Anda di halaman 1dari 22

Ahmad Basyir Najwan

Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

OSK Fisika 2018 Number 1


BESARAN PLANCK
Pada tahun 1899 Max Planck memperkenalkan suatu sistem satuan iniversal sehingga
besaran-besaran fisika dapat dinyatakan dalam tiga satuan Planck yaitu massa Planck 𝑀P ,
panjang Planck 𝐿P , dan waktu Planck 𝑇P . Ketiga satuan Planck tersebut dapat dinyatakan
dalam tiga konstanta alamiah dalam mekanika kuantum serta dalam teori relativitas
khusus dan relativitas umum yaitu konstanta Planck tereduksi ℏ = ℎ/2𝜋 = 1,05 ×
10−34 Js, kelajuan cahaya dalam ruang hampa 𝑐 = 3 × 108 m/s, dan konstanta umum
gravitasi 𝐺 = 6,67 × 10−11 Nm2 kg −2 . Ketiga satuan Planck ini 𝑀P , 𝐿P , dan 𝑇P dapat
dituliskna dalam bentuk :
 𝑀P = 𝑀P (ℏ, 𝑐, 𝐺)
 𝐿P = 𝐿P (ℏ, 𝑐, 𝐺)
 𝑇P = 𝑇P (ℏ, 𝑐, 𝐺)
a. Tentukan bentuk akhir dari tiga persamaan di atas yang menampilkan secara eksplisit
ketergantungan 𝑀P , 𝐿P , dan 𝑇P kepada ℏ, 𝑐, dan 𝐺.
b. Hitung nilai numerik dari ketiga satuan Planck di atas 𝑀P , 𝐿P , dan 𝑇P dalam sistem
Satuan Internasional (SI).
Selanjutnya dengan menggunakan satuan Planck di atas dapat pula dibentuk 4 macam
satuan Planck lainnya yaitu energi Planck 𝐸P = 𝑀P 𝑐 2 , kecepatan Planck 𝑣P = 𝐿P /𝑇P ,
percepatan Planck 𝑎P = 𝐿P /𝑇P 2 , dan rapat massa Planck 𝜌P = 𝑀P /𝐿P 2 .
c. Hitung nilai numerik 𝐸P , 𝑣P , 𝑎P , dan 𝜌P dalam satuan SI.
Pembahasan :
a. Untuk menemukan hubungan satuan Planck dengan besaran-besaran yang diminta,
kita bisa menggunakan analisis dimensi. Berikut dimensi masing-masing besaran
𝑀P = 𝑀 ℏ = 𝑀𝐿2 𝑇 −1
𝐿P = 𝐿 𝑐 = 𝐿𝑇 −1
𝑇P = 𝑇 𝐺 = 𝑀−1 𝐿3 𝑇 −2
Dalam analisis dimensi akan ada kosntanta tanpa dimensi ikut dalam persamaan kita.
Namun di sini, nilai konstanta ini bisa kita asumsikan bernilai 1 karena hubungan
besaran yang kita analisis adalah sebuah satuan.
Untuk Massa Planck
𝑀P = ℏ𝑥 𝑐 𝑦 𝐺 𝑧
𝑀 = (𝑀𝐿2 𝑇 −1 )𝑥 (𝐿𝑇 −1 )𝑦 (𝑀−1 𝐿3 𝑇 −2 ) 𝑧
𝑀 = 𝑀 𝑥−𝑧 𝐿2𝑥+𝑦+3𝑧 𝑇 −𝑥−𝑦−2𝑧
Dari kesamaan pangkat untuk suku di sebelah kanan dan kiri akan kita dapatkan
1 = 𝑥 − 𝑧 … (1)
2𝑥 + 𝑦 + 3𝑧 = 0 … (2)
−𝑥 − 𝑦 − 2𝑧 = 0 … (3)
Dari penjumlahan persamaan (2) dan (3) kita dapatkan
𝑥 + 𝑧 = 0 ⟹ 𝑥 = −𝑧

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 1


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

Maka dari persamaan (1) akan kita dapat


1 1
1 = −𝑧 − 𝑧 = −2𝑧 ⟹ 𝑧 = − dan 𝑥 =
2 2
Kemudian akan kita dapatkan pula dari persamaan (3)
1 1 1
𝑦 = −𝑥 − 2𝑧 = − − (− ) ⟹ 𝑦 =
2 2 2
Maka massa Planck akan berbentuk

1 1 1 ℏ𝑐
𝑀P = ℏ2 𝑐 2 𝐺 −2 ⟹ 𝑀P = √
𝐺
Untuk Panjang Planck
𝐿P = ℏ𝑥 𝑐 𝑦 𝐺 𝑧
𝐿 = 𝑀 𝑥−𝑧 𝐿2𝑥+𝑦+3𝑧 𝑇 −𝑥−𝑦−2𝑧
Dari kesamaan pangkat kita dapatkan persamaan berikut
𝑥 − 𝑧 = 0 ⟹ 𝑥 = 𝑧 … (4)
2𝑥 + 𝑦 + 3𝑧 = 1 … (5)
−𝑥 − 𝑦 − 2𝑧 = 0 … (6)
Dari persamaan (4) dan (6) kita peroleh
−𝑥 − 𝑦 − 2𝑥 = 0 ⟹ 𝑦 = −3𝑥
Maka dari persamaan (5) akan kita dapatkan
1 3
2𝑥 + (−3𝑥) + 3𝑥 = 1 ⟹ 𝑥 = = 𝑧 dan 𝑦 = −
2 2
Maka panjang Planck akan berbentuk

1 3 1 ℏ𝐺
𝐿P = ℏ2 𝑐 −2 𝐺 2 ⟹ 𝐿P = √ 3
𝑐
Untuk Waktu Planck
𝑇P = ℏ𝑥 𝑐 𝑦 𝐺 𝑧
𝑇 = 𝑀 𝑥−𝑧 𝐿2𝑥+𝑦+3𝑧 𝑇 −𝑥−𝑦−2𝑧
Dari kesamaan pangkat kita dapatkan persamaan berikut
𝑥 − 𝑧 = 0 ⟹ 𝑥 = 𝑧 … (7)
2𝑥 + 𝑦 + 3𝑧 = 0 … (8)
−𝑥 − 𝑦 − 2𝑧 = 1 … (9)
Dari persamaan (7) dan (8) kita peroleh
2𝑥 + 𝑦 + 3𝑥 = 0 ⟹ 𝑦 = −5𝑥
Maka dari persamaan (9) akan kita dapatkan
1 5
−𝑥 − (−5𝑥) − 2𝑥 = 1 ⟹ 𝑥 = = 𝑧 dan 𝑦 = −
2 2
Maka waktu Planck akan berbentuk

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 2


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

1 5 1 ℏ𝐺
𝑇P = ℏ2 𝑐 −2 𝐺 2 ⟹ 𝑇P = √ 5
𝑐
b. Dengan memasukkan nilai numerik ℏ, 𝑐, dan 𝐺 akan kita dapatkan nilai numerik dari
masing-masing satuan Planck
Massa Planck
ℏ𝑐 (1,05 × 10−34 )(3 × 108 )
𝑀P = √ = √ ≈ √4,72 × 10−16
𝐺 6,67 × 10−11
tadi kita nggak boleh pakai kalkulator kan ya... terus gimana dong cara menghitung
akar untuk angka yang kurang enak? Tenang teman-teman, setiap kesulitaan pasti ada
jalan keluar. Ada yang namanya metode hampiran, silahkan pelajari secara lengkap di
buku kalkulus bab tentang aplikasi diferensial. Intinya adalah, kita bisa mendekati
akar suatu bilangan dari akar suatu bilangan lain yang diketahui akarnya. Rumusnya
adalah sebagai berikut, misalkan kita ingin mencari akar nilangan 𝐻, maka
√𝐻 ≈ √𝑥 + 𝑑𝑥
√𝐻 adalah nilai akar yang kita cari, 𝑥 adalah bilangan terdekat dari 𝐻 yang nilainya
rasional, dan 𝑑𝑥 pergeseran dari nilai 𝑥. Rumus 𝑑𝑥 adalah
1
𝑑𝑥 = Δ𝑥 dengan Δ𝑥 = 𝐻 − 𝑥
2 √𝑥
Baik mari kita coba gunakan untuk 𝐻 = 4,72. Nilai 𝑥 yang terdekat adalah 4 maka
Δ𝑥 = 4,72 − 4 = 0,72
1
𝑑𝑥 ≈ × 0,72 = 0,18
2√4
√4,72 ≈ √4 + 0,18 = 2,18
Jika menggunakan kalkulator hasil yang kita dapatkan adalah √4,72 ≈ 2,172556 …
Hasilnya mendekati kan. Karena kita gak boleh pakai kalkulator kita pakai hasil yang
dari hampiran
𝑀P ≈ 2,18 × 10−8 kg dari kalkulator 𝑀P ≈ 2,172 × 10−8 kg
Panjang Planck
ℏ𝐺 (1,05 × 10−34 )(6,67 × 10−11 )
𝐿P = √ 3 = √ ≈ √3,7 × 10−70
𝑐 (3 × 108 )3
Dengan metode hampiran seperti sebelumnya kan kita dapatkan
𝐿P ≈ 1,925 × 10−35 m dari kalkulator 𝐿P ≈ 1,923 × 10−35 m
Waktu Planck
ℏ𝐺 (1,05 × 10−34 )(6,67 × 10−11 )
𝑇P = √ = √ ≈ √28,82 × 10−98
𝑐5 (3 × 108 )5

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 3


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

Dengan metode hampiran akan kita dapatkan


𝑇P ≈ 5,382 × 10−49 s dari kalkulator 𝑇P ≈ 5,374 × 10−49 s
c. Energi Planck
𝐸P = 𝑀𝑃 𝑐 2 = (2,18 × 10−8 )(3 × 108 )2 ⟹ 𝐸P = 1,962 × 109 J
Kecepatan Planck
𝐿𝑃 1,925 × 10−35
𝑣P = = ⟹ 𝑣P = 3,58 × 1013 m/s
𝑇𝑃 5,382 × 10−49
Percepatan Planck
𝐿𝑃 1,925 × 10−35
𝑎P = 2 = ⟹ 𝑎P = 6,645 × 1061 m/s2
𝑇𝑃 (5,382 × 10−49 )2
Rapat Massa Planck
𝑀𝑃 2,18 × 10−8
𝜌P = 3 = −35 )3
⟹ 𝜌P = 3,056 × 1096 kg/m3
𝐿𝑃 (1,925 × 10
OSK Fisika 2018 Number 2
GERAK PARABOLA
Sebuah peluru ditembakkan ke atas dengan kecepatan awal dan sudut elevasi tertentu
dari permukaan tanah. Ketika peluru tersebut berada di ketinggian 𝐻1 untuk pertama dan
kedua kalinya, selang waktu antara keduanya adalah 𝑇1 , sedangkan ketika peluru
tersebut berada ketinggian 𝐻2 untuk pertama dan kedua kalinya, selang waktu antara
keduanya adalah 𝑇2 . Asumsikan 𝐻2 > 𝐻1 dan 𝑇1 > 𝑇2 . Tentukan :
a. Selang waktu ketika peluru tersebut berada di ketinggian 𝐻3 untuk pertama dan
kedua kalinya, dinyatakan dalam 𝐻1 , 𝐻2 , 𝐻3 , 𝑇1 dan 𝑇2
b. Syarat untuk 𝐻3 (dinyatakan dalam 𝐻1 , 𝐻2 , 𝑇1 dan 𝑇2 ) agar selang waktu pada soal a
ada nilainya.
Pembahasan :
a. 𝐻3 bisa berada di ketinggian berapa saja. Kita tinjau untuk 𝐻3 > 𝐻2 > 𝐻1 . Sebenarnya
dimanapun pemilihan posisi 𝐻3 , hasilnya akan tetap sama. Lintasan gerak peluru
adalah sebagai berikut
𝑦

𝑇3

𝑇2
𝐻2 𝐻3

𝑇1
𝐻1
𝑥

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 4


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

Misalkan kecepatan ketika peluru berada di ketinggian untuk komponen vertikal


adalah 𝑣1𝑦 . Perhatikan gambar di atas! Jika selang waktu 𝑇1 adalah Selang waktu
ketika peluru tersebut berada di ketinggian 𝐻1 untuk pertama dan kedua kalinya,
maka selang waktu ketika peluru berada di ketinggian 𝐻1 untuk pertama kalinya
sampai mencapai titik tertinggi adalah 𝑇1 /2. Ketika berada di titik tertinggi, kecepatan
peluru arah vertikal bernilai nol, maka
𝑔𝑇1 2𝑣1𝑦
𝑣𝑦 = 0 = 𝑣1𝑦 − ⟹ = 𝑇1 … (1)
2 𝑔
Kita tinjau posisi peluru untuk arah vertikal relatif terhadap titik di ketinggian 𝐻1 .
Waktu untuk mencapai posisi di ketinggian 𝐻2 adalah
1
𝐻2 − 𝐻1 = 𝑣1𝑦 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
2𝑣 1𝑦 2(𝐻 2 − 𝐻1 )
𝑡2 − 𝑡+ =0
𝑔 𝑔
Subtitusi persamaan (1)
2(𝐻2 − 𝐻1 )
𝑡 2 − 𝑇1 𝑡 + =0
𝑔
Solusi untuk 𝑡 di atas ada dua yaitu
8(𝐻2 − 𝐻1 ) 8(𝐻2 − 𝐻1 )
𝑇1 − √𝑇1 2 − 𝑇1 + √𝑇1 2 −
𝑔 𝑔
𝑡= dan 𝑡 ′ =
2 2
Untuk 𝑡 adalah selang waktu dari posisi ketinggian 𝐻1 untuk pertama kali sampai ke
posisi ketinggian 𝐻2 untuk pertama kali. Sedangkan 𝑡′ adalah selang waktu dari posisi
ketinggian 𝐻1 untuk pertama kali sampai ke posisi ketinggian 𝐻2 untuk pertama
kedua kalinya. Maka selisih antara 𝑡′ dan 𝑡 adalah 𝑇2 atau
𝑡 ′ − 𝑡 = 𝑇2
8(𝐻2 − 𝐻1 ) 8(𝐻2 − 𝐻1 )
𝑇1 + √𝑇1 2 − 𝑇1 − √𝑇1 2 −
𝑔 𝑔
− = 𝑇2
2 2
8(𝐻2 − 𝐻1 )
√𝑇1 2 − = 𝑇2
𝑔
8(𝐻2 − 𝐻1 )
𝑇1 2 − = 𝑇2 2
𝑔
8(𝐻2 − 𝐻1 ) 8(𝐻2 − 𝐻1 )
𝑇1 2 − 𝑇2 2 = ⟹𝑔= … (2)
𝑔 𝑇1 2 − 𝑇2 2
Dengan cara yang sama untuk posisi di ketinggian 𝐻1 dan 𝐻3 akan kita dapatkan
8(𝐻3 − 𝐻1 )
𝑔= … (3)
𝑇1 2 − 𝑇3 2
Persamaan (3) sama dengan persamaan (2)

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 5


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

8(𝐻2 − 𝐻1 ) 8(𝐻3 − 𝐻1 )
2 2 =
𝑇1 − 𝑇2 𝑇1 2 − 𝑇3 2
𝐻3 − 𝐻1
𝑇1 2 − 𝑇3 2 = (𝑇1 2 − 𝑇2 2 )
𝐻2 − 𝐻1
𝐻3 − 𝐻1
𝑇3 2 = 𝑇1 2 − (𝑇1 2 − 𝑇2 2 )
𝐻2 − 𝐻1
𝐻3 − 𝐻1 𝐻3 − 𝐻1
𝑇3 2 = 𝑇1 2 (1 − ) + 𝑇2 2 ( )
𝐻2 − 𝐻1 𝐻2 − 𝐻1
𝐻3 − 𝐻2 𝐻3 − 𝐻1
𝑇3 2 = −𝑇1 2 ( ) + 𝑇2 2 ( )
𝐻2 − 𝐻1 𝐻2 − 𝐻1
𝑇2 2 (𝐻3 − 𝐻1 ) − 𝑇1 2 (𝐻3 − 𝐻2 )
𝑇3 2 =
𝐻2 − 𝐻1

𝑇2 2 (𝐻3 − 𝐻1 ) − 𝑇1 2 (𝐻3 − 𝐻2 )
𝑇3 = √
𝐻2 − 𝐻1
b. Agar 𝑇3 memiliki nilai atau kalau kata soal ada nilainya, dia haruslah berupa bilangan
real. Agar 𝑇3 merupakan bilangan real, suku di dalam akar haruslah lebih besar dari
nol
𝑇2 2 (𝐻3 − 𝐻1 ) − 𝑇1 2 (𝐻3 − 𝐻2 )
>0
𝐻2 − 𝐻1
𝑇2 2 𝐻3 − 𝑇2 2 𝐻1 > 𝑇1 2 𝐻3 − 𝑇1 2 𝐻2
2 2 2 2 𝑇1 2 𝐻2 − 𝑇2 2 𝐻1
(𝑇1 − 𝑇2 )𝐻3 < 𝑇1 𝐻2 − 𝑇2 𝐻1 ⟹ 𝐻3 <
𝑇1 2 − 𝑇2 2
OSK Fisika 2018 Number 3
BOLA BERONGGA
Sebuah bola berongga berdinding tebal dimana jari-jari dinding luar dan dalamnya
masing-masing adalah 𝑅0 dan 𝑅1 . Densitas bola pada 𝑅1 < 𝑟 < 𝑅0 dianggap homogen,
yaitu 𝜌. Bola menggelinding ke bawah tanpa slip dari keadaan diam pada suatu bidang
miring dan kecepatannya ketika mencapai dasar bidang miring adalah 𝑣0 . Bila bidang
miringnya licin dan bola menuruni bidang miring dari keadaan dan posisi yang sama
seperti sebelumnya, maka kecepatannya saat mencapai dasar bidang miring menjadi
5𝑣0 /4. Tentukan :
a. Jari-jari girasi bola berongga tersebut terhadap sumbu yang melalui pusat bola.
b. Perbandingan nilai 𝑅1 /𝑅0 dan
c. Perbandingan volume rongga bola terhadap volume total bola
Petunjuk : Untuk polinom 13𝑥 5 − 45𝑥 2 + 32 = 0, salah satu solusinya adalah 𝑥 = 1,215
Pembahasan :
a. Jari-jari girasi adalah jari-jari yang digunakan pada momen inersia jika benda tegar
yang kita tinjau dianggap sebagai massa titik. Oleh karena itu kita perlu meninjau

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 6


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

moen inersia bola berongga tebal ini terkebih dahulu. Momen inersia untuk kulit bola
tipis terhadap sumbu rotasi yang melalui pusatnya adalah
2
𝐼0 = 𝑚𝑅 2
3
Sekarang kita tinjau suatu elemen kulit bola tipis setebal 𝑑𝑟 yang berjarak 𝑟 dari pusat
bola dimana 𝑅1 < 𝑟 < 𝑅0 .

𝑅0

𝑅1 𝑑𝑟
elemen kulit
bola tipis

Luas permukaan elemen kulit bola ini adalah 4𝜋𝑟 2. Karena kulit bola ini sangat tipis,
luas permukaan luar dan dalamnya bisa kita asumsikana sama, maka volume kulit
bola ini adalah 𝑑𝑉 = 4𝜋𝑟 2 𝑑𝑟. Massa elemen kulit bola ini adalah
𝑑𝑚 = 𝜌𝑑𝑉 = 4𝜌𝜋𝑟 2 𝑑𝑟
Massa total bola berongga ini adalah
𝑀 𝑅0
∫ 𝑑𝑚 = ∫ 4𝜌𝜋𝑟 2 𝑑𝑟
0 𝑅1
𝑅0
4
𝑀 = 4𝜌𝜋 ∫ 𝑟 2 𝑑𝑟 = 𝜌𝜋(𝑅0 3 − 𝑅1 3 )
𝑅1 3
Momen inersia kulit bola ini terhadap sumbu rotasi yang melalui pusatnya adalah
2
𝑑𝐼 = 𝑑𝑚𝑟 2
3
8
𝑑𝐼 = 𝜌𝜋𝑟 4 𝑑𝑟
3
𝐼 𝑅0
8
∫ 𝑑𝐼 = 𝜌𝜋 ∫ 𝑟 4 𝑑𝑟
0 3 𝑅1
8 1 8
𝐼 = 𝜌𝜋 (𝑅0 5 − 𝑅1 5 ) ⟹ 𝐼 = 𝜌𝜋(𝑅0 5 − 𝑅1 5 )
3 5 15
Jika bola berongga bendinding tebal ini dianggap sebagai massa titik, jari-jari girasi
nya atau 𝑅𝐺 adalah
8
𝑀𝑅𝐺 2 = 𝜌𝜋(𝑅0 5 − 𝑅1 5 )
15

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 7


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

4 8
𝜌𝜋(𝑅0 3 − 𝑅1 3 )𝑅𝐺 2 = 𝜌𝜋(𝑅0 5 − 𝑅1 5 )
3 15

2 2(𝑅0 5 − 𝑅1 5 ) 2(𝑅0 5 − 𝑅1 5 )
𝑅𝐺 = ⟹ 𝑅𝐺 = √
5(𝑅0 3 − 𝑅1 3 ) 5(𝑅0 3 − 𝑅1 3 )
b. Pertama kita tinjau kondisi ketika bola menggelinding tanpa slip. Karena bola
menggelinding tanpa slip, ketik sampai di dasar bidang miring, bola bergerak
translasi dengan kecepatan 𝑣0 dan rotasi dengan kecepatan sudut 𝜔.

ℎ 𝜔

𝑣0

Menggunakan Hukum Kekekalan Energi Mekanik akan kita dapatkan


1 1
𝑀𝑔ℎ = 𝑀𝑣0 2 + 𝐼𝜔2
2 2
Karena bola menggelinding tanpa slip maka 𝜔 = 𝑣0 /𝑅0
4 14 1 8 𝑣0 2
𝜌𝜋(𝑅0 3 − 𝑅1 3 )𝑔ℎ = 𝜌𝜋(𝑅0 3 − 𝑅1 3 )𝑣0 2 + 𝜌𝜋(𝑅0 5 − 𝑅1 5 ) ( )
3 23 2 15 𝑅0
5 5
1 1 𝑅0 − 𝑅1
𝑔ℎ = 𝑣0 2 + 𝑣 2 … (1)
2 5 (𝑅0 3 − 𝑅1 3 )𝑅0 2 0
Berikutnya kita tinjau kondisi ketika bidang miring licin. Karena bidang miring licin,
maka tidak ada gaya gesek dan tidak tidak ada torsi yang menyebabkan bola berotasi,
jadi ketika sampai di dasar bidang miring, bola hanya murni bergerak translasi
dengan kecepatan 5𝑣0 /4.


5𝑣0
4

Menggunakan Hukum Kekekalan Energi Mekanik akan kita dapatkan


1 5𝑣0 2 25 2
𝑀𝑔ℎ = 𝑀 ( ) ⟹ 𝑔ℎ = 𝑣 … (2)
2 4 32 0

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 8


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

Persamaan (1) sama dengan persamaan (2)


25 2 1 2 1 𝑅0 5 − 𝑅1 5
𝑣0 = 𝑣0 + 3 3 2 𝑣0 2
32 2 5 (𝑅0 − 𝑅1 )𝑅0
25 1 1 𝑅0 5 − 𝑅1 5
= +
32 2 5 (𝑅0 3 − 𝑅1 3 )𝑅0 2
9 𝑅0 5 − 𝑅1 5
=
32 5(𝑅0 5 − 𝑅1 3 𝑅0 2 )
45𝑅0 5 − 45𝑅1 3 𝑅0 2 = 32𝑅0 5 − 32𝑅1 5
1
13𝑅0 5 − 45𝑅1 3 𝑅0 2 + 32𝑅1 5 = 0| × 5
𝑅1
5 2
𝑅0 𝑅0
13 ( ) − 45 ( ) + 32 = 0
𝑅1 𝑅1
Persamaan terkahir ini analog dengan bentuk polinom yang diberikan petunjuk yaitu
13𝑥 5 − 45𝑥 2 + 32 = 0
Maka solusinya adalah
𝑅0 1215 𝑅1 1000 𝑅1 200
= 1,215 = ⟹ = ⟹ = = 0,823
𝑅1 1000 𝑅0 1215 𝑅0 243
Alterntif Solusi Untuk Bagian a
kita bisa mencari jari-jari girasi dengan cara yang lebih mudah. Untuk persamaan
energi sistem dari kondisi awal sampai ketika tiba di dasar bidang miring akan
berbentuk
1 1
𝑀𝑔ℎ = 𝑀𝑣0 2 + 𝑀𝑅𝐺 2 𝜔2
2 2
Untuk kasus pertama berlaku 𝜔 = 𝑣0 /𝑅0
1 1 𝑅𝐺 2
𝑀𝑔ℎ = 𝑀𝑣0 2 + 𝑀𝑣0 2 ( )
2 2 𝑅0
Untuk kasus kedua 𝜔 = 0
1 5𝑣0 2 1 25
𝑀𝑔ℎ = 𝑀 ( ) = 𝑀𝑣0 2 ( )
2 4 2 16
Maka jari-jari girasi bola akan menjadi
1 1 𝑅𝐺 2 1 25
𝑀𝑣0 + 𝑀𝑣0 ( ) = 𝑀𝑣0 2 ( )
2 2
2 2 𝑅0 2 16
2
𝑅𝐺 25
1+( ) =
𝑅0 16
2
𝑅𝐺 9
( ) =
𝑅0 16
𝑅𝐺 3 3
= ⟹ 𝑅𝐺 = 𝑅0
𝑅0 4 4

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 9


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

Hasil ini akan sama dengan hasil pada bagian a, kalau tidak percaya coba saja
masukkan nilai numeriknya, berapapun yang kamu pilih pasti hasilnya sama.
c. Volume rongga adalah
4
𝑉𝑅 = 𝜋𝑅1 3
3
Volume total bola bola adalah
4
𝑉𝐵 = 𝜋𝑅0 3
3
Maka, perbandingan volume rongga terhadap volume total bola adalah
4 3
𝑉𝑅 3 𝜋𝑅1 𝑅1 3 𝑉𝑅
= = ( ) = (0,823)3 ⟹ = 0,557
𝑉𝐵 4 𝜋𝑅 3 𝑅0 𝑉𝐵
3 0
OSK Fisika 2018 Number 4
OSILASI AYUNAN BANDUL
Sebuah partikel bermassa 𝑚 diikat pada ujung tali tegar tak bermassa dengan panjang 𝐿.
Ujung tali yang satunya dipasang pada suatu titik tetap. Partikel tersebut diputar dengan
kecepatan sudut konstan ⃗Ω⃗ = Ω𝑧̂ sehingga bergerak dalam bidang horizontal 𝑥𝑦. Sudut
antara tali dengan sumbu vertikal 𝑧 adalah 𝜃. Percepatan gravitasi 𝑔 ke arah sumbu 𝑧
negatif.

𝜃 Ω
𝐿 𝑔

a. Jika sudut konstan sebesar 𝜃 = 𝜃0 adalah sudut apit tali dengan garis vertikal
sehingga 𝑚 berada pada bidang horizontal yang tetap, tentukan 𝜃0 dinyatakan dalam
𝐿, 𝑔, dan Ω.
b. Ketika partikel tersebut berotasi terhadap sumbu vertikal, sudut 𝜃0 dapat divariasi
dengan sudut infinitesimal 𝛿(𝜃 = 𝜃0 + 𝛿) sehingga partikel tersebut juga melakukan
gerak osilasi terhadap 𝛿. Tentukan kecepatan sudut osilasi dinyatakan dalam 𝐿, 𝑔, dan
Ω.
Pembahasan :
a. Kita tinjau keseimbangan partikel pada arah radial relatif terhadap lintasan
melingkar partikel. karena kita tinjau relatif terhadap lintasan partikel, sedangkan
pada lintasan ini partikel memiliki percepatan sentripetal yang arahnya radial ke
dalam, maka dia akan mendapat gaya fiktif yaitu gaya sentrifugal yang arahnya
menjauhi sumbu rotasi. Berikut diagram gaya pada partikel

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 10


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

𝑇 cos 𝜃0 𝑇

𝜃0

𝑚Ω2 𝐿 sin 𝜃0 𝑇 sin 𝜃0

𝑚𝑔

Keseimbangan gaya arah vertikal memberikan


𝑇 cos 𝜃0 − 𝑚𝑔 = 0 ⟹ 𝑇cos 𝜃0 = 𝑚𝑔 … (1)
Keseimbangan gaya arah radial memberikan
𝑇 sin 𝜃0 − 𝑚Ω2 𝐿 sin 𝜃0 = 0 ⟹ 𝑇 = 𝑚Ω2 𝐿 … (2)
Subtitusi persamaan (2) ke (1)
𝑚Ω2 𝐿 cos 𝜃0 = 𝑚𝑔
𝑔 𝑔
cos 𝜃0 = 2
⟹ 𝜃0 = arccos ( 2 )
Ω 𝐿 Ω 𝐿
b. Sekarang kita tinjau kondisi ketika sudut apit antara tali dan garis vertikal bertambah
sebesar 𝛿 menjadi 𝜃 = 𝜃0 + 𝛿. Kita tinjau gerak rotasi sistem. Torsi pemulih sistem
adalah proyeksi gaya berat dan gaya sentrifugal pada arah tangensial. Perhatikan
gambar di bawah!

𝑇′

𝜃
𝜃
𝑚Ω2 𝐿 sin 𝜃
𝜃
𝛼
𝑚𝑔

Besar torsi pemulih sistem adalah


∑ 𝜏 = 𝑚𝐿2 𝛼
𝑚𝑔 sin 𝜃 𝐿 − 𝑚Ω2 𝐿2 sin 𝜃 cos 𝜃 = 𝑚𝐿2 𝛼
𝑔
sin 𝜃 − Ω2 sin 𝜃 cos 𝜃 = 𝛼
𝐿
𝑔
sin(𝜃0 + 𝛿) − Ω2 sin(𝜃0 + 𝛿) cos(𝜃0 + 𝛿) = 𝛼 … (3)
𝐿

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 11


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

Kita gunakan rumus trigonometri berikut untuk memodifikasi persamaan di atas


sin(𝜃0 + 𝛿) = sin 𝜃0 cos 𝛿 + cos 𝜃0 sin 𝛿
cos(𝜃0 + 𝛿) = cos 𝜃0 cos 𝛿 − sin 𝜃0 sin 𝛿
maka
sin(𝜃0 + 𝛿) cos(𝜃0 + 𝛿) = (sin 𝜃0 cos 𝛿 + cos 𝜃0 sin 𝛿)(cos 𝜃0 cos 𝛿 − sin 𝜃0 sin 𝛿)
sin(𝜃0 + 𝛿) cos(𝜃0 + 𝛿)
= sin 𝜃0 cos 𝜃0 cos2 𝛿 + cos 2 𝜃0 sin 𝛿 cos 𝛿 − sin2 𝜃0 sin 𝛿 cos 𝛿
− sin 𝜃0 cos 𝜃0 sin2 𝛿
Untuk osilasi yang kecil, atau sudut 𝛿 kecil, maka kita akan berlaku hampiran berikut
yaitu
cos 𝛿 ≈ 1
sin 𝛿 ≈ 𝛿 ⟹ sin2 𝛿 ≈ 𝛿 2 ≈ 0
Suku 𝛿 2 bisa kita hampirkan ke nol karena 𝛿 sendiri suatu bilangan yang kecil, maka
𝛿 2 akan sangat kecil dan mendekati nol sehingga
sin(𝜃0 + 𝛿) = sin 𝜃0 + 𝛿 cos 𝜃0
sin(𝜃0 + 𝛿) cos(𝜃0 + 𝛿) = sin 𝜃0 cos 𝜃0 + 𝛿 cos 2 𝜃0 − 𝛿 sin2 𝜃0
Kita kembali ke persamaan (3)
𝑔
(sin 𝜃0 + 𝛿 cos 𝜃0 ) − Ω2 (sin 𝜃0 cos 𝜃0 + 𝛿 cos 2 𝜃0 − 𝛿 sin2 𝜃0 ) = 𝛼
𝐿
Kita gunakan hasil dari bagian a yaitu
𝑔 𝑔
cos 𝜃0 = 2 ⟹ = Ω2 cos 𝜃0
Ω 𝐿 𝐿
Maka
Ω2 cos 𝜃0 (sin 𝜃0 + 𝛿 cos 𝜃0 ) − Ω2 (sin 𝜃0 cos 𝜃0 + 𝛿 cos 2 𝜃0 − 𝛿 sin2 𝜃0 ) = 𝛼
Ω2 cos 𝜃0 sin 𝜃0 + Ω2 𝛿 cos2 𝜃0 − Ω2 sin 𝜃0 cos 𝜃0 − Ω2 𝛿 cos 2 𝜃0 + Ω2 𝛿 sin2 𝜃0 = 𝛼
Ω2 𝛿 sin2 𝜃0 = 𝛼
Karena arah 𝛼 berlawanan dengan arah bertambahnya 𝛿 maka 𝛼 = −𝛿̈ sehingga
Ω2 𝛿 sin2 𝜃0 = −𝛿̈
𝛿̈ + Ω2 sin2 𝜃0 𝛿 = 0
𝜔2 = Ω2 sin2 𝜃0 ⟹ 𝜔 = Ω sin 𝜃0
Dari identitas trigonometri kita peroleh

𝑔2
sin 𝜃0 = √1 − cos2 𝜃0 = √1 −
Ω4 𝐿2

𝑔2
Kecepatan sudut osilasi partikel akan menjadi 𝜔 = Ω√1 −
Ω4 𝐿2

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 12


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

OSK Fisika 2018 Number 5


TUMBUKAN MASSA DAN BATANG
Tinjau sistem dibawah ini yang terdiri dari tiga buah massa 𝑚1 , 𝑚2 , dan 𝑚3 yang saling
lepas (tidak saling menempel). Seluruh gerakan sistem berada pada bidang horizontal.
Batang 𝑚2 dengan panjang 3𝐿 dipasang pada poros licin. Massa 𝑚3 yang hampir
menyentuh batang 𝑚2 berada pada posisi berjarak 2𝐿 dari poros, dan keduanya dalam
keadaan diam. Massa 𝑚1 bergerak lurus dengan kecepatan 𝑣0 dengan arah tegak lurus
batang dan akan menumbuk batang pada jarak 𝐿 dari dari poros. Semua tumbukan yang
terjadi bersifat lenting sempurna. Untuk selanjutnya dalam perhitungan gunakanlah oleh
kalian 𝑚1 = 𝑚2 = 𝑚3 = 𝑚.
3𝐿

2𝐿
𝑚3
𝑚2
𝐿
poros licin 𝑣0

𝑚1

Setelah tumbukan terjadi, tentukan :


a. Kecepatan massa 𝑚1 dan 𝑚3 serta kecepatan sudut batang 𝑚2 .
b. Perbedaan momentum sudut total dan perbedaan energi kinetik sistem antara
sebelum dan sesudah tumbukan.
Pembahasan :
a. Baik teman-teman. Kita akan bahas soal ini. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah
tumbukan yang terjadi sebanyak dua kali. Loh koq bisa?? Jadi begini, kan semuanya
benda saling lepas, begitupun antara 𝑚2 dan 𝑚3 . Tumbukan pertama adalah
tumbukan antara massa 𝑚1 dan batang 𝑚2 , massa 𝑚3 tidak ikut serta dalam
tumbukan pertama ini karena dia tidak menempel pada 𝑚2 . Tumbukan kedua adalah
tumbukan antara batang 𝑚2 dan massa 𝑚3 , di sini massa 𝑚1 tidak ikut serta karena
dia sudah berbalik arah. Baik kita tinjau masing-masing tumbukan.
Tumbukan Pertama
Setelah tumbukan massa 𝑚1 akan berbalik arah dan batang 𝑚2 akan berotasi.
Momentum sudut sistem terhadap poros licin kekal karena jika kita tinjau terhadap
poros ini, tidak ada torsi eksternal yang bekerja pada sistem. Misal kecepatan massa
𝑚1 dan kecepatan sudut batang 𝑚2 setelah tumbukan adalah 𝑣1 dan 𝜔0 . Momen
inersia batang terhadap poros licin adalah
1 1
𝐼 = 𝑚2 𝐿2 2 = 𝑚(2𝐿)2 = 3𝑚𝐿2
3 3

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 13


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

𝑚2 𝑚2
𝜔0
𝑣0 𝑚1

𝑚1 𝑣0

Kekekalan momentum sudut


𝑚𝑣0 𝐿 = −𝑚𝑣1 𝐿 + 3𝑚𝐿2 𝜔0
𝑣0 + 𝑣1 = 3𝐿𝜔0 … (1)
Karena poros licin dan tumbukan elastis energi sistem sebelum dan sesdah tumbukan
kekal
1 1 1
𝑚𝑣0 2 = 𝑚𝑣1 2 + 3𝑚𝐿2 𝜔0 2
2 2 2
2 2 2 2
𝑣0 − 𝑣1 = 3𝐿 𝜔0
(𝑣0 + 𝑣1 )(𝑣0 − 𝑣1 ) = 3𝐿2 𝜔0 2
Subtitusi persamaan (1)
3𝐿𝜔0 (𝑣0 − 𝑣1 ) = 3𝐿2 𝜔0 2
𝑣0 − 𝑣1 = 𝐿𝜔0 ⟹ 𝑣1 = 𝑣0 − 𝐿𝜔0 … (2)
Subtitusi persamaan (2) ke (1)
𝑣0 + 𝑣0 − 𝐿𝜔0 = 3𝐿𝜔0
𝑣0
2𝑣0 = 4𝐿𝜔0 ⟹ 𝜔0 =
2𝐿
Subtitusi 𝜔0 ke persamaan (2)
𝑣0 𝑣0
𝑣1 = 𝑣0 − 𝐿 ⟹ 𝑣1 =
2𝐿 2
Tumbukan Kedua
Pada tumbukan kedua ini, setelah tumbukan, gerak rotasi batang 𝑚2 akan berbalik
arah dengan kecepatan sudut 𝜔 dan massa 𝑚3 akan bergerak dengan kecepatan 𝑣3 .
Seperti sebelumnya, pada tumbukan ini juga berlaku Hukum Kekekalan Momentum
Sudut dan Hukum Kekekalan Energi.

𝑣3

𝑚3 𝑚3
𝜔0 𝜔
𝑚2 𝑚2

Kekekalan momentum sudut


3𝑚𝐿2 𝜔0 = 𝑚𝑣3 2𝐿 − 3𝑚𝐿2 𝜔

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 14


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

3𝐿(𝜔0 + 𝜔) = 2𝑣3 … (3)


Kekekalan energi
1 1 1
3𝑚𝐿2 𝜔0 2 = 𝑚𝑣3 2 + 3𝑚𝐿2 𝜔2
2 2 2
3𝐿2 (𝜔0 2 − 𝜔2 ) = 𝑣3 2
3𝐿2 (𝜔0 − 𝜔)(𝜔0 + 𝜔) = 𝑣3 2
Subtitusi persamaan (3)
2𝑣3 𝐿(𝜔0 − 𝜔) = 𝑣3 2
2𝐿(𝜔0 − 𝜔) = 𝑣3 … (4)
Subtitusi persamaan (4) ke (3)
3𝐿(𝜔0 + 𝜔) = 2[2𝐿(𝜔0 − 𝜔)]
3𝜔0 + 3𝜔 = 4𝜔0 − 4𝜔
𝜔0 = 7𝜔
𝑣0
𝜔0 2𝐿 𝑣0
𝜔= = ⟹𝜔=
7 7 14𝐿
Subitusi 𝜔0 dan 𝜔
𝑣0 𝑣0 6𝑣0
2𝐿 ( − ) = 𝑣3 ⟹ 𝑣3 =
2𝐿 14𝐿 7𝐿
Jadi, kecepatan massa 𝑚1 dan 𝑚3 serta kecepatan sudut batang 𝑚2 setelah seluruh
tumbukan terjadi adalah
𝑣0
kecepatan massa m1 ⟹ 𝑣1 =
2
6𝑣0
kecepatan massa m3 ⟹ 𝑣3 =
7𝐿
𝑣0
kecepatan sudut batang m2 ⟹ 𝜔 =
14𝐿
b. Untuk momentum sudut total sistem terhadap poros licin, secara logika kita, karena
kekal, harusnya perbedaan momentum sudut sistem saat awal dan sesudah semua
tumbukan haruslah nol. Akan kita buktikan.
Momentum sudut awal dan akhir sistem terhadap poros licin adalah
𝐿𝑖 = 𝑚𝑣0 𝐿
𝐿𝑓 = −𝑚𝑣1 𝐿 + 𝑚𝑣3 2𝐿 − 3𝑚𝐿2 𝜔
Δ𝐿 = 𝐿𝑓 − 𝐿𝑖 = −𝑚𝑣1 𝐿 + 2𝑚𝑣3 𝐿 − 3𝑚𝐿2 𝜔 − 𝑚𝑣0 𝐿
Δ𝐿 = −𝑚𝑣0 𝐿 − 𝑚𝑣1 𝐿 + 2𝑚𝑣3 𝐿 − 3𝑚𝐿2 𝜔
Δ𝐿 = −𝑚𝑣0 𝐿 − 𝑚𝑣1 𝐿 + 3𝑚𝐿2 𝜔0 − 3𝑚𝐿2 𝜔0 + 2𝑚𝑣3 𝐿 − 3𝑚𝐿2 𝜔
Lihat kembali persamaan kekekalan momentum sudut pada tumbukan pertama dan
kedua
𝑚𝑣0 𝐿 = −𝑚𝑣1 𝐿 + 3𝑚𝐿2 𝜔0 ⟹ −𝑚𝑣0 𝐿 − 𝑚𝑣1 𝐿 + 3𝑚𝐿2 𝜔0 = 0
3𝑚𝐿2 𝜔0 = 𝑚𝑣3 2𝐿 − 3𝑚𝐿2 𝜔 ⟹ −3𝑚𝐿2 𝜔0 + 2𝑚𝑣3 𝐿 − 3𝑚𝐿2 𝜔 = 0
Maka perbedaan momentum sudut sistem nol atau Δ𝐿 = 0.

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 15


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

Untuk energi sistem, energi awal sebelum dan sesudah semua tumbukan akan kekal.
Hal ini karena tidak ada gaya luar non konservatif (seperti gaya gesek) yang
melakukan usaha pada sistem.
Energi awal dan akhir sistem adalah
1
𝐸𝑖 = 𝑚𝑣0 2
2
1 1 1
𝐸𝑓 = 𝑚𝑣1 2 + 𝑚𝑣3 2 + 3𝑚𝐿2 𝜔2
2 2 2
1 𝑣0 2 1 6𝑣0 2 1 𝑣0 2
𝐸𝑓 = 𝑚 ( ) + 𝑚 ( ) + 3𝑚𝐿2 ( )
2 2 2 7𝐿 2 14𝐿
1 18 3 49 + 144 + 3 196
𝐸𝑓 = 𝑚𝑣1 2 + 𝑚𝑣0 2 + 𝑚𝑣0 2 = 𝑚𝑣0 2 = 𝑚𝑣0 2
8 49 392 392 392
1
𝐸𝑓 = 𝑚𝑣0 2
2
1 1
Δ𝐸 = 𝐸𝑓 − 𝐸𝑖 = 𝑚𝑣0 2 − 𝑚𝑣0 2 ⟹ Δ𝐸 = 0
2 2

OSK Fisika 2018 Number 6


BOLA PEJAL DAN BENDA MELENGKUNG
Suatu bola pejal A bermassa 𝑚1 dan berjari-jari 𝑟 bergerak dengan kecepatan 𝑣0 ke arah
sebuah benda B bermassa 𝑚2 (𝑚2 ≫ 𝑚1 ) dengan sisi melengkung seperti terlihat pada
gambar di bawah ini. Bola A dan benda B berada di atas lantai licin.

𝑚1 𝐴 𝑣0 𝑚2
𝐵

Bola A kemudian melintasi permukaan benda B hingga terpental secara vertikal ke atas
relatif terhadap benda B. Kemudian bola terjatuh kembali melewati lintasan yang sama.
Asumsikan setelah melewati bidang lengkung bola terhempas sangat tinggi sehingga
dimensi balok dapat diabaikan.
c. Apabila gaya gesek antara bola A dan benda B diabaikan, tentukan waktu tempuh bola
untuk kembali ke titik semula!
d. Apabila gaya gesek antara bola A dan benda B tidak diabaikan, tentukan ketinggian
maksimum yang dapat dicapai bola!
Pembahasan :

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 16


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

a. Karena gaya gesek diabaikan, bola A tidak akan berotasi dan hanya bergerak translasi
murni. Karena dimensi B bisa kita abaikan, ketinggian bola A lepas dari B bisa kita
asumsikan nol, sehingga pertambahan energi potensial bola A menjadi nol pula.
𝑢

𝑚1 𝐴

𝑉
𝑚1 𝐴 𝑣0 𝑚2 𝑚2
𝐵 𝐵

Misalkan 𝑢 adalah kecepatan bola A relatif terhadap benda B ketika tepat akan
terpantal ke atas dan lepas dari lintasan dan 𝑉 adalah kecepatan benda B. Momentum
linear sistem pada arah horizontal kekal karena tidak ada gaya eksternal. Energi
sistem juga kekal karena semua permukaan licin sehingga tidak ada
Kekekalan momentum linear arah horizontal
𝑚1 𝑣0
𝑚1 𝑣0 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑉 ⟹ 𝑉 =
𝑚1 + 𝑚2
Kekekalan energi mekanik
1 1 1
𝑚1 𝑣0 2 = 𝑚1 (𝑢2 + 𝑉 2 ) + 𝑚2 𝑉 2
2 2 2
𝑚1 𝑣0 2 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑉 2 + 𝑚1 𝑢2
𝑚1 𝑣0 2
𝑚1 𝑣0 2 = (𝑚1 + 𝑚2 ) ( ) + 𝑚1 𝑢2
𝑚1 + 𝑚2
𝑚1
𝑣0 2 = 𝑣 2 + 𝑢2
𝑚1 + 𝑚2 0
𝑚1 𝑚2
𝑢2 = (1 − ) 𝑣0 2 = ( ) 𝑣0 2
𝑚1 + 𝑚2 𝑚1 + 𝑚2

𝑚2
𝑢 = 𝑣0 √
𝑚1 + 𝑚2

Kecepatan 𝑢 juga adalah komponen kecepatan bola A untuk arah vertikal terhadap
tanah. Selang waktu total untuk bola sejak lepas dari benda B sampai kembali lagi
adalah
1
𝑦 = 𝑦0 + 𝑣𝑦 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 17


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

1
0 = 0 + 𝑢𝑡 − 𝑔𝑡 2
2

2𝑢 2𝑣0 𝑚2
𝑡= ⟹𝑡= √
𝑔 𝑔 𝑚1 + 𝑚2

Karena dimensi benda B dapat diabaikan, selang waktu untuk bola A melewati
lintasan lengkung bisa kita abaikan. Dalam selang waktu 𝑡 ini, benda B sudah bergerak
ke kanan sejauh

𝑚1 𝑣0 2𝑣0 𝑚2 2𝑣0 2 𝑚1 𝑚2
𝑥 = 𝑉𝑡 = ( )( √ )⟹𝑥= ( √ )
𝑚1 + 𝑚2 𝑔 𝑚1 + 𝑚2 𝑔 𝑚1 + 𝑚2 𝑚1 + 𝑚2

Sekarang kita hitung dulu kecepatan bola A ketika dia berbalik arah, dalam hal ini
berlaku pulahukum kekekalan momentum linier arah horizontal dan hukum
kekekalan energi mekanik.

𝑚1 𝐴
𝑉
𝑉′ 𝑢
𝑣′ 𝐴 𝑚1 𝑚2 𝑚2
𝐵 𝐵

Kekekalan momentum linear arah horizontal


𝑚1 𝑣0 = −𝑚1 𝑣 ′ + 𝑚2 𝑉′ ⟹ 𝑚1 (𝑣0 + 𝑣 ′ ) = 𝑚2 𝑉′ … (1)
Kekekalan energi mekanik
1 1 2 1 2
𝑚1 𝑣0 2 = 𝑚1 𝑣 ′ + 𝑚2 𝑉 ′
2 2 2
2 2
𝑚1 (𝑣0 2 − 𝑣 ′ ) = 𝑚2 𝑉 ′
2
𝑚1 (𝑣0 + 𝑣 ′ )(𝑣0 − 𝑣 ′ ) = 𝑚2 𝑉 ′
Subtitusi persamaan (1)
2
𝑚2 𝑉′(𝑣0 − 𝑣 ′ ) = 𝑚2 𝑉 ′
𝑣0 − 𝑣 ′ = 𝑉 ′ … (2)
Subtitusi persamaan (2) ke (1)
𝑚1 (𝑣0 + 𝑣 ′ ) = 𝑚2 (𝑣0 − 𝑣 ′ )

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 18


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

𝑚2 − 𝑚1
(𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 ′ = (𝑚2 − 𝑚1 )𝑣0 ⟹ 𝑣 ′ = 𝑣 … (3)
𝑚2 + 𝑚1 0
Waktu tempuh bola A untuk kembali ke tempat awalnya adalah
2𝑣0 2 𝑚1 𝑚2
𝑥 𝑔 (𝑚1 + 𝑚2 √𝑚1 + 𝑚2 ) 2𝑣0 𝑚1 𝑚2
𝑇= ′= 𝑚2 − 𝑚1 ⟹ 𝑇 = ( √ )
𝑣 𝑣0
𝑔 𝑚2 − 𝑚1 𝑚2 + 𝑚1
𝑚2 + 𝑚1
Maka waktu tempuh bola untuk kembali ke titik semula adalah

2𝑣0 𝑚2 2𝑣0 𝑚1 𝑚2
𝑡tot = 𝑡 + 𝑇 = √ + ( √ )
𝑔 𝑚1 + 𝑚2 𝑔 𝑚2 − 𝑚1 𝑚2 + 𝑚1

2𝑣0 𝑚2 𝑚1
𝑡tot = √ (1 − )
𝑔 𝑚1 + 𝑚2 𝑚2 − 𝑚1

2𝑣0 𝑚2 𝑚2 − 2𝑚1
𝑡tot = √ ( )
𝑔 𝑚1 + 𝑚2 𝑚2 − 𝑚1

𝑚2 𝑚2 𝑚2 − 2𝑚1 𝑚2
karena 𝑚2 ≫ 𝑚1 maka ≈ = 1 dan ≈ =1
𝑚1 + 𝑚2 𝑚2 𝑚2 − 𝑚1 𝑚2

2𝑣0
𝑡tot =
𝑔

b. Agar bola A bisa terlempar sangat jauh ke atas maka 𝑣0 harus dibuat sangat besar
nilainya. Karena sekarang permukaan benda B kasar, bola A akan slip ketika mulai
memasuki lintasan lengkung pada benda B. Lintasan lengkung di B dapat kita
asumsikan sangat pendek dan gaya gesek kinetik bisa kita asumsikan konstan dalam
selang waktu selama bola A di B yang sangat singkat misalkan Δ𝑡. Misalkan kecepatan
sudut rotasi bola ketika lepas dari B adalah 𝜔. Kita tinjau kondisi ketika bola A
terlepas dari B dalam keadaan menggelinding tanpa slip sehingga berlaku 𝜔 = 𝑢/𝑟.
Dalam selang waktu yang singkat ini, perubahan momentum sudut bola A adalah
2 𝑢 2
Δ𝐿 = 𝑓k 𝑟Δ𝑡 = 𝐼𝜔 = 𝑚1 𝑟 2 ⟹ 𝑓k Δ𝑡 = 𝑚1 𝑢 … (3)
5 𝑟 5
Karena lintasan lengkung di B diasumsikan sangat pendek dan massa B jauh lebih
besar dari bola A, perubahan momentum linear A akibat gaya gesek kinetik bisa kita
anggap seperti terjadi di lintasan yang lurus dimana kecepatan awal bola A sebelum
dikenaik impuls adalah 𝑣0 dan setelah dikenai impuls adalah 𝑢 maka
Δ𝑝 = −𝑓k Δ𝑡 = 𝑚1 (𝑢 − 𝑣0 )

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 19


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

Subtitusi persamaan (3)


2
− 𝑚1 𝑢 = 𝑚1 (𝑢 − 𝑣0 )
5
7 5
𝑢 = 𝑣0 ⟹ 𝑢 = 𝑣0
5 7
Ketinggian maksimum yang dicapai bola jika saat lepas dari B dia menggelinding
tanpa slip adalah
𝑢2 25𝑣0 2
ℎ= =
2𝑔 98𝑔
karena lintasan sangat di B sangat pendek sedangkan 𝑣0 sangat besar maka menurut
saya mustahil bola A akan tepat menggelinding tanpa slip ketika tepat lepas dari B.
Maka kecepatan bola A ketika lepas dari B untuk kondisi ini ada di selang 𝑣0 ≤ 𝑣L ≤
𝑢. Sehingga ketinggian maksimum yang dicapai bola A berada di selang
𝑣0 2 25𝑣0 2
≤ ℎmaks <
2𝑔 98𝑔

OSK Fisika 2018 Number 7


PERLAMBATAN DI ATAS BIDANG MIRING AKIBAT BEBAN
Sebuah silinder pejal bermassa 𝑀 menggelinding tanpa slip menuruni bidang miring
diam bersudut elevasi 𝜃 dengan kecepatan awal 𝑣0 . Seseorang ingin menghentikan
silinder tersebut dengan memberikan beban. Pada pusat silinder tersebut dikaitkan tali
sehingga tali membentuk sudut 𝜙 terhadap permukaan bidang miring. Di ujung lain tali
tersebut, diikatkan ke sebuah beban kotak 𝑚 yang memiliki massa sama dengan silinder.
Diketahui koefisien gesek antara kotak dan bidang miring adalah 𝜇 serta percepatan
gravitasi 𝑔.

𝑚=𝑀 𝑀
𝜇 𝜙

Asumsikan gesekan beban mampu mengehentikan gerak silinder. Tentukanlah :


a. Jarak yang ditempuh silinder hingga berhenti!
b. Syarat sudut 𝜙 yang dapat memenuhi asumsi di atas (nyatakan dalam 𝜃 dan 𝜇)!
Pembahasan :

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 20


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

a. Di asumsikan bahwa gesekan antara beban dan bidang miring dapat menghentikan
gerakan silinder, maka tali penghubung antara keduanya haruslah tegang, di sini
dapat kita ambil bahwa perlambatan kedua benda sama yaitu 𝑎. Berikut diagram gaya
pada kedua benda
𝐾
𝑁
𝑎 𝑎
𝑓k 𝜙
𝑇 𝑇
𝜙 𝛼

𝑀𝑔 arah gerak 𝑓s arah gerak


𝑀𝑔
Agar silinder bisa berhenti, sistem haruslah dipercepat ke atas berlawanan dengan
arah gerak atau dengan kata lain sistem diperlambat dengan besar nilainya adalah 𝑎.
Agar hal ini terpenuhi pula, tali yang menghubungkan kedua benda haruslah selalu
tegang, karena jika tidak, silinder akan memiliki peluang untuk dipercepat. Baik,
berikutnya kita tinjau gaya-gaya yang bekerja pada kedua benda.
Untuk Beban
Gaya gesek yang bekerja pada beban adalah gaya gesek kinetik karena terjadi gerak
relatif antara permukaannya dengan permukaan bidang miring sehingga berlaku 𝑓k =
𝜇𝑁.
Resultan gaya arah tegak lurus bidang miring
𝑁 − 𝑀𝑔 cos 𝜃 + 𝑇 sin 𝜙 = 0
𝑁 = 𝑀𝑔 cos 𝜃 − 𝑇 sin 𝜙 … (1)
Resultan gaya arah sejajar bidang miring
𝑓k − 𝑀𝑔 sin 𝜃 − 𝑇 cos 𝜙 = 𝑀𝑎
𝜇𝑁 − 𝑀𝑔 sin 𝜃 − 𝑇 cos 𝜙 = 𝑀𝑎 … (2)
Untuk Silinder
Pada silinder ini, karena dia menggelinding tanpa slip dan tidak terjadi gerak relatif
antara permukaannya dengan permukaan silinder, maka gaya gesek yang bekerja
adalah gaya gesek statik dan berlaku 𝛼 = 𝑎/𝑅.
Resultan gaya arah sejajar bidang miring
𝑇 cos 𝜙 − 𝑓s − 𝑀𝑔 sin 𝜃 = 𝑀𝑎 … (3)
Resultan torsi berlawanan arah jarum jam
1 𝑎 1
𝑓s 𝑅 = 𝑀𝑅 2 ( ) ⟹ 𝑓s = 𝑀𝑎 … (4)
2 𝑅 2
Subtitusi persamaan (1) ke (2)
𝜇(𝑀𝑔 cos 𝜃 − 𝑇 sin 𝜙) − 𝑀𝑔 sin 𝜃 − 𝑇 cos 𝜙 = 𝑀𝑎
𝑀𝑔(𝜇 cos 𝜃 − sin 𝜃) − 𝑇(𝜇 sin 𝜙 + cos 𝜙) = 𝑀𝑎 … (5)
Subtitusi persamaan (4) ke (3)

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 21


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com


Ahmad Basyir Najwan
Jln. Mr. Cokrokusumo No.54 RT.015/005, Kel. Cempaka, Kec. Cempaka, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70733
Contact Person : 0896-5985-6821

1
𝑇 cos 𝜙 − 𝑀𝑎 − 𝑀𝑔 sin 𝜃 = 𝑀𝑎
2
3 1 3
𝑇 cos 𝜙 = 𝑀𝑔 sin 𝜃 + 𝑀𝑎 ⟹ 𝑇 = (𝑀𝑔 sin 𝜃 + 𝑀𝑎) … (6)
2 cos 𝜙 2
Subtitusi persamaan (6) ke (5)
1 3
𝑀𝑔(𝜇 cos 𝜃 − sin 𝜃) − (𝑀𝑔 sin 𝜃 + 𝑀𝑎) (𝜇 sin 𝜙 + cos 𝜙) = 𝑀𝑎
cos 𝜙 2
3
𝑀𝑔(𝜇 cos 𝜃 − sin 𝜃) − (𝑀𝑔 sin 𝜃 + 𝑀𝑎) (𝜇 tan 𝜙 + 1) = 𝑀𝑎
2
2𝑔[𝜇 cos 𝜃 − sin 𝜃 − (𝜇 tan 𝜙 + 1) sin 𝜃] = 𝑎[3(𝜇 tan 𝜙 + 1) + 2]
2𝑔[𝜇 cos 𝜃 − (𝜇 tan 𝜙 + 2) sin 𝜃]
𝑎=
3𝜇 tan 𝜙 + 5
Kecepatan awal sistem adalah 𝑣0 , maka jarak yang ditempuh sampai berhenti adalah
𝑣𝑡 2 = 𝑣0 2 − 2𝑎𝑠
𝑣0 2
0 = 𝑣0 2 − 2𝑎𝑠 ⟹ 𝑠 =
2𝑎
(3𝜇 tan 𝜙 + 5)𝑣0 2
𝑠=
4𝑔[𝜇 cos 𝜃 − sin 𝜃 (𝜇 tan 𝜙 + 2)]
b. Tadi kita definisikan arah 𝑎 adalah berlawanan arah gerak sistem. Maka agar silinder
dapat berhenti, perlambatan 𝑎 haruslah lebih dari sama dengan nol, karena jika
negatif, berarti arah 𝑎 berlawanan dengan arah arah yang kita definisikan, yang
artinya pula sistem dipercepatan searah dengan arah gerak awalnya.
𝑎≥0
2𝑔[𝜇 cos 𝜃 − (𝜇 tan 𝜙 + 2) sin 𝜃]
≥0
3𝜇 tan 𝜙 + 5
𝜇 cos 𝜃 − (𝜇 tan 𝜙 + 2) sin 𝜃 ≥ 0
𝜇 tan 𝜙 + 2 ≤ 𝜇 cot 𝜃
2
tan 𝜙 ≤ cot 𝜃 −
𝜇

mechtermlighlismfism xanderbasyir99@gmail.com Hal | 22


Basyir Al Banjari

0896-5985-6821 DC3BCE5B www.basyiralbanjari.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai