Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821
1 1 1 ℏ𝑐
𝑀P = ℏ2 𝑐 2 𝐺 −2 ⟹ 𝑀P = √
𝐺
Untuk Panjang Planck
𝐿P = ℏ𝑥 𝑐 𝑦 𝐺 𝑧
𝐿 = 𝑀 𝑥−𝑧 𝐿2𝑥+𝑦+3𝑧 𝑇 −𝑥−𝑦−2𝑧
Dari kesamaan pangkat kita dapatkan persamaan berikut
𝑥 − 𝑧 = 0 ⟹ 𝑥 = 𝑧 … (4)
2𝑥 + 𝑦 + 3𝑧 = 1 … (5)
−𝑥 − 𝑦 − 2𝑧 = 0 … (6)
Dari persamaan (4) dan (6) kita peroleh
−𝑥 − 𝑦 − 2𝑥 = 0 ⟹ 𝑦 = −3𝑥
Maka dari persamaan (5) akan kita dapatkan
1 3
2𝑥 + (−3𝑥) + 3𝑥 = 1 ⟹ 𝑥 = = 𝑧 dan 𝑦 = −
2 2
Maka panjang Planck akan berbentuk
1 3 1 ℏ𝐺
𝐿P = ℏ2 𝑐 −2 𝐺 2 ⟹ 𝐿P = √ 3
𝑐
Untuk Waktu Planck
𝑇P = ℏ𝑥 𝑐 𝑦 𝐺 𝑧
𝑇 = 𝑀 𝑥−𝑧 𝐿2𝑥+𝑦+3𝑧 𝑇 −𝑥−𝑦−2𝑧
Dari kesamaan pangkat kita dapatkan persamaan berikut
𝑥 − 𝑧 = 0 ⟹ 𝑥 = 𝑧 … (7)
2𝑥 + 𝑦 + 3𝑧 = 0 … (8)
−𝑥 − 𝑦 − 2𝑧 = 1 … (9)
Dari persamaan (7) dan (8) kita peroleh
2𝑥 + 𝑦 + 3𝑥 = 0 ⟹ 𝑦 = −5𝑥
Maka dari persamaan (9) akan kita dapatkan
1 5
−𝑥 − (−5𝑥) − 2𝑥 = 1 ⟹ 𝑥 = = 𝑧 dan 𝑦 = −
2 2
Maka waktu Planck akan berbentuk
1 5 1 ℏ𝐺
𝑇P = ℏ2 𝑐 −2 𝐺 2 ⟹ 𝑇P = √ 5
𝑐
b. Dengan memasukkan nilai numerik ℏ, 𝑐, dan 𝐺 akan kita dapatkan nilai numerik dari
masing-masing satuan Planck
Massa Planck
ℏ𝑐 (1,05 × 10−34 )(3 × 108 )
𝑀P = √ = √ ≈ √4,72 × 10−16
𝐺 6,67 × 10−11
tadi kita nggak boleh pakai kalkulator kan ya... terus gimana dong cara menghitung
akar untuk angka yang kurang enak? Tenang teman-teman, setiap kesulitaan pasti ada
jalan keluar. Ada yang namanya metode hampiran, silahkan pelajari secara lengkap di
buku kalkulus bab tentang aplikasi diferensial. Intinya adalah, kita bisa mendekati
akar suatu bilangan dari akar suatu bilangan lain yang diketahui akarnya. Rumusnya
adalah sebagai berikut, misalkan kita ingin mencari akar nilangan 𝐻, maka
√𝐻 ≈ √𝑥 + 𝑑𝑥
√𝐻 adalah nilai akar yang kita cari, 𝑥 adalah bilangan terdekat dari 𝐻 yang nilainya
rasional, dan 𝑑𝑥 pergeseran dari nilai 𝑥. Rumus 𝑑𝑥 adalah
1
𝑑𝑥 = Δ𝑥 dengan Δ𝑥 = 𝐻 − 𝑥
2 √𝑥
Baik mari kita coba gunakan untuk 𝐻 = 4,72. Nilai 𝑥 yang terdekat adalah 4 maka
Δ𝑥 = 4,72 − 4 = 0,72
1
𝑑𝑥 ≈ × 0,72 = 0,18
2√4
√4,72 ≈ √4 + 0,18 = 2,18
Jika menggunakan kalkulator hasil yang kita dapatkan adalah √4,72 ≈ 2,172556 …
Hasilnya mendekati kan. Karena kita gak boleh pakai kalkulator kita pakai hasil yang
dari hampiran
𝑀P ≈ 2,18 × 10−8 kg dari kalkulator 𝑀P ≈ 2,172 × 10−8 kg
Panjang Planck
ℏ𝐺 (1,05 × 10−34 )(6,67 × 10−11 )
𝐿P = √ 3 = √ ≈ √3,7 × 10−70
𝑐 (3 × 108 )3
Dengan metode hampiran seperti sebelumnya kan kita dapatkan
𝐿P ≈ 1,925 × 10−35 m dari kalkulator 𝐿P ≈ 1,923 × 10−35 m
Waktu Planck
ℏ𝐺 (1,05 × 10−34 )(6,67 × 10−11 )
𝑇P = √ = √ ≈ √28,82 × 10−98
𝑐5 (3 × 108 )5
𝑇3
𝑇2
𝐻2 𝐻3
𝑇1
𝐻1
𝑥
8(𝐻2 − 𝐻1 ) 8(𝐻3 − 𝐻1 )
2 2 =
𝑇1 − 𝑇2 𝑇1 2 − 𝑇3 2
𝐻3 − 𝐻1
𝑇1 2 − 𝑇3 2 = (𝑇1 2 − 𝑇2 2 )
𝐻2 − 𝐻1
𝐻3 − 𝐻1
𝑇3 2 = 𝑇1 2 − (𝑇1 2 − 𝑇2 2 )
𝐻2 − 𝐻1
𝐻3 − 𝐻1 𝐻3 − 𝐻1
𝑇3 2 = 𝑇1 2 (1 − ) + 𝑇2 2 ( )
𝐻2 − 𝐻1 𝐻2 − 𝐻1
𝐻3 − 𝐻2 𝐻3 − 𝐻1
𝑇3 2 = −𝑇1 2 ( ) + 𝑇2 2 ( )
𝐻2 − 𝐻1 𝐻2 − 𝐻1
𝑇2 2 (𝐻3 − 𝐻1 ) − 𝑇1 2 (𝐻3 − 𝐻2 )
𝑇3 2 =
𝐻2 − 𝐻1
𝑇2 2 (𝐻3 − 𝐻1 ) − 𝑇1 2 (𝐻3 − 𝐻2 )
𝑇3 = √
𝐻2 − 𝐻1
b. Agar 𝑇3 memiliki nilai atau kalau kata soal ada nilainya, dia haruslah berupa bilangan
real. Agar 𝑇3 merupakan bilangan real, suku di dalam akar haruslah lebih besar dari
nol
𝑇2 2 (𝐻3 − 𝐻1 ) − 𝑇1 2 (𝐻3 − 𝐻2 )
>0
𝐻2 − 𝐻1
𝑇2 2 𝐻3 − 𝑇2 2 𝐻1 > 𝑇1 2 𝐻3 − 𝑇1 2 𝐻2
2 2 2 2 𝑇1 2 𝐻2 − 𝑇2 2 𝐻1
(𝑇1 − 𝑇2 )𝐻3 < 𝑇1 𝐻2 − 𝑇2 𝐻1 ⟹ 𝐻3 <
𝑇1 2 − 𝑇2 2
OSK Fisika 2018 Number 3
BOLA BERONGGA
Sebuah bola berongga berdinding tebal dimana jari-jari dinding luar dan dalamnya
masing-masing adalah 𝑅0 dan 𝑅1 . Densitas bola pada 𝑅1 < 𝑟 < 𝑅0 dianggap homogen,
yaitu 𝜌. Bola menggelinding ke bawah tanpa slip dari keadaan diam pada suatu bidang
miring dan kecepatannya ketika mencapai dasar bidang miring adalah 𝑣0 . Bila bidang
miringnya licin dan bola menuruni bidang miring dari keadaan dan posisi yang sama
seperti sebelumnya, maka kecepatannya saat mencapai dasar bidang miring menjadi
5𝑣0 /4. Tentukan :
a. Jari-jari girasi bola berongga tersebut terhadap sumbu yang melalui pusat bola.
b. Perbandingan nilai 𝑅1 /𝑅0 dan
c. Perbandingan volume rongga bola terhadap volume total bola
Petunjuk : Untuk polinom 13𝑥 5 − 45𝑥 2 + 32 = 0, salah satu solusinya adalah 𝑥 = 1,215
Pembahasan :
a. Jari-jari girasi adalah jari-jari yang digunakan pada momen inersia jika benda tegar
yang kita tinjau dianggap sebagai massa titik. Oleh karena itu kita perlu meninjau
moen inersia bola berongga tebal ini terkebih dahulu. Momen inersia untuk kulit bola
tipis terhadap sumbu rotasi yang melalui pusatnya adalah
2
𝐼0 = 𝑚𝑅 2
3
Sekarang kita tinjau suatu elemen kulit bola tipis setebal 𝑑𝑟 yang berjarak 𝑟 dari pusat
bola dimana 𝑅1 < 𝑟 < 𝑅0 .
𝑅0
𝑅1 𝑑𝑟
elemen kulit
bola tipis
Luas permukaan elemen kulit bola ini adalah 4𝜋𝑟 2. Karena kulit bola ini sangat tipis,
luas permukaan luar dan dalamnya bisa kita asumsikana sama, maka volume kulit
bola ini adalah 𝑑𝑉 = 4𝜋𝑟 2 𝑑𝑟. Massa elemen kulit bola ini adalah
𝑑𝑚 = 𝜌𝑑𝑉 = 4𝜌𝜋𝑟 2 𝑑𝑟
Massa total bola berongga ini adalah
𝑀 𝑅0
∫ 𝑑𝑚 = ∫ 4𝜌𝜋𝑟 2 𝑑𝑟
0 𝑅1
𝑅0
4
𝑀 = 4𝜌𝜋 ∫ 𝑟 2 𝑑𝑟 = 𝜌𝜋(𝑅0 3 − 𝑅1 3 )
𝑅1 3
Momen inersia kulit bola ini terhadap sumbu rotasi yang melalui pusatnya adalah
2
𝑑𝐼 = 𝑑𝑚𝑟 2
3
8
𝑑𝐼 = 𝜌𝜋𝑟 4 𝑑𝑟
3
𝐼 𝑅0
8
∫ 𝑑𝐼 = 𝜌𝜋 ∫ 𝑟 4 𝑑𝑟
0 3 𝑅1
8 1 8
𝐼 = 𝜌𝜋 (𝑅0 5 − 𝑅1 5 ) ⟹ 𝐼 = 𝜌𝜋(𝑅0 5 − 𝑅1 5 )
3 5 15
Jika bola berongga bendinding tebal ini dianggap sebagai massa titik, jari-jari girasi
nya atau 𝑅𝐺 adalah
8
𝑀𝑅𝐺 2 = 𝜌𝜋(𝑅0 5 − 𝑅1 5 )
15
4 8
𝜌𝜋(𝑅0 3 − 𝑅1 3 )𝑅𝐺 2 = 𝜌𝜋(𝑅0 5 − 𝑅1 5 )
3 15
2 2(𝑅0 5 − 𝑅1 5 ) 2(𝑅0 5 − 𝑅1 5 )
𝑅𝐺 = ⟹ 𝑅𝐺 = √
5(𝑅0 3 − 𝑅1 3 ) 5(𝑅0 3 − 𝑅1 3 )
b. Pertama kita tinjau kondisi ketika bola menggelinding tanpa slip. Karena bola
menggelinding tanpa slip, ketik sampai di dasar bidang miring, bola bergerak
translasi dengan kecepatan 𝑣0 dan rotasi dengan kecepatan sudut 𝜔.
ℎ 𝜔
𝑣0
ℎ
5𝑣0
4
Hasil ini akan sama dengan hasil pada bagian a, kalau tidak percaya coba saja
masukkan nilai numeriknya, berapapun yang kamu pilih pasti hasilnya sama.
c. Volume rongga adalah
4
𝑉𝑅 = 𝜋𝑅1 3
3
Volume total bola bola adalah
4
𝑉𝐵 = 𝜋𝑅0 3
3
Maka, perbandingan volume rongga terhadap volume total bola adalah
4 3
𝑉𝑅 3 𝜋𝑅1 𝑅1 3 𝑉𝑅
= = ( ) = (0,823)3 ⟹ = 0,557
𝑉𝐵 4 𝜋𝑅 3 𝑅0 𝑉𝐵
3 0
OSK Fisika 2018 Number 4
OSILASI AYUNAN BANDUL
Sebuah partikel bermassa 𝑚 diikat pada ujung tali tegar tak bermassa dengan panjang 𝐿.
Ujung tali yang satunya dipasang pada suatu titik tetap. Partikel tersebut diputar dengan
kecepatan sudut konstan ⃗Ω⃗ = Ω𝑧̂ sehingga bergerak dalam bidang horizontal 𝑥𝑦. Sudut
antara tali dengan sumbu vertikal 𝑧 adalah 𝜃. Percepatan gravitasi 𝑔 ke arah sumbu 𝑧
negatif.
𝜃 Ω
𝐿 𝑔
a. Jika sudut konstan sebesar 𝜃 = 𝜃0 adalah sudut apit tali dengan garis vertikal
sehingga 𝑚 berada pada bidang horizontal yang tetap, tentukan 𝜃0 dinyatakan dalam
𝐿, 𝑔, dan Ω.
b. Ketika partikel tersebut berotasi terhadap sumbu vertikal, sudut 𝜃0 dapat divariasi
dengan sudut infinitesimal 𝛿(𝜃 = 𝜃0 + 𝛿) sehingga partikel tersebut juga melakukan
gerak osilasi terhadap 𝛿. Tentukan kecepatan sudut osilasi dinyatakan dalam 𝐿, 𝑔, dan
Ω.
Pembahasan :
a. Kita tinjau keseimbangan partikel pada arah radial relatif terhadap lintasan
melingkar partikel. karena kita tinjau relatif terhadap lintasan partikel, sedangkan
pada lintasan ini partikel memiliki percepatan sentripetal yang arahnya radial ke
dalam, maka dia akan mendapat gaya fiktif yaitu gaya sentrifugal yang arahnya
menjauhi sumbu rotasi. Berikut diagram gaya pada partikel
𝑇 cos 𝜃0 𝑇
𝜃0
𝑚𝑔
𝑇′
𝜃
𝜃
𝑚Ω2 𝐿 sin 𝜃
𝜃
𝛼
𝑚𝑔
𝑔2
sin 𝜃0 = √1 − cos2 𝜃0 = √1 −
Ω4 𝐿2
𝑔2
Kecepatan sudut osilasi partikel akan menjadi 𝜔 = Ω√1 −
Ω4 𝐿2
2𝐿
𝑚3
𝑚2
𝐿
poros licin 𝑣0
𝑚1
𝑚2 𝑚2
𝜔0
𝑣0 𝑚1
𝑚1 𝑣0
𝑣3
𝑚3 𝑚3
𝜔0 𝜔
𝑚2 𝑚2
Untuk energi sistem, energi awal sebelum dan sesudah semua tumbukan akan kekal.
Hal ini karena tidak ada gaya luar non konservatif (seperti gaya gesek) yang
melakukan usaha pada sistem.
Energi awal dan akhir sistem adalah
1
𝐸𝑖 = 𝑚𝑣0 2
2
1 1 1
𝐸𝑓 = 𝑚𝑣1 2 + 𝑚𝑣3 2 + 3𝑚𝐿2 𝜔2
2 2 2
1 𝑣0 2 1 6𝑣0 2 1 𝑣0 2
𝐸𝑓 = 𝑚 ( ) + 𝑚 ( ) + 3𝑚𝐿2 ( )
2 2 2 7𝐿 2 14𝐿
1 18 3 49 + 144 + 3 196
𝐸𝑓 = 𝑚𝑣1 2 + 𝑚𝑣0 2 + 𝑚𝑣0 2 = 𝑚𝑣0 2 = 𝑚𝑣0 2
8 49 392 392 392
1
𝐸𝑓 = 𝑚𝑣0 2
2
1 1
Δ𝐸 = 𝐸𝑓 − 𝐸𝑖 = 𝑚𝑣0 2 − 𝑚𝑣0 2 ⟹ Δ𝐸 = 0
2 2
𝑚1 𝐴 𝑣0 𝑚2
𝐵
Bola A kemudian melintasi permukaan benda B hingga terpental secara vertikal ke atas
relatif terhadap benda B. Kemudian bola terjatuh kembali melewati lintasan yang sama.
Asumsikan setelah melewati bidang lengkung bola terhempas sangat tinggi sehingga
dimensi balok dapat diabaikan.
c. Apabila gaya gesek antara bola A dan benda B diabaikan, tentukan waktu tempuh bola
untuk kembali ke titik semula!
d. Apabila gaya gesek antara bola A dan benda B tidak diabaikan, tentukan ketinggian
maksimum yang dapat dicapai bola!
Pembahasan :
a. Karena gaya gesek diabaikan, bola A tidak akan berotasi dan hanya bergerak translasi
murni. Karena dimensi B bisa kita abaikan, ketinggian bola A lepas dari B bisa kita
asumsikan nol, sehingga pertambahan energi potensial bola A menjadi nol pula.
𝑢
𝑚1 𝐴
𝑉
𝑚1 𝐴 𝑣0 𝑚2 𝑚2
𝐵 𝐵
Misalkan 𝑢 adalah kecepatan bola A relatif terhadap benda B ketika tepat akan
terpantal ke atas dan lepas dari lintasan dan 𝑉 adalah kecepatan benda B. Momentum
linear sistem pada arah horizontal kekal karena tidak ada gaya eksternal. Energi
sistem juga kekal karena semua permukaan licin sehingga tidak ada
Kekekalan momentum linear arah horizontal
𝑚1 𝑣0
𝑚1 𝑣0 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑉 ⟹ 𝑉 =
𝑚1 + 𝑚2
Kekekalan energi mekanik
1 1 1
𝑚1 𝑣0 2 = 𝑚1 (𝑢2 + 𝑉 2 ) + 𝑚2 𝑉 2
2 2 2
𝑚1 𝑣0 2 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑉 2 + 𝑚1 𝑢2
𝑚1 𝑣0 2
𝑚1 𝑣0 2 = (𝑚1 + 𝑚2 ) ( ) + 𝑚1 𝑢2
𝑚1 + 𝑚2
𝑚1
𝑣0 2 = 𝑣 2 + 𝑢2
𝑚1 + 𝑚2 0
𝑚1 𝑚2
𝑢2 = (1 − ) 𝑣0 2 = ( ) 𝑣0 2
𝑚1 + 𝑚2 𝑚1 + 𝑚2
𝑚2
𝑢 = 𝑣0 √
𝑚1 + 𝑚2
Kecepatan 𝑢 juga adalah komponen kecepatan bola A untuk arah vertikal terhadap
tanah. Selang waktu total untuk bola sejak lepas dari benda B sampai kembali lagi
adalah
1
𝑦 = 𝑦0 + 𝑣𝑦 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
1
0 = 0 + 𝑢𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
2𝑢 2𝑣0 𝑚2
𝑡= ⟹𝑡= √
𝑔 𝑔 𝑚1 + 𝑚2
Karena dimensi benda B dapat diabaikan, selang waktu untuk bola A melewati
lintasan lengkung bisa kita abaikan. Dalam selang waktu 𝑡 ini, benda B sudah bergerak
ke kanan sejauh
𝑚1 𝑣0 2𝑣0 𝑚2 2𝑣0 2 𝑚1 𝑚2
𝑥 = 𝑉𝑡 = ( )( √ )⟹𝑥= ( √ )
𝑚1 + 𝑚2 𝑔 𝑚1 + 𝑚2 𝑔 𝑚1 + 𝑚2 𝑚1 + 𝑚2
Sekarang kita hitung dulu kecepatan bola A ketika dia berbalik arah, dalam hal ini
berlaku pulahukum kekekalan momentum linier arah horizontal dan hukum
kekekalan energi mekanik.
𝑚1 𝐴
𝑉
𝑉′ 𝑢
𝑣′ 𝐴 𝑚1 𝑚2 𝑚2
𝐵 𝐵
𝑚2 − 𝑚1
(𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 ′ = (𝑚2 − 𝑚1 )𝑣0 ⟹ 𝑣 ′ = 𝑣 … (3)
𝑚2 + 𝑚1 0
Waktu tempuh bola A untuk kembali ke tempat awalnya adalah
2𝑣0 2 𝑚1 𝑚2
𝑥 𝑔 (𝑚1 + 𝑚2 √𝑚1 + 𝑚2 ) 2𝑣0 𝑚1 𝑚2
𝑇= ′= 𝑚2 − 𝑚1 ⟹ 𝑇 = ( √ )
𝑣 𝑣0
𝑔 𝑚2 − 𝑚1 𝑚2 + 𝑚1
𝑚2 + 𝑚1
Maka waktu tempuh bola untuk kembali ke titik semula adalah
2𝑣0 𝑚2 2𝑣0 𝑚1 𝑚2
𝑡tot = 𝑡 + 𝑇 = √ + ( √ )
𝑔 𝑚1 + 𝑚2 𝑔 𝑚2 − 𝑚1 𝑚2 + 𝑚1
2𝑣0 𝑚2 𝑚1
𝑡tot = √ (1 − )
𝑔 𝑚1 + 𝑚2 𝑚2 − 𝑚1
2𝑣0 𝑚2 𝑚2 − 2𝑚1
𝑡tot = √ ( )
𝑔 𝑚1 + 𝑚2 𝑚2 − 𝑚1
𝑚2 𝑚2 𝑚2 − 2𝑚1 𝑚2
karena 𝑚2 ≫ 𝑚1 maka ≈ = 1 dan ≈ =1
𝑚1 + 𝑚2 𝑚2 𝑚2 − 𝑚1 𝑚2
2𝑣0
𝑡tot =
𝑔
b. Agar bola A bisa terlempar sangat jauh ke atas maka 𝑣0 harus dibuat sangat besar
nilainya. Karena sekarang permukaan benda B kasar, bola A akan slip ketika mulai
memasuki lintasan lengkung pada benda B. Lintasan lengkung di B dapat kita
asumsikan sangat pendek dan gaya gesek kinetik bisa kita asumsikan konstan dalam
selang waktu selama bola A di B yang sangat singkat misalkan Δ𝑡. Misalkan kecepatan
sudut rotasi bola ketika lepas dari B adalah 𝜔. Kita tinjau kondisi ketika bola A
terlepas dari B dalam keadaan menggelinding tanpa slip sehingga berlaku 𝜔 = 𝑢/𝑟.
Dalam selang waktu yang singkat ini, perubahan momentum sudut bola A adalah
2 𝑢 2
Δ𝐿 = 𝑓k 𝑟Δ𝑡 = 𝐼𝜔 = 𝑚1 𝑟 2 ⟹ 𝑓k Δ𝑡 = 𝑚1 𝑢 … (3)
5 𝑟 5
Karena lintasan lengkung di B diasumsikan sangat pendek dan massa B jauh lebih
besar dari bola A, perubahan momentum linear A akibat gaya gesek kinetik bisa kita
anggap seperti terjadi di lintasan yang lurus dimana kecepatan awal bola A sebelum
dikenaik impuls adalah 𝑣0 dan setelah dikenai impuls adalah 𝑢 maka
Δ𝑝 = −𝑓k Δ𝑡 = 𝑚1 (𝑢 − 𝑣0 )
𝑚=𝑀 𝑀
𝜇 𝜙
a. Di asumsikan bahwa gesekan antara beban dan bidang miring dapat menghentikan
gerakan silinder, maka tali penghubung antara keduanya haruslah tegang, di sini
dapat kita ambil bahwa perlambatan kedua benda sama yaitu 𝑎. Berikut diagram gaya
pada kedua benda
𝐾
𝑁
𝑎 𝑎
𝑓k 𝜙
𝑇 𝑇
𝜙 𝛼
1
𝑇 cos 𝜙 − 𝑀𝑎 − 𝑀𝑔 sin 𝜃 = 𝑀𝑎
2
3 1 3
𝑇 cos 𝜙 = 𝑀𝑔 sin 𝜃 + 𝑀𝑎 ⟹ 𝑇 = (𝑀𝑔 sin 𝜃 + 𝑀𝑎) … (6)
2 cos 𝜙 2
Subtitusi persamaan (6) ke (5)
1 3
𝑀𝑔(𝜇 cos 𝜃 − sin 𝜃) − (𝑀𝑔 sin 𝜃 + 𝑀𝑎) (𝜇 sin 𝜙 + cos 𝜙) = 𝑀𝑎
cos 𝜙 2
3
𝑀𝑔(𝜇 cos 𝜃 − sin 𝜃) − (𝑀𝑔 sin 𝜃 + 𝑀𝑎) (𝜇 tan 𝜙 + 1) = 𝑀𝑎
2
2𝑔[𝜇 cos 𝜃 − sin 𝜃 − (𝜇 tan 𝜙 + 1) sin 𝜃] = 𝑎[3(𝜇 tan 𝜙 + 1) + 2]
2𝑔[𝜇 cos 𝜃 − (𝜇 tan 𝜙 + 2) sin 𝜃]
𝑎=
3𝜇 tan 𝜙 + 5
Kecepatan awal sistem adalah 𝑣0 , maka jarak yang ditempuh sampai berhenti adalah
𝑣𝑡 2 = 𝑣0 2 − 2𝑎𝑠
𝑣0 2
0 = 𝑣0 2 − 2𝑎𝑠 ⟹ 𝑠 =
2𝑎
(3𝜇 tan 𝜙 + 5)𝑣0 2
𝑠=
4𝑔[𝜇 cos 𝜃 − sin 𝜃 (𝜇 tan 𝜙 + 2)]
b. Tadi kita definisikan arah 𝑎 adalah berlawanan arah gerak sistem. Maka agar silinder
dapat berhenti, perlambatan 𝑎 haruslah lebih dari sama dengan nol, karena jika
negatif, berarti arah 𝑎 berlawanan dengan arah arah yang kita definisikan, yang
artinya pula sistem dipercepatan searah dengan arah gerak awalnya.
𝑎≥0
2𝑔[𝜇 cos 𝜃 − (𝜇 tan 𝜙 + 2) sin 𝜃]
≥0
3𝜇 tan 𝜙 + 5
𝜇 cos 𝜃 − (𝜇 tan 𝜙 + 2) sin 𝜃 ≥ 0
𝜇 tan 𝜙 + 2 ≤ 𝜇 cot 𝜃
2
tan 𝜙 ≤ cot 𝜃 −
𝜇