NIM: 1713020015
I RANGKUMAN KASUS
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien : kaku pada wajah bagian kanan
2. Pemeriksaan fisik
TTV :
HR: 88 x/menit
RR: 23 x/menit
Suhu: 36,5° C
3. Diagnosis
Bell’s Palsy (parese N VII perifer dextra)
II PERASAAN TERHADAP PENGALAMAN
III Evaluasi
Sejauh ini sudah cukup baik, dokter yang baik dan ramah dalam membimbing
koas – koas ump hingga benar – benar faham dengan teori dan prakteknya. Koas
dan konsulen menjalin kerjasama yang baik dalam hal pembelajaran sehingga
ilmu neuro dapat diserap dengan baik.
IV Analisis
ETIOLOGI
3. Didapat
a. Trauma Penyakit tulang tengkorak (osteomielitis)
b. Proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan dll)
c. Proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus)
d. Infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster dll)
e. Sindroma paralisis n. fasialis familial
GEJALA KLINIK
Manifestasi klinik BP khas dengan memperhatikan riwayat penyakit dan
gejala kelumpuhan yang timbul. Pada anak 73% didahului infeksi saluran napas
bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin. Perasaan nyeri, pegal, linu
dan rasa tidak enak pada telinga atau sekitarnya sering merupakan gejala awal yang
segera diikuti oleh gejala kelumpuhan otot wajah berupa :
1. Kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata pada sisi yang lumpuh
(lagophthalmos).
2. Gerakan bola mata pada sisi yang lumpuh lambat, disertai bola mata berputar
ke atas bila memejamkan mata, fenomena ini disebut Bell's sign
3. Sudut mulut tidak dapat diangkat, lipat nasolabialis mendatar pada sisi yang
lumpuh dan mencong ke sisi yang sehat.
Selanjutnya gejala dan tanda klinik lainnya berhubungan dengan
tempat/lokasi lesi :
1. Lesi di luar foramen stilomastoideus Mulut tertarik ke arah sisi mulut yang
sehat,makanan berkumpul di antar pipi dan gusi, dan sensasi dalam (deep
sensation) di wajah menghilang. lipatan kulit dahi menghilang. Apabila mata
yang terkena tidak tertutup atau tidak dilindungi maka air mata akan keluar terus
menerus.
2. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius)
Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), (b), ditambah dengan adanya
hiperakusis.
3. Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum)
Gejala dan tanda klinik seperti (a), (b), (c) disertai dengan nyeri di belakang dan
di dalam liang telinga. Kasus seperti ini dapat terjadi pasca herpes di membran
timpani dan konka. Ramsay Hunt adalah paralisis fasialis perifer yang
berhubungan dengan herpes zoster di ganglion genikulatum. Lesi herpetik
terlibat di membran timpani, kanalis auditorius eksterna dan pina.
TATA LAKSANA
A. Istirahat terutama pada keadaan akut
B. Medikamentosa
1. Pemberian kortikosteroid (perdnison dengan dosis 40 -60 mg/hari per oral
atau 1 mg/kgBB/hari selama 3 hari, diturunkan perlahan-lahan selama 7 hari
kemudian), dimana pemberiannya dimulai pada hari kelima setelah onset
penyakit, gunanya untuk meningkatkan peluang kesembuhan pasien. Dasar
dari pengobatan ini adalah untuk menurunkan kemungkinan terjadinya
kelumpuhan yang sifatnya permanen yang disebabkan oleh pembengkakan
nervus fasialis di dalam kanal fasialis yang sempit.
2. Penggunaan obat- obat antivirus . Acyclovir (400 mg selama 10 hari) dapat
digunakan dalam penatalaksanaan Bell’s palsy yang dikombinasikan dengan
prednison atau dapat juga diberikan sebagai dosis tunggal untuk penderita
yang tidak dapat mengkonsumsi prednison.Penggunaan Acyclovir akan
berguna jika diberikan pada 3 hari pertama dari onset penyakit untuk
mencegah replikasi virus.
C. Perawatan mata:
1. Air mata buatan: digunakan selama masa sadar untuk menggantikan
lakrimasi yang hilang.
2. Pelumas digunakan saat tidur: Dapat digunakan selama masa sadar jika air
mata buatan tidak mampu menyedikan perlindungan yang adekuat. Satu
kerugiannya adalah pandangan kabur.
3. Kacamata atau tameng pelindung mata dari trauma dan menurunkan
pengeringan dengan menurunkan paparan udara langsung terhadap kornea
D. Fisioterapi
Sering dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat dianjurkan
pada stadium akut. Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang
lumpuh. Cara yang sering digunakan yaitu : mengurut/massage otot wajah
selama 5 menit pagi-sore atau dengan faradisasi.
E. Operasi
Tindakan operatif umumnya tidak dianjurkan pada anak-anak karena
dapat menimbulkan komplikasi lokal maupun intracranial.
Tindakan operatif dilakukan apabila :
1. tidak terdapat penyembuhan spontan
2. tidak terdapat perbaikan dengan pengobatan prednison
V KESIMPULAN
Pangalam menjadi koas neuro saya dapat belajar banyak dan pengalaman yang
semakin menumpuk, serta pembelajaran yang mudah difahami, di neuro teori
dengan pratek sanganat lah berkaitan.
VI DAFTAR PUSTAKA