Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Rumah Sakit dalam sejarahnya disebutkan sebagai satu lembaga


kemanusiaan yang memiliki nilai-nilai dan martabat luhur. Dalam hal ini berarti
nilai-nilai moral serta nilai-nilai formal yang normatif menjadi salah satu kebijakan
utamanya. Selain hal tersebut, Rumah Sakit juga merupakan tempat berkumpulnya
banyak orang, sehingga perlu adanya pengaturan dan peraturan guna menjaga tetap
eksisnya akan nilai-nilai mulia tersebut diatas.

Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Jatinom sebagai salah satu rumah sakit
yang merupakan bagian dari perumah sakitan di Indonesia khususnya dan dunia pada
umumnya, tidak luput harus juga memegang nilai-nilai mulia sebagaimana yang
dituliskan diatas. Karena itu Rumah Sakit RSU PKU Muhammadiyah Jatinom
membuat Pedoman Kode Etik Rumah Sakit RSU PKU Muhammadiyah Jatinom
sebagai upaya menjunjung tinggi prinsip-prinsip nilai moral dan nilai formal yang
normatif di RS

Kami menyadari pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan, karenanya


masukan-masukan dan kritik yang membangun akan dengan senang hati kami terima
serta kami pelajari. Harapan kami semoga Pedoman Kode Etik Rumah Sakit RSU
PKU Muhammadiyah Jatinom ini bermanfaat bagi kebaikan serta kemajuan RS
termasuk seluruh orang yang terlibat didalamnya.

Tak lupa ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada semua pihak yang
telah memberikan kontribusi dan bantuannya baik langsung maupun tidak langsung
sehingga tersusunnya Pedoman Kode Etik RSU PKU Muhammadiyah Jatinom.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan pelayanan kesehatan di rumah sakit
semakin pesat dan melibatkan berbagai profesi, baik profesi kesehatan maupun non
kesehatan. Pelayanan kesehatan yang canggih harus diikuti pula dengan peradaban
yang senantiasa menjaga cita-cita luhur profesi tenaga kesehatan dan pelayanan
kesehatan rumah sakit.
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang melibatkan banyak profesi di
dalamnya. Tujuan utama dari rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang
bermutu tinggi kepada para pelanggannya. Pelayanan tersebut dapat terwujud
melalui interaksi berbagai profesi yang bekerja pada rumah sakit, ditunjang dengan
berbagai peralatan, baik peralatan medik maupun non medik, yang sederhana sampai
peralatan canggih.
Adanya interaksi antar manusia yang terjadi dalam lingkup pelayanan rumah
sakit, maupun interaksi dengan para pelanggan, memerlukan suatu pengaturan agar
interaksi yang terjadi dapat selaras dan tidak ada pihak yang dirugikan. Salah satu
bentuk pengaturan yang diperlukan adalah ditetapkannya etika bagi seluruh sumber
daya manusia rumah sakit, sehingga akan menumbuhkan rasa saling percaya dengan
landasan saling menghargai.
Etika Pegawai Rumah Sakit diperlukan sebagai pengaturan interaksi yang
terjadi dalam pelayanan profesi dalam melaksanakan tugas masing-masing,
disamping Etika Profesi sebagai pedoman tenaga kesehatan dalam melaksanakan
profesinya. Etika Pegawai Rumah Sakit merumuskan norma moral dasar bagi
seluruh sumber daya manusia rumah sakit, yang mengacu dari etika umum yang
berlaku universal.

B. Tujuan
Sebagai pedoman yang memuat rangkuman nilai-nilai dan norma yang
dijadikan pegangan oleh setiap pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom dalam
melaksanakan tugas profesinya dan saat berinteraksi dengan pelanggan, baik
pelanggan eksternal, internal maupun perantara.
BAB II
ETIKA, ETIKET, DISIPLIN DAN HUKUM

A. Definisi
Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani: ethos artinya adat, tata akhlak, watak, sikap, cara
berfikir, lebih mengarah ke moral

Adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai-nilai dan tindakan moral. Dengan kata
lain etika merupakan suatu metode pencaharian yang membantu manusia untuk
memahami moralitas perilaku manusia.

Seperangkat nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok untuk mengatur tingkah lakunya.
Etiket

Berasal dari bahasa inggris : Ethics dan perancis ; etuquette yang artinya sopan
santun.
Banyak kalangan berpendapat pengertian etika dan etiket sama. Padahal kalau ditelusuri
baik hakekat dan lahirnya, etiket dan etika memiliki perbedaan
ETIKA ETIKET

1. Bahasa Yunani: Ethos. 1. Bahasa Inggris: Ethics, Perancis:


2. Menyangkut apakah suatu perbuatan Etiquette.
boleh dilakukan. 2. Menyangkut cara melakukan sesuatu
3. Berlaku kapan saja walaupun tidak kepada orang lain.
ada saksi. 3. Berlaku hanya kalau ada saksi
4. Bersifat absolud. disekitarnya.
5. Memandang manusia dari lahir dan 4. Bersifat relatif.
batin 5. Memandang manusia dari lahirnya.

Persamaan Antara Etika Dan Etiket :


1. Mengkaji perilaku manusia
2. Mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku
dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan.
B. Etika RS
Prinsip Etika Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom adalah :
1. Prinsip KEPATUHAN PERATURAN
2. Prinsip KERAHASIAAN
3. Prinsip KEBENARAN PENCATATAN
4. Prinsip KEJUJURAN
5. Prinsip KEHORMATAN PROFESI
6. Prinsip TANGGUNG JAWAB SOSIAL
7. Prinsip KESELARASAN KEPENTINGAN
8. Prinsip KETERBATASAN KETERANGAN
9. Prinsip PERSAMAAN PERLAKUAN
10. Prinsip KEBERSIHAN DIRI

URAIAN
1. Prinsip KEPATUHAN PERATURAN
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom memiliki prinsip untuk selalu
patuh, taat dan menghormati seluruh peraturan perundangan yang berlaku.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom wajib mengetahui, mematuhi dan
melaksanakan seluruh peraturan perundangan yang berlaku sesuai dengan
profesi masing-masing.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom wajib mengetahui, mematuhi dan
melaksanakan seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di lingkungan RSU
PKU Muhammadiyah Jatinom
2. Prinsip KERAHASIAAN
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom berkewajiban menjaga dan
melindungi segala informasi yang diketahuinya tentang rumah sakit, dan
dilarang menyampaikan informasi kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan
manajemen rumah sakit.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom berkewajiban menjaga dan
melindungi kehormatan para pelanggan rumah sakit, dengan tidak menyebar
luaskan hal-hal yang diketahuinya berkaitan dengan kondisi kesehatan atau hal-
hal yang bersifat pribadi.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom berkewajiban menyimpan dan
menjaga agar dokumen yang memuat data-data pelanggan tidak berada pada
yang tidak berhak.
3. Prinsip KEBENARAN PENCATATAN

 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom dalam melaksanakan tugas dan


kewajibannya senantiasa melaksanakan pencatatan sesuai ketentuan yang berlaku dengan
data yang sesungguhnya dan dapat dipertanggung jawabkan secara profesional.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom dalam melaksanakan pencatatan selalu
lengkap, benar dan tepat waktu.
4. Prinsip KEJUJURAN
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom menjunjung tinggi kejujuran dalam
menjalankan tugas profesinya, dengan tidak melakukan manipulasi terhadap data ataupun
kejadian yang sesungguhnya terjadi.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom selalu terbuka dalam menerima saran dan
kritik yang positif demi peningkatan kompetensi dan mutu pelayanan.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom dalam melaksanakan kewajibannya tidak
menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk kepentingan pribadi.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom tidak menggunakan dana, fasilitas dan
barang milik rumah sakit untuk kepentingan pribadi tanpa tata cara dan prosedur yang
berlaku.
5. Prinsip KEHORMATAN PROFESI
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom senantiasa memahami, menjunjung tinggi
dan melaksanakan Etika Profesi masing-masing dan Etika Rumah Sakit.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom tidak menerima hadiah atau imbalan berupa
apapun untuk melanggar peraturan dan prinsip kerahasiaan perusahaan dan pasien.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom senantiasa menjaga kehormatan dan
keluhuran profesinya dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan pelanggan rumah
sakit.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom selalu berupaya menjaga dan meningkatkan
kompetensinya agar dapat memberikan pelayanan profesional terbaik kepada para
pelanggan.

6. Prinsip TANGGUNG JAWAB SOSIAL


 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom senatiasa perduli pada kepentingan pasien,
pelanggan dan rekan kerjanya.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom memiliki tanggung jawab moral untuk tidak
menyebar luaskan informasi yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial pasien,
pelanggan dan rekan kerjanya.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom tidak melaksanakan pemasaran untuk
meningkatkan kinerja rumah sakit melalui upaya menjatuhkan nama baik dokter, rumah
sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain/pesaing.

7. Prinsip KESELARASAN KEPENTINGAN

 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom dalam melaksanakan tugas dan


kewajibannya selalu berorientasi dan mengutamakan kepuasan pelanggan yang dilayani.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom senantiasa loyal terhadap kepentingan rumah
sakit, dan tidak melaksanakan kegiatan ataupun usaha yang dapat merugikan rumah sakit.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom dalam memberikan pelayanan senantiasa
memperhatikan dan mengindahkan hak-hak pasien.

8. Prinsip KETERBATASAN KETERANGAN


 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom dalam memberikan keterangan senantiasa
berlandaskan pada kewenangan yang dimiliki, sehingga tidak dibenarkan menyampaikan
informasi yang diketahuinya namun bukan merupakan kewenangannya kepada pihak lain
yang tidak berhak.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom dalam menyampaikan penjelasan dan
keterangan selalu berlandaskan azas kepatutan dan profesionalisme, dan tidak memberikan
opini pribadi terhadap informasi yang disampaikan.

9. Prinsip PERSAMAAN PERLAKUAN


 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom dalam melaksanakan tugas profesinya tidak
membedakan pelanggan berdasarkan ras, agama, golongan atau keadaan sosial ekonomi
pelanggan.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom dalam memberikan pelayanan senantiasa
berlandaskan pada hati nurani, sehingga selalu berorientasi pada bagaimana dirinya ingin
diperlakukan.
10. Prinsip KEBERSIHAN DIRI
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom senantiasa memperhatikan dan menjaga
penampilan fisiknya agar layak dalam interaksi dengan orang lain saat melaksanakan tugas
dan kewajibannya.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom selain menjaga penampilan fisiknya,
senantiasa menjaga hati dan nuraninya dengan melaksanakan kewajiban ibadah sesuai
ketentuan agama dan kepercayaan masing-masing.
 Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Jatinom tidak melakukan perbuatan tercela, baik
yang diatur tertulis maupun tidak tertulis yang merupakan norma yang telah diterima
masyarakat.

C. Etiket RS
Etiket dalam berkomunikasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu

1. secara langsung
2. secara tidak langsung

 Etiket berkomunikasi secara langsung

1. Pada senior

 Berusaha untuk menyapa terlebih dahulu.


 Berbicaralah dengan menggunakan kata-kata yang sopan, jelas,dan ramah.
 Berbicara dengan menggunakan intonasi suara yang sesuai, tidak terlalu keras, tidak
terlalu pelan, tidak terlalu cepat.
 Tidak mengeluarkan bunyi-bunyian atau gerakan yang tidak diperlukan. Contoh : tidak
menggoyangkan kaki, mengetukkan jari/pulpen, menggaruk-garuk kepala, mengunyah
sesuatu, dll.
 Tidak memotong pembicaraan saat senior sedang berbicara, baik saat senior sedang
berbicara dengan pasien ataupun dengan kita.
 Jika memungkinkan sebelum berbicara menggunakan kata ”maaf”.
 Menggunakan kata sapa seperti : bapak, ibu, dokter, mbak, dll. Lalu dilanjutkan dengan
namanya jika kita mengetahui namanya.
 Berusaha untuk mempertahankan kontak mata, mendengarkan secara aktif, dan berusaha
untuk menjawab jika diajukan suatu pertanyaan dengan singkat,jelas, dan tidak berbelit-
belit.

2. Pada sesama
 Berusaha untuk menyapa terlebih dahulu.
 Berbicara dengan menggunakan kata-kata yang sopan, jelas,dan ramah.
 Tidak menggunakan kata sapa yang kurang sopan, seperti : gue, elo, dll.
 Berbicara dengan menggunakan intonasi suara yang sesuai, tidak terlalu keras, tidak
terlalu pelan, tidak terlalu cepat.
 Tidak membicarakan kejelekan atau kesalahan sesama karyawan baik yang dalam satu
departemen ataupun berlainan departemen

3. Pada yunior

 berbicara dengan menggunakan kata-kata yang sopan, jelas,dan ramah.


 berbicara dengan menggunakan intonasi suara yang sesuai, tidak terlalu keras, tidak
terlalu pelan, tidak terlalu cepat.
 Tidak membentak-bentak saat yunior melakukan kesalahan

 Etiket berkomunikasi secara tidak langsung


1. Tertulis

2. Telepon
 Mulailah pembicaraan di telepon dengan mengucapkan salam, memperkenalkan diri, dan
ucapan siap membantu. Contoh : ”selamat siang , dengan (nama) ada yang bisa saya
bantu”
 Gunakanlah kata-kata yang sopan, baik, dan jelas.
 Usahakan untuk memberikan suasana yang akrab dengan menggunakan kata panggilan
seperti Bapak, Ibu dll.
 Dengarlah pembicaraan si penelepon dengan seksama, penuh perhatian, jangan
memotong pembicaraan.
 Jika ada yang menitip pesan, catatlah pesan-pesan penting yang disampaikan dan
sampaikan pada orang yang bersangkutan.
 Gunakanlah kata-kata ”terima kasih” saat akan mengakhiri pembicaraan di telepon.
 Tidak membiarkan telepon berdering lebih dari 3 kali.
 Tidak membiarkan orang menunggu terlalu lama saat dalam menu ”hold”
 Dilarang menerima/menggunakan telepon untuk kepentingan pribadi.
 Etiket saat menggunakan/berada di fasilitas umum
1. Koridor
 Usahakan untuk menyapa setiap orang yang berpapasan di koridor rumah sakit
 Tidak makan/minum di koridor rumah sakit
 Tidak berhenti atau jalan bergerombol yang berakibat menghalangi akses orang lain.

2. Restoran/cafe
 Tidak bicara/mengobrol terlalu keras yang akan mengakibatkan orang lain terganggu
 Usahakan agar saat makan tidak berdecak.
 Jangan terlalu lama duduk di tempat makan yang akan mengakibatkan pengunjung lain
yang ingin makan sulit mendapatkan tempat makan.

 Etiket dalam masuk ruang perawatan

 Mengucapkan salam saat memasuki ruang perawatan pasien.


 Berusaha menunjukan keramahan dan sikap empati terhadap pasien.
 Menanyakan kondisi pasien saat ditemui dan menawarkan bantuan apabila ada yang bisa
dibantu.
 Mendengarkan keluhan pasien dengan seksama dan menindaklanjuti keluhan pasien.
 Mengucapkan salam perpisahan sebelum meninggalkan ruang perawatan.
 Tutup pintu setelah keluar dari ruang rawat inap.

 Etiket saat berada dalam kamar kecil

 Selalu berusaha menjaga kebersihan saat berada di kamar kecil


 Tidak merokok baik saat berada di kamar kecil ataupun saat berada di lingkungan rumah
sakit.
 Tidak membuang pembalut atau barang-barang yang dapat menyumbat aliran air
pembuangan di kamar kecil
 Tidak menggunakan fasilitas yang ada di kamar kecil secara berlebihan, contoh : tissue,
sabun, dll
 Etiket dalam berpakaian

 Rambut harus selalu disisir dan ditata. Untuk rambut pendek tidak boleh melebihi bahu,
sedangkan untuk rambut panjang harus harus diikat rapi
 Tidak menggunakan rias wajah / kosmetik yang terlalu mencolok
 Semua staf rumah sakit harus menggunakan seragam yang telah ditentukan oleh
manajemen rumah sakit
 Pakaian harus rapih, bersih, tidak kebesaran / kekecilan, dan baju harus dikancing rapih.
 Hindari bau badan dengan memakai wewangian, bedak, dll
 Tidak boleh menggunakan aksesoris yang berlebihan
 Penampilan secara keseluruhan harus mencerminkan keramahan dan kesopanan

D. Standar Penampilan
Tata Rias Penampilan
a. Rambut
 Pria
- Panjang rambut 2-3 Cm (tidak boleh melebihi tengkuk)
- Rambut disisir rapih bila perlu menggunakan minyak rambut/jelly.
- Rambut tidak boleh di cat selain berwarna hitam atau senada dengan warna asli.

 Wanita
- Untuk karyawan wanita harus menggunakan jilbab
b. Wajah
 Tata rias natural dan tidak menyolok.
 Lipstick berwarna lembut tidak menyolok (mis.merah muda, coklat muda atau
warna bibir)
 Bloos on berwarna lembut sesuai dengan kulit.
 Alis, gunakan pensil alis berwarna hitam/abu-abu atau coklat.
 Eye shadow gunakan warna lembut tidak menyolok.
 Bedak sesuai dengan warna kulit/natural.
 Tidak diperkenankan menggunakan bulu mata selain mascara hitam/colat sesuai
warna bulumata.
 Bagi pria yang memelihara kumis tertata rapih.

 Tata Busana, perhiasan dan sepatu.


a. Pakaian rapi dengan menggunakan atribut lengkap.
b. Panjang baju menutupi pinggul dan panjang rok dibawah lutut.
c. Bagi yang menggunakan parfum, harumnya tidak menyengat hidung.
d. Bagi yang berhadapan langsung kepasien tidak di perbolehkan menggunakan
perhisan berlebihan selain cincin kawin/tunangan, jam tangan, anting-anting dan
kalung bagi wanita. Bagi laki-laki cincin kawin, dan jam tangan.
e. Tidak boleh bau badan, bila perlu gunakan pencegah bau badan.
f. Bagi karyawan baru di bagian lain yang belum diangkat, gunakan hem tangan
pendek warna putih masukkan dalam rok/celana panjang, dan celana
panjang/rok hitam dengan sepatu hitam dengan ketinggian hak ± 2-5 cm.
g. Kartu tanda pengenal selalu dipakai selama jam kerja.
h. Tidak dibenarkan pinggiran bagian belakang sepatu diinjak.
i. Alas sepatu dilapisi karet pada haknya agar tidak menimbulkan bunyi.
j. Bila menggunakan kaus kaki/stoking:
a) Sepatu warna putih, kaos kaki putih.
b) Celana panjang dan pakai sepatu warna hitam, kaos kaki putih/hitam.
c) Rok dan pakai sepatu hitam, kaos kaki hitam dibawah mata kaki atau
stoking warna kulit.
d) Sepatu kepala instalasi/asisten manajer/manajer gunakan warna
hitam/putih dengan ketinggian tumit ± 5-7 cm.

c. Body Language
a) Bagi karyawan berhadapan langsung ke pasien tidak dibolehkan berkuku panjang.
b) Tidak boleh menggunakan cat kuku pada jari-jari tangan.
c) Cara berjalan
 Pandangan mata lurus kedepan.
 Saat berjalan badan tegak lurus dan tidak membungkuk.
 Berjalan tidak diserat dan lambat.
d) Tersenyum bila berpapasan dengan orang disekitar lingkungan rumah sakit.
e) Cara duduk dan menyambut pengunjung yang datang ke RSU PKU Muhammadiyah Jatinom.
a) Duduk tegak dan tidak membungkuk.
b) Tidak menopang dagu.
c) Tidak mengangkat kaki ke atas meja/kursi.
d) Atur jarak pandang ± 30 cm, bila menggunakan computer/leptop.
e) Pada saat pasien/keluarga/pengunjung menghampiri petugas yang berada di
belakang meja, petugas berdiri dan persilahkan duduk setelah itu petugas duduk
kembali.
f) Pada saat pasien/keluarga/ pengunjung menghampiri petugas yang berada di
belakang nursestation, petugas berdiri dan sambut dengan sopan dan ramah.

d. Komunikasi
a) Intonasi suara tidak telalu cepat/lambat dan suara bicara tidak terlalu keras/terlalu
pelan.
b) Menunjukan sikap empati dan siap menolong.
c) Sebagai pendengar yang baik dan sopan.
d) Lancar, jelas dan perca

E. Panitia Etik RS

No NAMA UNIT KERJA PANITIA ETIK


1
HUBUNGAN KERJA
A. Bertanggung Jawab Kepada - Direktur Rumah Sakit Royal Progress

B. Hubungan Koordinasi - Panitia Mutu Rumah Sakit Royal Progress


- Panitia K3 Rumah Sakit Royal Progress
- Panitia PPI Rumah Sakit Royal Progress
- Komite Medik
- Komite Keperawatan

2 RUANG LINGKUP KERJA - Seluruh bagian di Rumah Sakit Royal Progress

3 PERSYARATAN - SK Direktur tentang Pembentukan Panitia Etik


Rumah Sakit Royal Progress

4 TUJUAN UNIT KERJA 1. Membuat Rumah Sakit Royal Progress dikenal


sebagai Rumah Sakit yang selalu memberi
pelayanan dengan penuh cinta kasih.
2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip nilai moral
dan nilai formal yang normatif.
3. Meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar
profesi dan standar pelayanan berdasarkan nilai
moral dan nilai formal yang normatif.
5 URAIAN TUGAS 1. Membuat pedoman dan standar pelayanan
dalam upaya pelaksanaan etik di Rumah Sakit
Royal Progress .
2. Membuat evaluasi dalam hal penanganan kasus
etik di Rumah Sakit Royal Progress
3. Bersama pimpinan Rumah Sakit Royal Progress
membahas serta melaksanakan langkah-langkah
yang menyangkut persiapan upaya penanganan
kasus etik Rumah Sakit Royal Progress .
4. Menyusun rencana kegiatan.
5. Melakukan presentasi hasil pelaksanaan kasus
etik secara teratur.

6 URAIAN TANGGUNG JAWAB 1. Bertanggung jawab dalam penanganan kasus


etik Rumah Sakit Royal Progress .
2. Bertanggung jawab terhadap sosialisasi tentang
pengertian, konsep dasar dan prinsip serta
langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan
dalam upaya penanganan Rumah Sakit Royal
Progress kepada staf maupun seluruh
karyawan.

7 URAIAN WEWENANG 1. Memberikansaran-sarantentangupaya


penanganan kasus etik.
2. Menangani masalah-masalah etik Rumah Sakit
Royal Progress
F. Disiplin
Merupakan wujud kewajiban dan tanggung jawab seluruh karyawan yang harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RSRP dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat, termasuk apa yang benar dihati nurani.
1. Tujuan dari tindakan kedisiplinan adalah, agar:
a. Setiap karyawan mewujudkan kewajiban dan tanggung jawabnya, mengerti
apa yang harus dan tidak seharusnya dikerjakan satu dan lain, sesuai
dengan ketentuan rumah sakit dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat, termasuk apa yang benar dihati nurani.
b. Terciptanya budaya kerja yang selaras dengan nilai rumah sakit Royal
Progress.
c. Mayoritas karyawan yang alam dan kepribadian jangan sampai terpengaruh
oleh minoritas karyawan yang alam dan kepribadian nakal, vocal dan tidak
dapat dipertanggung jawabkan atas sikap dan tingkah lakunya yang kurang
terpuji.
d. Bagi karyawan yang nakal dan tidak dapat dipertanggung jawabkan atas
sikap dan tingkah lakunya yang kurang terpuji, diberi kesempatan untuk
instropeksi diri dan mau merubah sikap menjadi terpuji.
2. Setiap pemimpin, yaitu yang memegang jabatan dari Direktur beserta jajarannya,
berwenang, berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan tindak-an
kedisiplinan bagi setiap karyawan dibawah pimpinanya yang telah melakukan
pelanggaran Tata Tertib yang berlaku di rumah sakit atau norma-norma yang
berlalu dimasyarakat.
3. Pengenaan tindakan disiplin didasarkan pada:
a. Jenis dan besarnya masing-masing pelanggaran.
b. Frekwensi pelanggaran.
c. Unsur-unsur kesengajaan.
4. Jenis tindakan kedisiplin
a. Peringatan/teguran lisan
Teguran diberikan apabila karyawan tidak mengikuti peraturan kerja dan
atau melanggar tata tertip rumah sakit, yang dilakukan tidak berulang
kali.
Terguran ini dikalukan pada jenis langgaran ringan dan sedang maksimal
2 (dua) kali.
b. Surat peringatan
Surat peringatan adalah surat resmi yang dikeluarkan oleh manajer SDM
rumah sakit karena adanya tindakan atau perbuatan perlanggaran tata
tertip atau peraturan yang berlaku, atau karena diabaikannya teguran
lisan, terdiri dari:
a) Surat peringatan pertama
b) Surat peringatan kedua
c) Surat peringatan ketiga
Surat peringatan tidak harus diberikan bertahap, akan tetapi disesuaikan
dengan jenis dan bobot pelanggaran sesuai dengan Pasal 7 dalam PKB.
Setiap surat peringatan harus diketahui oleh Manajer SDM rumah sakit.
Manajer SDM rumah sakit berwenang, berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk membuat, menandatangai dan menyampaikan surat
peringatan kepada setiap karyawan yang melakukan pelanggaran Tata
Tertip. Setiap surat peringatan yang di buat Manajer SDM Rumah sakit
harus berdasarkan hasil pengamatan sendiri atau perintah atasannya
atau usulan tertulis dari pimpinan karyawan yang bersangkutan.
Selanjutnya karyawan yang bersangkutan wajib menerima dan
menandatangai surat teguran tersebut.
c. Skorsing
Adalah pembebasan tugas sementara. Skorsing dapat dikenakan kepada
kar-yawan yang melakukan pelanggaran berat atau melakukan
pelanggaran setalah mendapat teguran, surat peringatan atau tindakan
yang merugikan rumah sakit. Jangka waktu skorsing paling lama 1
(satu) bulam.
d. Pemutusan hubungan kerja (PHK)
PHK dapat dilakukan oleh rumah sakit, sanksi atas pelanggaran berat
yang dilakukan karyawan. Dilihat dari tindakan pelanggaran yang
dilakukan oleh karyawan, maka tindakan PHK dapat dibagi dalam 2
katagori:
a) Pelanggaran yang tidak termasuk dalam wilayah hukum pidana,
maka akan ditempuh prosedur PHK sesuai dengan PKB.
b) Pelanggaran yang termasuk wilayah hukum pidana, maka dapat
ditempuh prosedur PHK sesuai dengan PKB dan prosedur
hukum pidana yang berlaku secara pararel.
e. Wewenang melakukan tindakan PHK
PHK terhadap jabatan Kepala seksi keatas yang akan dilakukan oleh
Manajer SDM, harus disetujui atau atas persetujuan Badan Pengurus
terlebih dahulu, sedangkan PHK terhadap setiap karyawan lainya harus
atas persetujuan Direksi rumah sakit terlebih dahulu.
BAB III
PELANGGARAN

A. JENIS – JENIS PELANGGARAN


PELANGGARAN PROFESI
Dapat diartikan mal praktek yaitu : kegagalan seorang professional (dokter / perawat )
untuk melakukan praktek sesuai dengan standar profesi yang berlaku bagi seorang yang
karena memiliki ketrampilan dan pendidikan (Vestal, K. W, 1995, Malpraktek dalam
keperawatan).

a. Yang termasuk mal praktek adalah :


Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga
kesehatan.
Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya.
Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang – undangan.

b. Macam – Macam Pelanggaran Profesi


 Duty
Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu : kewajiban
mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau
setidaknya meringankan beban penderitaan pasien berdasarkan standar profesi.
 Breach of the duty
Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya menyimpang dari apa
yang seharusnya dilakukan menurut standar profesianya.
Contoh : Kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan
sebagai kebijakan Rumah Sakit.
 Injury
Seseorang mengalami cedera / kerusakan yang dapat dituntut secara hukum.
Contoh :

Pasien mengalami cedera sebagai akibat pelanggaran.

Keluhan nyeri, adanya penderitaan atau stress emosi dapat dipertimbangkan
sebagai akibat cedera jika terkait dengan cedera fisik.
 Proximate Caused
Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terkait dengan cedera yang
dialami pasien.
Misalnya : cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan pelanggaran
terhadap kewajiban perawat terhadap pasien.

c. Bidang Pekerjaan Perawat Yang Beresiko Melakukan Kesalahan Menurut Vestal.

Ada tiga area yang memungkinkan perawat beresiko melakukan kesalahan, yaitu :
1). Tahap pengkajian keperawatan (Assesment Error)
a. Kegagalan mengumpulkan data atau informasi tentang pasien secara adekuat.
b. Kegagalan mengidentifikasi informasi yang diperlukan seperti hasil
laboratorium, tanda – tanda vital, keluhan pasien yang membutuhkan tindakan
segera.
c. Kegagalan dalam mengumpulkan data akan berdampak pada ketidak tepatan
diagnosis keperawatan dan lebih lanjut akan mengakibatkan kesalahan atau
ketidak tepatan dalam tindakan.

Untuk menghindari kesalahan ini perawat seharusnya dapat mengumpulkan data


dasar secara komprehensif dan mendasar.

2). Perencanaan keperawatan (Planning Error), termasuk hal – hal berikut :


a. Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam rencana
keperawatan.
b. Kegagalan mengkomunikasikan secara efektif rencana keperawatan yang telah
dibuat, misalnya menggunakan bahasa dalam rencana keperawatan yang tidak
dipahami perawat lain dengan pasti.
c. Kegagalan memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan yang
disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh dari rencana keperawatan.
d. Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien.
Untuk mencegah kesalahan tersebut jangan hanya menggunakan perkiraan dalam
membuat rencana keperawatan tanpa mempertimbangkannya dengan baik.
Seharusnya dalam penulisan harus memakai pertimbangan yang jelas
berdasarkan masalah pasien.
Bila dianggap perlu lakukan modifikasi rencana berdasarkan data baru yang
terkumpul. Rencana harus realistis berdasarkan standar yang telah ditetapkan,
termasuk pertimbangan yang diberikan oleh pasien.

Komunikasikan secara jelas baik secara lisan maupun dengan tulisan

Lakukan tindakan berdasarkan rencana dan lakukan secara hati – hati
instruksi yang ada.

Setiap pendapat perlu validasi dengan teliti.

3). Tindakan intervensi keperawatan (Intervention Error), termasuk :


a. Kegagalan menginterprestasikan dan melaksanakan tindakan kolaborasi
b. Kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati – hati
c. Kegagalan mengikuti / mencatat order / pesan dari dokter
d. Kesalahan pada tindakan keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan
dalam membaca pesan / order
e. Mengidentifikasikan pasien belum dilakukan / prosedur memberikan obat dan
terapi pembatasan

Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya tampaknya pada tindakan
pemberian obat. Oleh karena itu perlu adanya komunikasi yang baik diantara
anggota tim kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.
Untuk menghindari kesalahan ini, sebaiknya rumah sakit tetap mengadakan
program pendidikan berkelanjutan.

Undang – undang pasal 54 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan, yaitu berbunyi sebagai berikut :
(1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
(2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditentukan majelis disiplin tenaga kesehatan.
Pada pasal 55 ayat (1) dan ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut :
(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kecacatan yang
dilakukan tenaga kesehatan.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Hal yang berhubungan dengan ganti rugi dapat bersifat negosiasi atau diselesaikan melalui
pengadilan. Pelanggaran yang bersifat pidana sebagaimana disebutkan didalam UU No. 23
Tahun 1992 Pada Bab X (ketentuan pidana) berupa pidana penjara / denda.

PELANGGARAN ETIKA BERARTI : PELANGGARAN YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PERILAKU DAN MORAL
1. Berpakaian seragam tidak lengkap dan tidak rapi.
2. Berperilaku tidak sopan terhadap sejawat dan lingkungan kerja dan pasien.
3. Tidak jujur dalam bekerja.
4. Tidak tanggap dalam situasi manapun.
5. Tidak disiplin dalam segala hal
6. Menjelek – jelekan atasan dan teman sejawat.
7. Menerima tip dari pasien.
8. Memakai sendal saat dinas.
9. Affair dilingkungan kerja.
10. Menerima telpon pribadi saat melakukan tindakan keperawatan (termasuk HP).
11. Menerima tamu, HP, makan di nursetation / ruang perawatan pasien.
12. Berdandan berlebihan.
13. Membiarkan bel pasien lebih dari 1 menit.
14. Menolak atau melanggar perintah kerja dari atasan.
15. Menyalah gunakan perintah sehubungan dengan jabatannya.
16. Mencemarkan nama baik pimpinan perusahaan / keluarga

PELANGGARAN ADMINISTRASI : PELANGGARAN TINDAK DISIPLIN YANG


TERMASUK DALAM PELANGGARAN ADMINISTRATIF, ADALAH :
1. Terlambat hadir / pulang kerja lebih awal sebanyak 2x dalam sebulan tanpa
izin dari atasan yang menjabat minimal Kepala Seksi dan keatas.
2. Tidak bersedia melakukan kerja lembur, menggantikan rekan sekerja yang
berhalangan hadir karena sakit / lain – lain tanpa alas an yang dapat diterima
oleh perusahaan.
3. Membawa anak saat bertugas
4. Menggunakan jam kerja untuk keperluaan pribadi tanpa izin dari atasan
dengan jabatan minimal Kepala Seksi.
5. Tidur – tiduran saat jam kerja
6. Mangkir selama 2 hari berturut – turut sebanyak 2x dalam sebulan tanpa
pemberitahuan yang jelas.
7. Merubah jadwal kerja tanpa persetujuan terlebih dahulu dari atasan dengan
jabatan minimal setingkat Kepala Bagian.
8. Tidak bersedia untuk bekerja sesuai shift.
9. Menolak mutasi, promosi atau demosi.

1. Mencegah kesalahan praktek (kelalaian, kealpaan dan keteledoran.


2. Kemungkinan kesalahan diperkecil.
3. Penyelesaian kesalahan secara efektif dan efisien

1. Manajemen waktu
2. Manajemen resiko
Stategi :
1. Kelengkapan aturan dan peraturan (nasional dan lokal)
2. Perbaikan dan peningkatan kualitas SDM.
3. Kontrol terhadap kompetensi, kapabilitas dan kapasitas
4. Membangun jaringan kerjasama interdisiplin dan tim
5. Membangun budaya kerja profesional
6. Menciptakan iklim “spiritualitas” dalam organisasi kerja
• KEMAMPUAN BERTANGGUNG GUGAT PERAWAT
Faktor pendukung, antara lain:
1. Pratek keperawatan yang legal:

Mematuhi peraturan per UU - an yang berlaku.

Berdasarkan kode etik dan standar profesi.

Berdasarkan peraturan yang syah di RS.

2. Pemberdayaan perawat yang berlanjut, melalui:



Perbaikan kalitas SDM dan pengolahannya.

Penetapan sistem pemberian asuhan yang profesional.

Pengembangan clinical leder ship.

Komisi keperawatan: nursing community, peer group, self evaluasi, self
regulation, nursing audit dsb
PEDOMAN DALAM MELAKUKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS
(Tymchuck)
• Kode etik profesi
• Nilai atau sistem pribadi
• Hukum dan pengaturan
• Hasil penelitian dan pengalaman
• Antisipasi perkembangan dimasa yang akan datang.
BAB IV
ALUR PENYELESAIAN MASALAH ETIK DI RSRP

ALUR MEKANISME PENAGANAN MASALAH ETIKA/DISIPLIN

1.
DIREKTUR

PANITIA ETIK/DISIPLIN

DIREKTUR UMUM
PENGKAJIAN/ANALISA

PROSES
MANAJER SDM

REKOMEMDASI
KEPALA UNIT

KEPUTUSAN
AKHIR
MASALAH

ALUR PROSES PENANGANAN KEJADIAN (KASUS ETIK)

1. Masalah yang diajukan ke Panitia Etik RS harus tertulis dan jelas sumbernya.
2. Panitia Etik membaca dan mempelajari aduan dan melihat apakah masalah
yang diadukan menyangkut medis atau non medis.
3. Untuk masalah yang berkaitan dengan Profesi Medis khususnya Dokter, oleh
Panitia Etik Rumah Sakit kasus tersebut diteruskan ke Komite Medis via Sub
Komite Etika.
4. Untuk kasus Non Medis selanjutnya ditindaklanjuti oleh Panitia Etik Rumah
Sakit dengan mengadakan rapat untuk identifikasi / klarifikasi masalah melalui :
• Pencarian data yang akurat melalui wawancara dan pencarian data
dilapangan.
• Meminta laporan kronologis dari Kepala / Penanggungjawab Tempat
Kejadian Perkara (TKP)
• Menghadirkan saksi-saksi
• Mencari barang bukti
Dari keseluruhan alur proses penanganan kejadian / etik tersebut haruslah tetap
berpedoman pada ketentuan yang sudah dituliskan diatas.

5. Bagi kasus yang dipelajari oleh Panitia Etik Rumah Sakit dan dapat
dibuktikan bahwa individu yang diadukan memang benar melanggar etik, maka
Panitia Etik membuat laporan kepada Direktur RSRP.
Laporan tersebut meliputi antara lain :
a. Sumber kasus dan pengaduannya
b. Dasar pembuktian
c. Hal-hal yang terbukti melanggar etik
d. Dampak akibat pelanggaran etik tersebut bagi korban (bila ada)
e. Rekomendasi keputusan yang patut diberikan kepada pelaku pelanggaran
etik.

6. Bagi kasus yang dipelajari oleh Panitia Etik Rumah Sakit dan dapat
dibuktikan bahwa individu yang diadukan TIDAK terbukti melanggar etik, maka
selanjutnya Panitia Etik Rumah Sakit membuat laporan kepada Direktur RSRP yang
meliputi :
a. Sumber kasus dan pengaduannya
b. Dasar pembuktian
c. Hal-hal yang terbukti melanggar etik
d. Dampak akibat pelanggaran etik tersebut bagi korban (bila ada)
e. Rekomendasi keputusan yang patut diberikan kepada pelaku pelanggaran
etik.
Dan dalam rekomendasi akhir Panitia Etik meminta kepada perusahaan melalui
Direksi agar kepada yang TIDAK terbukti bersalah ini dibuatkan surat terbuka yang
menerangkan bahwa tersangka tidak terbukti bersalah (tidak melanggar etika).
BAB V
PENUTUP

Panduan Etika Rumah Sakit Royal Progress ini dibuat dengan maksud agar dapat
menjadi acuan dalam menangani permasalahan etik yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai