Soil Improvement
Soil Improvement, merupakan salah satu tahap penting dalam suatu kegiatan
konstruksi yang bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanik tanah dasar pada
kegiatan konstruksi tersebut. Tahap analisis Soil Improvement pada pekerjaan
Bankable Feasibilty Study Moda Transportasi akan dibagi ke dalam 3 segmen,
yaitu STA 0+000 – STA 25+757.3 (Timur – Tengah), STA 25+757.3 – STA
48+804.71 (Tengah – Barat), STA 25+757.3 – STA 33+782.3 (Tengah –
Selatan). Dari ketiga segmen tersebut akan terbagi lagi menjadi 2 jenis pekerjaan,
yaitu pekerjaan galian dan pekerjaan timbunan, kemudian dari jenis pekerjaan
galian terbagi menjadi 3 kategori berdasarkan ketinggian galian, yaitu kategori
kecil, sedang, dan besar. Jenis pekerjaan timbunan juga dibagi ke dalam 3
kategori berdasarkan kedalaman timbunan, yaitu kategori timbunan, jembatan 1,
dan jembatan 2. Hasil dari tahap Soil Improvement ini berupa displacement
(penurunan) dan faktor keamanan yang disesuaikan dengan beban dari ketujuh
moda transportasi.
Tahap konstruksi moda transportasi Rail Veyor, Lori Listrik Otomatis, dan
Truck memiliki metode Soil Improvement yang sama karena memiliki beban
yang sama dan kebutuhan grade jalan yang sama, yaitu 8%. Tahap konstruksi
untuk moda transportasi berupa Slurry dan Conveyor juga memiliki metode Soil
Improvement yang sama, karena memiliki kebutuhan gradien jalan sebesar 30%.
Truck dan Mini Loco mempunyai kebutuhan gradien jalan sebesar 2%, sehingga
metode Soil Improvement untuk kedua moda transportasi tersebut tidak berbeda
jauh, penjabaran lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 1.1 untuk Soil Improvement
dengan kebutuhan grade jalan sebesar 2%, Tabel 1.2 untuk Soil Improvement
dengan kebutuhan grade jalan sebesar 8%, dan Tabel 1.3 untuk Soil Improvement
dengan kebutuhan grade jalan sebesar 30%. Analisis perkuatan tanah (Soil
Improvement) yang diterapkan pada trase SGAR Mempawah ini dilakukan
menggunakan simulasi numeris dengan bantuan software PLAXIS dan Geo 5
untuk faktor keamanan dan displacement (penurunan) konstruksi perkuatan
pekerjaan galian serta SAP2000 v.19 untuk mengetahui gaya-gaya yang bekerja.
Tabel 1.1 Soil Improvement dengan kebutuhan grade jalan 2%.
Tinjauan khusus yang dilakukan dalam analisis dimulai dari STA 0+000
sampai STA 56+825 dengan mensimulasikannya pada keadaan yang paling
ekstrim, dalam hal ini adalah dipilih timbunan atau galian yang terbesar.
Langkah-langkah dalam melakukan analisis Soil Improvement akan dijelaskan
lebih detail satu persatu pada penjabaran masing-masing sub-bab.
ML merupakan simbol dalam USCS untuk lanau tak organik dan pasir sangat
halus, serbuk batuan atau pasir halus berlanau atau berlempung. SP, merupakan
simbol USCS untuk pasir gradasi buruk, pasir kerikil, dan sedikit atau tidak
mengandung butiran halus. SW, merupakan simbol USCS untuk tanah pasir
gradasi baik.
Selain jenis tanah, dari bor log pengujian daerah Pelabuhan Kijing, dapat
diketahui nilai N-SPT (Standard Penetration Test) tanah pada daerah tersebut.
Simbol N sendiri merupakan definisi dari jumlah maksimal tumbukan yang
mampu diterima oleh tanah pada kedalaman tertentu sepanjang 30,48 cm, dan
beban yang digunakan untuk pengujian N-SPT sendiri adalah sebesar 63,5 kg.
Dari nilai N-SPT yang didapatkan dari bor log, dapat diketahui nilai parameter-
parameter tanah melalui korelasi, lalu parameter tersebut digunakan dalam
analisis dengan menggunakan software PLAXIS Ver 8.6. Perhitungan korelasi
parameter dengan nilai N-SPT dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Detail parameter tanah dalam pemodelan
Klasifikasi Tanah
Parameter Satuan
Pt CL ML SP SW
Model Material - MC MC MC MC MC
sat (kN/m3) 10 17,1 18 18,2 19
Modulus Young (Eref) (kN/m2) 1500 10000 15000 20000 35000
Lempung Pasir Pasir
Jenis Tanah - Gambut Lempung
lunak sedang halus
Kohesi (cref) (kN/m2) 0,2 15 23 10 12
Poisson’s Ratio () - 0,35 0,35 0,35 0,30 0,30
Sudut Gesek () º 25 5 10 27 35
Setelah dilakukan korelasi dan validasi terhadap parameter tanah, data parameter
tanah tersebut dapat digunakan untuk tahap analisis dalam software PLAXIS
v8.6. Sotware PLAXIS membutuhkan dimensi pemodelan untuk dapat
menganalisis suatu Soil Improvement. Detail kedalaman dan tebal tiap lapisan
tanah dapat dilihat pada Tabel 1.5.
Setiap model dalam tahap analisis Soil Improvement ini menggunakan persamaan
konstitutif regangan bidang (plane strain), dimana asumsi dari analisis plane
strain adalah tebal struktur material (z-axis) sangat besar jika dibandingkan
dengan x-axis ataupun y-axis, maka asumsi plane strain sangat cocok digunakan
pada tahap analisis Soil Improvement karena panjang lintasan yang harus
ditempuh untuk masing-masing moda sangat panjang dan dianggap sebagai z-
axis. Batas horisontal (boundary condition) di setiap model sebesar 75 m dari sisi
luar dengan aplikasi tumpuan jepit standar. Gambar lapisan tanah untuk model
analisis Soil Improvement antara STA 0+000 sampai STA 56+825 secara umum
dapat dilihat pada Gambar 1.2, Gambar 1.3, Gambar 1.4, Gambar 1.5, Gambar
1.6, dan Gambar 1.7. Gambar-gambar tersebut menunjukkan lapisan-lapisan
tanah dalam keadaan meshing, dimana meshing merupakan proses membagi
komponen yang akan dianalisis menjadi elemen-elemen kecil atau diskrit
berbentuk triangle dan quadriteral dan ini merupakan dasar dari perhitungan
elemen hingga. Pada pemodelan menggunakan PLAXIS v.8.6, semakin halus
jaring elemen yang digunakan, maka hasil perhitungan yang didapatkan juga
lebih teliti, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses
perhitungan akan menjadi semakin panjang. Pemodelan tahap analisis Soil
Improvement ini menggunakan PLAXIS v.8.6 dengan kekasaran jaring elemen
tipe sedang.
Gambar 1.2 Proses meshing pada model pekerjaan galian kategori kecil di
permukaan hingga 5m
Gambar 1.3 Proses meshing pada model pekerjaan galian kategori sedang
dengan ketinggian 5m hingga 10m
Gambar 1.4 Proses meshing pada model pekerjaan galian kategori besar
dengan ketinggian 13 m
Gambar 1.5 Proses meshing pada model potongan cross jembatan pekerjaan
timbunan kategori jembatan 1 dengan panjang pilar 7m dan pile 10m
Gambar 1.6 Proses meshing pada model potongan cross jembatan pekerjaan
timbunan kategori jembatan 2 dengan panjang pilar 10m dan pile 10m
Gambar 1.7 Model jembatan untuk pekerjaan timbunan kategori jembatan 1
dan 2
Bronjong berfungsi sebagai penahan tekanan tanah lateral yang disebabkan oleh
deformasi, dan sebagai perkuatan agar faktor keamaan lereng meningkat.
Bronjong direncanakan untuk digunakan pada STA 25+757.3 – STA 33+782.3
(Segmen 3) dengan rencana penggunaan selama 4 tahun.
Gambar 1.9 Dimensi model bronjong
Selain bronjong, gravity wall yang akan digunakan adalah pasangan batu kali dan
concreate. Gravity wall tipe ini direncanakan akan digunakan pada STA 0+000
– STA 48+804.71 (Segmen 1 + Segmen 2) dengan rencana penggunaan selama
40 tahun atau selama umur tambang masih berjalan. Dimensi pasangan batu +
concreate yang akan digunakan memiliki panjang miring 4,688 m dengan
penguat berupa balok dengan ukuran 0,25x0,4 meter dan 0,3x0,3 meter. Gambar
dimensi pasangan batu + concreate dapat dilihat pada Gambar 1.10.
Sesuai dengan SNI 1729 tahun 2015 tentang spesifikasi untuk bangunan gedung
dan non gedung baja struktural, faktor pembagi untuk perhitungan defleksi batas
layan adalah 240. Jadi jarak antar pillar, dalam perhitungan ini sebesar 10 meter,
dibagi dengan 240, dan dihasilkan angka sebesar 41,7 mm. Angka 41,7 mm
tersebut merupakan batas lendutan maksimum untuk suatu struktur jembatan
dengan jarak antar pillar sebesar 10 meter. Hasil perhitungan defleksi gelagar
memanjang menunjukkan bahwa, defleksi terbesar terjadi di tengah bentang
segmen pertama dan terakhir jembatan yang ditunjukkan warna biru, yaitu
sebesar 0,021 mm. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa, jembatan dengan
jarak antar pillar sebesar 10 meter, masih di dalam batas layan penggunaan
jembatan dengan massa penggunaan jembatan selama 20 tahun.
Bending moment hasil perhitungan SAP 2000 v19 untuk gelagar memanjang
dapat dilihat pada Gambar 1.16. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bending
momen sebesar 102 kNm. Mengacu pada formula perhitungan struktur baja yang
terdapat pada SNI 1729 tahun 2015 dengan metode LRFD, direncanakan
penampang gelagar melintang dan memanjang jembatan menggunakan profil
IWF 600.300.19.14. Baja yang digunakan menggunakan mutu BJ 41 dengan
tegangan putus minimum (fu) sebesar 410 MPa, tegangan leleh minimum (fy)
sebesar 250 MPa dan regangan minumum sebesar 18 %. Prinsip dasar yang
digunakan adalah momen rencana hasil analisis menggunakan software
SAP2000 v.19 harus lebih besar dari momen nominal rencana (pengaruh faktor
reduksi momen) agar tidak terjadi tegangan berlebih pada penampang gelagar
memanjang.
Gaya geser yang diperoleh berdasarkan hasil analsis SAP2000 v.19 sebesar 198
kN. Hasil gaya geser tersebut sangat berpengaruh terhadap ketebalan badan
penampang baja yang rawan terhadap bahaya geser dan puntir.
Kontrol kekuatan dan kekakuan yang dilakukan pada software SAP2000 v.19
menggunakan nilai ratio. Setelah dilakukan check design steel structure pada
model jembatan, rata-rata nilai ratio setiap segmen nya masih dibawah 1,0,
dengan artian semua segmen masih dalam normal stress.
Gambar 1.18 Deformed shape pada pilar jembatan
karena bawah tumpuan yang nantinya akan disalurkan menuju pile cape
kemudian ditumpu oleh spun pile. defleksi terbesar terjadi di pillar bagian atas
sebesar 0.00077 mm
defleksi (lendutan), pilar atas defleksi besar karena menahan glagar memanjang
pillar dapat menahan gaya yang terjadi akibat beban dari moda
transportasi yang tersalurkan di glagar memanjang
Data properties merupakan parameter utama dari konstruksi perkuatan, baik
berupa pasangan batu kosong dan kawat (bronjong), serta pasangan batu kali dan
concreate. Data tersebut mencakup karakteristik maupun geometri dari
strukturnya, kedua parameter tersebut sangat dibutuhkan dalam pemodelan agar
hasil analisis menjadi akurat dan relevan. Karakteristik gravity wall Material
yang digunakan adalah beton cor ditempat yang dirangkai menjadi struktur
pendukungnya. Untuk detailnya dapat dilihat dalam Tabel 5.4.
1.4 Fhfffgf
1.5 fgfgfgf
Selatan ke tengah itu gabion, kategori kecil,sedang,besar untuk jangka waktu 4 tahun
E nya 1,1-1,5n
berdasarkan kemen PU tentang no pm.60 2 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur
kereta api
gabion dan gravity untuk cutting di 13 dan 20 meter karena apabila gabion dan gravity
diletakkan di gambut jadi beban.
cutting di 7m, Gambut, lempung lunak, lempung, pasir gradasi buruk,pasir gradasi baik
dinding penahan tanah, gravity dan canti, canti itu ada tulangannya
karena di 3 meter tidak menggunakan repcalcement karena sudah ada geotekstile, dan
apabila di replacement maka akan menambah berat (volume) replacement menjadi beban
merata berdaasrkan plaxis.