Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS DATA

1. Rangsangan Mekanik
Pada praktikum iritabilitas otot dan saraf katak terdapat beberapa perlakuan.
Perlakuan pertama yaitu dengan diberikan rangsangan mekanis dengan cara mencubit
bagian kanan kiri otot dan saraf. Saat saraf kanan dicubit, bagian yang merespon otot
kanan, sedangkan otot kiri tidak ada respon apapun dan saat saraf kiri dicubit, yang
merespon hanya otot kiri saja, otot sebelah kanan tidak menunjukkan respon.
Namun setelah saraf kanan dipotong dari medulla spinalis dan diberi
perlakuan yang sama, yaitu dicubit bagian saraf kanan dan kirinya terdapat respon
yaitu, saat saraf sebelah kanan dicubit, otot sebelah kanan merespon dengan gerakan,
sedangkan yang kiri tidak dan pada saat saraf kiri dicubit yang menunjukkan respon
yaitu otot sebelah kiri sedangkan yang lain hanya diam.
Perlakuan juga berlaku pada otot gastronekmius, yaitu saat otot
grastronekmius kanan dicubit, yang merespon hanya otot sebelah kanan dan otot
sebelah kiri tidak merespon, sedangkan jika otot gastronekmius sebelah kiri dicubit
hanya otot bagian kiri saja yang merespon. Sama halnya setelah saraf kanan dipotong,
dan otot gastronekmius diberi perlakuan yang sama, akan menunjukkan respon yang
sama pada saat saraf belum dipotong.
2. Rangsangan Termis
Pengamatan yang kedua yaitu saraf dan otot katak diberi rangsangan termis,
yaitu saraf dan otot disentuh dengan batang gelas hangat yang dipanaskan
menggunakan spiritus. Saat saraf kanan disentuh dengan batang gelas hangat, yang
merespon hanya otot bagian kanan saja, otot bagian kiri tidak merespon, sedangkan
pada saat saraf kiri disentuh juga otot bagian kiri saja yang merespon. Sedangakan
setelah saraf kanan medula spinalis dipotong dang saraf diberi perlakuan yang sama,
saat saraf kanan disentuh dengan batang gelas hangat, kedua otot tidak menunjukkan
respon sama sekali, saat saraf kiri disentuh dengan batang gelas hanyat yang
merespon hanya otot bagian kiri saja.
Pada perlakuan berikutnya, batang gelas hangat disentuhkan pada otot
gastronekmius kanan, yang merespon hanya otot sebelah kanan saja, dan begitu juga
pada saat otot gastronekmus kiri disentuh dengan batang gelas hangat yang merespon
hanya otot kiri saja. Sedangkan setelah saraf medula spinalis kanan dipotong, respon
yang ditunjukkan berbeda, yaitu pada saat otot gastronekmus kanan disentuh, kedua
otot kanan maupun kiri tidak ada respon, namun pada saat otot gastronekmus kiri
disentuh, yang merespon hanya otot bagian kiri saja.

PEMBAHASAN

1. Rangsangan Mekanik
Pada praktikum mengenai iritabilitas otot dan saraf pada katak, yang pertama
katak diberi rangsangan mekanik dengan mencubit saraf iskhiadius bagian kanan dan
kiri. Sebelumnya, iritabilitas itu sendiri merupakan kemampuan suatu makhluk hidup
untuk menanggapi rangsangan (Soewolo, 1999). Pada saat saraf bagian kanan dicubit,
hanya otot kanan saja yang merespon, yaitu kaki bergerak cepat, sedangkan otot yang
kiri tidak, begitu juga sebaliknya jika yang diberi rangsang saraf kiri maka yang
merespon hanya otot bagian kiri saja. Seharusnya jika salah satu saraf diberi
rangsangan maka kedua otot akan sama-sama merespon, namun dari hasil praktikum
hanya salah satu sisi yang diberi rangsang, maka otot yang diberi rangsang tersebut
yang berkedut memberikan respon. Hal ini bertentangan dengan literatur yang
menyebutkan bahwa seharusnya otot akan sama-sama merespon karena adanya
impuls yang diberikan saat dicubit tersebut akan dikirim melalui neuron menuju ke
sumsum tulang belakang tempat neuron bersinaps dengan interneuron. Kemudian dari
interneuron, impuls akan dibawa kembali melalui saraf spinal ke sekelompok otot
ekstensor yang ada dalam kaki katak (Barnes, dkk. 1999). Hal ini juga berlaku pada
saat mencubit otot gastroknemius, otot yang bergerak memberikan respon hanya satu
sisi saja, yaitu yang diberi rangsang cubitan.
Setelah saraf bagian kanan dipotong, saat saraf yang dipotong dicubit masih
menimbulkan respon pada otot kanan, namun otot kiri tetap diam, sedangkan pada
saat saraf bagian kiri dicubit, hanya otot bagian kiri yag merespon. Dan juga ketika
otot gastronekmius dicubit bagian yang diberi rangsang dengan dicubit, maka otot
itulah yang merespon. Hal ini terjadi karena akibat pemotongan medulla spinalis
bagian kanan, tubuh katak tidak bisa menyalurkan impuls ke kaki kanan. namun
impuls tersebut setelah dari sumsum tulang belakang akan dikembalikan ke
sekelompok otot ekstensor yang ada dalam kaki kanan (Barnes, dkk. 1999).
2. Rangsangan Termis

Perlakuan kedua pada praktikum mengenai iritabilitas otot dan saraf ini yaitu
dengan memberi perlakuan dengan rangsangan termis, dengan menyentuh saraf dan
otot gastronemius dengan batang gelas yang telah dipanasi ole api untuk diamati
respon pada otot kaki katak. Yang pertama batang gelas hangat disentuhkan pada
saraf bagian kanan, dan yang merespon dengan gerakan kedutan yaitu hanya otot kaki
kanan, sedangkan yang kiri tiak merespon, begitu juga jika yang diberi rangsangan
saraf kiri maka haya otot kaki bagian kiri saja yang bergerak. Pada otot gastronemius
pun juga menunjukkan respon sama, juka yang diberi rangsang saraf bagian kanan
maka yang merespon bagian kanan saja. Seharusnya jika saraf diberi rangsang, impuls
akan terkirim menuju medulla spinalis dan akan di kirim kembali ke saraf bagian kaki
kanan maupun kaki kiri, sehingga kedua otot kaki dapat merespon. Hal ini bisa saja
terjadi karena saraf melemah sehingga sifat iritabilitas berkurang, biasanya
disebabkan oleh keadaan lelah akibat pemberian rangsang yang terus menerus dan
tidak diistirahatkan dengan diberi larutan ringer, dan dapat meningkat apabila otot
dalam kondisi optimum, yaitu cukup energi dan oksigen (Soewolo,1999).

Setelah saraf bagian kanan dipotong, respon otot menunjukan perbedaan pada
saat diberikan rangsangan termis ini. Pada saat saraf sebelah kanan disentuh dengan
batang gelas hangat, otot kaki kanan maupun kiri tidak bergerak/berkedut merespon
sama sekali. Lain halnya dengan saat saraf sebelah kiri disentuh dengan batang gelas
hangat yang merespon otot bagian kanan saja. Hal ini disebabkan karena saraf yang
menanggapi respon mengalami penurunan fungsi karena adanya perlakuan sebelumnya
namun masih terdapat energi yang cukup pada saraf untuk melakukan reaksi berupa
gerakan pada otot gastronekmius. Sama halnya perlakuan pada otot gastroknemius yang
diberi rangsang dengan menyentuhkan batang pengaduk gelas pada otot gastronekmius
bagian kanan dan kiri. Tidak meresponnya otot kaki kanan, disebabkan karena tidak
ada yang meneruskan impuls karena saraf dipotong.
Barnes Robert D., Villee Claude A., Walker, Jr Warren F. 1999. Zoologi
Umum Edisi Keenam Jilid I. Terjemahan Nawangsari Soegiri dan Soegiri. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Tanpa tahun.
Soewolo. 1999. Pengantar Fisiologi Hewan. Malang : Proyek pengembangan
guru sekolah menengah.

Anda mungkin juga menyukai