Anda di halaman 1dari 5

Kasus Sengketa Lahan PTUN Tolak Gugatan terhadap Buana Estate

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta menolak gugatan Direktur PT.Genta Pranata
yang diwakili direkturnya Drs Dolok F Sirait terhadap Kepala BPN (tergugat I), Kepala Kantor
Pertanahan Bogor (tergugat II) dan PT Buana Estate selaku tergugat II intervensi.

Dolok Sirait selaku penggugat I dan HM Sukandi penggugat II yang diwakili kuasa hukumnya
Denny Kailimang menggugat Surat Keputusan Kepala BPN Nomor 9/HGU/ BPN/2006 tentang
Pemberian Jangka Waktu HGU atas tanah yang terletak di desa Hambalang, Kecamatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Dalam penjelasannya kepada wartawan, kemarin, kuasa tergugat II intervensi Drs Anim
Sanjoyo Romansyah mengatakan, sejak awal pihaknya yakin akan dimenangkan PTUN dalam
gugatan tersebut karena berada dalam posisi yang benar. Terbukti, PTUN menolak gugatan pihak
penggugat,” katanya menanggapi putusan PTUN Jakarta, Kamis lalu.

Adapun obyek gugatan dalam perkara tersebut adalah SK Kepala BPN No


9/HGU/BPN/2006 tentang Pemberian Jangka Waktu HGU atas tanah yang terletak di Kabu-paten
Bogor atas na-ma PT Buana Estate yang diterbitkan tergugat 1 Juni 2006. Sertifikat HGU No
149/Hambalang atas nama PT Buana Estate yang diterbitkan oleh tergugat II pada 15 Juni 2006
atas tanah seluas 4.486.975 M2.

Dalam gugatannya, penggugat menyatakan selaku pemilik/pemegang hak atas tanah seluas
2.117.500 meter persegi yang terletak di desa Hambalang, termasuk dalam bagian tanah obyek
Surat keputusan N0 9/HGU/BPN 2006 tentang Jangka Waktu HGU atas tanah yang ter-letak di
Kabupaten Bogor atas nama PT Buana Estate.

Penggugat juga menyatakan pihak paling yang berhak atas tanah seluas 211,75 Ha karena
telah memiliki/menguasai tanah tersebut dari penguasaan penggarap yang telah menguasai dan
menggarap lokasi tanah tersebut sejak sekitar tahun 1960. Namun majelis hakim yang diketuai
oleh Kadar Slamet menyatakan penerbitan HGU PT Buana Estate telah sesuai dengan prosedur,
demikian juga penerbitan sertifikat tidak cacat hukum. Majelis hakim juga tidak menemukan fakta-
fakta penelantaran lahan oleh PT Buana Estate. Atas dasar tersebut majelis hakim menolak gugatan
penggugat. Majelis hakim juga menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara dan diberi
waktu 14 hari untuk menentukan apakah banding atau menerima putusan tersebut.
Analisis Kasus :

 Obyek Sengketa
Obyek gugatan dalam perkara tersebut adalah SK Kepala BPN No 9/HGU/BPN/2006
tentang Pemberian Jangka Waktu HGU atas tanah yang terletak di Kabupaten Bogor atas
na-ma PT Buana Estate yang diterbitkan tergugat 1 Juni 2006. Sertifikat HGU No
149/Hambalang atas nama PT Buana Estate yang diterbitkan oleh tergugat II pada 15 Juni
2006 atas tanah seluas 4.486.975 M2.

Menurut ketentuan Pasal 53 UU No 5 Tahun 1986 tentang PTUN, menyatakan bahwa


Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan
Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang
berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau
tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi.

Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud diatas


adalah:

1. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan per-
undang-undangan yang berlaku;
2. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum
pemerintahan yang baik.
3. Maka dengan hal itu, Penggugat mengajukan sengketa ini ke PTUN Jakarta.

Kompetensi Pengadilan TUN terdapat dua macam kompetensi, yaitu:

Kompetensi Absolut, yaitu menyangkut pembagian kekuasaan antar badan-badan


peradilan, dilihat dari macam-macamnya pengadilan menyangkut pemberian kekuasaan
untuk mengadili;

Agar suatu perkara dapat dikatakan sebagai perkara yang masuk dalam lingkup
kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara, maka objek dari perkara tersebut berdasarkan
pasal 1 angka 9 UU No. 51 tahun 2009 haruslah berupa Putusan Tata Usaha Negara yang
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

a) Penetapan Tertulis

Berdasarkan penjelasan pasal ini, penetapan tertulis yang dimaksud terutama


menunjuk kepada isi dan bukan kepada bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh Badan
atau Pejabat TUN. Keputusan itu memang diharuskan tertulis, namun yang disyaratkan
tertulis bukan bentuk formalnya seperti surat pengangkatan dan sebagainya. Persyaratan
tertulis itu diharuskan untuk kemudahan segi pembuktian. Dalam kasus ini, penetapannya
yaitu Surat Keputusan Kepala BPN Nomor 9/HGU/ BPN/2006 tentang Pemberian Jangka
Waktu HGU atas tanah yang terletak di desa Hambalang, Kecamatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

b) Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara ini berdasarkan penjelasan pasal tersebut
adalah Badan atau Pejabat di pusat dan daerah yang melakukan kegiatan yang bersifat
eksekutif. Dalam Kasus pihak yang mengeluarkan keputusan adalah Kepala BPN tentang
Pemberian Jangka Waktu HGU atas tanah. Sehingga dalam Kasus unsur ini terpenuhi.

c) Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-


undangan yang berlaku

Tindakan hukum Tata Usaha Negara adalah perbuatan hukum Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara yang bersumber pada suatu ketentuan hukum Tata Usaha Negara
yang dapat menimbulkan hak atau kewajiban pada orang lain. Dalam Kasus isi dari
keputusan yang dikeluarkan Kepala Surat Keputusan Kepala BPN tergugat I yang
mengeluarkan keputusan tentang Pemberian Jangka Waktu HGU atas tanah yang terletak
di desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sehingga
dalam kasus unsur ini telah terpenuhi.

d) Bersifat Konkrit

Artinya objek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak
abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan kepada siapa keputusan TUN
tersebut ditu-jukan. Dalam Kasus Keputusan Tata Usaha Negara yang dilahirkan oleh
Tergugat I bersifat konkrit karena berwujud yaitu Surat Keputusan Kepala BPN Nomor
9/HGU/ BPN/2006 tentang Pemberian Jangka Waktu HGU atas tanah yang terletak di
desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sehingga unsur
ini terpenuhi.

e) Bersifat individual

Artinya Keputusan Tata Usaha Negara tersebut tidak ditujukan untuk umum tetapi
tertentu baik alamat maupun hal yang dituju. Dalam Kasus keputusan yang dilahirkan
oleh Tergugat I bersifat individual karena tidak ditujukan kepada umum melainkan hanya
kepada objek tanah yang terletak di desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Sehingga unsur ini terpenuhi.

f) Bersifat Final

Artinya sudah defenitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum. Dalam
kasus, keputusan yang dikeluarkan oleh Tergugat I bersifat final karena tidak
memerlukan persetujuan dari instansi atasan maupun instansi lain mengingat kapasitas
Tergugat I selaku Kepala BPN. Dengan terpenuhinya unsur-unsur tersebut, maka jelas
dan tepat apabila atas keputusan yang dilahirkan Tergugat I. Penggugat mengajukan
gugatan ke PTUN.

2) Kompetensi Relatif, yaitu mengatur pembagian kekuasaan mengadili antara


pengadilan yang serupa tergantung dari tempat tinggalnya tergugat;

Setelah merasa terpenuhi kewenangan untuk mengajukan perkara ini ke PTUN,


maka Drs Dolok F Sirait mengajukan gugatan terhadap Kepala BPN (Badan Pertanahan
Nasional). Pasalnya, Kepala BPN tersebut telah melakukan perbuatan melawan hukum
dengan menerbitkan secara sepihak SK, karena penggugat menyatakan selaku
pemilik/pemegang hak atas tanah seluas 2.117.500 meter persegi yang terletak di desa
Hambalang, termasuk dalam bagian tanah obyek Surat keputusan N0 9/HGU/BPN 2006
tentang Jangka Waktu HGU atas tanah yang terletak di Kabupaten Bogor atas nama PT
Buana Estate. Penggugat juga menyatakan pihak paling berhak atas tanah seluas 211,75
Ha karena telah memiliki/menguasai tanah tersebut dari penguasaan penggarap yang
telah menguasai dan menggarap lokasi tanah tersebut sejak sekitar tahun 1960.
Pada sidang ini dihadiri oleh penggugat dan tergugat:

Berdasarkan pasal 109 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1986 maka Putusan Pengadilan harus
memuat:

Kepala putusan yang berbunyi: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”

nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman atau tempat kedudukan para pi-hak
yang bersengketa; Ringkasan gugatan dan jawaban tergugat yang jelas. Dalam putusan
kasus ini, terhadap ketiga hal diatas telah terpenuhi . Majelis hakim memutuskan dalam
perkara ini sebagai berikut:

 Hasil putusan

Majelis hakim menolak gugatan penggugat. Hal ini karena penerbitan HGU PT Buana Estate
telah sesuai dengan prosedur, demikian juga penerbitan sertifikat tidak cacat hukum. Majelis
hakim juga tidak menemukan fakta-fakta penelantaran lahan oleh PT Buana Estate.

- Menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara dan diberi waktu 14 hari untuk
menentukan apakah banding atau menerima putusan tersebut. Hal ini dikarenakan pihak
penggugat dalam perkara ini merupakan pihak yang kalah, maka sesuai dengan Pasal 110
UU No. 9 Tahun 2004, yaitu Pihak yang dikalahkan untuk seluruhnya atau sebagian
dihukum membayar biaya perkara.
Yang termasuk dalam biaya perkara ialah :

1. Biaya kepaniteraan dan biaya meterai;


2. Biaya saksi, ahli, dan alih bahasa dengan catatan bahwa pihak yang meminta
pemerik-saan lebih dari lima orang saksi harus membayar biaya untuk saksi yang
lebih itu meski-pun pihak tersebut dimenangkan;
3. Biaya pemeriksaan di tempat lain dari ruangan sidang dan biaya lain yang diperlukan
ba-gi pemutusan sengketa atas perintah Hakim Ketua Sidang.

Anda mungkin juga menyukai