanisme ini berjalan melalui dua cara :
1) Reseptor yang bermutasi menyebabkan sinyal yang kontinyu dan petumbuhan
tak tekontrol.
2) Reseptornya overexpresive sehingga sel jadi super sensitive
Contoh mekanisme ini adalah dari keluarga reseptor EGF (epidermal growth factor).
Pada penderita ca mammae kadar HER2nya akan meningkat. Pada penderita ca
mammae dengan level HER2 tinggi prognosisnya buruk banget. Maka dari itu,
sekarang sudah ada antibodi khusus yang nyerang HER2 pada pengobatan kanker.
c. Signal-transducing protein
Mereka mentransmisikan sinyal dari growth factor receptor yang teraktivasi ke
nucleus, cotohnya :
1) RAS
30% tumor pada manusia mengandung RAS yang bermutasi. Mutasi RAS adalah
abnormalitas oncogen yang paling banyak ditemui pada tumor manusia. Akibat dari
mutasi RAS adalah sel yang terus berpoliferasi.
2) ABL gene
ABL protooncogene atau ABL normal memiliki aktivitas tyrosine kinase yang
dikontrol oleh mekanisme regulasi negatif. Mekanisme ini terjadi pada penderita
Chronic Myeloid Leukemia.
Pada penderita CML terjadi transfer gen ABL ch. 9 ke ch. 22. Akibatnya, ABL
berfusi dengan BCL membentuk BCR-ABL. BCR-ABL memiliki aktivitas
onkogenik.
d. Nuclear Transcription factors
Mutasi dapat menyerang gen yang meregulasi transkripsi DNA sehingga transkripsi
DNA jadi tidak terkontrol.
1) MYC protooncogen memproduksi protein MYC ketika sel menerima sinyal
pertumbuhan
2) Protein MYD berikatan dengan DNA untuk mengaktivasi gen yang
berhubungan dengan pertumbuhan.
e. Cyclins and Cyclins- Dependent Kinase
Pada siklus sel, progres dari satu tahap ke tahapberikutnya diatur oleh CDK yang
teraktivasi jika berikatan dengan cyclin. Mutasi yang menyebabkan kerusakan pada
regulasi oleh cyclin dan CDK mengawali poliferasi sel yang tak terkontrol. Pada ca
mammae, liver dan esophagus ada overexpresi cyclin D. CDK4 berlebihan terdapat
pada melanoma dan sarcoma
2. Insentivity to growth inhibitory signal
Tumor supresor genes harsunya bekerja sebagai rem untuk mengontrol poliferasi sel.
Jika tumor supressor genes mutasi→ sel jadi gak sensitif terhadap sinyal inhibisi→
poliferasi sel tak terkontrol. Contoh gene supressor gene ini adalah RB, TGF-β,
APC, TP35
a. RB (retinoblastoma) gene
Tumor supresor gene yang pertama ditemukan pada retinoblastoma juga ditemukan
pada tumor lain seperti ca mammae.
RB gene adalah DNA-binding protein yang berlokasi pada chromosome 13.
Retinoblastoma jarang terjadi pada tumor anak. Mekanisme mutasinya diperlukan
dua mutasi pada gene untuk menyebabkan retinoblastoma.
b. Transforming Growth Factor- β pathway :
TGF-β adalah inhibitor poliferasi yang meregulasi RB pathway. Inaktivasi TGF-β
mengawali poliferasi sel.
Mutasi pada TGF-β terdapat pada 100% kanker pankreas dengan progres yang
sangat cepat. Selain itu, 83% pada penderita kanker colon.
c. Adenomatous Polyposis Coli-β Catenin pathway
APC adalah tumor supressor gene yang memiliki aksi anti-poliferative melalui
inhibisi β-catenin. Kerusakan gen APC banyak pada kanker colon. Individu dengan
mutant APC memilki ribuan polip colon. Satu atau lebih polip ini akan berkembang
jadi colon carcinoma. Mutasi APC ada pada 70% sampi 80% sporadic colon cancer.
d. TP53 (P53)
Fungsinya banyak diantaranya adalah tumor supressor gene yang mencegah
poliferasi dan meregulasi apoptosis. TP53 mendeteksi adanya kerusakan DNA. Jika
ada kerusakan DNA, TP53 akan menghentikan proses G1 sehingga memberi
kesempatan pada perbaikan DNA dan menginduksi perbaikan DNA.
Jika kerusakan DNA gak bisa diperbaiki, TP53 akan mengomandokan apoptosis.
Tanpa adanya TP53 atau pada kecacatan TP53, kerusakan DNA tidak akan
diperbaiki sehingga kerusakan ini akan menetap pada sel yang membelah. Sel rusak
yang memperbanyak ini akan jadi ‘pengkhianat’ sang cancer. Maka dari itu, TP53 ini
disebut sebagai ‘guardian of the genome’ karena TP53 akan memberantas
‘pengkhianat’ sang cancer dengan kerusakan genome.
Pada 70% kanker terdapat kecacatan TP53. Kecacatan TP53 terdapat pada hampir
semua tipe cancer.
3. Evasion of Apoptosis
Apoptosis atau hukuman mati adalah jalan terakhir untuk menghukum cancer. Jika
gen yang meregulasi apotosis bermutasi sehingga gene ini tidak mampu
mempertahankan fungsinya. Maka akan ada banyak cancer yang lolos dari hukuman
mati dan megawali terjadinya ‘pengkhianatan’ besar-besaran atau malignant
transformation. Pada mekanisme apoptosis yang rusak, ada up-regulation BCL2 dan
ketiadaan ‘guardian of genome’ TP53.
4. Limitless replicative potential
Di ujung kromosom ada yang namanya telomer. Normalnya dengan semakin
bertambahnya usia sel, telomer akan semakin memendek. Telomer ini ibaratnya kaya
expired date. Jika suatu sel udah kadaluarsa, telomernya udah pendek dan akhirnya
mati. Pada stem cell telomerase aktif sehingga tidak ada expirednya.
Pada sel somatik tidak ada telomerase sehingga sel somatik ada expirednya. Pada sel
tumor ada aktivasi telomerase, sehingga telomernya tetap panjang dan sel tetap hidup
walupun harusnya udah kadaluarsa. Bayangin aja penderita kanker yag harus hidup
dengan sel kadaluarsa.
5. Sustained Angiogenesis
Kejahatan gak bisa jalan tanpa logistik. Cancer udah punya banyak sekutu dan
tentara. Sekarang dia butuh duit dan makan buat kelangsungan hidupnya. Mulailah
dia memebentuk neovascularisasi, pemebentukan pembuluh darah baru. Penguasaan
ekonomi dunia adalah kunci untuk menguasai dunia, new body order by cancer,
hahaha.
Neovascularisasi menyebabkan 2 efek utama :
a. Perfusi yang mensuplai logistik berupa oksigen dan nutrients ke jaringan
kejahatan cancer.
b. Pembetukan endotel baru mensekresikan growth factor seperti PDGF dan IL-1
Gimana cara cancer membentuk neovascularisasi?
a. Membentuk tumor associated angiogenis factors
b. Faktor ini bisa diproduksi oleh sel tumornya sendiri atau oleh sel inflamatory
yang menyusup ke tumor seperti makrofag.
c. Faktor yang penting buat neovascularisasi adalah
1) VEGF = vascular endothelial growth factor
2) Fibroblast growth factor
6. Ability to invade and metastasize.
Sel kanker akan menyebar dengan menembus benteng pertahanan membrana basalis.
Sehingga sel kanker akan menyebar dan menguasai tubuh.
a. Memutus ikatan persahabatan sel sehat pada membrana basalis.
SARAN