Anda di halaman 1dari 5

SKENARIO 1

DOKTER PTT

Sebagai seorang dokter yang telah lulus UKMPPD dan menyelesaikan Internship, dokter Agus
mendapat tawaran untuk berpraktik di beberapa instansi kesehatan yang ada di kota
kelahirannya. Akan tetapi, ia memutuskan untuk mengabdi sebagai dokter PTT di puskesmas
daerah sangat terpencil di Aceh. Ia merupakan satu-satunya dokter yang ada di daerah tersebut.
Pada suatu ketika, datang seorang pasien wanita dengan diantar suaminya mengeluh perdarahan
dari jalan lahir disertai gumpalan kecoklatan dan terasa kram pada perut bawah. Pasien mengaku
sedang hamil anak pertama dengan usia kehamilan 1 bulan. Sesuai prosedur, dokter harus
melakukan pemeriksaan dalam (vaginal touche) untuk mendiagnosis jenis abortus dan
menetukan tata laksana yang tepat. Setelah dokter Agus menjelaskan prosedur pemeriksaan
tersebut, pasien menolak untuk diperiksa dan hanya meminta untuk diresepkan obat. Dengan
mempertimbangkan prinsip dasar etika kedokteran, etika klinik, dan etika Islam, bagaimana
seharusnya yang dilakukan dokter Agus dalam mengambil keputusan untuk mengatasi dilema
etik pada kasus tersebut.
Langkah 1

Klarifikasi Kata Sulit

1. Pemeriksaan dalam (vaginal touche) : pemeriksaan genitalia bagian dalam mulai dari
vagina sampai serviks menggunakan dua jari, yang salah satu tekniknya adalah menggunakan
skala ukuran jari (lebar jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks
(pembukaan serviks atau portio).

2. Dilema etik : suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih


landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya.

3. Internship : program pemahiran dan pemandirian dokter yang


menjadi bagian dari penempatan wajib sementara.

4. UKMPPD : Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi


Dokter yang ditempuh unuk mendapatkan gelar dokter.

5. Dokter PTT : pegawai tidak tetap (dokter) yang bekerja pada


instansi pemerintah atau swasta yang punya keahlian khusus dan biasanya diberi pilihan
penempatan.

6. Abortus : pengeluaran janin atau embrio sebelum memiliki


kesempatan untuk hidup yang mengakibatkan kematian.
Langkah 2
Rumusan Masalah

1. Bagaimana etika dokter dalam menghadapi pasien lawan jenis?

2. Mengapa pasien menolak untuk diperiksa?

3. Mengapa dokter mengalami dilema etik? Bagaimana solusi untuk dokter yang sedang
mengalami dilema etik?

4. Bagaimana cara dokter menyikapi dan meyakinkan pasien yang tidak mau diperiksa?

5. Apakah boleh pasien meminta diresepkan obat tanpa melalui tahap pemeriksaan?

6. Apa dasar pasien bisa menentukan tindakan meminta resep dari dokter tanpa melalui
pemeriksaan?

7. Bagaimana pandangan Islam tentang dokter dan pasien lawan jenis?

8. Bagaimana etika dan hukum abortus?

9. Mengapa dokter Agus memutuskan untuk penempatan sebagai dokter PTT di daerah terpencil
Aceh?

10. Bagaimana prosedur pemeriksaan dalam yang tepat?


Langkah 3

Menjawab Rumusan Masalah

1. Hal ini diatur dalam etika kedokteran (Kode Etik Kedokteran Indonesia) pasal 10-13. Selain
itu dokter diperkenankan untuk menangani pasien lawan jenis namun memperhatikan emosional
dan bersikap profesional karena hubungan dokter dengan pasien sebatas hak dan kewajiban.

2. – Berada di daerah terpencil, pendidikan atau ilmu pengetahuan pasien yang kurang memadai,
dokter kurang bisa meyakinkan pasien dalam menginformasikan terapi yang akan diberi.

- Merasa malu karena dokter yang memeriksa berlawanan jenis dengan pasien.

- Adanya trauma atau rasa takut dari pasien.

- Pasien memegang teguh hukum agama atau budaya.

3. Dokter mengalami dilema etik karena saat itu dokter akan melakukan pemeriksaan dalam
untuk menegakkan diagnosa dan melakukan terapi yang sesuai untuk pasien namun di sisi lain
pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan dalam. Pada kondisi ini dokter dapat menuliskan
surat keterangan bahwa pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan agar jika pada kemudian
hari terjadi hal-hal buruk maka pasien tidak dapat menuntut pasien. Selain itu dokter bisa
merujuk pasien kepada bidan atau dokter lain yang memiliki gender yang sama.

4. Pada kasus ini yang harus dilakukan dokter adalah menghormati hak pasien. Kemudian dokter
dapat meminta persetujuan pada orang terdekat dari pasien ini yaitu suaminya. Untuk cara
meyakinkan pasien, dokter bisa menjelaskan resiko yang akan dialami pasien ketika tidak
melakukan pemeriksaan dalam. Selain itu dokter juga dapat mengedukasi pasien beserta wali
mengenai tata laksana pemeriksaan dalam.

5. Dalam KODEKI, dokter berhak menolak permohonan pasien jika bertentangan dengan hati
nurani dokter karena dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kesehatan pasien.

6. - UU No. 29 tahun 2004 pasal 52 dan 53

- UU No. 36 tahun 2009


7. Telah dijelaskan pada QS. Al-An’am : 119 bahwa pada keadaan darurat maka sesuatu yang
diharamkan bisa diperbolehkan termasuk melihat aurat lawan jenis untuk tujuan pemeriksaan
kesehatan. Namun pada saat pemeriksaan haruslah didampingi oleh mahramnya yang telah
dijelaskan pada QS. Al-Imran : 458.

8. Abortus boleh dilakukan jika memang dianggap membahayakan bagi ibu dengan usia
kehamilan kurang dari 20 minggu dengan berat kurang dari 500 gram serta tindakan abortus ini
hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis yang ahli.

9. – Mencari surat masa bakti.

- Pembuktian diri dan mencari pengalaman.

- Lebih muda untuk mencari uang.

10. Prosedur pemeriksaan dalam (vaginal touche):

- Mencuci tangan kemudian menggunakan handscoon.

- Pasien dianjurkan untuk berkemih atau membersihkan organ genitalnya.

- Berbaring dengan membuka kedua paha.

- Memasukkan jari pada vagina.

Anda mungkin juga menyukai