6.

Prinsip Diagnosis

1. Anamnesis

1). Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :
a. Kebutuhan meningkat secara fisiologis terutama pada masa pertumbuhan yang cepat,
menstruasi, dan infeksi kronis 

b. Kurangnya besi yang diserap karena asupan besi dari makanan tidak adekuat
malabsorpsi besi 

c. Perdarahan terutama perdarahan saluran cerna (tukak lambung, penyakit Crohn,
colitis ulserativa) 

2). Pucat, lemah, lesu, gejala pika
2. Pemeriksaan fisis

a. anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati
b. stomatitis angularis, atrofi papil lidah 

c. ditemukan takikardi ,murmur sistolik 
 dengan atau tanpa pembesaran jantung
3. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit 
 (MCV, MCH, MCHC) menurun 

b. Hapus darah tepi menunjukkan 
 hipokromik mikrositik 

c. Kadar besi serum (SI) menurun dan 
 TIBC meningkat , saturasi menurun 

d. Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
e. sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat 


Untuk prinsip diagnosis pada anemia defisiensi besi, harus dilakukan diagnosis yang
tepat agar tidak terjadi kesalahan dalam diagnosis. Ada tiga tahap dalam menegakkan
diagnosis ADB, yaitu:

(1) Menentukan adanya anemia dengan mengukur hemoglobin dan hemotokrit,

(2) Memastikan adanya defisiensi besi, dengan kriteria berikut:
 Anemia hipokromik mikrositer pada apusan darah tepi, MCV <80 fl dan
MCHC <31%, MCH <27 pg
 Dua pertiga dari parameter dibawah ini:
- Besi serum <50 mg/dL
- TIBC >350 mg/Dl
- Saturasi transferin <15% atau
 Ferritin serum <20mg/L
(3) Menentukan penyakit dasar yang menjadi penyebab defisiensi besi. Untuk pasien
dewasa, mencari sumber perdarahan atau dilakukan pemeriksaan feses untuk
mencari telur cacing tambang dan menentukan beratnya infeksi. Jika infeksi berat,
telur per gram feses (TPG) >2000. Biasanya disertai pembengkakan parotis dan
warna kuning pada telapak tangan. Untuk pasien perempuan, anamnesis pada
menstruasi sangat penting, bila perlu dilakukan pemeriksaan ginekologi.