Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

“TRIASE KEGAWATDARURATAN”

Laporan pendahuluan ini disusun untuk memenuhi tugas Pra-Klinik Keperawatan Gawat
Darurat dan Kritis Semester VII

Di susun oleh:

CINDY KARMILA 11151040000105

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018

1
TRIASE KEGAWATDARURATAN

A. SISTEM TRIASE
1. Definisi
Triase (Triage) berasal dari kata perancis yang berarti “menyeleksi”. Dulu
istilah ini dipakai untuk menyeleksi buah anggur untuk membuat minuman anggur
yang bagus atau memisahkan biji kopi sesuai kualitasnya. Triase bencana adalah suatu
sistem untuk menetapkan prioritas perawatan medis berdasarkan berat ringannya
suatu penyakit atau tingkat kedaruratannya, agar dapat dilakukan perawatan medis
yang terbaik kepada korban sebanyak-banyaknya, di dalam kondisi dimana tenaga
medis maupun sumber-sumber materi lainnya serba terbatas (Zailani dkk, 2009).
Menurut Pusponegoro (2010), triase berasal dari bahasa Prancis trier bahasa
inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu
proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan
berat ringannya kondisiklien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam
triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji
keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu < 10 menit.
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas
penanganan dan sumber daya yang ada (Wijaya, S, 2010).

2. Tujuan
a. Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera, ini ke perawatan
yang dilakukan di lapangan.
b. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan.
c. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan, inilah tiga alasan dan
tujuan dilakukannya triase gawat darurat PPGD.

2
3. Prinsip
Prinsip-prinsip triase yang utama sekali harus dilakukan adalah :
a. Triase umumnya dilakukan untuk seluruh pasien
b. Waktu untuk triase per orang harus lebih dari 30 detik  Prinsip utama triase
adalah melaksanakan prioritas dengan urutan “nyawa” > “fungsi” >
“penampilan”.
c. Pada saat melakukan triase, maka kartu triase akan dipasangkan kepada korban
luka untuk memastikan urutan prioritasnya. (Zailani, dkk, 2009).
Triase dilakukan berdasarkan observasi terhadap 3 hal, yaitu :
 Pernafasan (respiratory)
 Sirkulasi (perfusion)
 Status mental (mental state)

Dalam pelaksanaannya biasanya dilakukan tag label triase (label berwarna) yang
dipakai oleh petugas triase untuk mengidentifikasi dan mencatat kondisi untuk
tindakan medis terhadap korban.

4. Metode dan Pelaksanaan Triase


Simple Triage and Rapid Treatment (START) adalah metode yang telah
dikembangkan atas pemikiran bahwa Triase harus “akurat”, “cepat”, dan “universal”.
Metode tersebut menggunakan 4 macam observasi yaitu, “bisa berjalan”, “bernafas”,
“sirkulasi darah”, dan “tingkat kesadaran” untuk menentukan tindakan dan penting
sekali bagi seluruh anggota medis untuk mampu melakukan Triase dengan metode ini
(Zailani, dkk, 2009).
Untuk alur pelaksanaan triase pada korban bencana massal, dapat dilihat pada
kema berikut :

3
5. Kategori
Korban yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan prioritas utama
dalam pengobatan medis diberi kartu merah. Korban yang dapat menunggu untuk
beberapa jam diberi kartu kuning. Sedangkan korban yang dapat berjalan sendiri
diberi kartu hijau. Korban yang telah melampaui kondisi kritis dan kecil
kemungkinannya untuk diselamatkan atau telah meninggal diberi kartu hitam. Dalam

4
kondisi normal, pasien yang sudah diambang kematian dapat diselamatkan dengan
pengobatan yang serius walaupun kemungkinannya sangat kecil. Para petugas medis
yang sudah terbiasa memberikan pelayanan medis yang maksimal dan pantang
menyerah terhadap pasien dengan kondisi seperti itu,mungkin akan dihinggapi
perasaan berdosa saat memberikan kartu hitam kepada korban. Disinilah letak
perbedaan antara pengobatan darurat dengan prinsip :terbaik untuk satu orang” dan
pengobatan bencana dengan prinsip “terbaik untuk semua” (Zailani, dkk, 2009).
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yng mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.
Untuk lebih jelasnya, kategori triase dapat kita lihat pada tabel berikut ini :

PRIOR KONDISI
WARNA KODE KATEGORI
ITAS
Memerlukan pengobatan dengan
segera karena dalam kondisi yang
Prioritas
sangat kritis yaitu tersumbatnya
Merah I pertama
1 jalan nafas, dyspnea, perdarahan,
pengobatan
syok, hilang kesadaran.

Pengobatan mereka dapat ditunda


Bisa untuk beberapa jam dan tidak akan
Kuning II menunggu berpengaruh terhadap nyawanya,
2
pengobatan tanda-tanda vital stabil

Mayoritas korban luka yang dapat


berjalan sendiri mereka dapat
Hijau III Ringan
3 melakukan rawat jalan

Korban sudah meninggal ataupun


Meninggal/
tanda-tanda kehidupannya terus
Hitam 0 tidak dapat
4 menghilang
diselamatkan

B. SISTEM TRIASE
1. Definisi
Adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi
keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spirtual yang
komprehensif ditujukan kepadaklien/pasien yang mempunyai masalah aktual atau

5
resiko yang mengancam kehidupan, terjadi secara mendadak atau tidak dapat
diperkirakan, dan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dikembangkan sedemikian rupa
sehingga mampu mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi.

2. Kasus Kegawatdaruratan
a. Pasien Gawat dan Darurat
Yaitu pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan terancam nyawanya.
Contoh kasus : pada pasien IMA (Infark Miokard Acute).
b. Pasie n Gawat Tidak Darurat
Yaitu pasien yang berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat.
Contoh kasus : pasien dengan karsinoma (kanker)
c. Pasien Tidak Gawat Tapi Darurat
Yaitu pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam
nyawa.
Contoh kasus : seseorang yang baru saja digigit ular
d. Pasien Tidak Gawat dan Tidak Darurat
Yaitu pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kegawatdaruratan.
Contoh kasus : batuk pilek
e. Pasien DOA (Death On Arrival)
Yaitu pasien yaitu pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan
meninggal.
Contoh kasus : pasien meninggal

3. Penyelesaian Masalah Primer pada Kasus


Yaitu dengan menggunakan pengkajian primer :
a. Airway
Mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol
servikal. Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
 Chin lift/jaw trust
 Suction/hisap

6
 Guedel airway
 Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.

b. Breathing
Mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi
adekuat. Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi/aspirasi,
whezing, sonor, stidor/ngorok, ekspansi dinding dada.

c. Circulation
Mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan. TD dapat normal atau
meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal
pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis
pada tahap lanjut.

d. Disability
Mengecek status neurologi. Menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya
respon terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan
mengukur GCS.

e. Eksposure
Environmental control. Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat
dicari semua cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau
tulang belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan.

Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang


mengancam nyawa pasien dilakukan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10
detik), difokuskan pada Airway Breathing Circulation (ABC).

7
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., and Geissler, A.C. 2009. Nursing Care Plans: Guidelines
for Planning and Documentating Patientcare. (I Made K. dan Ni Made S.,
Penerjemah). Philadelphia: F.A. Davis Company.

Kartikawati, D. 2011. Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:


Salemba Medika.

Kathleen, O. S., McLain, J, K., & Scheetz, L, J. 2014. Panduan Belajar Keperawatan
Emergensi. Jakarta: EGC.

Pusponegoro, D Aryono. 2010. Buku Panduan Basic Trauma and Cardiac Life Support.
Jakarta: Diklat Ambulance AGD 118.

Wijaya, S. 2010. Konsep Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar: PSIK Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.

Zailani. 2009. Keperawatan Bencana. Banda Aceh: Forum Keperawatan Bencana.

Anda mungkin juga menyukai