Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Fondasi, Volume 6 No 2 2017

PENGARUH TIGA VARIASI TIPE PEREKAT LABUR DAN


PENGGUNAAN PASAK VERTIKAL PADA JARAK 15 CM
TERHADAP KUAT GESER BALOK BAMBU LAMINASI
Zulmahdi Darwis1, Hendrian Budi Bagus K2, Muhammad Afiff Isnaini.3
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Jenderal Sudirman km. 03 Cilegon, Banten
zulmahdi_d@yahoo.com1 hendrianbudibk@gmail.com2 mafiff.mai@gmail.com3

ABSTRAK
Penggunaan balok bambu laminasi menjadi alternatif sebagai salah satu unsur bahan bangunan.
Teknik laminasi seperti ini mampu digunakan untuk membentuk bahan bangunan yang digunakan sebagai
bahan konstruksi dalam ukuran besar. Penelitian–penelitian sebelumnya telah banyak mengulas kekuatan
balok bambu laminasi, tipe keruntuhan dan pola retak. Beberapa pengujian terhadap kuat geser dengan
penggunaan perekat labur 60#MDGL, mengakibatkan patahan secara parsial atau patahan geser antar
material bambu dan bukan terjadi pada perekat.
Penelitian ini diarahkan untuk membuat balok bambu laminasi tanpa menggunakan kulit luar bambu
dengan menggunakan variasi 3 tipe perekat labur dan penggunaan pasak vertikal dengan jarak optimum
15 cm, sehingga dapat ditentukan tipe perekat labur yang mempunyai kekuatan optimum dan kekuatan
pasak dalam pembuatannya. Perbandingan ukuran atau dimensi balok antara tinggi balok dan lebarnya
yaitu 2 : 1 berukuran (12 cm x 6 cm). Selanjutnya diuji kekuatan balok tersebut terhadap kekuatan geser
dan lentur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kekuatan geser yang signifikan diantara
ketiga variasi lem. Kekuatan Balok tertinggi adalah benda uji 50#MDGL Ligno dengan nilai beban 20,6
KN dengan lendutan sebesar 22,5 mm. Tegangan geser rata-rata balok laminasi yang didapat adalah 4,43
Mpa. Kekuatan ini masih lebih besar dari kekuatan balok kayu pada umumnya dimana tegangan geser
kayu kuat kelas II sebesar 1,25 Mpa.

Kata kunci: bambu petung, kapasitas geser, variasi perekat

ABSTRACT
The use of laminated bamboo beams to be an alternative as one of the elements of building
materials. Techniques such laminates can be used to form the building materials used as construction
materials in large sizes. Previous studies have extensively covered the beam strength of laminated
bamboo, type and pattern collapse crack. Some testing of the shear strength with the use of adhesive labur
60 # MDGL, resulting in partial fracture or shear fracture between bamboo material and not occur in the
adhesive.
This research was directed to make laminated bamboo blocks without using bamboo outer shell by
using variations of three types of labur adhesive and vertical peg use with an optimum distance of 15 cm,
so it can be determunated the type of labur adhesive that has the optimum and peg of strength in its
manufacture. Comparison of the size or dimensions of the beam between the height of the beam and its
width is 2:1 sized (12 cm x 6 cm). Further tested the strength of the beam on its shear strength and
fiexure.
The results showed that there was no significant difference in shear strengths between the three
variations of glue. Beam strength is highest test object 50 # MDGL Ligno with a value of 20,6 KN load
with a deflection of 22,5 mm. The average shear stress laminated beams obtained is 4,43 MPa. This
strength is still greater than the strength of the wood beams in general where strong wood shear stress of
amount 1.25 MPa class II.

Keywords: petung bamboo, shear capacity , adhesive variations

58 | Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


Jurnal Fondasi, Volume 6 No 2 2017

1. PENDAHULUAN diuji. Perbandingan ukuran atau dimensi


1) Latar Belakang balok antara tinggi balok dan lebarnya yaitu 2
Bambu Bambu adalah salah satu bahan : 1 berukuran (12 cm x 6 cm). Selanjutnya
konstruksi yang sudah lama dikenal di diuji kekuatan balok tersebut terhadap
masyarakat. Penggunaan bambu merupakan kekuatan geser dan lentur.
salah satu unsur bahan bangunan yang 2) Rumusan Masalah
masih bersifat sekunder, yaitu untuk a. Teknik laminasi balok bambu
kepentingan pembuatan perancah/ bekisting, dengan 3 variasi perekat labur
reng atap, pagar dan terbatas pada keperluan diantaranya Fox PVac, Rajawali
furniture. Hal ini disebabkan oleh minimnya PVac, dan Ligno Super 800
pengetahuan masyarakat tentang sifat-sifat PVac.
mekanik bambu. Sementara, ketersediaan b. Perbandingan nilai tegangan
bambu cukup banyak, mudah didapat, geser dengan pasak vertikal.
harganya relatif murah, sehingga sangat 3) Tujuan Penelitian :
dimungkinkan untuk menjadi alternatif selain a. Mengetahui kuat geser balok
kayu dalam penggunaan material struktur bambu laminasi tanpa
bangunan. menggunakan kulit luar bambu
Menurut Morisco menghasilkan kuat dengan menggunakan 3 variasi
tarik kulit bambu dengan hasil cukup tinggi tipe perekat labur.
yaitu ±5000 kg/cm2 atau sekitar dua kali b. Mengetahui pola kerusakan pada
tegangan luluh baja, sedangkan kuat tarik balok bambu laminasi terhadap
rata-rata bambu petung juga lebih tinggi dari beban yang diberikan.
tegangan luluh baja. c. Membuktikan bahwa pasak
berpengaruh dalam kuat geser
Pada pengujian Arqam laya, bambu balok bambu laminasi dengan
dibentuk menjadi balok dengan cara diameter 1 cm yang berbahan
dilaminasi (laminated bamboo) yang telah dasar bambu itu sendiri.
dikembangkan oleh teknologi sekarang ini. 4) Manfaat Penelitian
Penelitian sebelumnya telah banyak a. Pengembangan teknologi
mengulas kekuatan balok bambu laminasi, pembuatan balok bambu
tipe keruntuhan dan pola retak. Beberapa laminasi dalam mengurangai
pengujian terhadap kuat geser dengan penggunaan perekat labur pada
penggunaan perekat labur 50#MDGL, pembuatan bilah-bilah laminasi
didapat terjadi patahan secara parsial atau yang diganti dengan
patahan geser antar material bambu dan menggunakan pasak vertikal dan
bukan terjadi pada perekat. tanpa menggunakan kulit luar
bambu agar mendapatkan bentuk
Adapun pada pengujian Hanung didapat yang simetris.
penggunaan variasi jarak 10 cm, 15 cm dan b. Inovasi dalam industri
20 cm pada balok bambu laminasi tidak ada Pembuatan balok bambu
perbedaan signifikan terhadap kekuatan geser laminasi yang lebih ekonomis
dan kekakuan, dan didapat kekuatan dalam sisi biaya dan waktu.
optimum ada pada jarak 15 cm dengan nilai 5) Batasan Masalah
rata-rata pengujian 3,8 Mpa. a. Panjang 100 cm , lebar 1 cm x 3
Gambaran singkat pada penelitian ini cm, dan spacement tinggi 12 cm
adalah membuat balok bambu laminasi tanpa x lebar 6 cm balok dibuat sama
menggunakan kulit luar bambu dengan untuk semua benda uji.
menggunakan variasi 3 tipe perekat labur dan b. Faktor puntiran, sifat-sifat kimia
penggunaan pasak vertikal dengan jarak 15 serta dan pengaruh pengawetan
cm, sehingga dapat ditentukan tipe perekat bambu tidak ditinjau dalam
labur yang mempunyai kekuatan optimum penelitian ini.
dan juga mengetahui kekuatan pasak dalam c. Tekanan pengempaan yang
menahan gaya geser pada bambu yang telah digunakan 1,75 MPa.
Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | 59
Jurnal Fondasi, Volume 6 No 2 2017

d. Pembebanan dilakukan secara 1) Kadar air


lateral statik. m1  m2
w  100%
2. TINJAUAN PUSTAKA m2
Adi Nurhasan dan Ahmad Supiadi 2) Kerapatan
(2013, dalam penelitiannya mengenai mw
pengaruh variasi perekat labur dan w 
Vw
penggunaan pasak horizontal dan vertikal
pada kuat geser balok bambu laminasi. Hasil 3) Kuat tekan sejajar serat
Pmaks
penelitian menunjukkan bahwa pengaruh  tk // 
penggunaan pasak dan variasi perekat labur A
MDGL dan MSGL pada balok laminasi 4) Kuat tekan tegak lurus serat
terhadap kekuatan dan kekakuan tidak ada Pmaks
pengaruh yang signifikan terhadap kuat  tk  
geser. Kekuatan balok tertinggi adalah benda A
uji 50#MSGL dengan nilai rata-28,8 KN dan 5) Kelengkungan
1 M
17,35 pada benda uji 50#MDGL. Tegangan 
geser balok laminasi didapat rata-rata 2 Mpa. R EI
kekuatan ini masih lebih besar dari kekuatan 6) Perhitungan Momen Internal
balok kayu pada umumnya dimana tegangan Persamaan garis untuk daerah tekan
geser kayu kuat kelas II 1,25 Mpa. adalah y = -8E+10x4 + 2E+09x3 –
Hasil penelitian Slamet Widodo (2016) 3E+06x2 + 8765,7x - 0,8638
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sementara persamaan garis untuk
kekuatan geser yang signifikan diantara daerah tarik adalah y = 11864x2 +
keempat variasi jarak pasak. Kekuatan Balok 1143.5x + 11.252
tertinggi adalah benda uji 60#MDGL C2 a. ɛ = R x jarak Pias
dengan nilai beban 11,15 KN dengan b. σ = persamaan garis dari grafik
lendutan sebesar 13,67 mm. Tegangan geser σ – ɛ dengan variabel x
rata-rata balok laminasi yang didapat adalah adalah ɛ.
2,41-3,21 Mpa. kekuatan ini masih lebih c. L. pias = σ x ∆ pias
besar dari kekuatan balok kayu pada d. Jarak pias ke garis netral = ½
umumnya dimana tegangan geser kayu kuat jarak ∆Pias + ∆ pias sebelumnya
kelas II 1,25 Mpa e. Statis momen = jarak pias ke garis
netral x L pias
a. Gambaran Umum Sifat Mekanika f. Gaya Pias = L pias x lebar balok
Bambu
Sifat mekanika bahan adalah sifat g. Jarak lengan momen =
suatu bahan yang berhubungan dengan total statis momen daerah tekan
d= +
perubahan bentuk suatu benda yang total luas pias daerah tekan
disebabkan oleh adanya kekuatan dari total statis momen daerah tarik
perlawanan benda tersebut terhadap
beban yang mengenainya. Sifat ini total luas pias daerah tarik
penting untuk menentukan kegunaan h. Momen internal =C.d
suatu barang, bahkan untuk beberapa 7) Kuat geser tegak lurus serat
keperluan, sifat ini dapat dipakai sebagai Pmaks
 tk  
kriteria pemilihan material (Haygreen & A
Bowyer, 1982 dalam Morisco, 2006).
Sifat-sifat mekanika meliputi : kuat 8) Kuat lentur
lentur, kuat tarik, kuat tekan, kuat geser, M .Ya
sifat kekerasan dan lain-lain. MOR 
I

60 | Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


Jurnal Fondasi, Volume 6 No 2 2017

9) Modulus elastisitas di bagian luar, sedangkan yang lebih


PL 3 lemah berada dibagaian dalam (inti/core).
MOE  Untuk beberapa hal, sifat-sifat lamina
48 . .I
tidak berbeda jauh dengan sifat bambu
aslinya. Sifat akhir akan banyak
b. Proses Perekatan
dipengaruhi oleh banyaknya nodia/ruas
Perekatan kayu menggunakan istilah
yang ada pada satu batang dan perekat
glue spread adalah jumlah perekat yang
yang dipergunakan (Widjaja, 1995).
dilaburkan per satuan luas permukaaan
bidang rekat. Jumlah perekat yang
3. METODOLOGI PENELITIAN
dilaburkan menggambarkan banyaknya
perekat terlabur agar tercapainya garis
perekat yang pejal yang kuat. Satuan luas
permukaan rekat ditentukan dengan
satuan Inggris yakni seribu kaki persegi
(1000 square feet) dengan sebutan MSGL
(Multilayer Single Glue Line) yang
dinyatakan dalam satuan pound (Lbs).
Bila kedua bidang permukaan dilabur
maka disebut MDGL (Multilayer Double
Glue Line) atau pelaburan dua sisi
(Prayitno, 1996), di laboraorium satuan
perekat dikonversikan menjadi lebih
sederhana yang disebut GPU (gram pick
up) dengan Persamaan 9:
S .A
GPU 
317 ,5
Keterangan :
GPU = Gram Pick Up (dalam gram)
S = jumlah perekat yang
dilaburkan dalam
pound/MSGL atau
pound/MDGL
A = luas bidang yang akan
direkatkan (in persegi)
Bidang rekat dihitung dalam dalam
satuan centimeter persegi Persamaan 9
menjadi: Gambar 1 Diagram Alir Pembuatan
S .A Balok Laminasi
GPU 
2048 ,3
a. Bahan Penelitian
c. Balok Laminasi
Bahan-bahan yang digunakan pada
Balok laminasi dibuat dari lapisan-
penelitian ini adalah sebagai berikut:
lapisan kayu yang relatif tipis yang dapat
1) Bambu Petung
digabungkan dan direkatkan sedemikian
Bambu yang digunakan untuk
rupa untuk menghasilkan balok kayu
bahan balok laminasi dan pembuatan
dalam berbagai ukuran dan panjang
pasak diambil pada bagian tengah
(Breyer, 1988).
batang dan tidak memakai kulit luar
Berdasarkan material yang dipakai,
terdapat balok dengan satu macam
2) Bahan Perekat
material/bahan penyusun dan balok
Bahan 3 perekat yang digunakan
dengan dua macam material penyusun
adalah Fox PVac, Rajawali PVac,
dimana material yang lebih kuat berada
dan Ligno WG 9160 PVac.
Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | 61
Jurnal Fondasi, Volume 6 No 2 2017

3) Pasak benda uji pendahuluan bahan dibuat


Pasak ini sendiri terbuat dari dalam jumlah seperti dibawah ini.
bambu dengan diameter 1 cm dan Tabel 1 Pengujian sifat fisik dan mekanik
tinggi 12 cm. bambu Petung
No Jenis Jumahl Standard
b. Peralatan Penelitian Pengujian Benda Pengujian
Peralatan penelitian dibagi menjadi Uji
dua, yaitu peralatan untuk pembuatan 1 Kerapatan 3 buah ISO 3130-
benda uji dan peralatan untuk pengujian 3131-
benda uji, baik sifat fisik maupun sifat 1975(E)
mekanik. 2 Kadar Air 3 buah ISO 3130-
1) Peralatan Pembuatan Benda Uji 3131-
Alat-alat yang digunakan untuk 1975(E)
pembuatan benda uji yakni: Jumlah 6 Buah
a) Mesin gergaji kayu (Circular
Panel Saw). Benda uji balok geser laminasi dibuat
b) Mesin penyerut (planner) menggunakan perekat labur 60#MDGL.
2) Alat-alat pelengkap lainnya, antara Tabel 2 Pengujian Balok Geser
lain: Meteran/mistar ukur, kawat, No Jenis Benda Uji Jumlah
neraca/timbangan, klem penjepit, 1 Geser Laminasi 9 buah
baja kanal (C), wadah perekat beserta 50#MDGL dan
pengaduk (stik), tang catut, kunci Pasak laminasi
baut, kapak, gergaji dan pisau cutter. Jumlah 9 buah
3) Peralatan pengujian fisik dan b. Benda Uji
mekanik: Benda uji balok laminasi
a) Mesin pengujian mekanik UTM dibuat sebanyak 9 balok ukuran 12
(Universal Testing Machine) cm x 6 cm dengan 3 variasi tipe
dipergunakan untuk pengujian perekat dan pasak vertikal masing-
sifat mekanika balok lamina. masing 3 ulangan dengan
b) Alat untuk pengujian lentur dan menggunakan perekat labur yang
geser balok laminasi merk dihasilkan dari penelitian
indotest meliputi alat loading sebelumnya.
frame dan load controller. Alat Tabel 3 Jumlah benda uji balok bambu
ini juga dilengkapi dengan laminasi berdasarkan variasi jarak pasak.
seperangkat LVDT (Linear Nama benda Jarak Jumlah
Variable Differential uji pasak (buah)
Transformer) serta data logger (cm)
untuk perekam pembacaan 50#MDGL A 15 3
lendutan dan gaya.
50#MDGL B 15 3
c. Benda Uji
50#MDGL C 15 3
1) Benda Uji Pendahuluan
Total 9
Perilaku mekanika bambu pada
tempat dan musim berpengaruh, d. Pengujian Balok Laminasi
maka pada tahun pertama dan kedua Pengujian balok laminasi dilakukan
perlu pengujian pendahuluan. pada tumpuan sederhana (sendi-rol) dengan
Ukuran benda uji untuk pengujian dua buah titik pembebanan. Pengekangan
sifat fisik dan sifat mekanika bambu lateral disediakan untuk mencegah adanya
mengikuti standar ISO (Intemational kontribusi pengaruh tekuk torsi lateral. Dari
Standard Organisation) 3129-1975. setting ini diharapkan terjadi keruntuhan
Jumlah benda uji untuk pengujian lentur.
pendahuluan bambu petung disajikan Loading frame terlebih dahulu
dalam Tabel 3.1 dan masing-masing dipersiapkan dengan dua tumpuan dan dua
pengekang lateral diantara titik beban dan rol.

62 | Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


Jurnal Fondasi, Volume 6 No 2 2017

Setelah itu balok uji diletakkan diatas Tabel 5 Data Hasil Uji Kadar Air
tumpuan, beserta balok profil yang Pembanding
dipergunakan sebagai titik pembebanan. Rata-rata Kadar
Serta load cell diatasnya. Load cell Benda Air
dihubungkan dengan hydrolic jack dan Uji Adi Slamet
indikator beban digital untuk mengetahui Nurhasan Widodo
besarnya beban yang bekerja. Setelah itu & Ahmad (2016)
dipasang sebuah dial ditengah jarum Supiadi
penunjuk telah diatur ke angka nol. (2013)
Pembebanan dilakukan secara bertahap dan Bagian
mencatat lendutan yang terjadi selama 19% 17.37%
Ujung
pembebanan berlangsung dan diamati Bagian
kerusakan yang terjadi pada benda uji. 24% 19,39%
Tengah
e. Cara Analisis Bagian
Analisis dilakukan dengan cara 19% 17,30%
Pangkal
menghubungkan data-data hasil dari studi
literatur dengan penerapannya ke dalam a. Kerapatan
struktur konstruksi bangunan. Data dianalisis Prayitno (1996) menyatakan bahwa
dengan memperhatikan hubungan timbal untuk klasifikasi kerapatan kayu kurang dari
balik antara sifat-sifat yang dimiliki bambu 0,4 g/cm3 termasuk kayu ringan, kerapatan
dengan struktur konstruksi yang terjadi, kayu kurang dari 0,55% g/cm3 termasuk kayu
sehingga terjadi suatu kesimpulan sedang dan kerapatan kayu kurang dari 0,72
f. Luaran yang Diharapkan g/cm3 termasuk kayu berat.
Keberhasilan penelitian ini diukur
berdasarkan pencapaian indikator-indikator Tabel 6 Hasil Uji Kerapatan
keberhasilan sebagai berikut: Benda Uji Kerapatan Rata-rata
1. Penggunaan perekat yang ideal dan KAKU1 0,71%
ekonomis didapat perimbangan antara KAKU2 0,51% 0,68%
kekuatan material bambu dengan KAKU3 0,83%
kekuatan pasak. KAKT1 0,61%
2. Teknik pembuatan balok bambu KAKT2 0,33% 0,56%
laminasi yang efisien dan bisa dibuat KAKT3 0,75%
oleh usaha kecil dan menengah, KAKP1 0,71%
sehingga dapat diproduksi dengan KAKP2 0,36% 0,57%
harga yang bersaing dengan balok KAKP3 0,66%
kayu kelas II.
Sebagai perbandingan, dalam
penelitian sebelumnya Adi Nurhasan dan
4. HASIL PENELITIAN DAN Ahmad Supiadi (2013) menunjukan nilai
PEMBAHASAN
kerapatan yang tidak jauh berbeda.
a. Hasil Uji Pendahuluan
Tabel 7 Hasil Uji Kerapatan Pembanding
Tabel 4 Data Hasil uji Kadar Air Benda Uji Rata-rata Kerapatan
Benda Uji Rata-rata
Bagian Ujung 11,4405% Bagian Ujung 0,58%
Bagian Tengah 14,2217% Bagian Tengah 0,85%
Bagian Pangkal 13,9263% Bagian Pangkal 0,85%

Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | 63


Jurnal Fondasi, Volume 6 No 2 2017

b. Kekuatan Balok Bambu Laminasi


1. Balok Fox

Gambar 2 Grafik hubungan Beban-Lendutan dan Momen-Kelengkungan Fox

Balok dengan beban gaya terbesar ada dengan momen 4950 KNmm dan
pada balok Fox 3 dengan gaya 19,8 KN dan kelengkungan 5,76x10-4.
lendutan yang terjadi sebesar 40,5 mm

2. Balok Rajawali

Gambar 3 Grafik hubungan Beban-Lendutan dan Momen-Kelengkungan Rajawali


Balok dengan beban gaya terbesar ada dengan momen 4675 KNmm dan
pada balok Rajawali dengan gaya 18,7 KN kelengkungan 5,33x10-4.
dan lendutan yang terjadi sebesar 37,5 mm

3. Balok Ligno

Gambar 4 Grafik hubungan Beban-Lendutan dan Momen-Kelengkungan Ligno

Balok dengan beban gaya terbesar ada Perilaku pengujian terhadap kekuatan
pada balok Ligno dengan gaya 20,6 KN dan geser balok laminasi diamati pada saat
lendutan yang terjadi sebesar 41,5 mm mencapai retak pertama beban mengalami
dengan momen 5100 KNmm dan penurunan kemudian naik pelahan sehingga
kelengkungan 9,00x10-4. terjadi retak kedua dan seterusnya hingga
naik sampai pada beban maksimal. Perilaku
64 | Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jurnal Fondasi, Volume 6 No 2 2017

ini terjadi karena beban yang bekerja terus lendutan yang besar hingga terjadi
dinaikkan pada pengujian membuat balok perlawanan pada balok untuk manahan beban
bambu laminasi berubah bentuk untuk yang bekerja. Prilaku ini sangat baik jika
menghasilkan perlawanan terhadap beban digunakan pada bangunan karena lendutan
yang bekerja diatasnya, pada saat terjadi yang terjadi besar maka jika digunakan
retakan pertama benda uji mengalami dalam struktur bangunan ada peringatan dan
pelepasan energi perlawanan dengan retakan waktu bagi pengguna bangunan
dan lendutan sehingga beban yang terjadi menyelamatkan diri sebelum bangunan
mengalami penurunan. Pembebanan terus runtuh.
dinaikkan pada pengujian, balok mengalami

Tabel 8 Kekakuan Balok Laminasi


Kekakuan Balok Bambu Laminasi
Benda Beban Lendutan Kekakuan
Rata-rata
Uji N mm KN/mm
Fox1 19400 19.5 0.9948718
Fox2 18000 21.5 0.8372093 0.9119283
Fox3 12200 13.5 0.9037037
Rjwl1 21300 22.5 0.9466667
Rjwl2 12200 17 0.7176471 0.7869935
Rjwl3 20900 30 0.6966667
Ligno1 10700 11.5 0.9304348
Ligno2 17200 20.5 0.8390244 0.9088673
Ligno3 13400 14 0.9571429
Sumber : Hasil Analisis, 2017

Tabel diatas memperlihatkan variasi c. Momen Internal dan Eksternal


Momen
Benda Eksternal Internal Tabel 9 Momen Eksternal dan Internal
r Balok Laminasi
Uji kNmm Rata- kNmm Rata-
rata rata Hasil yang diperoleh dari proses analisa
menunjukkan bahwa antara momen eksternal
FOX 1 2625 5083 dan momen internal telah memenuhi syarat
3375 5695 1.68 kesetimbangan struktur, yaitu gaya dalam
FOX 2 3050 5939 harus sama dengan gaya luar. Perbedaan nilai
FOX 3 4450 6065 yang terjadi kemungkinan disebabkan oleh
RJWL faktor-faktor yaitu: Variasi perekatnya, balok
3525 6106 tanpa menggunakan kulit, bentuk bilah balok,
1
RJWL jumlah pasak dan panjang pasaknya.
4500 3950 5853 6035 1.52
2
RJWL d. Tegangan Geser
3825 6147
3 Sebagai pembanding, hasil penelitian Adi
Ligno1 4750 5981 Nurhasan dan Ahmad Supiadi (2013)
Ligno2 4375 6654 menunjukkan pola kerusakan yaitu terjadi
4533 6301 1.39
Ligno pada sambungan terdekat dengan perletakan
4475 6268 maka sambungan yang diletakkan pada
3
perekat tidak terlalu berpengaruh terhadap tegangan lentur baik tegangan lentur yang
kekakuan balok ini dan nilai kekakuan balok lebih kecil maupun lebih besar tidak
relatif berdekatan terhadap pengaruh pasak memberikan pengaruh terhadap kekuatan
vertikalnya. geser. Balok ini menggunakan perekat labur
Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | 65
Jurnal Fondasi, Volume 6 No 2 2017

MDGL#60 dengan dimensi lebar 60 mm, lamanya proses pemotongan dan


tinggi 120mm dan panjang bentang 90 cm pembuatan bilah bambu.
Tabel 10 Kuat geser balok laminasi bambu
petung 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kuat Geser Balok Bambu A. Kesimpulan
Laminasi Berdasarkan pembahasan dan tujuan
Tegangan Rata- terhadap penelitian yang telah dilakukan,
Benda Uji Geser rata Kayu dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain
50#MDGL (Mpa) Kelas sebagai berikut:
FOX 1 3.36
1. Nilai rata-rata pengujian geser balok
50#MDGL Fox = 3,52 Mpa, Rajawali =
FOX 2 4.72 4.30 II 4,47 Mpa, dan Ligno = 5,31 Mpa. Hasil
FOX 3 4.82 dari pengujian ini tidak didapat
RJWL 1 4.85 perbedaan yang signifikan.
RJWL 2 4.66 4.80 II 2. Perilaku pengujian terhadap kekuatan
geser balok laminasi diamati pada saat
RJWL 3 4.88
mencapai retak pertama beban
LIGNO 1 4.76 mengalami penurunan. Balok melakukan
LIGNO 2 5.27 5.00 II perlawanan dengan lendutan sehingga
LIGNO 3 4.98 beban naik pelahan sampai pada beban
maksimal. Dan pola kerusakan pada
Tabel 11 Kuat Geser Pembanding (Adi geser balok terlihat di kedua bagian
Nurhasan/Ahmad Supiadi, 2013) ujung balok.
Benda Uji Tegangan Geser Rata- 3. Dilihat dari hasil pengujian pasak
60#MDGL Mpa rata terhadap kekuatan geser balok bambu
laminasi, disimpulkan bahwa pasak
30A 3,17
berpengaruh walaupun tidak terlalu
30B 3,44 3,24 signifikan.
30C 3,1 B. Saran
40A 3,17 Beberapa saran yang perlu dipetimbangkan
40B 3,45 3,24 dalam penelitian bambu:
40C 3,1 1. Penelitian ini dapat dilanjutkan yaitu
50A 3,52 dengan pasak vertikal namun dapat di
50B 3,32 3,41 variasikan antara dimensi balok, ukuran
50C 3,4 pasak, dan spesmen bilah baloknya.
60A 4,45 2. Pabrikasi balok laminasi ini sebaiknya
dilakukan pada musim kemarau, untuk
60B 3,07 3,67
memperoleh kadar air bambu yang
60C 3,48 optimal sesuai anjuran dari pabrik, agar
terjadi perekatan yang maksimal antar
a. Kesulitan-kesulitan Selama Penelitian bambu yang dilaminasi.
Selama melakukan Penelitian 3. Dalam pengolahan bambu saat pabrikasi
terdapat beberapa kesulitan yang sebaiknya faktor keselamatan perlu
dialami,antara lain : diperhatikan sehingga kecelakaan akibat
a. Keterbatasan sumber daya manusia tertusuk bambu terutama pada saat proses
(SDM) yang terampil selama pengelupasan kulit bambu, bila perlu
pengerjaan. gunakan sarung tangan.
b. Kondisi cuaca yang berubah- 4. Dalam pembuatan struktur bangunan
berubah. yang berbahan dasar kayu untuk
c. Mesin potong kayu yang sering kedepannya bisa mengganti dengan
mengalami masalah menyebabkan bambu yang mudah dicari dan lebih
efisien.
66 | Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jurnal Fondasi, Volume 6 No 2 2017

penggunaan pasak horizontal dan


6. DAFTAR PUSTAKA vertikal pada kuat geser balok bambu
Arqam Laya, (2007), Kapasitas Geser laminasi.
Retrofitting Balok Bambu Laminasi http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/se
Bambu Petung Profil I, Thesis S-2, archkatalog/byId/262797 . Terakhir
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah diakses tanggal 28/10/2016
Mada, Yogayakarta (tidak https://bamboeindonesia.wordpress.com/pene
diterbitkan). liti-bambu/purwito/makalah/.
Morisco, 1999, Rekayasa Bambu, Nafiri Terakhir diakses tanggal 28/10/2016
Offset, Yogyakarta. puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/cef/arti
Prayitno, T.A. 1996, Perekatan Kayu, cle/.../17397/17317.Terakhir diakses
Fakultas Kehutanan Universitas tanggal 29/10/2016
Gajah Mada. Yogyakarta. http://blog.act.id/3-fakta-tentang-
Zulmahdi (2009), meneliti tentang pengaruh penebangan-hutan-di-indonesia
variasi perekat labur terhadap kuat Terakhir diakses tanggal 03/06/2017
geser balok bambu laminasi. https://bamboeindonesia.files.wordpress.com/
Adi Nurhasan, Ahmad Supiadi (2013) 2012/06/standardisasi-bambu-
meneliti tentang pengaruh laminasi-sebagai-alternatif.pdf
variasi perekat labur dan Terakhir diakses tanggal 03/06/2017

Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | 67

Anda mungkin juga menyukai