Alhamdulillah.. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis telah mampu menyelesaikan laporan yang berjudul
“Perencanaan Struktur Bendung”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur
mata kuliah Irigasi dan Bangunan Air 2. Irigasi merupakan usaha penyediaan dan
pengaturan air untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan disamping itu air irigasi bisa
juga digunakan untuk keperluan lain seperti untuk air baku, penyediaan air minum,
pembangkit tenaga listrik, keperluan industri, perikanan, untuk penggelontoran riol-riol di
dalam kota (teknik penyehatan), dan lain-lain. Dalam laporan ini, bagian perencanaan
irigasi meliputi:
1. Penentuan lebar bendung efektif.
2. Penentuan elevasi mercu Bendung.
3. Penentuan Tinggi Bendung.
4. Penentuan tinggi muka air banjir diudik bendung (H1).
5. Penentuan nilai jari-jari mercu bendung, kemiringan bendung dihulu dan hilir bendung
6. Perhitungan bangunan peredam energi dan skema gambar bendung.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan laporan ini banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Ilyas Sadad ST., MT selaku dosen mata kuliah Irigasi dan Bangunan Air 2 yang
telah membimbing dan memberikan materi perkuliahan;
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan baik secara moril maupun materil;
3. Rekan-rekan seangkatan yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan penyusunan laporan ini;
4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Laporan ini bukanlah hasil
yang sempurna karena masih banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun
sistematika penyusunannya.
Oleh karena Laporan Perencanaan Bendung, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun. Akhirnya semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi
penyusun umumnya bagi pembaca. Aamiin..
Kata Pengantar............................................................................................................................. i
BAB 1 PENDAHULUAN
2.2 Bendung
BAB 5 PENUTUP
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisis
kerusakan bendung lama dan merencanakan mercu bendung baru pada Bendung
Sunggam disesuaikan dengan Standar Perencanaan Irigasi (Kriteria Perencanaan Irigasi
02).
1.3.Manfaat
Dalam mencapai maksud dan tujuan dari penyusunan makalah beserta ruang
lingkupnya, maka disusun dasar teori atau metodologi dalam penyusunan agar didapatkan
hasil yang baik, optimal dan sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.
Berikut beberapa kajian yang dilengkapi dengan teori dasar yang telah menjadi
referensi yang berkesinambungan dan saling terkait mengenai garis besar tingkatan
Perencanaan bendung.
2.2 Bendung
2.2.1 Pengertian Bendung
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi meninggikan muka air
sungai agar bisa di sadap. Bendung merupakan salah satu dari bagian bangunan utama.
Bangunan utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri dari bagian-
bagian: Bendung (weir structure), bangunan pengelak (diversion structure), bangunan
pengambilan (intake structure), bangunan pembilas (flushing structure), dan bangunan
kantong lumpur (sediment trapstructure).Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 03-
2401-1991 tentang pedoman perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk bangunan di
sungai adalah bangunan ini dapat didesain dan dibangunan sebagai bangunan tetap,
bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran
dan angkutan muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya, air
dapat dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhannya. Definisi bendung
menurut analisa upah dan bahan BOW (Burgerlijke Openbare Werken), bendung adalah
bangunan air (beserta kelengkapannya) yang dibangun melintang sungai untuk
meninggikan taraf muka air sehingga dapat dialirkan secara gravitasi ke tempat yang
membutuhkannya. Fungsi utama dari bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka
air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat
bangunan pengambilan (intake structure), dan untuk mengendalikan aliran,angkutan
sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman, efisien, dan
optimal, (Mawardi & Memet, 2010).
Berdasakan sifat dari konstruksinya, Bendung dibedakan atas 2(dua) tipe:
1. Bendung Sederhana (tidak permanen).
2. Bendung Permanen (Teknis).
Bendung Jejeruk merupakan salah satu type bendung permanen. Berikut merupakan
pembagian jenis-jenis bendung permanen:
1. Bendung Tetap ( fix weir ), Merupakan jenis bendung yang elevasi mercunya
tetap, sehingga elevasi muka air tidak bisa diatur.
2. Bendung Gerak ( Barrage ), merupakan bendung dengan elevasi mercu yang
tidak tetap ( bisa digerakkan), atau dilengkapi dengan alat pengatur / pintu,
sehingga dapat mengatur elevasi muka air.
c. Bendung Karet
Alat pengatur dari Bendung Karet, dapat dikembang kempiskan sesuai kebutuhan, yaitu
dengan menambah atau mengurangi isinya. Isi Bendung karet bisa dari air atau udara.
Bendung tetap yang terbuat dari pasangan batu untuk keperluan irigasi terdiri atas berbagai
komponen, yaitu:
1. Tubuh bendung, antara lain terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung dengan
bangunan peredam energinya. Terletak kurang lebih tegak lurus arah aliran sungai saat
banjir dan sedang. Maksudnya agar arah aliran utama menuju bendung dan yang keluar
dari bendung terbagi merata, sehingga tidak menimbulkan pusaran-pusaran aliran di udik
bangunan pembilas dan intake.
2. Bangunan intake, antara lain terdiri dari lantai/ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar
penempatan pintu, saringan sampah, jembatan pelayan, rumah pintu dan perlengkapan
lainnya. Bangunan ini terletak tegak lurus (90°) atau menyudut (45°-60°) terhadap sumbu
bangunan bilas. Diupayakan berada di tikungan luar aliran sungai, sehingga dapat
mengurangi sedimen yang akan masuk ke intake.
3. Bangunan pembilas, dengan indersluice atau tanpa indersluice, pilar penempatan pintu,
saringan sampah, pintu bilas, jembatan pelayan, rumah pintu, saringan batu dan
perlengkapan lainnya. Terletak berdampingan dan satu kesatuan dengan intake, di sisi
bentang sungai dan bagian luar tembok pangkal bendung, dan bersama-sama dengan
intake, dan tembok pangkal udik yang diletakkan sedemikian rupa dapat membentuk
suatu tikungan luar aliran (coidal flow). Aliran ini akan melemparkan angkutan sedimen
ke arah luar intake/bangunan pembilas menuju tubuh bendung, sehingga akan mengurangi
jumlah angkutan sedimen dasar masuk ke intake.
4. Bangunan pelengkap lain yang harus ada pada bendung antara lain yaitu tembok pangkal,
sayap bendung, lantai udik dan dinding tirai, pengarah arus tanggul banjir dan tanggul
penutup atau tanpa tanggul, penangkap sedimen atau tanpa penangkap sedimen, tangga,
penduga muka air, dan sebagainya. (Mawardi dan Memet 2010).
1. Kondisi topografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu:
a. Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi.
b. Trase saluran induk terletak di tempat yang baik.
2. Kondisi hidrologi dan morfologi
a. Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir.
b. Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir.
c. Tinggi muka air pada debit banjir rencana.
d. Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
3. Kondisi tanah pondasi
Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup baik sehingga
bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi
kegempaan dan potensi gerusan karena arus dan sebagainya.
4. Biaya pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor penentun
pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula dari
segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.
Menghitung stabilitas bendung harus di tinjau pada saat kondisi normal dan
ekstrem seperti kondisi saat banjir. Bangunan akan stabil bila dilakukan, kontrol terhadap
gaya-gaya yang bekerja tidak menyebabkan bangunan bergeser, terangkat atau terguling,
ada beberapa gaya yang harus dihitung untuk mengetahui stabilitas bendung. Gaya-gaya
yang bekerja pada bangunan yang penting pada perencanaan adalah:
1. Tekanan air gaya hidrostatis
2. Gaya tekanan uplift
3. Tekananan lumpur
4. Gaya gempa
5. Berat sendiri bangunan
Selanjutnya gaya-gaya yang bekerja pada bangunan itu dianalisis dan di kontrol
stabilitasnya terhadap faktor-faktor keamanannya.
Analisis hidrolis bendung meliputi tubuh bendung itu sendiri dan bangunan-
bangunan pelengkap sesuai dengan tujuan bendung. Perhitungan struktur bendung
dimulai dengan analisis saluran yaitu saluran induk/primer, pintu romijn, saluran kantong
lumpur, saluran penguras kantong lumpur dan saluran intake. Dari saluran intake ini dapat
diketahui elevasi muka air pengambilan, dimana elevasi ini digunakan sebagai acuan
dalam menentukan tinggi mercu bendung.
Gambar 2.7. Skema Bendung Tetap, Intake Kiri dengan Kantong Lumpur.
Keterangan :
1. Mercu bendung.
2. Pintu penguras bendung.
3. Lantai muka.
4. Lembah sayap.
5. Kantong lumpur.
6.Pintu penguras kantong lumpur.
7. Pilar.
8. Pintu pengambilan.
9. Lantai olakan.
10. Dinding tegak.
11. Pintu pengambilan saluran.
Di mana:
B = lebar efektif bendung (m)→ (Be1+Be2+Be3)
B = lebar mercu sebenarnya (m)→ (B1+B2+B3)
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
n = jumlah pilar
He1= tinggi energi (m)
Untuk tipe mercu bendung di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe mercu,
yaitu tipe Ogee dan tipe bulat. Kedua bentuk mercu tersebut dapat dipakai untuk
konstruksi beton maupun pasangan batu atau bentuk kombinasi dari keduanya.
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai ini akan
banyak memberikan keuntungan karena bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air
hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung streamline
dan tekanan negatif ada mercu.
Di mana:
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit (Cd = C)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt)
b = panjang mercu (m)
H1 = tinggi di atas mercu (m)
C0 = fungsi H/r (lihat Gambar 2.10)
C1 = fungsi p/H1 (lihat Gambar 2.12)
C2 = fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu bendung
mempunyai harga maksimum 1,49 jika H/r lebih dari 5,0 ( lihat Gambar 2.10)
Gambar 3.3. Tekanan pada Mercu Bendung Bulat sebagai Fungsi Perbandingan H1/r
Gambar 3.4. Harga Koefisien C0 untuk Bendung Ambang Bulat sebagai FungsiPerbandingan H1/r
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi.
Oleh karena itu mercu tidak akan memberikan tekanan subatmosfer pada permukaan
mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana. Untuk debit yang lebih
rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada mercu. Untuk merencanakan
permukaan mercu Ogee bagian hilir U.S Army Corps of Engineers mengembangkan
persamaan :
Di mana:
X dan Y = koordinator-koordinator permukaan hilir
hd = tinggi rencana di atas mercu
k dan n = koefisien kemiringan permukaan hilir
Tabel 3.3 Harga – harga K dan n
Faktor koreksi C1 disajikan dalam Gambar 2.16 dan sebaiknya dipakai untuk berbagai
tinggi bendung di atas dasar sungai.
Gambar 3.9. Faktor Koreksi untuk Selain Tinggi Energi Rencana pada BendungMercu Ogee
(Menurut Van De Chow, Berdasarkan Data USBR dan WES)
Persamaan tinggi energi di atas mercu (H1) menggunakan rumus debit bendung
dengan mercu bulat, yaitu:
Gambar 3.10. Elevasi Air di Hulu dan Hilir Bendung
Kolam olak adalah suatu bangunan berupa olak di hilir bendung yang berfungsi untuk
meredam energi yang timbul di dalam aliran air superkritis yang melewati pelimpah.
Jika kedalaman konjungsi hilir dari loncat air terlalu tinggi dibanding kedalaman
air normal hilir, atau kalau diperkirakan akan terjadi kerusakan pada lantai kolam yang
panjang akibat batu-batu besar yang terangkut lewat atas bendung, maka dapat dipakai
peredam energi yang relatif pendek tetapi dalam.
Kolam olak tipe bak tenggelam telah digunakan pada bendung-bendung rendah
dan untuk bilangan-bilangan Froude rendah. Bahan ini diolah oleh InstitutTeknik
Hidrolika di Bandung untuk menghasilkan serangkaian perencanaan untukkolam dengan
tinggi energi rendah ini. Dapat dihitung dengan rumus:
Di mana :
hc = kedalaman air kritis (m)
q = debit per lebar satuan (m3/dt.m)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt)
c. Kolam Vlughter
Kolam vlughter dikembangkan untuk bangunan terjun di saluran irigasi. Batas-
batas yang diberikan untuk Z/h 0,5; 2,0; 15,0 dihubungkan dengan bilangan Froude.
Bilangan Froude itu diambil dalam Z di bawah tinggi energi hulu. Kolam vlughter bisa
dipakai sampai beda tinggi energi Z tidak lebih dari 4,50 m.
Untuk faktor ß dapat diambil dari Gambar grafik di bawah, dan faktor ξ diambil antara
0,003 dan 0,08. Harga ρ pada umumnya diambil 0,15.
Gambar 3.14. Grafik Faktor ß
Di mana :
Lw = panjang garis rembesan (m)
S Lv = panjang creep line vertikal (m)
S Lh = panjang creep line horisontal (m)
Faktor Rembesan / creep ratio (Cw) = S Lw / ∆Hw dimana, Cw > C (aman).
Tabel 3.4 Harga-harga Minimum Angka Rembesan Lane (CL)
Untuk menentukan tebal lantai kolam olak harus ditinjau pada dua kondisi yaitu
pada kondisi air normal dan kondisi air banjir.
PENUTUP
1. Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka air
sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan utama. Fungsi
utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka air dari sungai
yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan
(intake structure).
2. Bendung terdiri atas dua type yaitu type Bendung Ogee dan Type Bendung Bulat. Dalam
pengerjaan ini menggunakan type bendung bulat karena letak geografis lokasi nya yang cukup
tepat.
3. Umumnya mercu bendung berbentuk bulat atau Ogee. Kedua bentuk ini cocok untuk beton
atau pasangan batu kali. Mercu berbentuk Ogee adalah berbentuk lengkung memakai persamaan
matematis, sedikit rumit dilaksanakan, tetapi memberikan sifat hiraulis yang baik, bentuk gemuk
dan kekar, menambah stabilitas.
4. Jaringan Irigasi adalah suatu komponen inti yang sangat memerlukan perhatian khusus dalam
melakukan pembangunan lahan, tetapi kualitas dan kuantitas dari jaringan irigasi terkadang
sering tidak seimbang, maka disamping perlu partisipasi dari masyarakat pengguna irigasi
tersebut , perlu peran serta kita sebagai kaum intelektual yang menguasai ilmu jaringan irigasi
untuk membantu memantau dan memelihara jaringan irigasi yang ada, dan seperti yang kita
ketahui daerah irigasi Way Sukadana belum memiliki jaringan irigasi konfensional sebelumnya.
Dan salah satu kendala alam yang memerlukan perhatian khusus salah satu nya adalah kontur
dari DAS Way Sukadana yang memiliki variasi ketinggian yang cukup banyak.
Rekomendasi
Bendung Type Bulat di rekomendasikan menggunakan Tanggul Banjir setinggi 1,5m Untuk
mencegah terjadinya luapan banjir di hulu bendung dan mengarahkan aliran banjir.
Saran
1. Dalam perencanaan suatu bangunan air seperti bendung, perlu memperhatikan pemilihan
lokasi yang tepat berdasarkan faktor-faktor, seperti keadaan topografi, keadaan hidrologi, kondisi
topografi, kondisi hidraulik dan morfologi, kondisi tanah serta biaya perencanaan. Selain itu,
pemilihan tipe bendung yang tepat dan perlu memperhatikan stabilitas bendung tersebut.
2. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil dan batu-batu
dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.
3. Sering seringlah asistensi supaya lebih paham dan mengerti tentang bangun bendun dan materi
irigasi bangunan air
Daftar Pustaka