Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No.

1 (2016)

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI PENDEKATAN


PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

Habibah Sukmini Arief1, Maulana2, Ali Sudin3

Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang


Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
1
Email: habibah1791994@gmail.com
2
Email: ae.maulana@gmail.com
3
Email: alisudin03@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem-based learning
(PBL) dan pendekatan konvensional terhadap peningkatan motivasi belajar. Metode
eksperimen merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan desain penelitian
kelompok kontrol pretes-postes. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN
Corenda yang berperan sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SDN Jatiputri yang
berperan sebagai kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala sikap
motivasi belajar, format observasi, wawancara, dan jurnal. Hasil penelitian dengan
menggunakan taraf signifikansi 0,05 yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan problem-based learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa secara signifikan, begitupun dengan pendekatan konvensional yang mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan. Peningkatan motivasi belajar pada
kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan problem-based learning (PBL) secara
signifikan lebih baik daripada kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan konvensional.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem-based learning (PBL) mendapatkan
respon yang positif dari siswa kelas eksperimen.
Kata Kunci: problem-based learning (PBL), motivasi belajar.

PENDAHULUAN adalah dengan menumbuhkan dan


Salahsatu tujuan pendidikan adalah memelihara motivasi pada diri siswa.
menghasilkan siswa yang bersemangat untuk
terus belajar, semangat untuk menambah Motivasi belajar memiliki peranannya
ilmu pengetahuan, dan senantiasa memiliki tersendiri dalam pencapaian keberhasilan
rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga proses belajar di sekolah. Motivasi belajar perlu
belajar diharapkan tidak hanya terjadi pada ditingkatkan kemudian dipelihara sehingga
pendidikan formal tapi berlangsung seumur proses pembelajaran akan berjalan lancar
hidup. Kunci untuk mewujudkan hal tersebut dan tercapainya tujuan pembelajaran sesuai

141
Habibah Sukmini Arief, Maulana, Ali Sudin

dengan harapan. Siswa yang termotivasi mencapai tujuan (dalam Sukmadinata, 2005).
tinggi dalam belajar cenderung akan terlibat Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
aktif dalam proses pembelajaran. Begitupun motivasi merupakan segala hal seperti
dengan siswa yang berhasil dalam belajar dorongan yang dapat menggerakkan seorang
akan memiliki motivasi yang tinggi untuk individu untuk terus bertindak sesuai dengan
terus belajar. apa yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan.

Guru harus menyadari bahwa setiap siswa Arends (dalam Djamarah, 2011)
dalam suatu kelas memiliki kemauan dan membedakan jenis motivasi menjadi dua,
minat yang berbeda-beda terhadap proses yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
pembelajaran, bahkan ada juga siswa yang ekstrinsik. Apabila suatu perilaku individu
kehilangan minat dalam belajar. Dengan didasarkan oleh dorongan, minat dan
demikian, guru harus mampu mendorong keingintahuan dari diri sendiri maka disebut
dan membangkitkan semangat siswa untuk motivasi intrinsik. Seperti ketika seorang
dapat mengikuti proses pembelajaran yang siswa yang mempelajari ilmu tata surya
sedang berlangsung. karena ia ingin menjadi seorang astronot, hal
tersebut muncul karena ia merasa senang
De Decce & Grawford mengatakan bahwa dan tidak ada paksaan dari orang lain, dia
motivasi belajar siswa harus senantiasa berusaha mencari sumber secara mandiri
ditumbuhkan dan dipelihara pada diri siswa yang dapat digunakan untuk terus belajar.
sebagaimana fungsi dari motivasi belajar Sementara apabila suatu perilaku individu
yaitu guru harus dapat membangkitkan dipengaruhi oleh orang lain atau hal lain
semangat siswa dalam belajar, memberikan untuk mencapai suatu tujuan maka disebut
harapan yang nyata, memberi insentif, dan motivasi ekstrinsik. Seperti seorang siswa
mengarahkan siswa pada perilaku yang yang rajin belajar karena ingin mendapatkan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan suatu hadiah atau takut dihukum, bahkan
(dalam Djamarah, 2011). takut dianggap bodoh oleh teman-temannya.

Hull (dalam Suciati, dkk., 2007, hlm. 3.3) Seorang guru mengharapkan siswa dapat
menyatakan bahwa “Motivasi sebagai termotivasi secara instrinsik dalam belajar,
dorongan untuk memenuhi atau memuaskan sehingga dalam proses pembelajaran tidak
kebutuhan agar tetap hidup”. Sementara akan terlalu sulit untuk mendorong siswa
menurut Pintrich, bahwa motivasi mengacu agar menyukai suatu pembelajaran. Hal
pada apa yang membuat individu bergerak tersebut berkaitan bahwa motivasi instrinsik
ke arah kegiatan dan tugas tertentu (dalam lebih bersifat konstan dan permanen. Akan
Djamarah, 2011). Kekuatan yang mendorong tetapi, hal yang terjadi di lapangan bahwa
kegiatan individu disebut dengan motivasi, motivasi setiap siswa berbeda-beda, motivasi
hal tersebut ditunjukkan dengan suatu instrinsik dan ekstrinsik setiap siswa memang
kondisi dalam diri individu yang dapat muncul keduanya akan tetapi memiliki
mendorong dan menggerakkan dirinya untuk kecenderungan atau proporsi yang berbeda.
melakukan suatu kegiatan tertentu dalam Dengan demikian, guru harus mencari

142
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

berbagai strategi untuk dapat membantu dan pembelajaran menjadi lebih bersemangat
mendorong siswa agar mampu belajar secara dan antusias.
aktif di kelas.
Berkaitan dengan pentingnya motivasi
Motivasi belajar merupakan hal yang harus belajar dalam suatu pembelajaran, guru
senantiasa ditingkatkan dan dipelihara pada memerlukan suatu pendekatan
diri siswa demi meningkatkannya hasil pembelajaran yang mampu mengaktifkan
belajar dan mencapai tujuan pembelajaran. motivasi belajar tersebut, salahsatunya
Berikut ini ndikator motivasi yang dengan menggunakan pendekatan problem-
diungkapkan oleh Maulana (2009, hlm. 64). based learning (PBL). Suatu pendekatan
a. Durasi kegiatan, yaitu berapa lama pembelajaran yang cocok diterapkan di kelas
kemampuan penggunaan waktunya untuk akan mampu menjadi salahsatu faktor dalam
melaksanakan kegiatan belajar; keberhasilan belajar.
b. Frekuensi kegiatan, yaitu berapa sering
kegiatan yang dilakukan dalam periode Pendekatan PBL merupakan suatu
tertentu; pendekatan pembelajaran yang berbasis
c. Persistensi pada tujuan belajar, yaitu pada masalah dengan adanya upaya guru
ketetapan/kelekatan pada tujuan belajar; dalam mengaitkan permasalahan yang ada di
d. Ketabahan, keuletan, serta kemampuan kehidupan siswa dengan pembelajaran
menghadapi rintangan dan kesulitan matematika, sehingga siswa akan merasakan
untuk mencapai tujuan; kebermanfaatan belajar matematika dan
e. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan siswa akan memperoleh pengetahuan baru
berupa tenaga, uang, atau pikiran untuk yang lebih nyata. Masalah yang diangkat
mencapai tujuan belajar; dalam kegiatan belajar-mengajar ini memiliki
f. Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai, berbagai macam jawaban terbuka (open-
yaitu ketercapaian maksud belajar, cita- ended), hal ini bertujuan agar siswa mampu
cita pada tujuan belajar, sasaran dan berpikir secara terbuka terhadap segala
target yang dicapai dalam belajar; permasalahan yang ada, ikut terlibat aktif
g. Tingkatan kualifikasi peserta yang dicapai, dalam menyelidiki suatu masalah dalam
berupa kepuasan terhadap hasil belajar, pembelajaran, dan mampu mengaitkan
dan kesungguhan dalam belajar; segala permasalahan matematika dengan
h. Arah sikap terhadap sasaran belajar, yaitu kehidupan sehari-hari. Guru harus mampu
kebiasaan, minat, dan sikap dalam belajar. mengarahkan siswa pada pemecahan
masalah, mampu mengenali siswanya
Motivasi menjadi hal yang memiliki peran terutama ketika ia memerlukan bantuan
penting dalam suatu pembelajaran. Ketika dalam suatu kegiatan pembelajaran,
suatu pembelajaran membutuhkan suatu sehingga kegiatan pembelajarannya tidak
pemikiran yang semakin rumit dan kompleks, terhambat, dengan kata lain guru berperan
suasana belajar akan menjadi tidak sebagai fasilitator dalam pembelajaran ini.
bergairah, sehingga motivasi diperlukan Adapun langkah-langkah pembelajaran
untuk mengaktifkan kembali suasana dengan menggunakan pendekatan PBL

143
Habibah Sukmini Arief, Maulana, Ali Sudin

menurut Yazdani (dalam Nur, 2011) yang Penelitian yang dilakukan merupakan upaya
merujuk pada Arends, yaitu sebagai berikut. meningkatkan motivasi belajar siswa pada
matapelajaran matematika dengan materi
Tahap orientasi yaitu mengorientasikan siswa perbandingan. Maulana (2010, hlm. 161)
pada masalah, kemudian tahap organisasi menyatakan bahwa “Perbandingan adalah
yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, pasangan terurut bilangan a dan b yang
𝑎
dilanjutkan dengan tahap inkuiri yaitu dapat dinyatakan dalam atau a : b, dan
𝑏
membantu penyelidikan mandiri dan dibaca a berbanding b, dengan b ≠ 0”.
kelompok, selanjutnya tahap presentasi yaitu Perbadingan disebut juga rasio.
mengembangkan dan menyajikan hasil karya Perbandingan memiliki syarat-syarat yaitu:
serta memamerkannya, dan tahap terakhir Satuan-satuan yang diperbandingkan sejenis,
yaitu tahap analisis dan evaluasi, yaitu perbandingannya dibuat dalam bentuk
menganalisis dan mengevaluasi proses pecahan yang paling sederhana dan
pemecahan masalah. dinyatakan dengan bilangan bulat positif, dan
perbandingan dapat disederhanakan dan
Langkah-langkah tersebut dapat diterapkan bentuknya tanpa menggunakan satuan.
dalam pembelajaran. Dengan menerapkan
langkah-langkah pembelajaran dengan Cakupan dalam subpokok bahasan mengenai
pendekatan PBL tersebut dengan benar, perbandingan ini terbagi menjadi lima
diharapkan siswa mengalami peningkatan indikator, yaitu menemukan konsep
motivasi belajar. perbandingan, membuat perbandingan
dengan memperhatikan kuantitas,
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu memecahkan masalah perbandingan senilai,
sebagai berikut. memecahkan masalah perbandingan berbalik
1. Untuk mengetahui pengaruh nilai, dan memecahkan masalah
pembelajaran dengan menggunakan perbandingan dalam kehidupan sehari-hari.
pendekatan PBL dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa secara signifikan. Teori belajar yang mendukung diantaranya
2. Untuk mengetahui pengaruh adalah teori Skinner. Skinner (dalam
pembelajaran dengan menggunakan Suwangsih & Tiurlina, 2010) mengungkapkan
pendekatan konvensional dalam bahwa penguatan (reinforcement) memiliki
meningkatkan motivasi belajar siswa peranan yang penting dalam proses
secara signifikan. pembelajaran. Penguatan tersebut dapat
3. Untuk mengetahui perbedaan diartikan sebagai sebuah motivasi yang perlu
peningkatan motivasi belajar siswa di dimunculkan dalam suatu pembelajaran.
kelas yang menggunakan pendekatan Penguatan tersebut dapat berupa penguatan
PBL dengan kelas yang menggunakana positif dan penguatan negatif. Penguatan
pendekatan konvensional. positif diberikan ketika apa yang diharapkan
4. Untuk mengetahui respon siswa kemudian dilakukan dengan benar untuk
terhadap pembelajaran dengan mencapai tujuan. Penguatan positif yang
menggunakan pendekatan PBL.

144
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

diberikan berupa suatu pujian, sikap gembira dengan bentuk yang sama dengan tujuan
maupun reward kepada siswa yang telah untuk lebih memudahkan dalam melihat
belajar dengan baik. Penguatan negatif perbedaan peningkatan motivasi belajar
diberikan ketika respon siswa tidak sesuai siswa antara siswa yang mendapatkan
harapan. perlakuan dengan pendekatan PBL dengan
siswa yang mendapatkan perlakuan dengan
pendekatan konvensional.
METODE PENELITIAN
Metode Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Metode eksperimen merupakan metode siswa kelas V SD se-Kecamatan Cisitu
yang digunakan dalam penelitian ini dengan Kabupaten Sumedang. Populasi dalam
desain kelompok kontrol pretes-postes. penelitian ini ditentukan berdasarkan data
Penelitian ini menggunakan dua sampel nilai Ujian Sekolah (US) matapelajaran
secara acak (random), yaitu kelompok kelas matematika tahun ajaran 2014/2015 yang
eksperimen dan kelompok kelas kontrol. diperoleh dari UPTD Pendidikan Kecamatan
Kelompok eksperimen mendapatkan Cisitu Kabupaten Sumedang. Adapun sampel
perlakuan yaitu pembelajaran dengan yang digunakan adalah SDN Corenda sebagai
menerapkan pendekatan PBL, sementara kelas eksperimen sebanyak 33 siswa dan SDN
pada kelompok kontrol tidak mendapatkan Jatiputri sebanyak 33 siswa sebagai kelas
perlakuan khusus hanya diterapkan kontrol. Pemilihan sampel tersebut dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan secara acak.
pendekatan konvensional yang sudah biasa
dilakukan. Penerapan kedua pendekatan Instrumen yang digunakan dalam penelitian
tersebut dilakukan pada sampel yang ini berupa instrumen tes dan nontes.
berbeda namun pada materi yang sama Instrumen tes meliputi tes skala sikap
mengenai perbandingan. motivasi belajar siswa. Kemudian instrumen
nontes yang digunakan yaitu format
Sebelum diberikan perlakuan, baik kelompok observasi kinerja guru dan aktivitas siswa,
eksperimen maupun kelas kontrol diberikan wawancara, dan jurnal. Instrumen tes
terlebih dahulu pretes untuk mengetahui tersebut diuji validitas, reliabilitas, tingkat
motivasi awal belajar siswa. Kemudian kedua kesukaran, daya pembeda. Adapun teknik
kelompok mendapatkan perlakuan sesuai pengolahan dan analisis data yang dilakukan
dengan yang telah direncanakan. Setelah secara kuantitatif dan kualitatif.
pemberian perlakuan, kedua kelompok
tersebut diberikan postes untuk mengetahui Analisis data secara kuantitatif dilakukan
motivasi akhir belajar siswa. Untuk pada tes skala sikap motivasi belajar siswa.
mengetahui peningkatan motivasi belajar Tes skala sikap motivasi belajar digunakan
siswa diberikan suatu alat ukur berupa skala untuk mendapatkan gambaran motivasi
sikap, lebih tepatnya skala sikap Likert. Pretes belajar, dari motivasi awal sebelum diberikan
dan postes yang diberikan kepada kedua perlakuan sampai motivasi akhir setelah
kelompok sampel merupakan skala sikap diberikan perlakuan. Berdasarkan hasil

145
Habibah Sukmini Arief, Maulana, Ali Sudin

analisis gambaran motivasi belajar tersebut Data motivasi awal dan motivasi akhir siswa
dapat diketahui apakah pembelajaran kelas eksperimen kemudian dilakukan uji
dengan menggunakan pendekatan PBL atau hipotesis. Berdasarkan hasil uji normalitas,
pendekatan konvensional yang lebih baik diketahui bahwa data berdistribusi normal
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. dan tidak homogen berdasarkan uji
homogenitas. Selanjutnya dilakukan uji beda
Analisis data secara kualitatif dilakukan pada rata-rata menggunakan uji-t berpasangan
data yang diperoleh dari lembar observasi untuk sampel terikat, diperoleh P-value (Sig.
kinerja guru dan aktivitas siswa, wawancara, 1-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti
dan jurnal siswa. Lembar observasi dijadikan bahwa H0 ditolak, sehingga H1 diterima.
rujukan untuk melaksanakan refleksi dan Dengan demikian, pendekatan PBL dapat
evaluasi setiap pertemuan agar meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas
pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik eksperimen secara signifikan. Kemudian
lagi. Gambaran mengenai respon siswa untuk mengetahui lebih jauh mengenai
diperoleh dari data wawancara dan jurnal keterkaitan antara pendekatan PBL dengan
yang dilakukan di akhir pertemuan. motivasi belajar siswa, dihitung koefisien
korelasi menggunakan rumus dari Pearson.
Berdasarkan hasil korelasi, diketahui nilai r
HASIL DAN PEMBAHASAN sebesar -0,142 yang berarti terdapat
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara pendekatan
peningkatan motivasi belajar siswa baik di PBL dengan motivasi belajar siswa. Meskipun
kelas eksperimen dengan menggunakan demikian, jika dihitung koefisien determinasi
pendekatan PBL maupun di kelas kontrol untuk melihat seberapa besar kontribusinya
dengan menggunakan pendekatan diketahui bahwa pendekatan PBL memiliki
konvensional. Berikut pembahasannya. kontribusi sebesar 2,02% terhadap
peningkatan motivasi belajar siswa di kelas
Peningkatan Motivasi Belajar di Kelas eksperimen.
Eksperimen
Untuk mengetahui gambaran dan Dalam pembelajaran dengan menggunakan
peningkatan motivasi belajar siswa di kelas pendekatan PBL, siswa ditantang untuk
eksperimen, dibutuhkan data motivasi awal menyelesaikan masalah secara mandiri
dan motivasi akhir siswa kelas eksperimen. dalam kelompok. Hal tersebut dapat menarik
Rata-rata motivasi awal siswa di kelas minat siswa untuk dapat menyelesaikan
eksperimen adalah sebesar 82,91 sedangkan masalah berkaitan dengan masalah yang
rata-rata motivasi akhir siswa di kelas relevan dan sesuai dengan kehidupan siswa
eksperimen adalah sebesar 90,10 dengan sehari-hari, sehingga ketika siswa mampu
skor maksimal 100,00 dari jumlah siswa menyelesaikan masalah tersebut, siswa akan
sebanyak 33 orang. Peningkatan motivasi mendapatkan kebermanfaatan dalam
belajar siswa di kelas eksperimen dengan belajar, dengan harapan penyelesaian
menerapkan pendekatan PBL sebesar 7,19. masalah di kelas dapat menjadi bekal bagi
siswa dalam menyelesaikan masalah yang

146
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

nyata di kehidupan sehari-hari dan benar- Peningkatan Motivasi Belajar di Kelas Kontrol
benar dialami oleh siswa secara langsung. Selanjutnya untuk mengetahui gambaran dan
Kondisi yang mempengaruhi sikap dan peningkatan motivasi belajar siswa di kelas
motivasi belajar yaitu ketika siswa mandiri kontrol, dibutuhkan data motivasi awal dan
dalam belajar (self-regulated), hal tersebut motivasi akhir siswa kelas kontrol. Rata-rata
senada dengan salahsatu karakteristik motivasi awal siswa di kelas kontrol adalah
pendekatan PBL yaitu new information is sebesar 77,49 sedangkan rata-rata motivasi
acquired through self-directed learning. akhir di kelas kontrol adalah sebesar 85,13
dengan skor maksimal 100 dari jumlah siswa
Motivasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh 33 orang. Peningkatan motivasi belajar siswa
bagaimana siswa dapat berhubungan baik di kelas kontrol dengan menerapkan
dengan teman-temannya di kelas, sehingga pendekatan konvensional atau pembelajaran
pembelajaran akan kondusif. Ketika siswa yang sudah biasa dilaksanakan sebesar 7,64.
dapat mengembangkan hubungan
antarpersonal kemudian memberikan Data motivasi awal dan motivasi akhir siswa
dukungan sosial terhadap temannya, maka kelas kontrol kemudian dilakukan uji
hal tersebut dapat memberikan kesempatan hipotesis. Dengan melakukan uji normalitas
kepada siswa untuk berlatih mandiri, dan uji homogenitas, diketahui bahwa
membuat keputusan sendiri, dan berani motivasi awal dan motivasi akhir di kelas
menyatakan pendapat. Guru dapat kontrol berdistribusi normal dan homogen.
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi Kemudian dilakukan uji beda rata-rata
pengembangan hubungan antarpersonal menggunakan uji-t berpasangan untuk
tersebut, salahsatunya dengan membuat sampel terikat, diperoleh hasil P-value (Sig.1-
suatu kelompok belajar, dengan menekankan tailed) sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti
saling interaksi dan kontribusi dari setiap bahwa H0 ditolak, sehingga H1 diterima.
anggota kelompok. Dalam penelitian ini juga Dengan demikian, pendekatan konvensional
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di
secara heterogen sesuai dengan kemampuan kelas kontrol secara signifikan. Kemudian
masing-masing, sehingga terjadi penyebaran untuk mengetahui lebih jauh mengenai
tingkatan kemampuan siswa pada setiap keterkaitan antara pendekatan konvensional
kelompok. Hal tersebut sesuai dengan dengan motivasi belajar siswa, dihitung
salahsatu karakteristik pendekatan PBL yaitu koefisien korelasi menggunakan rumus dari
learning occurs in small groups. Artinya Pearson. Adapun hasil dari perhitungan nilai
pembelajaran dilaksanakan dengan korelasi sebesar 0,380 yang berarti bahwa
kelompok kecil untuk kemudian diharapkan terdapat hubungan yang positif antara
siswa dapat saling interaksi dan bekerjasama pendekatan PBL dengan motivasi belajar
dalam menyelesaikan masalah. Setiap siswa di kelas kontrol dengan kontribusi
anggota kelompok mendapatkan tugas sebesar 14,44%.
sesuai dengan tujuan, sehingga dengan
pengelompokkan tersebut, masalah yang Peningkatan motivasi belajar di kelas kontrol
tersaji dapat terselesaikan dengan efektif. juga dipengaruhi oleh pemberian suatu

147
Habibah Sukmini Arief, Maulana, Ali Sudin

hadiah atau reward kepada siswa yang sudah bahwa data motivasi akhir di kelas
belajar dengan baik dan aktif di kelas. Reward eksperimen maupun di kelas kontrol
yang diberikan berupa suatu bentuk bintang berdistribusi normal dan homogen.
sebagai hadiah. Satu bintang diberikan Kemudian dilakukan uji beda rata-rata
sebagai hadiah bagi satu keaktifan belajar di menggunakan uji-t untuk sampel bebas
kelas. Siswa dapat mengumpulkan bintang berdistribusi normal, diperoleh P-value (Sig.
tersebut pada setiap pertemuan, kemudian 1-tailed) sebesar 0,003 < 0,05 yang berarti
diakumulasikan pada pertemuan keempat. bahwa H0 ditolak, sehingga H1 diterima.
Siswa yang mendapat bintang yang paling Dengan demikian, peningkatan motivasi
banyak dapat menukarkannya dengan belajar siswa yang memperoleh
sebuah hadiah, seperti alat tulis maupun pembelajaran dengan menggunakan
makanan yang disediakan oleh guru. pendekatan PBL lebih baik daripada siswa
Pemberian hadiah tersebut dapat yang memperoleh pembelajaran dengan
memotivasi siswa agar terus belajar dengan menggunakan pendekatan konvensional. Hal
rajin dan terbiasa untuk aktif belajar di kelas. tersebut juga didukung oleh rata-rata
Seperti yang diungkapkan oleh Sukmadinata peningkatan gain motivasi belajar di kelas
(2005) bahwa terdapat jenis motivasi insentif eksperimen sebesar 0,41 yang lebih baik
atau incentive motivation yang berarti ketika daripada rata-rata peningkatan gain motivasi
seorang individu dapat termotivasi tinggi belajar di kelas kontrol sebesar 0,29. Untuk
karena mendapatlkan sesuatu. Bentuk- lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1
bentuk insentif ini dapat berupa hadiah, berikut.
penghargaan, kenaikan tingkat, dan lainnya.
Kemudian salahsatu usaha guru dalam
membangkitkan motivasi belajar siswa Eksperimen Kontrol
adalah memberikan pujian, ganjaran, dan 90.1
hadiah, serta memberi penghargaan 85.13
82.91
terhadap peribadi anak (Sukmadinata, 2005).
77.49

Perbedaan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa


di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Motivasi Awal Motivasi Akhir
Untuk mengetahui perbedaan peningkatan
motivasi belajar siswa di kelas eksperimen Gambar 1. Perbedaan Peningkatan Motivasi
dengan kelas kontrol, dibutuhkan data Belajar
motivasi awal dan motivasi akhir di kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan
hasil analisis terhadap data motivasi awal di Meece & Blumenfeld menyatakan bahwa
kedua kelas, diketahui bahwa tidak terdapat terdapat interaksi antara cara mengajar guru
perbedaan rata-rata motivasi awal antara dengan pola motivasi siswa, yang selanjutnya
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. berpengaruh pula pada hasil belajar.
Selanjutntya dilakukan uji hipotesis pada data Membuat suatu hal yang menarik,
motivasi akhir di kedua kelas, diketahui menantang siswa untuk berpikir kemudian

148
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

memecahkan masalah, sehingga siswa SIMPULAN


berperan aktif dalam proses belajar Berdasarkan hasil analisis data dan
merupakan cara guru mengajar yang dapat pembahasan penelitian yang telah disajikan,
membuat motivasi belajar siswa menjadi dapat diperoleh simpulan yaitu sebagai
meningkat. Sebaliknya ketika guru mengajar berikut.
dengan tidak semangat, tidak kreatif, 1. Motivasi belajar siswa meningkat secara
cenderung membosankan dan membuat signifikan melalui pembelajaran dengan
siswa tidak nyaman berada di kelas dapat menggunakan pendekatan problem-based
membuat motivasi siswa menjadi rendah. learning. Hal ini diketahui dari hasil uji-t
Kemudian Ames & Archer mengungkapkan berpasangan yang menunjukkan bahwa H0
bahwa guru dapat mengubah dan ditolak, maka H1 diterima. Kontribusi yang
meningkatkan motivasi belajar siswa, dengan diberikan dari pembelajaran dengan
guru melakukan tindakan tertentu di dalam pendekatan problem-based learning
kelas sehingga membangkitkan minat, terhadap peningkatan motivasi belajar
semangat dan motivasi belajar siswa (dalam siswa yaitu 2,02%.
Suciati, dkk., 2007). 2. Terjadi peningkatan motivasi belajar
secara signifikan pada siswa yang
Hasil observasi kinerja guru dan aktivitas memperoleh pembelajaran dengan
siswa menunjukkan peningkatan di setiap menggunakan pendekatan konvensional.
pertemuannya. Kemudian untuk hasil Hal ini diketahui dari hasil uji-t
wawancara dan jurnal diketahui bahwa siswa berpasangan yang menunjukkan bahwa
memberikan respon yang positif terhadap terjadi penolakan terhadap H0, sehingga
pembelajaran matematika dengan H1 diterima. Kontribusi yang diberikan dari
menggunakan pendekatan problem-based pembelajaran dengan pendekatan
learning (PBL). Pembelajaran akan konvensional terhadap peningkatan
berlangsung lancar, apabila guru dapat motivasi belajar siswa yaitu 14,44%.
menempatkan diri sebagai model, 3. Pembelajaran matematika dengan
pengembang, perencana, pembimbing dan menggunakan pendekatan problem-based
fasilitator dengan baik (dalam Rachman, learning lebih baik secara signifikan
1997). Artinya guru harus memberikan daripada pembelajaran matematika
contoh terbaik, mengembangkan dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran, membuat ruang kelas menjadi konvensional dalam meningkatkan
nyaman, dan guru harus mampu menjadi motivasi belajar siswa pada materi
pembimbing dan fasilitator yang baik, perbandingan di kelas V. Kondisi ini
sehingga hal positif yang akan muncul adalah terlihat dari uji beda rata-rata dengan
siswa akan memberikan respon positif menggunakan uji-t yang menunjukkan
terhadap proses pembelajaran yang sedang penerimaan terhadap H1, sehingga H0
dilaksanakan. ditolak. Didukung pula oleh hasil rata-rata
gain ternormalisasi di kelas eksperimen
yaitu sebesar 0,41 dan rata-rata gain yang

149
Habibah Sukmini Arief, Maulana, Ali Sudin

diperoleh di kelas kontrol yaitu sebesar Nur, M. (2011). Model pembelajaran


0,29. berdasarkan masalah. Surabaya: Pusat
4. Siswa menunjukkan respon positif Sains dan Matematika Sekolah UNESA.
terhadap pembelajaran matematika
dengan menggunakan pendekatan Rachman, M. (1999). Manajemen Kelas.
problem-based learning. Hal tersebut Semarang: Depdikbud. Dirjen dikti. Proyek
diketahui dari hasil observasi, wawancara, PGSD.
dan jurnal yang diberikan kepada siswa.
Suciati, dkk. (2007). Materi pokok belajar dan
DAFTAR PUSTAKA pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Djamarah, S. B. (2011). Psikologi belajar.
Jakarta: Rineka Cipta. Sukmadinata, N. S. (2005). Landasan
psikologi proses pendidikan. Bandung: PT
Maulana. (2009). Memahami hakikat, Remaja Rosdakarya.
variabel, dan instrumen penelitian
pendidikan dengan benar. Bandung: Suwangsih & Tiurlina. (2010). Model
Learn2live ‘n Live2learn. pembelajaran matematika. Bandung: UPI
Press.
Maulana. (2010). Dasar-dasar keilmuan dan
pembelajaran matematika sequel 2.
Subang: Royyan Press.

150

Anda mungkin juga menyukai