Anda di halaman 1dari 23

1.

Soil Improvement
Soil Improvement, merupakan salah satu tahap penting dalam suatu kegiatan
konstruksi yang bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanik tanah dasar pada
kegiatan konstruksi tersebut. Tahap analisis Soil Improvement pada pekerjaan
Bankable Feasibilty Study Moda Transportasi akan dibagi ke dalam 3 segmen,
yaitu STA 0+000 – STA 25+757.3 (Timur – Tengah), STA 25+757.3 – STA
48+804.71 (Tengah – Barat), STA 25+757.3 – STA 33+782.3 (Tengah –
Selatan). Dari ketiga segmen tersebut akan terbagi lagi menjadi 2 jenis pekerjaan,
yaitu pekerjaan galian dan pekerjaan timbunan, kemudian dari jenis pekerjaan
galian terbagi menjadi 3 kategori berdasarkan ketinggian galian, yaitu kategori
kecil, sedang, dan besar. Jenis pekerjaan timbunan juga dibagi ke dalam 3
kategori berdasarkan kedalaman timbunan, yaitu kategori timbunan, jembatan 1,
dan jembatan 2. Hasil dari tahap Soil Improvement ini berupa displacement
(penurunan) dan faktor keamanan yang disesuaikan dengan beban dari ketujuh
moda transportasi.
Tahap konstruksi moda transportasi Rail Veyor, Lori Listrik Otomatis, dan
Truck memiliki metode Soil Improvement yang sama karena memiliki beban
yang sama dan kebutuhan grade jalan yang sama, yaitu 8%. Tahap konstruksi
untuk moda transportasi berupa Slurry dan Conveyor juga memiliki metode Soil
Improvement yang sama, karena memiliki kebutuhan gradien jalan sebesar 30%.
Truck dan Mini Loco mempunyai kebutuhan gradien jalan sebesar 2%, sehingga
metode Soil Improvement untuk kedua moda transportasi tersebut tidak berbeda
jauh, penjabaran lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 1.1 untuk Soil Improvement
dengan kebutuhan grade jalan sebesar 2%, Tabel 1.2 untuk Soil Improvement
dengan kebutuhan grade jalan sebesar 8%, dan Tabel 1.3 untuk Soil Improvement
dengan kebutuhan grade jalan sebesar 30%. Analisis perkuatan tanah (Soil
Improvement) yang diterapkan pada trase SGAR Mempawah ini dilakukan
menggunakan simulasi numeris dengan bantuan software PLAXIS dan Geo 5
untuk faktor keamanan dan displacement (penurunan) konstruksi perkuatan
pekerjaan galian serta SAP2000 v.19 untuk mengetahui gaya-gaya yang bekerja.
Tabel 1.1 Soil Improvement dengan kebutuhan grade jalan 2%.

STA Jenis Pekerjaan Kategori


Kecil Sedang Besar
Galian
44 10 2
0+000 - 25+757.3
Timbunan Jembatan 1 Jembatan 2
Timbunan
38 13 4
STA Jenis Pekerjaan Kategori
Kecil Sedang Besar
Galian
56 3 0
25+757.3 - 48+804.71
Timbunan Jembatan 1 Jembatan 2
Timbunan
53 5 2
STA Jenis Pekerjaan Kategori
Kecil Sedang Besar
Galian
22 2 0
25+757.3 - 33+782.3
Timbunan Jembatan 1 Jembatan 2
Timbunan
19 8 2

Tabel 1.2 Soil Improvement dengan kebutuhan grade jalan 8%.

STA Jenis Pekerjaan Kategori


Kecil Sedang Besar
Galian
112 1 0
0+000 - 25+757.3
Timbunan Jembatan 1 Jembatan 2
Timbunan
111 3 0
STA Jenis Pekerjaan Kategori
Kecil Sedang Besar
Galian
121 0 0
25+757.3 - 48+804.71
Timbunan Jembatan 1 Jembatan 2
Timbunan
104 5 0
STA Jenis Pekerjaan Kategori
Kecil Sedang Besar
Galian
49 0 0
25+757.3 - 33+782.3
Timbunan Jembatan 1 Jembatan 2
Timbunan
38 5 0

Tabel 1.3 Soil Improvement dengan kebutuhan grade jalan 30%.

STA Jenis Pekerjaan Kategori


Kecil Sedang Besar
Galian
41 1 0
0+000 - 25+757.3
Timbunan Jembatan 1 Jembatan 2
Timbunan
44 0 0
STA Jenis Pekerjaan Kategori
Kecil Sedang Besar
25+757.3 - 48+804.71 Galian
0 0 0
Timbunan Jembatan 1 Jembatan 2
Timbunan
0 0 0
STA Jenis Pekerjaan Kategori
Kecil Sedang Besar
Galian
118 0 0
25+757.3 - 33+782.3
Timbunan Jembatan 1 Jembatan 2
Timbunan
123 0 0

Tinjauan khusus yang dilakukan dalam analisis dimulai dari STA 0+000
sampai STA 56+825 dengan mensimulasikannya pada keadaan yang paling
ekstrim, dalam hal ini adalah dipilih timbunan atau galian yang terbesar.
Langkah-langkah dalam melakukan analisis Soil Improvement akan dijelaskan
lebih detail satu persatu pada penjabaran masing-masing sub-bab.

1.1. Data Interpretasi Geoteknik


Sebelum melakukan analisis Soil Improvement, dibutuhkan data untuk bisa
memenuhi parameter-parameter dalam analisis, salah satunya merupakan Data
Interpretasi Geoteknik. Data Interpretasi Geoteknik yang digunakan dalam
analisis merupakan data bor log dari pengujian bor mesin di daerah Pelabuhan
Kijing, jadi data ini merupakan data sekunder. Data sekunder tersebut digunakan
sebagai acuan dalam membuat model elemen hingga dari lapisan tanah dan
sebagai dasar dalam membuat asumsi-asumsi pada tahap analisis. Data bor log
yang diperoleh dari pengujian bor areal Pelabuhan Kijing dapat dilihat pada
Gambar 1.1.
Secara umum, lapisan tanah yang berada di sekitar Pelabuhan Kijing yang
dijadikan sebagai acuan pemodelan terdiri dari gambut tebal, lempung berlanau,
lempung, pasir berlanau, dan pasir. Parameter tanah yang diperlukan dalam
analisis adalah berat isi tanah, koefisien permeabilitas, kohesi, sudut gesek tanah,
sudut dilatansi (jika digunakan), modulus elastisitas tanah dan angka poisson.
Klasifikasi yang digunakan dalam analisis adalah klasifikasi tanah USCS, yaitu
Unified Soil Classification System.
Berdasarkan data bor log hasil pengujian pada lokasi Pelabuhan Kijing dan
sistem klasifikasi USCS, maka tanah pada area tersebut dibagi menjadi lima
macam, yaitu Pt, CL, ML, SP, dan SW. Pt merupakan simbol dalam USCS untuk
tanah gambut dan tanah lain dengan kandungan organic tinggi. CL merupakan
simbol dalam USCS untuk lempung tak organik dengan plastisitas rendah sampai
sedang, lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung berlanau, dan lempung
kurus.

Gambar 1.1. Data bor log di sekitar areal Pelabuhan Kijing

ML merupakan simbol dalam USCS untuk lanau tak organik dan pasir sangat
halus, serbuk batuan atau pasir halus berlanau atau berlempung. SP, merupakan
simbol USCS untuk pasir gradasi buruk, pasir kerikil, dan sedikit atau tidak
mengandung butiran halus. SW, merupakan simbol USCS untuk tanah pasir
gradasi baik.
Selain jenis tanah, dari bor log pengujian daerah Pelabuhan Kijing, dapat
diketahui nilai N-SPT (Standard Penetration Test) tanah pada daerah tersebut.
Simbol N sendiri merupakan definisi dari jumlah maksimal tumbukan yang
mampu diterima oleh tanah pada kedalaman tertentu sepanjang 30,48 cm, dan
beban yang digunakan untuk pengujian N-SPT sendiri adalah sebesar 63,5 kg.
Dari nilai N-SPT yang didapatkan dari bor log, dapat diketahui nilai parameter-
parameter tanah melalui korelasi, lalu parameter tersebut digunakan dalam
analisis dengan menggunakan software PLAXIS Ver 8.6. Perhitungan korelasi
parameter dengan nilai N-SPT dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Detail parameter tanah dalam pemodelan
Klasifikasi Tanah
Parameter Satuan
Pt CL ML SP SW
Model Material - MC MC MC MC MC
sat (kN/m3) 10 17,1 18 18,2 19
Modulus Young (Eref) (kN/m2) 1500 10000 15000 20000 35000
Lempung Pasir Pasir
Jenis Tanah - Gambut Lempung
lunak sedang halus
Kohesi (cref) (kN/m2) 0,2 15 23 10 12
Poisson’s Ratio () - 0,35 0,35 0,35 0,30 0,30
Sudut Gesek () º 25 5 10 27 35

Setelah dilakukan korelasi dan validasi terhadap parameter tanah, data parameter
tanah tersebut dapat digunakan untuk tahap analisis dalam software PLAXIS
v8.6. Sotware PLAXIS membutuhkan dimensi pemodelan untuk dapat
menganalisis suatu Soil Improvement. Detail kedalaman dan tebal tiap lapisan
tanah dapat dilihat pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Detail kedalaman lapisan tanah tiap section


Klasifikasi Tanah
Parameter
Pt CL ML SP SW
Kedalaman (m) 0–6 6 – 13 13 – 17 17 - 20 20 - 35
Tebal (m) 6 7 4 3 15

Setelah parameter tanah dan batasan-batasan desain telah ditetapkan, maka


tahap analisis dapat dilakukan. Pemodelan Soil Improvement menggunakan
software PLAXIS v.8.6 dan Geo 5 dengan dasar perhitungan elemen hingga
(finite element). Analisis ini berfungsi untuk menemukan faktor keamanan dari
Soil Improvement yang akan diterapkan pada kegiatan penimbunan dan
penggalian dari pekerjaan BFS Moda Transportasi, terutama Soil Improvement
pada tanah sangat lunak (gambut). Soil Improvement dilakukan pada kedalaman
yang bervariasi sesuai dengan kategori yang telah disebutkan diawal. Selain
variasi pada kedalaman tanah, variasi ukuran tiang dan pilar juga dimodelkan
pada kategori jembatan 1 dan jembatan 2. Variasi jenis tanah, ketebalan tiap
lapisan tanah, dan tinggi muka air tanah pada model analisis, disesuaikan dengan
hasil dari bor log. Untuk beban permukaan tanah (surcharge) disesuaikan dengan
beban yang diberikan oleh tiap moda transportasi, untuk rangkuman beban tiap
moda transportasi dapat dilihat pada Tabel 1.6.
Tabel 1.6 Beban merata (surcharge) untuk setiap moda
Moda Beban (kN/m2)
Railveyor 30
Truck 50
Lori Listrik Otomatis (LLO) 30
Belt Conveyor 30
Heavy Train 90
Mini Locomotive 50

Setiap model dalam tahap analisis Soil Improvement ini menggunakan persamaan
konstitutif regangan bidang (plane strain), dimana asumsi dari analisis plane
strain adalah tebal struktur material (z-axis) sangat besar jika dibandingkan
dengan x-axis ataupun y-axis, maka asumsi plane strain sangat cocok digunakan
pada tahap analisis Soil Improvement karena panjang lintasan yang harus
ditempuh untuk masing-masing moda sangat panjang dan dianggap sebagai z-
axis. Batas horisontal (boundary condition) di setiap model sebesar 75 m dari sisi
luar dengan aplikasi tumpuan jepit standar. Gambar lapisan tanah untuk model
analisis Soil Improvement antara STA 0+000 sampai STA 56+825 secara umum
dapat dilihat pada Gambar 1.2, Gambar 1.3, Gambar 1.4, Gambar 1.5, Gambar
1.6, dan Gambar 1.7. Gambar-gambar tersebut menunjukkan lapisan-lapisan
tanah dalam keadaan meshing, dimana meshing merupakan proses membagi
komponen yang akan dianalisis menjadi elemen-elemen kecil atau diskrit
berbentuk triangle dan quadriteral dan ini merupakan dasar dari perhitungan
elemen hingga. Pada pemodelan menggunakan PLAXIS v.8.6, semakin halus
jaring elemen yang digunakan, maka hasil perhitungan yang didapatkan juga
lebih teliti, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses
perhitungan akan menjadi semakin panjang. Pemodelan tahap analisis Soil
Improvement ini menggunakan PLAXIS v.8.6 dengan kekasaran jaring elemen
tipe sedang.

Gambar 1.2 Proses meshing pada model pekerjaan galian kategori kecil di
permukaan hingga 5m

Gambar 1.3 Proses meshing pada model pekerjaan galian kategori sedang
dengan ketinggian 5m hingga 10m
Gambar 1.4 Proses meshing pada model pekerjaan galian kategori besar
dengan ketinggian 13 m

Gambar 1.5 Proses meshing pada model potongan cross jembatan pekerjaan
timbunan kategori jembatan 1 dengan panjang pilar 7m dan pile 10m

Gambar 1.6 Proses meshing pada model potongan cross jembatan pekerjaan
timbunan kategori jembatan 2 dengan panjang pilar 10m dan pile 10m
Gambar 1.7 Model jembatan untuk pekerjaan timbunan kategori jembatan 1
dan 2

1.2. Konstruksi Perkuatan


1.2.1 Konstruksi Perkuatan Pekerjaan Galian
Konstruksi perkuatan merupakan salah satu aspek penting dalam tahap
analisis Soil Improvement, karena dengan perkuatan tersebut akan menambah
faktor keamanan. Salah satu konstruksi perkuatan pada pekerjaan galian berupa
pemasangan gravity retaining wall atau dinding penahan tanah, untuk kategori
galian besar dengan ketinggian galian sebesar 13m dan 20m. Tipe gravity wall
yang akan digunakan adalah pasangan batu kali dan bronjong. Dimensi bronjong
yang digunakan berukuran 1,75x0,5 meter, setinggi 3 meter dan diletakkan pada
tanah lempung lunak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.8 untuk gambaran
perkuatan tanah dan Gambar 1.9 untuk spesifikasi bronjong.

Gambar 1.8 Model konstruksi perkuatan pada pekerjaan galian 13 meter

Bronjong berfungsi sebagai penahan tekanan tanah lateral yang disebabkan oleh
deformasi, dan sebagai perkuatan agar faktor keamaan lereng meningkat.
Bronjong direncanakan untuk digunakan pada STA 25+757.3 – STA 33+782.3
(Segmen 3) dengan rencana penggunaan selama 4 tahun.
Gambar 1.9 Dimensi model bronjong

Selain bronjong, gravity wall yang akan digunakan adalah pasangan batu kali dan
concreate. Gravity wall tipe ini direncanakan akan digunakan pada STA 0+000
– STA 48+804.71 (Segmen 1 + Segmen 2) dengan rencana penggunaan selama
40 tahun atau selama umur tambang masih berjalan. Dimensi pasangan batu +
concreate yang akan digunakan memiliki panjang miring 4,688 m dengan
penguat berupa balok dengan ukuran 0,25x0,4 meter dan 0,3x0,3 meter. Gambar
dimensi pasangan batu + concreate dapat dilihat pada Gambar 1.10.

Gambar 1.10 Dimensi pasangan batu + concreate


Perkuatan gravity wall tipe pasangan batu + concreate akan diterapkan untuk
pekerjaan galian dengan ketinggian galian sebesar 13m dan 20m, berbeda dengan
bronjong yang hanya di 13m, karena penggunaan bronjong hanya di segmen 3
yang dimana pada segmen tersebut ketinggian galian maksimal sebesar 13m
sedangkan untuk penggunaan pasangan batu + concreate di segmen 1 + segmen
2 dengan ketinggian maksimal galian sebesar 20m. Gambar model analisis
pasangan batu + concreate untuk ketinggian galian 13m dan 20m dapat dilihat
pada Gambar 1.10 dan Gambar 1.11

Gambar 1.10 Gambar model analisis pasangan batu + concreate 13m

Gambar 1.11 Gambar model analisis pasangan batu + concreate 20m

Model analisis bronjong dan pasangan batu + concreate selanjutnya akan


dimasukkan ke dalam PLAXIS v8.6 guna simulasi numeris perhitungan
displacement (penurunan) dan Geo 5 untuk simulasi numeris perhitungan faktor
keamanan masing-masing model analisis.
1.2.2 Konstruksi Perkuatan Pekerjaan Timbunan
Sama seperti pekerjaan galian, pekerjaan timbunan juga memerlukan
perkuatan untuk kedalaman timbunan yang besar. Pekerjaan timbunan kategori
kecil berkisar antara kedalaman 0 – 3 meter, kategori sedang 3 – 7 meter, dan
kategori besar memiliki kedalaman lebih dari 7 meter. Rencana Soil Improvement
untuk pekerjaan timbunan kategori kecil, 0 meter hingga 3 meter, akan
menggunakan geotekstile wovwn dengan penambahan cerucuk tertanam sedalam
3 meter. Kategori sedang untuk kedalaman timbunan sebesar 3 – 7 meter, akan
diterapkan Soil Improvement berupa jembatan tipe 1 dengan dimensi pilar
sebesar 7 meter, panjang spun pile sebesar 12 meter dengan diameter 0,8 meter.
Kategori besar untuk kedalaman timbunan lebih dari 7 meter, akan diterapkan
Soil Improvement berupa jembatan tipe 2 dengan dimensi pilar sebesar 10 meter,
panjang dan diameter spun pile sama dengan jembatan tipe 1, untuk dimensi
model jembatan tipe 1 dapat dilihat pada Gambar 1.12 dan jembatan tipe 2 dapat
dilihat pada Gambar 1.13. Jarak penempatan antar pillar jembatan dapat dilihat
pada Gambar 1.14.

Gambar 1.12 Dimensi model jembatan tipe 1


Gambar 1.13 Dimensi model jembatan tipe 2

Gambar 1.14 Penempatan jarak antar pillar jembatan


1.2.3 Perhitungan Gaya-Gaya Jembatan di SAP2000 v19
Pembangunan konstruksi jembatan memerlukan perhitungan yang matang
agar rencana pemakaian jembatan dapat lebih panjang serta lebih aman.
Perhitungan gaya-gaya yang terjadi pada jembatan menggunakan software
SAP2000 v19, dengan hasil perhitungan berupa defleksi gelagar memanjang,
bending moment, dan shear force diagram jembatan rencana. Analisis
perhitungan defleksi juga dilakukan pada pillar jembatan, lalu hasil perhitungan
SAP2000 v19 dapat dilihat pada Gambar 1.15, yaitu berupa defleksi (lendutan)
di setiap panjang gelagar.

Gambar 1.15 Defleksi hasil SAP2000 v19 pada gelagar memanjang

Sesuai dengan SNI 1729 tahun 2015 tentang spesifikasi untuk bangunan gedung
dan non gedung baja struktural, faktor pembagi untuk perhitungan defleksi batas
layan adalah 240. Jadi jarak antar pillar, dalam perhitungan ini sebesar 10 meter,
dibagi dengan 240, dan dihasilkan angka sebesar 41,7 mm. Angka 41,7 mm
tersebut merupakan batas lendutan maksimum untuk suatu struktur jembatan
dengan jarak antar pillar sebesar 10 meter. Hasil perhitungan defleksi gelagar
memanjang menunjukkan bahwa, defleksi terbesar terjadi di tengah bentang
segmen pertama dan terakhir jembatan yang ditunjukkan warna biru, yaitu
sebesar 0,021 mm. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa, jembatan dengan
jarak antar pillar sebesar 10 meter, masih di dalam batas layan penggunaan
jembatan dengan massa penggunaan jembatan selama 20 tahun.
Bending moment hasil perhitungan SAP 2000 v19 untuk gelagar memanjang
dapat dilihat pada Gambar 1.16. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bending
momen sebesar 102 kNm. Mengacu pada formula perhitungan struktur baja yang
terdapat pada SNI 1729 tahun 2015 dengan metode LRFD, direncanakan
penampang gelagar melintang dan memanjang jembatan menggunakan profil
IWF 600.300.19.14. Baja yang digunakan menggunakan mutu BJ 41 dengan
tegangan putus minimum (fu) sebesar 410 MPa, tegangan leleh minimum (fy)
sebesar 250 MPa dan regangan minumum sebesar 18 %. Prinsip dasar yang
digunakan adalah momen rencana hasil analisis menggunakan software
SAP2000 v.19 harus lebih besar dari momen nominal rencana (pengaruh faktor
reduksi momen) agar tidak terjadi tegangan berlebih pada penampang gelagar
memanjang.

Gambar 1.16 Bending Moment pada gelagar memanjang

Gaya geser yang diperoleh berdasarkan hasil analsis SAP2000 v.19 sebesar 198
kN. Hasil gaya geser tersebut sangat berpengaruh terhadap ketebalan badan
penampang baja yang rawan terhadap bahaya geser dan puntir.

Gambar 1.17 Shear force diagram pada gelagar memanjang

Kontrol kekuatan dan kekakuan yang dilakukan pada software SAP2000 v.19
menggunakan nilai ratio. Setelah dilakukan check design steel structure pada
model jembatan, rata-rata nilai ratio setiap segmen nya masih dibawah 1,0,
dengan artian semua segmen masih dalam normal stress.
Gambar 1.18 Deformed shape pada pilar jembatan

Pilar jembatan bertujuan untuk menahan gelagar memanjang dan melintang


akibat beban terfaktor untuk setiap moda (dalam Gambar 1.18 akibat pengaruh
beban railveyor). Untuk penampang pilar didesain menggunakan profil IWF
600.300.19.14. Pada Gambar 1.18 tersaji hasil deformed shape pada pilar.
Semakin ke atas warnanya (berwarna biru), akan semakin besar deformed shape
nya. Maksimum deformed shape terjadi pada bagian atas pilar atau pada bagian
perletakan tumpuan elastomer.

karena bawah tumpuan yang nantinya akan disalurkan menuju pile cape
kemudian ditumpu oleh spun pile. defleksi terbesar terjadi di pillar bagian atas
sebesar 0.00077 mm
defleksi (lendutan), pilar atas defleksi besar karena menahan glagar memanjang
pillar dapat menahan gaya yang terjadi akibat beban dari moda
transportasi yang tersalurkan di glagar memanjang
Data properties merupakan parameter utama dari konstruksi perkuatan, baik
berupa pasangan batu kosong dan kawat (bronjong), serta pasangan batu kali dan
concreate. Data tersebut mencakup karakteristik maupun geometri dari
strukturnya, kedua parameter tersebut sangat dibutuhkan dalam pemodelan agar
hasil analisis menjadi akurat dan relevan. Karakteristik gravity wall Material
yang digunakan adalah beton cor ditempat yang dirangkai menjadi struktur
pendukungnya. Untuk detailnya dapat dilihat dalam Tabel 5.4.

Gambar 1.3. Parameter material perkuatan tanah

Tabel 1.4 Detail parameter perkuatan tanah


Parameter Satuan Detail
Tebal (t) mm 14
Panjang m 7
Konfigurasi - Jarak pilar tiap 10 m
Modulus elastisitas (Elong term) kN/m2 200000
Angka poissons () - 0,3
Berat jenis (con) kN/m3 7,850

1.3 Analisis Perkuatan Tanah


Konstruksi dinding penahan (tipe gravity wall) dengan bronjong mengunakan
pasangan batu kosong. Untuk section propertiesnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Analisis dinding penahan tanah eksisting bertujuan untuk mengevaluasi
kegagalan yang terjadi. Data tanah yang dipilih menggunakan data pada nilai
SPT di sekitar lokasi.
13m, Angka aman (SF) = 1,33 tanpa perkuatan geotextile pake =1,53
20 m dengan gabion terlalu tinggi, jadi diganti pasangan batu kali
13m, Angka aman (SF) = 1,30 tanpa perkuatan geotextile, kalo pake =1,50

20m, tanpa geo = 1,35 dengan geo 1,55

Gambar 9. Hasil analisis gaya-gaya dalam dinding penahan tanah eksisting


Tabel 2. Hasil perhitungan stabilitas lereng tanah gravity wall (bronjong)
Metode Safety Factor (SF) Keterangan
Bishop 1,52 Aman
Spencer 1,55 Aman
Morgenstren - Price 1,58 Aman
SF rata - rata 1,55 Aman

Tabel 2. Hasil perhitungan gravity wall eksisting


Verivication Angka Keterangan
Check for slip SF = 2,66 Aman
Check for overtuning SF = 1,94 Aman
Bearing capacity SF = 3,17 Aman
Settlement 5,9 mm Aman
Dimensioning
Shear at above 4,0 m Aman
Wall stem check
Shear at under 4,5 m Aman
Construction joint check Flexure + Preasure Aman
Wall Jump check Flexure Aman

1.4 Fhfffgf
1.5 fgfgfgf

Selatan ke tengah itu gabion, kategori kecil,sedang,besar untuk jangka waktu 4 tahun

Timur ke barat, gravity wall jangka panjang 20 tahun

kategori kecil dan sedang menggunakan gabion dan gravity wall

E nya 1,1-1,5n
berdasarkan kemen PU tentang no pm.60 2 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur
kereta api

output dari soil improve displacement dan faktor keamanan

7m, railveyor 28,46,mini loco 30,48


10m, mini loco itu di 30,95, rail veyor 28,85

gabion dan gravity untuk cutting di 13 dan 20 meter karena apabila gabion dan gravity
diletakkan di gambut jadi beban.

cutting di 7m, Gambut, lempung lunak, lempung, pasir gradasi buruk,pasir gradasi baik

cutting 7m heavy train 20.55mm

0m heavy train 17.82mm

heavy train cut 20m, 5,52

gravity wall,pasangan batu kali itu batu dan cor coran,

dinding penahan tanah, gravity dan canti, canti itu ada tulangannya

filing heavy train 3m, 68.18 mili

40,18, heavy train, flying 7 m

karena di 3 meter tidak menggunakan repcalcement karena sudah ada geotekstile, dan
apabila di replacement maka akan menambah berat (volume) replacement menjadi beban
merata berdaasrkan plaxis.

40,77 heavy train, flying 10 m

conveyor fill 0m 16,70mm

cutting conveyoor 7m, 20,51 mm

cutting conveyor 13 m 5,31mm

cutting conveyor 20m, 5, 48mm

conveyor fill 3m , 67,45mm

Anda mungkin juga menyukai