Anda di halaman 1dari 3

Bekerja Untuk Membantu bukan

Untuk Melanggar
23 November 2012 · by Akang Nashir · in Jurnalistik. ·

Di tengah-tengah gemericik hujan yang turun di kawansan Wisata Puncak


Bogor, seorang pria paruh baya dengan berseragam celana coklat, topi
abu-abu, kemeja putih dengan dibalut rompi petugas polisi justru sibuk
dengan tugasnya mengatur parkiran di pinggir Jalan Raya Puncak KM 77
Cisarua Bogor. Nampak wajah yang begitu bersahaja menyapa para
pengendara kendaraan bermotor baik itu mobil maupun motor yang
hendak parkir di lahan parkirnya.

Pria kelahiran 40 tahun silam itu bernama lengkap Jamaludin, merupakan


ayah dari tiga orang anak hasil penikahan dengan istrinya bernama
Handayani. Menurutnya, ia telah bertugas sebagai tukang parkir di Jalan
Raya Puncak sejak 15 tahun yang lalu. “Saya bekerja sebagai tukang
parkir di sini sekitar 15 tahun yang lalu, setelah memiliki satu anak. Tugas
saya di sini sih bukan hanya memarkirkan kendaraan, kadang saya juga
membantu warga untuk menyebrang jalan”ucapnya sambil tersenyum.

Di kawasan wisata Puncak sendiri area parkir di pinggir jalan raya sangat
mudah ditemui, dari mulai keluar Tol Jagorawi hingga ke daerah Cipanas.
Hal tersebut sangat berarti bagi warga sekitar, karena memunculkan
‘lahan kerja’ bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap seperti
halnya Pak Jamaludin. Keramaian lalu-lintas kawasan wisata Puncak
memang tak terbantahkan lagi, dengan panorama alam yang
menakjubkan, menjadikan Puncak sebagai tempat tujuan wisata yang
dapat menghilangkan penat rutinitas kegiatan sehari-hari. Menurut Pak
Jamal, per harinya beliau dapat penghasilan sekitar 20 hingga 40 ribu
rupiah, cukup tidaknya penghasilan tersebut ia terima dengan lapang
dada. “Setiap hari paling saya dapat 20 rebu kalau lagi sepi, kalau lagi
rame saya bisa mendapatkan uang sekitar 50 rebu. Penghasilan berapa
pun saya mah terima-terima aja, yang penting masih bisa makan”
ujarnya dengan logat bahasa sunda yang kental.
Profesi Pak Jamal sebagai tukang parkir jalanan justru kontradiktif dengan
kebijakan pemerintah tentang ketersedian ruang parkir dalam Undang-
undang No. 22 tahun 2009 Pasal 34 ayat 3. Undang-undang tersebut
menyatakan bahwa fasilitas parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya
dapat diselenggarakan di tempat tertentu yaitu pada jalan kabupaten,
jalan desa, atau jalan kota yang harus dinyatakan dengan rambu lalu
lintas dan atau Marka Jalan.

Tentang peraturan tersebut Pak Jamal tidak mengetahuinya sama sekali,


ia selama ini nyaman-nyaman saja sebagai tukang parkir di Jalur Puncak.
Tidak pernah ada petugas keamanan atau polisi yang menegurnya.
“Selama saya bertugas, saya tidak tahu dan tidak ada yang memberi tahu
sama sekali tentang peraturan-peraturan lalu lintas, malahan saya dikasih
rompi sama petugas polisi karena dianggap pekerjaan saya telah
membantu tugas beliau. Ini rompinya yang saya pakai” ujarnya sambil
menunjukkan rompi yang sedang ia pakai. Dengan rompi yang ia pakai,
pak Jamaludin mengaku semakin bersemangat dalam menjalankan
tugasnya. Baginya itu sebuah tanda bahwa pekerjaan yang digelutinya
selama ini telah berjasa bagi orang lain dan telah diakui oleh instansi
kepolisian.

Di era sekarang dengan daya persaingan yang tinggi, Pak jamal tidak
memiliki pilihan pekerjaan lain. Pendidikan terakhirnya yang tidak sampai
tamat sekolah dasar membuatnya sulit mencari pekerjaan. Walau dengan
penghasilan yang sangat pas-pasan ia tetap bertahan dalam
pekerjaannya. Tak terbayangkan olehnya jika harus kehilangan pekerjaan
yang telah bertahun-tahun ia geluti. Karena pekerjaannya ini, Pak Jamal
begitu dikenal oleh warga sekitar bahkan ia dikenal oleh para petugas
Polantas.

Meskipun di sisi lain, keberadaan lahan parkir di sepanjang Jalan Raya


Puncak sedikit-banyak berkontribusi terhadap kemacetan lalu lintas yang
sering terjadi di Kawasan Wisata Puncak, namun menurut Pak Jamal,
infrastruktur jalan yang sudah tidak sebanding dengan kendaraan masuk
dan melintaslah yang menjadi masalah utama kemacetan di kawasan
Puncak selama ini. “Sebenarnya di sini bukan kita yang bikin macet.
Jalannya seukuran begini, kendaraan yang lewatnya banyak banget mas,
wajar aja macet. Polisinya yang ngatur juga kewalahan. Kita malah sering
bantu mereka ngatur jalanan”.

Penduduk sekitar pun sangat menghargai tugas Pak Jamal, karena


membantu mereka dalam menyeberang jalan serta mengatur lalu lintas
seperti halnya yang diutarakan oleh Pak Andi, tukang ojek di dekat lahan
parkir Pak Jamal. “Ya, beliau sangat berjasa buat kita. Dia sering
membantu orang-orang sini menyeberang jalan. Tahu sendiri Jalanan
Puncak padet banget, dan turunannya curam. Jadi kita kadang takut untuk
menyeberang apalagi kalau hari libur”. Hal tersebut memang benar
adanya, sekitar 40 ribu kendaraan tercatat melintas Gerbang Tol Ciawi
seperti dikutip di akun twitter @TMCPolresBogor. Antrean kendaraannya
hingga 10 KM.

Pak Jamal, seringkali membantu Polantas yang bertugas di dekat lahan


parkirnya dalam mengatur lalu lintas jika ada kemacetan. Tidak ada
harapan untuk mendapat imbalan apapun dari petugas polantas tersebut.
Baginya itu juga merupakan tugasnya sebagai orang yang mendapat uang
di jalanan.

Selain peduli akan kondisi jalanan, Pak Jamal juga begitu peduli terhadap
keluarganya. Setiap ia pulang dari tugasnya, Pak Jamal langsung
memberikan penghasilannya kepada istrinya. Selanjutnya ia menghampiri
anaknya yang semuanya masih duduk di bangku sekolah. Pak Jamal
membagi-bagi pula penghasilannya kepada seluruh anaknya secara
merata.

Jasa seorang tukang parkir sepertinya mungkin memang tidak akan


pernah dianggap besar oleh orang lain. Namun baginya, semua yang
dilakukan atas dasar ikhlas akan memiliki manfaat bagi orang lain. Tak
mengenal hujan, atau bahkan di saat sakit pun ia akan berusaha bekerja
semaksimal mungkin selama ia bisa melakukannya.

Istrinya yang setiap hari begitu mengandalkan penghasilan suaminya


tersebut selalu memberikan dukungan yang maksimal baginya. “Istri dan
anak saya adalah segalanya bagi saya. Mereka lah yang selama ini
mendukukung saya dan menjadi tonggak semangat saya. Di jalanan
orang tidak peduli akan kondisi saya. Saya bekerja untuk orang lain dan
untuk membantu bukan untuk melanggar”.

Harapan Pak Jamal, jika memang ada kebijakan dari pemerintah yang
berkaitan dengan pekerjaannya sebagai tukang parkir hendaknya
disosialisasikan kepada beliau. Dan ia pun mengharapkan adanya
pelatihan atau pengarahan tentang aturan-aturan lalu lintas yang ada.

“Peraturan lalu-lintas tentu harus kami taati, namun kami harus tahu dan
mengerti tentang peraturan tersebut” ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai