Anda di halaman 1dari 8

Volume 9 No.

2
Juli 2017
ISSN : 2085 – 1669
e-ISSN : 2460 – 0288
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek
Email : jurnalteknologi@umj.ac.id

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A

METODOLOGI PERHITUNGAN KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS


KONVEKSI PAKSA FLUIDA ORGANIK PROPANA PADA KONDISI
SUPERKRITIK
Harmen1,2,*, Willy Adriansyah 1, Abdurrachim1, Ari Darmawan Pasek1
1
Program Studi Pascasarjana Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung, 40194
2
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lampung, 35145

*Email: harmen.1969@eng.unila.ac.id

Diterima: 17 April 2017 Direvisi: 23 April 2017 Disetujui: 7 Mei 2017

ABSTRAK

Penelitian tentang siklus Rankine organik superkritis mulai giat dilakukan sebagai salah satu usaha untuk
meningkatkan efisiensi termal dari siklus Rankine organik. Pada kondisi superkritik, sifat-sifat termodinamika
dan fisika dari fluida organik berubah dengan sangat drastis disekitar titik kritisnya. Sehingga perhitungan
koefisien perpindahan panas konveksi paksa tidak dapat lagi dilakukan dengan asumsi sifat-sifat fluida konstan.
Dalam penelitian ini diusulkan sebuah metodologi untuk menghitung nilai koefisien perpindahan panas pada
kondisi superkritis. Propana digunakan sebagai fluida organiknya. Tipe alat pemindah panas yang dipakai
adalah jenis pipa ganda aliran berlawanan arah dan perhitungan bilangan Nusselt menggunakan korelasi
Dittus-Boetler dan Gnielinski. Hasil perhitungan koefisien perpindahan panas dengan menggunakan metodologi
ini dapat digunakan untuk menghitung luas daerah perpindahan panas dari alat pemindah panas tipe double
pipe counter flow. Selanjutnya hasil perhitungan ini perlu dibandingkan dengan nilai koefisien perpindahan
panas yang diperoleh dari hasil eksperimen.

Kata kunci: superkritik, siklus Rankine organik, propana, koefisien perpindahan panas

ABSTRACT

Supercritical organic Rankine cycle research is great interest to be done. The supercritical cycle is an effort to
increase organic Rankine cycle thermal efficiency. Under the supercritical condition, the thermo-physic
properties of the organic fluid is increased or decrease dramatically around its critical point. Therefore the
calculation of force convection heat transfer coefficient cannot be done under constant properties assumption. In
this research is proposed a methodology that can be used to calculate heat transfer coefficient in the
supercritical condition of the organic fluid. Propane is used as the organic fluid. The type of heat exchanger that
will be used is counter flow double pipe heat exchanger and the Nusselt number is calculated by using Dittus-
Boetler and Gnielinski correlations. The result of Heat transfer coefficient calculation can be used to calculate
heat transfer area of counter flow double pipe heat exchanger. Furthermore, the result needs to validate with
heat transfer coefficient that got from experimental.

Keywords: supercritical, organic Rankine cycle, propane, heat transfer coefficient.

DOI: https://dx.doi.org/10.24853/jurtek.9.2.89-96
Jurnal Teknologi Volume 9 No. 2 Juli 2017 p-ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

PENDAHULUAN Nilai koefisien perpindahan panas konveksi


Siklus Rankine organik/organic Rankine cycle dibutuhkan untuk menentukan luas permukaan
(SRO/ORC) merupakan teknologi yang sangat perpindahan panas. Koefisien ini ditentukan
dipertimbangkan untuk usaha mengkonversi- secara eksperimental yang nilainya sangat
kan energi dari sumber-sumber panas tergantung pada variabel-variabel yang
bertemperatur rendah (seperti energi panas dari mempengaruhi proses konveksi seperti
buangan industri proses, radiasi sinar matahari, geometri permukaan, kondisi aliran, sifat-sifat
pembakaran biomassa, dan panasbumi) dari fluida dan kecepatan dari fluida. Beberapa
menjadi energi listrik yang lebih berdaya guna eksperimen memperlihatkan bahwa koefisien
(Baik, 2013; Javansir, 2017). Walaupun ini perpindahan panas sangat tergantung sekali
bukanlah suatu teknologi baru dan telah pada sifat-sifat fluida seperti viskositas
berkembang dengan baik, tapi penelitian- dinamik (), konduktifitas termal (k),
penelitian mengenai teknologi ini terus dilaku- kerapatan (), dan panas spesifik (cp) (Cengel,
kan terutama untuk meningkatkan efisiensi 2003).
siklusnya. Beberapa korelasi bilangan Nusselt/koefisien
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi perpindahan panas konveksi pada tekanan
SRO adalah dengan menggunakan SRO superkritis diberikan dalam (Chen, 2015).
superkritik (Schuster, 2010; Lazova, 2014). Umumnya korelasi ini dikembangkan untuk
Penggunaan siklus superkritik, khususnya yang fluida kerja air. Beberapa korelasi juga
menggunakan fluida organik dan fluida kerja dikembangkan atau berlaku untuk fluida kerja
lainnya secara teoritik memilki efisiensi yang CO2. Namun belum ada korelasi yang
lebih tinggi dan biaya relatif lebih rendah. Ini ditemukan dan valid untuk fluida kerja
disebabkan karena lebih banyak energi dari organik, terutama untuk propana.
sumber panas yang dikonversikan menjadi Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan
energi mekanik dan/atau energi listrik dan fenomena dari perubahan drastis dari sifat-sifat
merupakan sumber-sumber energi sensibel termo-fisika fluida organik pada tingkat
(Gu, 2001). Pada siklus superkritis beda keadaan superkritik yang berpengaruh sangat
temperatur fluida panas dan fluida dingin besar terhadap nilai koefisien perpindahan
dalam HE lebih kecil, sehingga pemusnahan panas, maka dalam penelitian ini akan
ekserginya (exergy destruction) menjadi lebih diusulkan suatu metode perhitungan nilai
rendah (Karellas, 2008). koefisien perpindahan panas konveksi dari
Penukar panas (Heat Exchanger/HE) fluida organik superkritis.
merupakan komponen penting dari siklus ORC
superkritik, dalam hal efisiensi siklus dan METODE PENELITIAN
kelayakan ekonomi dari satu instalasi ORC. Metodologi atau pendekatan yang akan
Ada banyak tantangan dalam proses desain dilakukan adalah dengan menggunakan metode
komponen ini agar sesuai untuk kondisi perhitungan teoritis dengan terlebih dahulu
operasi pada tekanan dan temperatur yang melakukan analisis awal berdasarkan literatur-
relatif tinggi. Ini di karenakan adanya literatur yang digunakan. Jenis alat penukar
perubahan sifat yang tajam dari fluida kerja panas yang digunakan adalah jenis pipa ganda
organik pada tingkat keadaan superkritis. aliran silang. Metode ini merupakan metode
Sehingga, nilai koefisien perpindahan panas perhitungan koefisien perpindahan panas fluida
sangat tergantung pada sifat-sifat organik superkritis. Koefisien perpindahan
thermophysical dari fluida kerja, karenanya panas ini akan digunakan untuk menghitung
penting untuk mempelajari dan memahami luas daerah perpindahan panas dan panjang
perilaku sifat dari fluida saat terjadi perubahan pipanya agar dapat memanaskan fluida organik
dari tingkat keadaan kondisi subkritis ke dari temperatur 50oC sampai temperatur 120oC
superkritis (Lazova, 2015). pada tekanan diatas tekanan kritisnya. Sebagai
Sifat-sifat termo-fisik fluida organik seperti fluida pemanas digunakan oli panas dengan
densitas dan panas spesifik berubah dengan temperatur 150oC. Adapun langkah-langkah
sangat drastis disekitar daerah pseudo-critical- perhitungannya, adalah sebagai berikut:
nya (Forooghi, 2014). Perubahan temperatur a. Menentukan jenis fluida organik yang
yang kecil akan menyebabkan perubahan yang digunakan berserta sifat-sifatnya. Fluida
signifikan dari sifat ini. organik yang digunakan adalah

90
Harmen, Willy Adriansyah, Abdurrachim, Ari Darmawan Pasek: Metodologi Perhitungan Koefisien Perpindahan Panas Konveksi Paksa Fluida
Organik Propana Pada Kondisi Superkritik
Jurnal Teknologi 9 (2) pp 89- 96 © 2017

hidrokarbon propana (Tc = 96,74oC, pc = Proses perhitungan selanjutnya mengikuti


41,95 bar) dan sifat-sifat dari fluida untuk prosedur seperti yang diberikan pada Gambar
tekanan dan temperatur tertentu didapat 1.
dari perangkat lunak Refprop 9.1
Oli panas T = 150oC
[Lemmon,2010].
b. Menetapkan data masukkan. Sebagai input
Fluida organik
data adalah temperatur Tin,FO, Tin,FP, pFO T = 50oC Propana T = 120oC

dan pFP, ṁFO dan ṁFP, dan diameter dari


pipa. Kemudian dalam perhitungan juga Fluida panas T = 150oC
ditetapkan temperatur fluida organik T0 T1 Tn-2 Tn-1 Tn
T2
keluar dari HE yang diinginkan.
T0 + T T1 + T Tn-3 + T Tn-2 + T Tn-1 + T
c. Melakukan perhitungan temperatur fluida FO T0 T1
Q
panas yang keluar dari HE. Karena pada
FP
sekitar titik pseudo-critical perubahan sifat T0 T1

fluida terjadi secara tajam maka Gambar 2. Sketsa segmentasi perhitungan


perhitungan dilakukan secara bertahap proses perpindahan panas
dengan T yang kecil. Semakin rendah T
akan semakin rendah potensi kesalahan Gambar 2 memperlihatkan proses segmentasi
yang terjadi. Dalam penelitian ini perhitungan perpindahan panas. Pada segmen
digunakan T = 1oC. pertama T0 FO sama dengan temperatur FO
memasuki double pipe HE atau sebesar 50oC.
Mulai dengan T = 1oC, maka T1,FO = 51oC. Dengan
memisalkan T0,FP atau temperatur FP keluar
Tin,FO, Tout,FO, TFO, Tin,FP
pFO, mdot,FO , di, do, Di, Do, dari HE, maka dengan menggunakan
Persamaan 1 T1,FP dapat dihitung.
Tebak T out,FP
(1)
T0,FO = Tin,FO
T0,FP = Tout,FP
Nilai bilangan Nusselt dari FO dihitung
Tn,FO = T0,FO + TFO menggunakan korelasi Dittus-Boelter dan
korelasi Gnielinski (Pers. 2 dan Pers. 3).
Hitung Q
Bilangan Nusselt dari FP dihitung melalui
Hitung Tn,FP korelasi Dittus-Boelter.
(Databased Refprop 9.1)
Sifat-sifat fluida organik

Hitung TLM (2)


h, , n, k, Pr

Hitung um,FO & um,FP


(3)
Hitung Re,FO & Re,FP

Hitung Nu,FO & Nu,FP


Setelah nilai bilangan Nusselt untuk setiap
fluida didapatkan maka nilai koefisien
Hitung hc,FO & hc,FP perpindahan panas konveksi dari masing-
Tout,FP,baru = Tout,FP + (Tin,FP - Tn,FP)/2
Hitung U
masing fluida dapat dihitung.
Tidak
Perhitungan dilakukan sampai Tn,FO = 120oC.
Tn,FP = Tin,FP ± e Hitung As
Tn,FO, baru = T0,FO, baru + TFO
Kemudian dilakukan pengecekan terhadap
e = error = 10-5
temperatur FP masuk HE. Apabila Tn,FP =
Ya Hitung Ln
Ya
T0,FO,baru = Tn,FO 150oC dengan error ±10-5 telah tercapai, maka
L = S Ln Tidak dilanjutkan dengan perhitungan panjang total
Tn,FO = Tout,FO
dari HE-nya. Namun bila nilainya belum
Berhenti
mencapai nilai tersebut diatas, maka
Gambar 1. Metodologi perhitungan luas perhitungan diulang dengan pemisalan harga
daerah perpindhan panas dan panjang pipa temperatur FP keluar HE yang baru.
untuk double pipe HE superkritik

91
Jurnal Teknologi Volume 9 No. 2 Juli 2017 p-ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

HASIL DAN PEMBAHASAN Selanjutnya, adanya perubahan sifat yang


drastis ini membutuhkan perhitungan luas
Panas spesifik dan densitas propana pada dimensi HE yang lebih detail atau perhitungan
tekanan superkritis (p = 50 bar) luas permukaan HE dilakukan untuk luas
permukaan segmen yang sekecil mungkin
Salah satu karakteristik sifat-sifat termo-fisika
[Schröder, 2014].
dari fluida superkritik adalah adanya
perubahan sifat yang sangat tajam pada sekitar
Distribusi temperatur propana dan oli pada
titik pseudo-critical-nya. Pada Gambar 3
double pipe HE
diperlihatkan dua sifat tersebut, yaitu
perubahan densitas dan panas spesifik propana Distribusi temperatur disepanjang pipa HE
terhadap temperatur pada tekanan 50 bar. untuk setiap segmennya dihitung berdasarkan
metodologi yang diberikan pada sub bagian
diatas dan seperti diagram alir pada Gambar 3.
Propana bertekanan 50 bar pada laju aliran
volume 1 liter/menit (0,00774433 kg/s) dengan
temperatur 50oC dipanaskan oleh oli panas
dengan merek dagang TherminolADX-10
hingga temperaturnya mencapai 120oC. untuk
keperluan tersebut diperlukan oli panas
sebanyak 10 liter/menit (0,13648333 kg/s)
bertemperatur 150oC. distribusi temperatur
propana dan oli panas digrafikkan seperti
Gambar 4 berikut.
Gambar 3. Perubahan densitas dan panas
spesifik propana pada kondisi superkritik (p =
50 bar)

Densitas propana pada fase cair menurun


dengan meningkatnya temperatur fluida. Untuk
laju aliran massa dan luas penampang pipa
yang konstan, maka penurunan densitas ini
akan meningkatkan laju aliran fluida.
Kemudian viskositas fluida juga berkurang
dengan meningkatnya temperatur. Sehingga Gambar 4. Pola temperatur fluida propana
kenaikkan kecepatan dan menurunnya pada tekanan superkritik dan distribusi
viskositas fluida akan meningkatkan nilai temperatur oli
bilangan Reynolds dan seterusnya juga akan
meningkatkan nilai koefisien perpindahan Pada fase cair peningkatan temperatur propana
panas konveksinya. lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan
Dari Gambar 3 juga terlihat bahwa adanya temperaturnya pada fase gas. Peningkatan
peningkatan nilai panas spesifik secara tajam temperatur ini akan semakin landai saat berada
setelah mencapai temperatur kritis sampai disekitar titik pseudo-critical. Ini disebabkan
temperatur pseudo-critical pada tekanan 50 karena tingginya nilai panas spesifik pada
bar. temperatur pseudo-critical dari propana kondisi tersebut. Dari pola ini juga dapat di
pada tekanan 50 bar ini berada antara nyatakan bahwa penggunan asumsi satu nilai
temperatur 105oC – 107oC. Peningkatan panas TLM yang dihitung berdasarkan temperatur
spesifik akan meningkatkan kemampuan fluida masuk dan temperatur keluar dari kedua fluida
untuk menyerap panas pada beda temperatur dalam keseluruhan perhitungan tidak dapat
yang sama. Sehingga dari karakteristik sifat- dilakukan (Karellas, 2012).
sifat termo-fisika dari fluida pada kondisi Temperatur oli panas keluar dari HE masih
superkritik ini dapat diperkirakan akan mampu cukup tinggi yaitu sekitar 141,4394 oC.
meningkatkan kemampuan fluida organik perbedaan terkecil antara temperatur propana
dalam menyerap energi dari sumber panas. dan temperatur oli panas atau yang disebut

92
Harmen, Willy Adriansyah, Abdurrachim, Ari Darmawan Pasek: Metodologi Perhitungan Koefisien Perpindahan Panas Konveksi Paksa Fluida
Organik Propana Pada Kondisi Superkritik
Jurnal Teknologi 9 (2) pp 89- 96 © 2017

juga dengan perbedaan temperatur pinch point dengan perbedaan mini-mum dan maksimum
(Tpp) masih cukup besar sekitar 30oC. Masih sebesar 32,05 W/(m2.oC) dan 323,09
tingginya temperatur oli yang keluar dari HE W/(m2.oC). untuk menentukan korelasi mana
menunjukkan bahwa HE masih berpeluang yang lebih valid untuk digunakkan
besar untuk dilakukan optimasi. Optimasi memerlukan data eksperimental dan atau hasil
dapat dilakukan dengan memperkecil laju simulasi sebagai pembandingnya. Besarnya
aliran massa oli dan atau meningkatkan laju nilai perbedaan ini juga akan berpengaruh
aliran massa propana. Pengurangan dan terhadap perhitungan luas daerah perpindahan
peningkatan laju aliran massa fluida ini juga panas dan panjang pipanya.
akan meningkatkan luas permukaan Menurut (Kang, 2009), pola perubahan nilai
perpindahan panas dan atau meningkatkan koefisien perpindahan panas seperti ini dibagi
panjang pipa. menjadi tiga kondisi yaitu, kondisi normal,
kondisi peningkatkan dan kondisi penurunan
Prediksi Koefisien perpindahan panas yang drastis dari nilai koefisiennya. Pola
konveksi (h) dari propana pada tekanan seperti ini terjadi bila temperatur dinding
superkritis perpindahan panas lebih tinggi dari temperatur
pseudo-critical fluida dan lebih tinggi dari
Koefisien perpindahan panas konveksi propana
temperatur curah (bulk) fluida atau Tw>Tpc>Tb.
dihitung menggunakan persamaan 4 berikut.
(4) Luas permukaan perpindahan panas dan
panjang pipa
Nilai bilangan Nusselt dihitung menggunakan
korelasi Dittus-Boelter dan korelasi Gnielinski Luas permukaan perpindahan panas untuk
(Pers. 2 dan Pers. 3). Hasil perhitungan setiap segmen dihitung dengan menggunakan
koefisien perpindahan panas konveksi untuk Pers. 5.
setiap segmen sepanjang pipa HE digrafikkan (5)
seperti Gambar 5.
Sedangkan panjang pipanya dihitung melalui
persamaan 6 berikut ini.

(6)

Gambar 5. Perubahan koefisien perpindahan


panas konveksi terhadap temperatur pada
kondisi superkritis.

Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa


perhitungan koefisien perpindahan panas
konveksi propana dengan menggunakan kedua
korelasi tersebut memperlihatkan pola yang Gambar 6. Panjang pipa SHE tipe double pipe
sama. Nilai h naik secara perlahan pada fase untuk memanaskan propana dari temperatur
cair, kemudian setelah mencapai temperatur 50oC - 120oC pada p = 50 bar.
kritisnya naik dengan tajam sampai temperatur
Gambar 5 memperlihatkan pola perubahan
pseudo-critical, selanjutnya turun dengan
panjang pipa SHE tipe double pipe yang
tajam pula sampai temperatur 120oC.
Perbedaan nilai h antara korelasi Dittus- digunakan untuk memanaskan propana dari
temperatur 50oC - 120oC pada tekanan 50 bar
Boelter dan Gnielinski pada fase cair tidak
untuk setiap 5oC kenaikkan temperatur
besar, tapi pada sekitar titik pseudo-critical
nilai ini berbeda cukup signifikan. Rata-rata propana. Untuk keperluan ini total panjang
perbedaannya adalah sebesar 87,97 W/(m2.oC) pipa yang dibutuhkan adalah sebesar 5,595 m

93
Jurnal Teknologi Volume 9 No. 2 Juli 2017 p-ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

bila perhitungan bilangan Nusseltnya dengan fluida yang digunakan dan kondisi
menggunakan korelasi Dittus-Boelter dan operasi yang diterapkan.
sebesar 5,469 m dengan menggunakan korelasi Pada daerah sekitar titik pseudo-critical,
Gnielinski atau dengan perbedaan sebesar 126 dibutuhkan panjang pipa yang jauh lebih besar
mm. Untuk laju aliran yang lebih besar, maka dari daerah lainnya untuk meningkatkan
perbedaan ini menjadi sangat berpengaruh temperatur propana sebesar 5oC. Walaupun
terhadap optimalisasi dari alat pemindah panas. untuk daerah ini nilai koefisien perpindahan
Sehingga untuk mendapatkan perhitungan panasnya paling tinggi, tapi pada daerah ini
panjang pipa dan luas permukaan perpindahan juga terjadi perpindahan panas yang paling
panas yang tepat diperlukan korelasi tinggi.
perpindahan panas konveksi yang sesuai

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Dari hasil penelitian ini memberikan Baik Y. J., Kim M., Chang K. C., Lee Y. S.,
kesimpulan sebagai berikut: dan Yoon H. K., 2013, A comparative
study of power optimization in low-
1. Metodologi yang diusulkan pada penelitian
temperatur geothermal heat source driven
ini secara teoritik dapat digunakan untuk
R125 transcritical cycle and HFC organic
menghitung prediksi nilai koefisien
Rankine cycles, Renewable Energy vol.
perpindahan panas dari propana pada
54, 78–84.
tekanan diatas tekanan kritisnya.
Cengel, Y. A., 2003, Heat transfer: a practical
2. Nilai h yang dihasilkan melalui perhitungan
approach, McGraw Hill Book Company,
ini dapat digunakan sebagai nilai prediksi h USA.
dalam merancang HE yang akan digunakan Chen, W., Fang, X., Xu, Y., dan Su, X., 2015,
mendapatkan nilai h dari data hasil An assessment of correlations of force
pengujian. convection heat transfer to water at
3. Selanjutnya nilai h hasil perhitungan dari supercritical pressure, Annals of Nuclear
data eksperimental dan atau hasil simulasi Energy vol. 76, 452-460
dapat digunakan sebagai data pembanding Forooghi P. dan Hooman K., 2014,
nilai h yang diperoleh dari perhitungan Experimental analysis of heat transfer of
teoritis berbagai korelasi yang ada. supercritical fluids in plate heat
4. Untuk memanaskan propana pada tekanan exchangers, International Journal of Heat
diatas tekanan kritisnya (pada p = 50 bar) and Mass Transfer vol. 74, 443-459.
dari dari temperatur 50oC - 120oC dalam Gu Z. dan Sato H., 2001, Performance of
HE tipe pipa ganda aliran silang dengan supercritical cycles for geothermal binary
diameter pipa bagian dalam dan luarnya di design, Energy Conversion and
= 8 mm, do = 2 mm, Di = 22,4 mm, dan Do Management vol. 43, 961–971.
= 25 mm, diperlukan panjang pipa sebesar Javanshir A. dan Sarunac N., 2017, Ther-
5,595 m bila perhitungan bilangan modynamic analysis of a simple Organic
Nusseltnya mengguna-kan korelasi Dittus- Rankine Cycle, Energy vol. 118, 85–96.
Boelter dan sebesar 5,469 m dengan Kang, K. H. dan Chang, S. H, 2009,
menggunakan korelasi Gnielinski. Experimental study on the heat transfer
characteristics during the pressure
transients under supercritical pressures,
UCAPAN TERIMA KASIH International Journal of Heat and Mass
Transfer vol. 52, 4946–4955,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada doi:10.1016/
Kementrian Riset dan Pendidikan Tinggi RI j.ijheatmasstransfer.2009.06.005.
yang telah memberikan dana beasiswa S3 Karellas, S. dan Schuster, A., 2008,
BPPDN dan dana Hibah Penelitian Doktor TA Supercritical fluid parameters in organic
2017. Rankine cycle applications, International

94
Harmen, Willy Adriansyah, Abdurrachim, Ari Darmawan Pasek: Metodologi Perhitungan Koefisien Perpindahan Panas Konveksi Paksa Fluida
Organik Propana Pada Kondisi Superkritik
Jurnal Teknologi 9 (2) pp 89- 96 © 2017

Journal of Thermodynamics vol. 11, 101– integrated CPV/T Rankine cycle, 3rd
108. International Seminar on ORC Power
Karellas, S., Schuster, A., dan Leontaritis, Systems, 2-4 Oktober 2015, Brussels,
A.D., 2012, Influence of supercritical Belgia.
ORC parameters on plate heat exchanger Lemmon E.W., Huber M.I., McLinden M.O.,
design, Applied Thermal Engineering vol. 2010, NIST standard reference database
33-34, 70–76, 23: Reference Fluid Thermodynamic and
doi:10.1016/j.applthermaleng. Transport Properties-REFPROP, version
2011.09.013. 9.1, National Institute of Standard and
Lazova M., Daelman S., Kaya A., Huisseune Technology, Standard Reference Data
H., dan De Paepe M., 2014, Heat Transfer Program, The U.S. secretary of
in Horizontal Tube at Supercritical Commerce.
Pressure for Organic Rankine Cycle Schuster A., Karellas S., dan Aumann R.,
applications, 10th International 2010, Efficiency optimization potential in
Conference on Heat Transfer, Fluid super-critical Organic Rankine Cycles,
Mechanics and Thermodynamics 14–16 Energy vol. 35, 1033–1039.
July 2014 Orlando, Florida. Schröder, E., Neumaier, K., Nagel, F., dan
Lazova M., Daenens D., Kaya A., Belleghem Vetter, C., 2014, Study on heat transfer in
M.V., Kosmadakis H.H., Manolakos D., heat exchangers for a new supercritical
Paepe M.D., 2015, Design of a organic Rankine cycle, Heat Transfer
supercritical heat exchanger for an Engineering, vol. 35, 1505-1519.

95
Jurnal Teknologi Volume 9 No. 2 Juli 2017 p-ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

96

Anda mungkin juga menyukai