ABSTRAK
Penggunaan balok bambu laminasi menjadi alternatif sebagai salah satu unsur bahan bangunan.
Teknik laminasi seperti ini mampu digunakan untuk membentuk bahan bangunan yang digunakan sebagai
bahan konstruksi dalam ukuran besar. Penelitian–penelitian sebelumnya telah banyak mengulas kekuatan
balok bambu laminasi, tipe keruntuhan dan pola retak. Beberapa pengujian terhadap kuat geser dengan
penggunaan perekat labur 60#MDGL, mengakibatkan patahan secara parsial atau patahan geser antar
material bambu dan bukan terjadi pada perekat.
Penelitian ini diarahkan untuk membuat balok bambu laminasi tanpa menggunakan kulit luar bambu
dengan menggunakan variasi 3 tipe perekat labur dan penggunaan pasak vertikal dengan jarak optimum
15 cm, sehingga dapat ditentukan tipe perekat labur yang mempunyai kekuatan optimum dan kekuatan
pasak dalam pembuatannya. Perbandingan ukuran atau dimensi balok antara tinggi balok dan lebarnya
yaitu 2 : 1 berukuran (12 cm x 6 cm). Selanjutnya diuji kekuatan balok tersebut terhadap kekuatan geser
dan lentur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kekuatan geser yang signifikan diantara
ketiga variasi lem. Kekuatan Balok tertinggi adalah benda uji 50#MDGL Ligno dengan nilai beban 20,6
KN dengan lendutan sebesar 22,5 mm. Tegangan geser rata-rata balok laminasi yang didapat adalah 4,43
Mpa. Kekuatan ini masih lebih besar dari kekuatan balok kayu pada umumnya dimana tegangan geser
kayu kuat kelas II sebesar 1,25 Mpa.
ABSTRACT
The use of laminated bamboo beams to be an alternative as one of the elements of building
materials. Techniques such laminates can be used to form the building materials used as construction
materials in large sizes. Previous studies have extensively covered the beam strength of laminated
bamboo, type and pattern collapse crack. Some testing of the shear strength with the use of adhesive labur
60 # MDGL, resulting in partial fracture or shear fracture between bamboo material and not occur in the
adhesive.
This research was directed to make laminated bamboo blocks without using bamboo outer shell by
using variations of three types of labur adhesive and vertical peg use with an optimum distance of 15 cm,
so it can be determunated the type of labur adhesive that has the optimum and peg of strength in its
manufacture. Comparison of the size or dimensions of the beam between the height of the beam and its
width is 2:1 sized (12 cm x 6 cm). Further tested the strength of the beam on its shear strength and
fiexure.
The results showed that there was no significant difference in shear strengths between the three
variations of glue. Beam strength is highest test object 50 # MDGL Ligno with a value of 20,6 KN load
with a deflection of 22,5 mm. The average shear stress laminated beams obtained is 4,43 MPa. This
strength is still greater than the strength of the wood beams in general where strong wood shear stress of
amount 1.25 MPa class II.
Setelah itu balok uji diletakkan diatas Tabel 5 Data Hasil Uji Kadar Air
tumpuan, beserta balok profil yang Pembanding
dipergunakan sebagai titik pembebanan. Rata-rata Kadar
Serta load cell diatasnya. Load cell Benda Air
dihubungkan dengan hydrolic jack dan Uji Adi Slamet
indikator beban digital untuk mengetahui Nurhasan Widodo
besarnya beban yang bekerja. Setelah itu & Ahmad (2016)
dipasang sebuah dial ditengah jarum Supiadi
penunjuk telah diatur ke angka nol. (2013)
Pembebanan dilakukan secara bertahap dan Bagian
mencatat lendutan yang terjadi selama 19% 17.37%
Ujung
pembebanan berlangsung dan diamati Bagian
kerusakan yang terjadi pada benda uji. 24% 19,39%
Tengah
e. Cara Analisis Bagian
Analisis dilakukan dengan cara 19% 17,30%
Pangkal
menghubungkan data-data hasil dari studi
literatur dengan penerapannya ke dalam a. Kerapatan
struktur konstruksi bangunan. Data dianalisis Prayitno (1996) menyatakan bahwa
dengan memperhatikan hubungan timbal untuk klasifikasi kerapatan kayu kurang dari
balik antara sifat-sifat yang dimiliki bambu 0,4 g/cm3 termasuk kayu ringan, kerapatan
dengan struktur konstruksi yang terjadi, kayu kurang dari 0,55% g/cm3 termasuk kayu
sehingga terjadi suatu kesimpulan sedang dan kerapatan kayu kurang dari 0,72
f. Luaran yang Diharapkan g/cm3 termasuk kayu berat.
Keberhasilan penelitian ini diukur
berdasarkan pencapaian indikator-indikator Tabel 6 Hasil Uji Kerapatan
keberhasilan sebagai berikut: Benda Uji Kerapatan Rata-rata
1. Penggunaan perekat yang ideal dan KAKU1 0,71%
ekonomis didapat perimbangan antara KAKU2 0,51% 0,68%
kekuatan material bambu dengan KAKU3 0,83%
kekuatan pasak. KAKT1 0,61%
2. Teknik pembuatan balok bambu KAKT2 0,33% 0,56%
laminasi yang efisien dan bisa dibuat KAKT3 0,75%
oleh usaha kecil dan menengah, KAKP1 0,71%
sehingga dapat diproduksi dengan KAKP2 0,36% 0,57%
harga yang bersaing dengan balok KAKP3 0,66%
kayu kelas II.
Sebagai perbandingan, dalam
penelitian sebelumnya Adi Nurhasan dan
4. HASIL PENELITIAN DAN Ahmad Supiadi (2013) menunjukan nilai
PEMBAHASAN
kerapatan yang tidak jauh berbeda.
a. Hasil Uji Pendahuluan
Tabel 7 Hasil Uji Kerapatan Pembanding
Tabel 4 Data Hasil uji Kadar Air Benda Uji Rata-rata Kerapatan
Benda Uji Rata-rata
Bagian Ujung 11,4405% Bagian Ujung 0,58%
Bagian Tengah 14,2217% Bagian Tengah 0,85%
Bagian Pangkal 13,9263% Bagian Pangkal 0,85%
Balok dengan beban gaya terbesar ada dengan momen 4950 KNmm dan
pada balok Fox 3 dengan gaya 19,8 KN dan kelengkungan 5,76x10-4.
lendutan yang terjadi sebesar 40,5 mm
2. Balok Rajawali
3. Balok Ligno
Balok dengan beban gaya terbesar ada Perilaku pengujian terhadap kekuatan
pada balok Ligno dengan gaya 20,6 KN dan geser balok laminasi diamati pada saat
lendutan yang terjadi sebesar 41,5 mm mencapai retak pertama beban mengalami
dengan momen 5100 KNmm dan penurunan kemudian naik pelahan sehingga
kelengkungan 9,00x10-4. terjadi retak kedua dan seterusnya hingga
naik sampai pada beban maksimal. Perilaku
64 | Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jurnal Fondasi, Volume 6 No 2 2017
ini terjadi karena beban yang bekerja terus lendutan yang besar hingga terjadi
dinaikkan pada pengujian membuat balok perlawanan pada balok untuk manahan beban
bambu laminasi berubah bentuk untuk yang bekerja. Prilaku ini sangat baik jika
menghasilkan perlawanan terhadap beban digunakan pada bangunan karena lendutan
yang bekerja diatasnya, pada saat terjadi yang terjadi besar maka jika digunakan
retakan pertama benda uji mengalami dalam struktur bangunan ada peringatan dan
pelepasan energi perlawanan dengan retakan waktu bagi pengguna bangunan
dan lendutan sehingga beban yang terjadi menyelamatkan diri sebelum bangunan
mengalami penurunan. Pembebanan terus runtuh.
dinaikkan pada pengujian, balok mengalami