Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan perdu yang

tumbuh tegak dengan banyak cabang. Tingginya mencapai 1-4 meter, tumbuh dari

dataran rendah sampai pegunungan. Daun tunggal, berbentuk bulat telur dengan

tepi bergerigi kasar dan tulang daun menjari, ujung meruncing, panjang daun 3, 5-

9, 5 cm dan lebar 2-6 cm dengan daun penumpu berbentuk garis. Daun

mempunyai tangkai dengan panjang tangkainya 1-3, 7 cm. Bunga tunggal, keluar

dari ketiak daun, sekaligus menggantung, dengan tangkai bunga beruas, warna

bunga ada yang merah, dadu, oranye, kuning, putih, dan sebagainya. Kembang

sepatu biasanya ditanam sebagai pagar hidup atau tanaman hias karena mewarnai

kain, makanan, dan dipakai untuk menggosok 5 sepatu agar mengkilap sehingga

disebut bunga sepatu. Pengembangbiakan tanaman ini dengan stek (Agoes, 2010).

Sukun merupakan salah satu jenis tanaman penghasil buah terpenting dari

famili Moraceae yang merupakan salah satu jenis makanan pokok di Kepulauan

Polinesia, Melanesia dan Mikronesia. Asal-usul tanaman tidak diketahui secara

pasti, namun diyakini merupakan jenis asli dari daerah Polinesia dan tropis Asia.

Tanaman sukun merupakan salah satu jenis yang sangat dikenal di Indonesia dan

banyak negara lainnya. Jenis ini memiliki banyak nama lokal tergantung daerah

persebarannya.Beberapa sebutan lokal antara lain, di Siam dikenal dengan nama

sake, di Malaysia dikenal sebagai Bandarase, serta dalam bahasa Inggris disebut

dengan Breadfruit (Noviarso, 2003).

Sansevieria trufasciata berasal dari Congo, memiliki ciri rimpang besar,

terkadang menggelembung dan tumbuh di atas permukaan tanah. Sansevieria

trufasciata memiliki daun berbentuk elips, tebal, dan pinggir daun berwarna
5

merah, panjang daun dari yang pendek sekitar 20 cm hingga bisa mencapai 1.5

meter. Duduk daun berputar di dasar buku rimpang, selain itu jarang ditemukan

helai daun sempurna dalam satu rangkaian. Sansevieria biasanya diperbanyak

dengan pemisahan anakan atau setek daun. Perbanyakan dengan pemisahan

anakan, dalam satu rumpun tanaman dengan 2-3 daun, dalam waktu 5 bulan

umumnya menghasilkan 2-3 anakan. Perbanyakan dengan setek daun umumnya

menghasilkan 1-2 tanaman dalam 2 bulan. Salah satu teknik perbanyakan

alternatif yang dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dalam waktu relatif

cepat adalah perbanyakan secara in vitro. Teknik ini memungkinkan

dihasilkannya banyak tunas dari eksplan yang berukuran kecil, dan jika tunas

yang berakar diaklimatisasi maka akan dihasilkan bibit tanaman dalam jumlah

banyak (Yusnita, 2003).

Zat pengatur tumbuh rootone F adalah senyawa organik bukan hara yang

dalam jumlah tertentu aktif merangsang, menghambat dan merusak pertumbuhan

dan perkembangan tanaman. Rootone F adalah salah satu bahan sintetiszat

pengatur tumbuh atau hormon tumbuh yang mempengaruhi proses fisiologis.

Pengaturan pertumbuhan ini dilakukan dengan cara pembentukan hormon-hormon

yang sama, mempengaruhi sintesis hormon, perusakan translokasi atau dengan

cara perubahan tempat pembentukan hormon (Kusuma, 2003).

Rootone F sangat baik digunakan untuk merangsang pertumbuhan tanaman

terutama untuk merangsang pertumbuhan tanaman terutama untuk merangsang

pertumbuhan akarnya. Penggunaan zat tumbuh Rootone F seperti zat tumbuh

sintesis lainnya agar memberikan hasil yang memuaskan, harus digunakan dalam
6

dosis yang tepat. Disamping itu harus pula memperhatikan kandungan bahan

kimia dari zat tumbuh yang akan digunakan, metode pemberian, waktu pemberian

dan sifat tanaman (Arisna, 2017).

Pada bawang merah mengandung hormon auksin yang dapat memacu

pertumbuhan akar pada stek tanaman. Umumnya auksin sangat banyak ditemukan

pada tunas, pucuk tanaman, daun muda, buah, dan ketiak daun. Pada bagian

dalam umbi lapis bawang merah terdapat tunas yang dapat tumbuh menjadi

tanaman baru. Selain itu, pada bawang merah yang telah dihancurkan akan

terbentuk senyawa allithiamin. Senyawa tersebut dapat berfungsi memperlancar

metabolisme pada jaringan tumbuhan dan dapat bersifat fungisida dan bakterisida

(Harjadi, 2009).

Dalam bawang merah terdapat kandungan minyak atsiri berupa allin yang

merupakan senyawa mengandung ikatan asam amino dan prekursor dari senyawa

allicin. Senyawa allicin dihasilkan dari senyawa allin dengan bantuan enzim

allinase. Selain itu, di dalam bawang merah juga terdapat kandungan thiamin

(vitamin B1) berperan dalam proses perombakan karbohidrat menjadi energi

dalam proses metabolisme tanaman. Senyawa allicin dengan thiamin (vitamin B1)

di dalam bawang merah dapat membentuk ikatan kimia yang disebut allithiamin.

Adanya senyawa tersebut dapat lebih mudah diserap oleh tubuh tanaman

dibandingkan dengan vitamin B1, sehingga senyawa tersebut akan membuat

vitamin B1 akan lebih efisien dimanfaatkan oleh tanaman Kandungan kimia lain

yang terdapat pada bawang merah antara lain minyak atsiri yang salah satunya

adalah aliin dan fitohormon. Fitohormon yang dikandung bawang merah adalah
7

auksin (Rukmana, 2005).

Hormon Auksin pertama kali ditemukan oleh Fritz Went pada ujung koleoptil

sejenis gandum. Hasil penelitian pada ujung tumbuhan lain yaitu jagung ternyata

juga mengandung zat yang fungsinya mirip auksin dan disebut dengan auksin b.

Struktur auksin ialah asam indoasetat atau dikenal dengan IAA. Fungsi auksin

dalam tubuh tumbuhan membantu proses pemanjangan koleoptil, pembelahan sel

kambium pembuluh, memengaruhi diferensiasi (perubahan bentuk) pembuluh

xilem dan meningkatkan aktivitas pembentukan akar adventif pada batang yang

telah dipotong (Pandu, 2016).

Hormon sitokinin adalah hormon yang bersama dengan hormone auksin

dalam memengaruhi pembelahan sel yang disebut dengan sitokinesis. Sitokin

dapat diperoleh pada ragi santan kelapa, ekstrak buah apel dan juga pada jaringan

tumbuhan yang membelah. Fungsi hormone sitokinin yaitu mengatur

pembentukan bunga dan buah, membantu proses pertumbuhan akar dan tunas

pada pembuatan kultur jaringan, memperkecil dominan siapikal dan juga dapat

menyebabkan pembesaran daun muda, merangsang pembelahan sel dengan cepat,

membantu mengatur pembelahan sel yang terdapat di daerah meristem sehingga

pertumbuhan titik tumbuh normal dan menunda pengguguran daun, bunga dan

buah yang dilakukan dengan meningkatkan transport zat makanan ke organ

tersebut (Santoso, 2007).

Giberelin pertama kali ditemukan oleh saintis jepang E. Kurosawa yang

berhasil mengisolasi zat dari jamur Gibberella fujikuroi, yang menyerang padi.

Zat tersebut menyebabkan terjadinya pemanjangan ruas-ruas batang padi secara


8

berlebihan sehingga mudah roboh. Pada tahun-tahun berikutnya, ternyata senyawa

giberelin ditemukan pada tumbuhan dalam kadar sedikit dan terutama berfungsi

dalam proses pemanjangan batang. Selain berfungsi dalam pemanjangan batang,

giberelin juga terlibat dalam proses pembungaan, perkecambahan biji, dormansi

dan pembentukan buah tanpa penyerbukan. Akibatnya, buah menjadi besar dan

tidak berbiji (Harjadi, 2009).

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan

menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan

menjadi tanaman baru. stek daun dapat berupa lembaran daun atau lembaran daun

beserta petiol. Bahan awal pada stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman

baru. Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer

atau meristem sekunder.Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong

daun dengan panjang 7,5 – 10 cm (Sansevieria) atau memotong daun beserta

petiolnya kemudian ditanam pada media (Yusnita, 2003)/

Stek batang adalah cara yang paling sederhana dan mudah dilakukan.

Perbanyakan dengan stek batang lebih efisien sebab stek batang lebih cepat

tumbuh. Hal tersebut dikarenakan stek batang mempunyai persediaan makanan

yang cukup untuk pertumbuhan tunas-tunas batang dan akar. Bahan awal

perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang dikelompokkan menjadi empat

macam berdasarkan jenis batang tanaman, yakni: berkayu keras, semi berkayu,

lunak, dan herbaceous.(Arisna, 2017).

Stek akar sangat sesuai dan mampu menghasilkan sekaligus dalam jumlah

yang banyak dan persen tumbuh yang sangat tinggi dibandingkan dengan cara
9

perbanyakan yang lainnya. Pertumbuhan bibit yang seragam dan mudah cara

melakukannya. Biasanya stek akar akan disemai sejajar dengan permukaan tanah

atau sedikit masuk ke dalam tanah atau media. Sebagai contoh tanaman yang

menggunakan stek akar yaitu pada tanaman sukun (Jumani, 2012).


10

Hal 571

D. PENYAKIT EMBUN TEPUNG PADA APEL


Podosphaera Leucotricha
Pada tahun 1970 di jawa sudah terdapat lebih kurang 240 ribu batang apel. Pada
tahun 1981 dijawa timur saja sudah terdapat lebih kurang 5,2 juta pohon.
Meskipun pusat pertanaman apel di indonesia terdapat dimalang, khususnya Batu,
dewasa ini apel sudah sudah ditanam secara meluas dipulau jawa tengah, jawa
barat, Bengkulu, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Bali dan Timor (lihat
Sastrahidayat, 1984).
Penyakit embun tepung (powdery mildew) pada apel mulai dikenal di
Batu, Malang, sejak tahun 1960-an yaitu sejak apel dibudidayakan secara besar-
besaran disana dan dikenal sebagai “penyakit cabuk putih “ (Anon.,1979). Untuk
pertama kali penyakit berkembang secara epidemik pada tahun 1977(
Sastrahidayat, 1978). Biasanya penyakit timbul pada musim kermarau.
Gejala,- Gejala penyakit

Anda mungkin juga menyukai