Anda di halaman 1dari 6

UJI KADAR SISA ETANOL DAN ABU TOTAL EKSTRAK ETANOL 80

% DAUN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus) DAN TANAMAN


ANTING-ANTING (Acalypha indica Linn)

Khoirul Ngibad1 ; Roihatul Muti’ah, M.Kes, Apt2 ;


Elok Kamilah Hayati, M.Si.3 ; Dr. Ahmad Barizi, M.A.4

1. Mahasiswa Kimia 2. Dosen Kimia 3. Dosen Kimia 4. Dosen Tarbiyah

Fakultas Sains dan Teknologi


Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
2013

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang uji kadar sisa etanol dan abu total
ekstrak etanol 80 % daun bunga Matahari (Helianthus annuus) dan tanaman
Anting-anting (Acalypha indica Linn). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kadar sisa etanol dengan variasi metode pemisahan pelarut dan abu
total ekstrak.
Penelitian ini meliputi ekstraksi daun bunga Matahari dan tanaman
Anting-anting secara terpisah menggunakan metode maserasi dengan pelarut
etanol 80 %. Masing-masing variasi metode pemisahan pelarut dari ekstrak
dianalisis kadar sisa etanol menggunakan metode berat jenis dan abu total
menggunakan metode pengabuan kering.
Hasil analisis kadar sisa etanol ektrak etanol 80 % daun bunga Matahari
dan tanaman Anting-anting dengan perlakuan pemisahan pelarut (2, 3, dan 4)
masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh FDA.
Sedangkan kadar abu total ekstrak etanol 80 % daun bunga Matahari dan
tanaman Anting-anting masing-masing sebesar 14,67 % ± 0,29 dan 6,41 % ±
0,39.

Kata Kunci : Bunga Matahari (Helianthus annuus), Anting-anting (Acalypha


indica Linn) , Etanol 80 %, Sisa Etanol, Abu Total

1
PENDAHULUAN Kadar abu ada hubungannya
Standardisasi ekstrak dengan mineral internal maupun
tumbuhan obat di Indonesia eksternal suatu bahan. Apabila akan
merupakan salah satu tahapan ditentukan jumlah mineralnya dalam
penting dalam pengembangan obat bentuk aslinya adalah sangat sulit.
asli Indonesia. Sesuai instruksi Oleh karenanya, biasanya dilakukan
Depkes-BPOM (2004), ketentuan dengan menentukan sisa pembakaran
umum mutu ekstrak berdasarkan garam mineral tersebut yang dikenal
aspek-aspek spesifik dan dengan pengabuan (Saifudin, dkk.,
nonspesifik. Aspek-aspek spesifik 2011).
adalah aspek profil KLT, penetapan Tujuan dari penelitian ini
kadar marker, kadar total golongan adalah untuk mengetahui kadar sisa
metabolit, dan aspek kelarutan etanol dan abu total pada masing-
ekstrak dalam etanol dan air. masing ekstrak etanol 80 % daun
Sedangkan aspek-aspek nonspesifik bunga Matahari (Helianthus annuus)
adalah aspek penetapan sisa air, sisa dan tanaman Anting-anting
pelarut, kadar abu, keberadaan (Acalypha indica Linn).
cemaran mikroba, Aspergillus flavus,
cemaran aflatoksin, residu peptisida METODE PENELITIAN
dan cemaran logam berat (Saifudin, Alat
dkk., 2011). Alat-alat yang digunakan
Agar khasiat dan stabilitas adalah seperangkat alat gelas,
ekstrak dapat terjamin, maka perlu blender, neraca analitik, kertas saring
dipenuhi suatu standar mutu whatman, shaker, penyaring
produk/bahan ekstrak (Depkes RI, buchner, oven, vial, ayakan 60 mesh,
1995). Standarisasi ekstrak rotary evaporator, bejana untuk
tumbuhan obat di Indonesia proses pengaliran gas N2, krus
merupakan salah satu tahapan porselen, piknometer 25 mL, hair
penting dalam pengembangan obat dryer, tanur, desikator, dan
asli Indonesia. Sesuai instruksi destilator.
Depkes-BPOM (2004), salah satu
aspek nonspesifik dalam standarisasi Bahan
adalah penentuan sisa pelarut dan Bahan-bahan yang
abu total (Saifudin, dkk., 2011). digunakan adalah etanol 80 %, gas
Menurut Food and Drug N2, aseton, dan aquades.
Association (FDA), batasan sisa
pelarut dalam ekstrak adalah sebesar Prosedur Penelitian
1,046 % sedangkan menurut Preparasi Sampel
KEPMENKES RI (1994), kadar Seluruh bagian daun bunga
etanol yang ada dalam jamu tidak Matahari segar dicuci, dipotong
boleh lebih dari 1 % v/v. Oleh kecil-kecil, dipanaskan dengan terik
karenanya, harus ditentukan kadar matahari secara tidak langsung
sisa etanol dalam ekstrak agar dengan cara ditutupi dengan kain
standar mutu dari obat alam dapat hitam selama 2 jam. Kemudian
terpenuhi (Saifudin, dkk., 2011). dikeringkan dengan diangin-
anginkan (di udara terbuka

2
terlindung dari panas matahari) 1. Ekstrak pekat setelah dirotary
selama 7 hari. Setelah itu, diblender dengan tidak diperlakukan lebih
sampai berbentuk serbuk dan diayak lanjut
menggunakan ukuran ayakan 60 2. Ekstrak pekat setelah dirotary
mesh. kemudian dikonstankan beratnya
Daun dan batang Anting- 3. Ekstrak pekat setelah dirotary
anting segar dicuci, dipotong kecil- kemudian dikonstankan beratnya
kecil, dikeringkan dengan diangin- dengan oven
anginkan (di udara terbuka 4. Ekstrak pekat setelah dirotary dan
terlindung dari panas matahari) dialiri gas N2
selama 7 hari. Setelah itu, diblender Uji kadar sisa etanol
sampai berbentuk serbuk dan diayak menggunakan metode destilasi.
menggunakan ukuran ayakan 60 Ekstrak pekat daun bunga Matahari
mesh. dan Anting-anting masing-masing
ditimbang sebanyak 2 g dan
Ekstraksi Maserasi dilarutkan dalam aquades sampai 25
Serbuk kedua sampel mL. Kemudian dimasukkan ke dalam
diperlukan secara terpisah. Masing- labu destilasi, suhu destilat diatur
masing ditimbang sebanyak 100 g pada 78,5 OC. Proses destilasi selama
dan perlakuan dibagi menjadi dua ± 3 jam atau dihentikan apabila tidak
bagian masing-masing 50 g untuk menetes lagi. Kemudian diukur
proses maserasi. Kemudian masing- volume destilat dan ditandabataskan
masing dimaserasi menggunakan 250 dalam labu ukur 100 mL. Kadar sisa
mL pelarut etanol 80 % selama 24 etanol ditentukan dengan
jam dengan pengocokan selama 3 menggunakan metode berat jenis.
jam menggunakan shaker dengan Hasil yang diperoleh dibandingkan
kecepatan 120 rpm. Kemudian dengan standar (Saifudin, dkk.,
disaring menjadi filtrat dan ampas. 2011).
Ampas direndam kembali
dengan 150 mL pelarut etanol 80 % Pembuatan Seri Larutan Baku
yang baru. Selanjutnya disaring dan Etanol
ampasnya direndam kembali dengan Etanol p.a. diambil 1,0; 2,0;
100 mL pelarut etanol 80 % yang 3,0; dan 4,0 mL dengan mikropipet
baru. Kemudian disaring, kedua dan dimasukkan ke dalam labu ukur
ampas dijadikan satu dan direndam 100 mL. Ditambahkan aquades
kembali dengan 150 mL pelarut hingga volume 100 mL (Tjandrawati,
etanol 80 % yang baru. Kemudian 2006).
disaring menjadi filtrat dan ampas.
Masing-masing filtrat digabung dan Pengukuran Larutan Baku Etanol
dipekatkan dengan rotary evaporator Piknometer 25 mL
sampai diperoleh ekstrak pekat. dibersihkan secara hati-hati dengan
menggunakan aseton, kemudian
Uji Kadar Sisa Etanol Ekstrak dikeringkan dan ditimbang.
Uji kadar sisa etanol ekstrak, Piknometer diisi dengan aquades
dilakukan beberapa variasi perlakuan secara hati-hati hingga penuh.
antara lain: Kelebihan aquades pada puncak pipa

3
kapiler dibersihkan. Piknometer yang C adalah berat cawan + abu, dinyatakan
berisi aquades segera ditimbang dan dalam g.
beratnya dicatat. Cara yang sama
dilakukan untuk larutan baku etanol. Hasil yang diperoleh tidak
Berat jenis dihitung dengan rumus dibandingkan dengan standar. Hal ini
berikut (Tjandrawati, 2006): disebabkan standar kadar abu total
dari daun bunga Matahari dan
Anting-anting belum ada dalam
Setelah ditentukan berat daftar tanaman obat herbal
jenis sampel kemudian dibuat terstandar.
persamaan kurva liner hubungan
antara konsentrasi etanol dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
bentuk persen (sumbu x) dengan Hasil Uji Kadar Sisa Etanol
berat jenis (sumbu y). Konsentrasi Pada penelitian ini dilakukan
etanol ditentukan dengan persamaan: uji kadar sisa etanol ekstrak etanol
80 % dari sampel daun bunga
Matahari dan tanaman Anting-anting
dengan beberapa variasi perlakuan
Keterangan: untuk memaksimalkan pemisahan
x: Konsentrasi etanol sampel (%) pelarut. Tujuan adanya beberapa
y: Berat jenis etanol sampel (g/mL) variasi perlakuan tersebut adalah
untuk mengetahui perlakuan mana
Uji Kadar Abu Total Ekstrak yang menghasilkan kadar sisa etanol
Ekstrak pekat daun bunga dalam ekstrak yang paling sedikit
Matahari dan Anting-anting masing- Nilai kadar etanol ekstrak
masing ditimbang sebanyak 2 g dan etanol 80 % daun bunga Matahari
dimasukkan ke dalam krus porselen. dan tanaman Anting-anting
Ekstrak pekat tersebut dipijarkan ditentukan dengan cara memasukkan
perlahan-lahan dalam tanur dengan nilai berat jenis etanol dalam ekstrak
menaikkan suhu secara bertahap ke dalam persamaan linear y =-0,001
hingga ±600 °C selama ± 6 jam atau x + 0,992 dan didapatkan nilai x
sampai bebas karbon (arang habis). sebagai nilai kadar etanaol masing-
Selanjutnya didinginkan dalam masing ekstrak. Data yang diperoleh
desikator dan ditimbang hingga ditunjukkan dalam Tabel 1, 2, 3, dan
didapat berat abu konstan (Depkes 4.
Tabel 1 Kadar etanol Ekstrak pekat setelah
RI, 1980). dirotary dengan tidak diperlakukan
Kadar abu total dihitung lebih lanjut
dengan rumus sebagai berikut:

Perlakuan 1 menghasilkan
kadar sisa etanol yang paling besar
Keterangan: dibandingkan dengan perlakuan 2, 3
A adalah berat cawan kosong, dinyatakan
dalam g
dan 4. Hal ini dikarenakan ekstrak
B adalah berat cawan + sampel ekstrak, pekat setelah dirotary dengan tidak
dinyatakan dalam g diperlakukan lebih lanjut tersebut

4
masih mengandung sisa pelarut Perlakuan 4 memberikan
etanol. hasil kadar etanol yang kecil
dikarenakan adanya aliran gas N2
Tabel 2 Kadar etanol Ekstrak pekat setelah pada ekstrak. Kelebihan perlakuan
dirotary kemudian dikonstankan
beratnya
ini adalah ekstrak terhindar dari
pengaruh panas sehingga kerusakan
ekstrak bisa diminimalkan sedangkan
kelemahannya adalah dibutuhkan
Perlakuan 2 memberikan hasil biaya tambahan untuk melakukan
kadar etanol yang kecil dikarenakan pemisahan pelarut dengan perlakuan
adanya perlakuan lebih lanjut yaitu ini.
dengan cara mengkonstankan berat Batas sisa pelarut etanol yang
ekstrak sampai 5 hari. Kelemahan diperbolehkan oleh Food and Drug
pada perlakuan nomer 2 ini adalah Association (FDA) adalah sebesar
dibutuhkannya waktu yang lama 1,046 %. Jadi di antara perlakuan
untuk meminimalkan sisa pelarut tersebut perlakuan 2, 3, dan 4 masih
etanol tersebut sedangkan memenuhi persyaratan yang
kelebihannya adalah tidak ditetapkan oleh FDA.
membutuhkan biaya tambahan.
Hasil Uji Kadar Abu Total
Tabel 3 Kadar etanol Ekstrak pekat setelah Pada penelitian ini dilakukan
dirotary kemudian dikonstankan
beratnya dengan oven
penentuan kadar abu total ekstrak
etanol 80 % dari sampel daun bunga
Matahari dan tanaman Anting-
anting. Penentuan kadar abu total
Perlakuan 3 memberikan hasil bertujuan untuk memberikan
kadar etanol yang paling kecil gambaran kandungan mineral
dibandingkan perlakuan 1, 2, dan 4. internal dan eksternal yang mana
Hal ini dikarenakan adanya bantuan tiap-tiap ekstrak simplisia
proses oven dengan suhu 30 – 37 OC mempunyai kadar abu total yang
dalam meminimalkan sisa pelarut. berbeda-beda. Ekstrak dipanaskan
Perlakuan ini merupakan perlakuan hingga senyawa organik dan
yang terbaik dalam memisahkan turunannya terdestruksi dan menguap
pelarut etanol karena hanya sampai tinggal unsur mineral dan
membutuhkan waktu sehari dan tidak anorganik saja.
membutuhkan biaya tambahan.
Selain itu, dengan suhu oven 30 – 37 Tabel 6 Kadar abu total ekstrak etanol 80 %
O
C tersebut tidak merusak senyawaan daun bunga Matahari dan Anting-
aktif metabolit sekunder yang anting
digunakan untuk analisis bioassay
pada tahapan selanjutnya.
Menurut Winarno (1991),
Tabel 4 Kadar etanol Ekstrak pekat setelah
dirotary dan dialiri gas N2
kadar abu yang yang terukur
merupakan bahan-bahan anorganik
atau gambaran mineral-mineral
internal maupun ekternal yang tidak

5
terbakar dalam proses pengabuan DAFTAR PUSTAKA
sedangkan bahan-bahan organik Departemen Kesehatan Republik
telah terbakar. Kadar abu total yang Indonesia. 1980. Materi
didapat masing-masing tidak Medika Jilid 1V. Direktoral
dibandingkan SNI yang ada. Hal ini Jenderal Pengawasan Obat
dikarenakan belum adanya standar dan Makanan. Jakarta.
kadar abu total untuk simplisia daun Depkes RI. 1995. Materia Medika,
bunga Matahari dan tanaman Anting- Jilid VI, Direktorat Jenderal
anting. Pengawan obat dan
makanan. Jakarta: 152.
KESIMPULAN Menteri Kesehatan Republik
1. Kadar sisa pelarut etanol ekstrak Inoonesia Keputusan Menteri
daun bunga Matahari (Helianthus Kesehatan Republik
annuus) dan Anting-anting Indonesia Nomor :
661/Menkes/SK/VII/ 1994
(Acalypha indica Linn) dengan
Tentang Persyaratan Obat
perlakuan pemisahan pelarut (2, 3, Tradisional.
dan 4) masih memenuhi Saifudin, A., Rahayu, V., dan
persyaratan yang ditetapkan oleh Teruna, H. Y. 2011.
FDA. Standardisasi Bahan Obat
2. Kadar abu total ekstrak etanol 80 Alam. Yogyakarta: Graha
% daun bunga Matahari Ilmu.
Tjandrawati, M. M. M.Y. 2006.
(Helianthus annuus) dan Anting-
Perbandingan Metode
anting (Acalypha indica Linn) Kromatografi Gas dan
masing-masing sebesar 14,67 % Beratjenis pada Penetapan
± 0,29 dan 6,41 % ± 0,39. Kadar Etanol dalam
Minuman Anggur. Fakultas
SARAN Farmasi USD.
1. Perlu dilakukan uji standardisasi Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan
parameter nonspesifik lainnya dan Gizi. Jakarta: Gramedia
seperti aspek penetapan sisa air, Pustaka Utama.
keberadaan cemaran mikroba,
Aspergillus flavus, cemaran
aflatoksin, residu peptisida dan
cemaran logam berat.
2. Perlu dilakukan uji standardisasi
parameter spesifik seperti aspek
profil KLT, penetapan kadar
marker, kadar total golongan
metabolit, dan aspek kelarutan
ekstrak dalam etanol dan air.

Anda mungkin juga menyukai