Disusun oleh:
Inilah keadaan yang membuat peran pemerintah dengan birokrasinya tidak sensitif
terhadap nilai-nilai pembangunan, khususnya nilai keadilan yang sebetulnya merupakan
cerminan dari perilaku etis para birokrat yang harus dijunjung tinggi keberadaannya. Apalagi
bangsa Indonesia menempatkan nilai keadilan tersebut, sebagai tujuan daripada
pembangunan itu sendiri. Seharusnya pemerintah sudah menyadari peran yang harus
dijalani demi memenuhi dan/atau menjamin tujuan mendasar pembangunan ekonomi yang
telah dicita-citakan oleh pendiri bangsa kita dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.
Kebijakan-kebijakan ekonomi, cukup jelas dan bagus tetapi jika tidak ada pemerintah
yang adil maka tidak ada gunanya konsep-konsep yang brilian dalam kebijakan tersebut.
Karena akan selalu saja dimanipulasi dan dimanfaatkan demi kepentingan kelompok
tertentu yang diistimewakan sebagaimana pemaparan pada bagian sebelumnya. Maka dari
itu perlu pemerintah yang tidak berpihak atau pemerintah yang demokratis dan berkeadilan.
Untuk menempatkan pemerintah pada posisi yang tidak memihak, secara teoritis syarat
yang diperlukan adalah menciptakan struktur relasi yang seimbang di antara ketiga pemain
utama dalam proses pembangunan ekonomi. Atau istilah yang trend saat ini adalah
menyelenggarakan dan mengelola pemerintahan dan pembangunan dengan pendekatan
kemitraan. Kedudukan negara, pemilik modal, dan rakyat dalam posisi yang seimbang,
bukan dominasi negara dan pemilik modal saja, sehingga tidak berpotensi salah satu aktor
mendominasi aktor yang lain. Ketiganya harus check and balances.
Hal ini menjadi relevan, apabila kita melihat neoliberalisasi dan globalisasi yang
sudah masuk dan berkembang di tanah air saat ini, di mana modal atau pasar menjadi
instrumen yang sangat perkasa mengatur sirkulasi kemakmuran bersama, tanpa negara
diperbolehkan ikut campur. Padahal, dalam realitasnya, pasar tidak akan pernah berfungsi
dengan baik bila tidak didukung oleh infrastruktur fisik, sosial, mental, pendidikan, dan
organisasi; yang semuanya baru terwujud bila pemerintah ikut terlibat didalamnya (Thurow
(1996), dalam Yustika 2003).
2.4 Studi Kasus
Sejumlah narapidana korupsi kepergok memiliki fasilitas-fasilitas mewah, mulai AC
hingga TV layar datar, di dalam selnya. Kondisi itu berbeda jauh dengan kondisi napi umum
yang juga ada di Lapas Sukamiskin. Kondisi sel napi umum itu disorot Najwa Shihab dan
tim 'Mata Najwa' yang ikut sidak Ditjen PAS. Tayangan sidak itu ditayangkan di Trans7,
Rabu (25/7/2018) malam ini. Sel Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) hingga OC Kaligis terlihat
memiliki kamar mandi yang nyaman, lengkap dengan kloset duduk dan ruangan kamar yang
bersih. Ruangan sel itu sangat kontras dengan kondisi sel napi umum yang dijerat hukuman
7 tahun penjara karena kasus pacaran. Di dalam sel napi umum itu terlihat lebih gelap dan
kumuh dibanding sel para koruptor. Bahkan kamar mandi dengan kamar tidur hanya dibatasi
sehelai kain warna kuning sebagai gorden. Tak ada kloset duduk di toilet tersebut. Hanya
ada satu lemari kecil yang menjadi tempat menaruh sejumlah barang milik napi tersebut,
seperti botol-botol air mineral, piring, dan dispenser tak berlistrik. Menkum HAM Yasonna
Laoly pun mengakui ada perbedaan ruangan sel napi korupsi dengan sel napi umum.
Yasonna pun mengaku belum bisa memenuhi standar minimum sel pemasyarakatan.
Menurut Yasonna, alasan kesehatan yang masih ditoleransi yaitu untuk kursi (toilet) duduk
bagi narapidana yang sudah uzur. Dalam segi sanitasi sudah memenuhi syarat, akan tetapi
belum bisa memenuhi standar minimum sel pemasyarakatannya.
BAB III
KESIMPULAN
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mempunyai makna bahwa seluruh rakyat
Indonesia berhak mendapatkan keadilan baik dalam bidang hukum, ekonomi, politik dan
kebudayaan sehingga terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Bersikap adil
dilakukan terhadap sesama, menghormati hak-hak orang lain, menolong sesama,
menghargai orang lain, melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan
bersama. Konsep pancasila dirancang untuk menciptakan solidaritas masyarakat Indonesia,
namun jika kita hanya mementingkan diri kita sendiri tidak mau memperhatikan orang lain,
tidak mau membantu sesama yang membutuhkan, tidak bersikap adil dalam menyelesaikan
masalah, akhirnya tercipta sikap serakah yang membuat manusia itu sendiri terlena dengan
kesenangan dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Magnis, Franz dan Suseno. (2016). Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan
Modern. Jakarta: PT Gramedia
(https://books.google.co.id/books?id=8tNCDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=magnis+etika+poli
tik&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiU6v2emZfdAhUMRY8KHem1DPIQ6AEIKDAA#v=onepage&q&f=fa
lse)
Tim Pusat Studi Pancasila UGM. (2015). Membangun Kedaulatan Bangsa Berdasarkan
Nilai-nilai Pancasila. Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada
(https://books.google.co.id/books?id=N8ClCwAAQBAJ&pg=PA351&lpg=PA351&dq=keadilan+sosi
al+struktur+demokrasi+hak+asasi&source=bl&ots=tF-QGfWU4w&sig=1rulvomayQMSY3piu-
IfpN8ygxU&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj7zpyLipfdAhVJLY8KHYWrAsQQ6AEwA3oECAcQAQ#v=o
nepage&q=keadilan%20sosial%20struktur%20demokrasi%20hak%20asasi&f=false)
Frederickson, H.George. 1997. The Spirit of Public Administation. San Fransisco: Jossey-
Bass Publishers.
Yustika, Ahmad Erani. 2003. Negara Versus Kaum Miskin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
https://news.detik.com/berita/4133661/beda-banget-ini-perbandingan-sel-napi-umum-
koruptor-di-sukamiskin (Diakses Tanggal 17 November 2018. Pukul 16.32)