Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI LAUNDRY

RUMAH SAKIT UMUM

PERMATA HATI

KLUNGKUNG

2018
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk pelayanan umum, tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat memungkinkan terjadi penularan penyakit dan gangguan kesehatan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit adalah melalui pelayanan medis,
khususnya dalam pengelolaan Linen Rumah Sakit, Linen Rumah Sakit di butuhkan di setiap ruangan
ini sangat bervariasi, baik jenis jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang
membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan macam-macam
klarifikasi terdiri dari ahli manejemen tehnisi, perawat,tukang cuci, penjahit, tukang strika, ahli
sanitasi, serta ahli kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik,
nyaman dan siap pakai, di perlukan perhatian khusus pengelolaan tempat pencucian linen (Laundry),
Sesuai keputusan Kepala Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Permata Hati tentang
pembentukan sususan oeganisasi tata kerja Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum Permata Hati.
Berdasarkan buku pedoman manejemen Linen Rumah Sakit Tahun 2018 untuk meningkatkan kualitas
linen yang baik, nyaman, dan siap pakai diperlukan perhatian khusus dalam pengelolaan linen seperti
kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial, pencemaran lingkungan dan efek dari penggunaan bahan-
bahan kimia untuk proses pencucian di Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum Permata Hati.

B. Tujuan
1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen Rumah Sakit Umum Permata Hati.
2. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit Umum Permata Hati.
3. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi, utuh dan siap pakai.
4. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi silang.
5. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung dan lingkungan dari terpapar bahaya potensial.
6. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit rumah sakit.

C. Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup pelayanan Instalasi Laundry adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan linen kotor ruangan rawat inap, poliklinik, instalasi-instalasi
2. Pendistribusian linen bersih ruangan rawat inap, poliklinik, instalasi-instalasi
3. Pengamprahan linen baru dari ruangan-ruangan yang membutuhkan

1
D. Batas Operasional
Batas Operasional di Instalasi Laundry :
1. Pengambilan linen kotor dengan prosedur pencatatan.
2. Pemilihan dan penimbangan linen kotor.
3. Pencucian
4. Pemerasan
5. Penyetrikaan
6. Pelipatan
7. Penyimpanan
8. Pendistribusian
9. Pengantian linen rusak ( tidak layak pakai )

E. Landasan Hukum
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4. PP No. 85/1999 tentang perubahan PP No. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya
dan Racun.
5. PP No. 20 tahun 1990 tentang Pencemaran Air.
6. PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL.
7. Permenkes RI No. 472/Menkes/Peraturan/V/1996 tentang Penggunaan Bahan Berbahaya bagi
Kesehatan.
8. Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1992 tentang Penyediaan Air Bersih dan Air Minum.
9. Permenkes No. 986/Menkes/Per/IX/1992 tentang Penyehatan Lingkungan
Rumah sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit.
11. Kepmen LH No. 58/MENLH/12/1995 tentang Buku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit.
12. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992 tentang Pengelolaan
Linen.
13. Buku Pedoman Infeksi Nosokomial tahun 2001.
14. Standar Pelayanan Rumah Sakit tahun 1999.
15. Buku Pedoman Manajemen Linen Rumah Sakit tahun 2018

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusia


Kualifikasi sumber daya manusia di instalasi laundry sebagai berikut :
No Pendidikan Nama

B. Distribusi Ketenagaan
Ketenagaan Instalasi Pemeliharaan sanitasi Lingkungan telah diberi tanggung jawab sesuai dengan
tugas pokok yang telah ditetapkan oleh kepala Instalasi Laundry sebagai berikut :
No Jabatan Pendidikan Jumlah

C. Pengaturan jaga
Pengaturan jaga di instalasi laundry terdiri dari 2 shif jaga yaitu :
No Shift Jam Kerja

3
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Pintu linen kotor
Rak Mesin Setrika
Lemari Wastafel
Linen
Penyimpanan
Ruang Penerimaan

Meja Linen Kotor R.KA


Mesin Cuci
Gudang B3
Lipatan Mesin Mesin Perendaman Instalansi
Mesin linen
Packing Pengering Pengering
Timbangan infeksius
Setrika Setrika Cuci
Pintu linen bersih Linen

4
B. Standar Fasilitas
1. Pengadministrasian Umum
No Nama Barang Jumlah Keterangan

2. Sarana Fasilitas
No Fasilitas Pengadaan Tahun Jumlah
No Fasilitas Pengadaan tahunan Jumlah

3. Sarana Fisik
Sarana fisik Instalasi Laundry terdiri dari beberapa ruang antara lain :
1) Ruang Penerimaan, Pemisahan dan Pencucian Linen
Ruang ini dibuat dari bahan yang tidak licin. Sirkulasi udara harus selalu diperhatikan
dengan selalu membuka pintu vebtilasi udara, penerangan minimal katerogi pencahayaan
C-100-200 Lux sesuai pedoman pencahayaan Rumah Sakit. Ruang ini memuat :
a. Meja pencatatan linen kotor.
b. Meja sortir yaitu meja untuk memisahkan linen non infeksius noda ringan,
sedang dan berat. Linen kotor infeksius dilakukan sejak diruangan dengan
membedakan plastik tempat linen kotor.
c. Timbangan duduk.
d. Ruang yang cukup untuk troly linen kotor.
e. Bak untuk perendaman linen.
f. Mesin cuci.
g. Mesin cuci dibedakan untuk linen yang infeksius dengan linen non infeksius.
2) Gudang Penyimpan BHP

5
Gudang ini gunanya tempat untuk menyimpan bahan kimia untuk pencucian dan BHP
lainnya. Ventilasi udara harus selalu terbuka untuk menjaga sirkulasi udara tetap baik
dan suhu di dalam ruangan ini tetap stabil.
3) Ruang Menjemur
Ruangan ini berguna untuk menjemur linen yang tidak bisa di keringkan dengan mesin
cuci. Lantai dalam ruangan ini dibuat dari bahan yang tidak licin untuk mencegah pekerja
terpeleset. Tersedia Wasstaver dan tali jemuran.
4) Ruang Penyetrikaan
Ruang ini memuat :
a. Meja penyetrikaan.
b. Meja pengepakan dan mempacking linen.
c. Meja sortir linen tidak layak pakai.
d. Lemari peyimpan linen
e. Sirkulasi udara di ruangan ini harus dipastikan dengan memasang exhaust fan.
f. Untuk penerangan minimal kategori pencahayaan D=200-500 Lux sesuai
pedoman Pencahayaan Rumah Sakit.
5) Ruang Penyimpan Linen.
Ruang ini memuat :
a. Lemari dan rak penyimpan linen.
Persyaratan lainnya :
a) Ruang ini bebas dari pintu.
b) Pintu selalu tertutup.
c) Sirkulasi udara harus baik, Ventilasi udara harus selalu terbuka.
d) Penerangan minimal kategori pencahayaan D=200-500 Lux sesuai
pedoman Pencahayaan Rumah Sakit.
6) Ruang Kepala
Ruang ini memuat :
a. Meja dan kursi untuk kepala Instalasi.
b. Meja dan kursi untuk staf Administrasi.
c. Perangkat Komputer.
d. Lemari Arsip.
7) Ruang Rehat Staf.
Ruang ini Memuat :
a. Meja dan Kursi Makan
b. Peralatan untuk makan dan minum staf.
8) Ruang Ganti Staf.
Ruang ini memuat :

6
a. Loker Pegawai.
b. Kamar mandi dan Toilet.
4. Prasarana
a. Prasarana Listrik Sebagian besat peralatan pencucian mengunakan daya listrik. Daya di
Instalasi Laundry cukup besar terutama untuk mesin cuci, mesin pengeringan, mesin sterika.
Disarankan mengunakan kabel dengan jenis NYY terutama pada kontak-kontak langsung ke
peralatan tersebut, dan menggunakan kuas kontak 9 (hand switch). Atau kontak-kontak
dengan sistem plung dengan kemampuan 25 amper agar tidak terjadi loncatan bunga api pada
saat pembebanan sesaat. Grouding harus dilakukan, terutama untuk peralatan yang
menggunakan daya besar, digunakan instalasi kabel dengan diameter minimal sama dengan
kabel daya yang tersalurkan.
b. Prasarana Air
Prasarana air untuk Instalasi Laundry memerlukan sedikitnya 40% dari kebutuhan air di
rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air untuk proses
pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standar air. Reservoir dan pompa perlu
dipersiapkan untuk menjaga tekanan air 2 kg/cm2. Standar Air yang digunakan untuk mencuci
mempunyai standar air bersih berdasarkan PerMenKes No. 416 tahun 1992 dan standar
khusus bahan kimia dengan penekanan tidak adanya :
a) Hardness – Garam (Calcium, Carbonate dan Choloride)
Standar baku mutu : 0-90 ppm
- Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia
pencucian sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana mestinya.
- Efek pada linen dan mesin. Garam akan mengubah warna linen putih menjadi
keabu-abuan dan linen warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkarat
(scale forming), sehingga dapat menyumbat saluran-saluran air dan mesin.
b) Iron-Fe (Besi)
Standar baku mutu : 0-0.1 ppm
- Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia dan
proses pencucian.
- Efek pada linen dan mesin. Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan
(yellowing) dan linen warna akan cepat pudar. Mesin akan berkarat.
5. Peralatan dan Bahan Pencucian
Pencucian pada Instalasi Laundry menggunakan bahan pencucian kimiawi dengan komposisi dan
kadar tertentu. Peralatan pada Instalasi pencucian antara lain :
1. Mesin cuci
2. Mesin pengering
3. Mesin penyetrika

7
Produk Bahan Kimia
Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor di atas bereaksi dengan baik.
Menggunakan bahan kimia berlebihan tidak akan membuat hasil menjadi lebih baik, begitu juga
apabila kekurangan. Bahan kimia yang sering digunakan secara umum terdiri dari :
1. Alkali
2. Ditergen
3. Emulsifier
4. Cholorine Bleach
5. Sour/penetral
6. Softener
7. Oxygen
8. BC-Fers

8
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

Pelaksanaan Pelayanan linen meliputi ruangan rawat inap, poliklinik, Insatalasi Rumah Sakit
Umum Permata Hati.
1. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutan seluruh produk tekstil yang berada dirumah sakit yang
meliputi linen di ruang perawatan maupun baju bedah di ruang Operasi ( OK ). Secara fungsional
linen digunakan untuk baju, alas, pembungkus, lap, dan sebagainya, sehingga dalam
perkembangan manajemennya menjadi tidak sederhana lagi , berhubung tiap bagian dirumah
sakit mempunyai spesifikasi pekerjaan, jumlah kebutuhan yang besar, frekuensi cuci yang tinggi,
keterbatasan persediaan, penggunaan yang majemuk dan image yang ingin dicapai. Untuk itu
diperlukan standar linen, antara lain :
a. Standar produk
Berhubungan secara kesehatan bersifat universal, maka Rumah Sakit Umum Permata Hati
mempunyai standar produk yang sama, agar bisa diproduksi massal dan mencapai skala
ekonomi.
b. Standar desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya dari pada estetikanya,
maka desain yang sederhana, ergonomis dan unisex merupakan pilihan yang ideal,
terutama pada baju bedah dan baju pasien.
c. Standar material
Pilihan material disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan dan penampilan yang
diharapkan. Beberapa kain yang di gunakan di RSUM antara lain Cotton 100%, CVC 50%-
50%, TC 65%-35%, dengan proses akhir yang lebih spesifik seperti : Water repellent, soil
release dan sebagainya yang mempunyai sifat dan penggunaan tertentu. Warna pada kain
/ baju juga memberikan nuansa tersendiri, sehingga secara psikologis mempunyai
pengaruh terhadap lingkungannya. Untuk linen ruang rawat menggunakan linen warna
putih agar mudah dalam pencucian dan perawatan. Sedangkan warna untuk baju kerja
pegawai disesuaikan dengan keinginan pegawai pada masing-masing ruangan/unit.
d. Standar ukuran
Ukuran linen dipertimbangkan tidak hanya dari sisi penggunaan, tetapi juga dari biaya
pengadaan dan biaya operasional yang timbul. Makin luas dan besar, maka makin mahal
biaya pengadaan dan pengoperasiannya. Dengan adanya ukuran tempat tidu yang standar,
yaitu 90x200 cm, maka ukuran linen bisa distandarkan menjadi :
- Sprei Fitted : 90x200x 15

9
- Steek laken : 70x145 cm
- Zeil/perlak : 60x135 cm
- Sarung bantal : 50x70 cm
e. Standar jumlah
Untuk jumlah linen yang digunakan di ruangan rawat dan poliklinik, perhitungan rincianya
sebagai berikut :
- Linen ruang rawat
Jumlah stok linen ruang rawat adalah 3 per dengan posisi stok 1 per terpakai, stok
1 per dicuci, stok 1 per cadangan. Apabila rata-rata 1x1 hari, sedangkan jumlah
tempat tidur 506 dan BOR 90%, dengan lama pencucian 1 hari, serta rencana per
stok 3, maka kebutuhan linennya adalah : 1 x 506 x 90% x 1 x 3 = 1.366 paket
- Linen poliklinik
Jumlah linen di poliklinik adalah 3 per dengan posisi 1 per dipakai, stok 1 per
dicuci, stok 1 per cadangan. Apabila rata-rata 1x2 hari, sedangkan jumlah tempat
tidur 86 dengan lama pencucian 1 hari serta rencana per stok 3, maka kebutuhan
linennya adalah : 1 x 86 x 1 x 3 = 256 paket
f. Standar penggunaan
Standar umum linen rumah sakit dengan pencucian prosedur normal adalah 150 sampai
200 kali pencucian, selain itu juga melihat kondisi fisik linen. Kondisi fisik linen ini dapat
di liat melalui meja control linen dengan melihat serat linen apakah mesin utuh atau sudah
ada yang putus.
2. Tenaga Instalasi Laundry
Untuk mencegah infeksi yang terjadi di dalam pelaksanaan kerja terhadap tenaga pencucian
maka perlu ada pencegahan dengan :
- Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala
- Pemberian imunisasi tetanus, hepatitis
- Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit, luka-luka, ruam, kondisi kulit
eksfoliatif tidak boleh melakukan pencucian.
3. Penatalaksanaan Linen
Penatalaksanaan linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan transmisi organisme
berpindah :
- Di ruangan-ruangan
- Perjalanan transportasi linen kotor
- Pencucian Laundry
- Penyimpanan linen bersih
- Pendistribusian
4. Pengolahan Linen di Ruangan

10
Seperti disebutkan di atas yang di maksud dengan linen infeksius dan non infeksius yang secara
spesifik di perlukan secara khusus dengan plastic linen yang berbeda. Persyaratan plastic linen di
ruangan-ruangan :
a. Plastic linen infeksius
- Terbuat dari bahan plastic
- Bentuk segi empat ukuran 60x80 cm
- Warna kuning bertulisan Linen Infeksius
b. Plastic Non Infeksius
- Terbuat dari bahan plastic
- Berbentuk segi empat berukuran 80 x 120 cm
- Warna hitam
Penanganan linen dimulai dari proses verbeden ( pengantian linen ). Pelaksanaan Verbeden
dilakukan oleh perawat dimana sebelum dilakukan pengantian linen bersih harus melepaskan linen
kotor dengan demikian perawat tersebut akan kontak dengan linen kotor baik itu dengan linen
infeksius maupun non infeksius.
1) Prosedur untuk linen kotor infeksius :
a. Biasakan mencuci tangan hygienis dengan sabun 10-15 detik sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan.
b. Gunakan APD : Sarung tangan , Masker dan Apron.
c. Persiapkan alat dan bahan : sikat, sprayer, ember dengan tulisan linen infeksius
d. Lipat bagian yang terinfeksi di bagian dalam lalu masukan linen kotor infeksius ke
dalam ember tertutup dan bawa ke ruang cuci
e. Noda darah atau feses dibuang ke dalam baskom, basahkan dengan air dalam sprayer
dan masukan ke dalam plastic transparan dengan memisahkan linen warna dan linen
putih (kantong linen infeksius). Sampah tercampur seperti jarum suntik tempatkan
pada wadah penampungan jarum suntik
f. Lakukan penutupan kantung
g. Bawa linen kotor ke ruang tempat linen kotor dan siap diambil oleh petugas Laundry
2) Prodesur untuk linen kotor non infeksius
a. Biasakan mencuci tangan hygienis dengan sabun 10-15 detik sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan.
b. Gunakan APD : Sarung tangan , Masker dan Apron.
c. Persiapkan alat dan bahan : sikat, spayer, ember dengan tulisan linen non infeksius,
kantong linen non infeksius
d. Lipat bagian yang terkena noda di bagian dalam lalu masukan linen kotor ke dalam
ember tertutup dan bawa ke ruang tempat linen kotor dan siap di ambil oleh petugas
Laundry

11
5. Transportasi
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan organism, jika linen kotor
tidak tertutupi dan troli tidak mudah di bersihkan. Persyaratan alat transportasi linen :
1. Dipisahkan antara troli linen kotor dengan linen bersih
2. Bahan troli terbuat stainless steel ( Baja antikarat )
3. Jika mengunakan wadah, maka warna yang berbeda
4. Wadah mampu menampung beban linen
5. Wadah mudah dilepas setiap saat setelah digunakan selalu dicuci
1. ( siapkan cadangan ) demikian pula dengan trolinya selalu di bersihkan
6. Muatan/loading linen kotor/bersih tidak terlebih
7. Wadah memiliki tutup.
6. Laundry
Tahapan kerja Laundry :
1. Pengambilan linen kotor dengan prosedur pencatatan
2. Pemilihan dan penimbangan linen kotor
3. Pencucian
4. Pengeringan
5. Penyetrikaan
6. Pelipatan
7. Penyimpanan
8. Pendistribusian
9. Pengantian linen rusak ( tidak layak pakai )
Pada saat proses penerimaan-penyetrikaan merupakan proses yang krusial dimana mungkin
organism masih hidup, maka petugas diwajibkan mengunakan APD.
Alat Pelindung Diri ( APD ) yang digunakan petugas Laundry :
- Pakaian kerja dari bahan yang menyerap keringat
- Apron
- Sarung tangan
- Sepatu boot digunakan pada area yang basah
- Masker digunakan pada proses pemilihan dan sortir
- Sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan biasakan mencuci tangan, sebagai upaya
pertanahan diri. Penjelasan lebih lanjut tahapan pekerjaan di Instalasi Laundry sebagai
berikut :
a. Menerima linen kotor dan penimbangan prosedur pencatatan sebagai berikut :
Linen kotor diterima berasal dari ruangan dicatat berat timbangan dan jumlah satuan
berasal dari informasi ruangan dengan formulir yang sudah distandarkan. Tidak
dilakukan pembongkaran muatan untuk mencegah penyebaran organisme.

12
b. Pemeliharaan dan penimbangan linen Kotor
a) Lakukan pemilahan berdasarkan beberapa kriteria :
- Linen infeksius yang berwarna
- Linen infeksius yang berwarna puitih
- Linen non infeksius yang berwarna
- Linen berasal dari Instalasi Bedah Sentral dan CSSD
b) Upayakan tidak melakukan pensortiran. Pensortiran untuk linen infeksius
sangat tidak dianjurkan, penggunaan kantung sejak dari ruangan adalah salah
satu upaya menghindari sortir.
c) Penimbangan sesuai dengan kapasitas dan kriteria dari poin 2 dimasukkan
untuk menghitung kebutuhan bahan-bahan kimia dalam tahapan proses
pencucian.
d) Keluarkan linen infeksius dari kantung luar dan masukkan linen ke mesin cuci
tanpa pensortiran.
c. Pencucian
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda (bersih), awet (tidak
cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat (bebas dari mikroorganisme
pathogen). Sebelum melakukan pencucian setiap harinya lakukan pemanasan
desinfeksi untuk membunuh seluruh mikroorganisme yang mungkin tumbuh
dalam semalam di mesin-mesin cuci. Untuk dapat mencapai tujuan pencucian,
harus mengikuti persyaratan teknisi pencucian :
a) Waktu
15 Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan temperature
dan bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih, sehat. Jika
waktu tidak tercapai sesuai dengan yang dipersyaratkan, maka kerja bahan
kimia tidak berhasil dan yang terpenting mikroorganisme dan jenis
pertikel sepertu kutu dan tungau datap mati.
b) Suhu
Suhu yang direkomendasikan untuk tekstil : katun 90 ; polykatun
800 C; polyster 700 C; wool dan silk 300 C. sedangkan suhu terkait dengan
pencampuran bahan kimia dan proses :
- Proses pra cuci dengan/tanpa bahan kimia dengan suhu normal
- Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergen untuk linen
warna putih 45-500 C, untuk linen warna 60-800 C
- Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 650C atau 710C
- Proses bilas I dan II dengan suhu normal
- Proses penetralan dengan suhu norma

13
- Proses pelembutan dengan suhu normal
c) Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari: alkali, elmulsifier, detergen,
bleach (chlorine bleach dan oksigen bleach), sour, softener. Masingmasing
mempunyai fungsi sendiri. Penanganan linen infeksius dipersayratkan
mengunakan kimia chlorine formulasi 1% atau 10.000 ppn av.Cl2 ( untuk
virus HIV dan HBV ) chlorine yang dipasarkan untuk laundry biasanya
memiliki bahan aktif 10% atau 100.000 ppn av.Cl2
d) Mechanical action
Mechanical action adalah puritan mesin pada saat proses pencucian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Mechanical action adalah :
- Loading/muatan
Loading/muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin.
Mesin/harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin sebagai
contoh kapasitas mesin 50 kg maka loading/beban yang
dimaksudkan tidak boleh lebih dari 37,5 kg.
- Level air yang tidak tepat Level air adala jumlah yang diperlukan
sebagai pengencer bahan kimia yang terdiri dari level : TINGGI =
50% dari kapasitas drum; SEDANG = 32% dari kapasitas drum;
dan RENDAH = 16,6% dari kapasitas drum.
- Motor pengerak yang tidak stabil. Motor pengerak tidak stabil
dapat disebabkan poros yang tidak simestris lagi dan automatic
reverse yang tidak bekerja. Pemeliharaan yang kontieu tidak akan
memberikan kondisi ini terjadi, karena selain hasil cucian yang
tidak maksimal, juga dapat merembet kerusakan pada komponen
lainnya.
- Takaran detergen yang berlebihan. Takaran detergen yang
berlebihan mengakibatkanb melicinkan linen dan busa yang
berlebihan akan mengakibatkan sedikit gesekan.
- Bahan kimia akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor tersebut
diatas berfungsi dengan baik. Menggunakan bahan kita berlebihan
tidak akan membuat hasil menjadi lebih baik, begitu juga apabila
terjadi kekurangan. persyaratan pemanasan-desinfeksi untuk
pencucian adalah 650 C selama 10 menit atau 700C dengan bahan
kimia Chlorine 1% (10.000 ppm av Cl2).
- Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang

14
juga memiliki fungsi pemerasan/extractor, namun karena semin
extractor terpisah, maka diperlukan troli untuk memindahkan
hasil cucian dari mesin cuci menuju mesin extractor. Troli
diupayakan dipelihara kebersihan dan pencucian dengan
desinfektan sebelum melakukan pekerjaan. Proses pemerasan
dilakukan dengan mesin pada putaran tinggi selama sekitar 5-8
menit.
e) Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering/drying yang mempunya
suhu sampai dengan 70oc selama 10 menit. Pada proses ini jika
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharap
dapat mati.
f) Penyetrikaan
Penyetrikaan dilakukan dengan mesin strika besar dapat di stel sampai
suhu 1200C, namun harus diingat bahwa linen mempunyai keterbatasan
terhadap suhu sehingga suhu di stel antara 70-800C.
g) Pelipatan
Pelipatan linen mempunyai tujuan selain kerapian juga mudah digunakan
pada saat pengantian linen dimana tempat tidur kosong atau saat pasien
diatas tempat tidur. Linen yang perlu mendapatkan perhatian khusus pada
pelipatan :
- Laken
- Steek laken
- Zeil
- Sarung Bantal/sarung guling
- selimut
Proses pelipatan sekaligus juga melakukan pemantauan antara linen yang
baik dan sudah rusak tidak dapat dipakai lagi Prosudor pelipatan :
1. Sprey
Dibutuhkan tempat luas yang dilakukan oleh 2 petugas tiap orang
memegang ujung linen posisi memanjang dengan jahitan terbalik
pertemukan antara ujung linen menjadi ½ bagian. perhatikan label
ada baigan kanan. Lipat kembali pegang pertengahan lipatan
temukan dengan kedua ujung menjadi ¼ bagian pingir jahitan
posisisnya dibawah ke empat ujung linen dipertemukan menjadi 2
bagian selanjutnya sampai dengan 1/8 bagian posisi label harus
diatas.

15
2. Steek Laken
Dibutuhkan cukup 1 orang, posisi jahitan terbalik ( sama dengan
Sprey ) pengang ujung linen arah panjang pertemukan lipat menjadi
½ bagian lipat kembali menjadi ¼ bagian, perhatikan posisi label di
bagian kanan, lipat kembali menjadi 2 arah lebar harus sampai 1/8
bagian lipas 1 kali lagi posisi label di atas
3. Zeil (Perlak )
Lebih baik di gulung agar tidak cepat robek dan permukaan datar.
4. Sarung bantal
Dilakukan 1 orang, posisi jahitan didalam lipat menjadi ½ bagian
memanjang arah label diluar lipat lagi menjadi 1/3 bagian.
5. Sarung guling
Posisi jahitan di dalam, lipat mejadi ½ memanjang, label diluar lipat
lagi menjadi ¼
6. Selimut
Dilakukan 1 orang, posisi jahitan di luar (Terbalik) posisi lebel
dikanan lipatan menjadi ½ bagian arah lebar selimut lipat lagi
menjadi ¼ bagian lipat arah panjang selimut menjadi ½ bagian lipat
lagi menjadi ¼ bagian, lipat lagi menjadi 1/8 bagian
h) Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi
ulang baik bahaya seperti mikroorganisme dan pest, juga untuk
mengontrol posisi linen tetap stabil. Sebaiknya posisi linen yang terdapat
di ruang penyimpanan 1,5 par dan 1,5 par di ruangan-ruangan. Ada
baiknya lemari penyimpanan dipisahkan menurut masing-masing ruangan
dan diberi obat anti ngengat yaitu kapur barus sebelum disimpan
sebaiknya linen dibungkus dengan plastic transparan sebelum
distribusikan.
i) Pendistribusian
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting yaitu
pencatatan linen yang keluar. Disini diterapkan system FIFO yaitu linen
yang tersimpan sebelumnya yaitu 1,5 par yang mengendap di
penyimpanan harus dikeluarkan, sedangkan yang selesai dicuci disiapkan
untuk yang berikutnya, sehingga tidak ada pekerjaan yang menunggu
setiap selesai mencuci. Ada baiknya bagian inventaris ruangan
memgambil pada saat yang bersamaan linen yang dicuci ditukar dengan
linen bersih yang siap didistribusikan. sedangkan linen sisa yang berada di

16
ruangan harus disiapkan untuk digunakan kembali. setiap linen yang
dikeluarkan dicatat sesuai dengan identitas yang tertera di setiap linen,
nomor berapa yang keluar dan nomor berapa yang disimpan, dengan
pencatatan tersebut dapat diketahui berapa kali linen dicuci dan linen mana
saja yang mengendap tidak digunakan.
j) Pengantian linen rusak ( Tidak layak Pakai )
Linen rusak dapat dikatagorikan :
a. Umur linen yang sudah standard
b. Human error termaksuk dihilangkan
Dua katagori tersebut dapat diketahui dari system pencatatan yang
baik mengenai perputaran linen yang tercatat setiap harinya bahkan
dapat diketahui ruangan yang menghilangkan atau merusak, namun
dapat juga kerusakan terjadi pada waktu proses pencucian akibat
human error petugas Laundry. Jenis keruskan ada yang dapat
diperbaiki (diserahkan ke penjahit) dan ada pula yang memang
harus mendapat pengantian. jenis kerusakan yang harus
mendapatkan penggantian :
- Noda-noda yang sudah tidak dapat dihilangkan seperti
terkena cairan medic dengan area yang luas ataupun terkena
noda memir, mungkin dapat duhilangkan dengan cairan
sporting namun jika dihitung biaya dan kerapuhan yang
terjadi menjadi tidak efisien. Noda karat dapat dihilangkan
dengan larutan Fero Bright.
- Kerapuhan beberapa bagian akibat bahan kimia koprosif
sehingga H2O2 ataupun bahan kimia lainnya yang korosif
seperti peroksida maupun Chlorine diatas 5%.
- Robek karena tersangkut. pengantian segera dilakukan oleh
pihak laundry dengan mengirim formulir permintaan
kerusakan kepada pihak logistic. Penggantian segera
dilakukan pemberian identitas, linen dengan nomor
identitas yang rusak diganti sama sesuai dengan yang rusak,
hanya tanggal peredaran berbeda dengan linen sebelumnya.
k) Dokumen
Dokumen yang dibutuhkan pada penatalaksanaan linen mulai dari ruangan
hingga distribusikan terdiri dari:
- Dokumen pengambilan linen kotor dan penyerahan linen bersih
keruangan

17
- Dokumen pengambilan linen kotor/Infeksius dan pendistribusian
linen bersih dari OK
- Dokumen pengambilan linen kotor dan pendistribusian linen
bersih NICU
- Dokumen penimbangan linen kotor dan linen infeksius yang akan
dicuci (Kilogram)
- Dokumen penghapusan linen tidak layak pakai (rusak)
- Dokumen permintaan linen baru dri ruangan, Poliklinik dan
pelayanan yang membutuhkan.

18
BAB V
LOGISTIK

A. Perencanaan kebutuhan linen baru


1. Perencanaan kebutuhan linen rumah sakit sesuai dengan standar kebutuhan yang
ditetapkan
2. Instalasi laundry menulis surat disertai form pengisian linen ke stiap ruangan rawat inap,
poliklinik dan instalasi terkait untuk kebutuhan linen baru yang diperlukan, dan form
tersebut di kembalikan ke Instalasi laundry untuk di rekap
3. Dan instalasi merekapitulasi kebutuhan linen baru untuk keperluan ruangan yang ditujukan
4. Dan logistic mentelaah surat tersebut lalu di tunjukan ke baigan bina progam
B. Permintaan linen baru ruangan
1. Setiap permintaan linen baru ruangan dan pelayanan yang membutuhkan linen harus
mengetahui/disetujui oleh logistic dan logistic mengecek persedian stock linen di laundry
2. Kemudian permintaan linen baru tersebut disposisikan ke bagian instalasi laundry dan
laundry menghubungi ruangan tersebut untuk mengambil linen baru tersebut
C. Persedian linen tidak layak pakai
Instalasi laundry menulis surat pengembalian linen tidak layak pakai ke Kainstal Jangwat, surat
tersebut diposisikan kebagian logistic untuk ditelaah kemudian disarankan kebagian asset untuk
dimusnahkan.

19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien / Patient Safety adalah keadaan dimana pasien bebas dari harm atau cedera,
yang dapat meliputi penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial, penderitaan, cacat, kematian dan
lainnya, yang seharusnya tidak terjadi. Di Laundry , Keselamatan Pasien bertarti semua standar
prosedur operasional yang sudah dibuat untuk kegiatan pelayanan laundry harus ditaati, tidak ada
kesalahan pemberian bahan chemical, pencucian yang bersih sehingga pasien merasa nyaman dan
bebas dari efek samping yang ditimbulkan dari pengelolaan linen yang tidak benar.
B. Tujuan
Memenuhi standar keselamatan pasien melalui pemakaian linen oleh pasien tanpa menimbulkan
efek samping yang ditimbulkan dari pengelolaan linen yang tidak benar.
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :
1. Mulai dengan membuat standar prosedur operasional (SPO)
2. Melakukan SPO di semua segi pelayanan laundry
3. Mencatat dan menuliskan laporan kejadian bila terjadi kejadian yang tidak diharapkan
(KTD)
4. Kepala Instalasi bersama pihak yang terkait melakukan penyelidikan terhadap KTD,
mencari jalan keluar bila perlu merubah system sehingga lebih baik dan lebih aman untuk
pasien, membuat tindak lanjut dan mensosialisasikan tindak lanjut untuk dilakukan bersama
dan mengevaluasi system yang baru tersebut
5. Melaporkan Indikator keselamatan pasien setiap bulan dalam rapat kerja bulanan dengan
direksi yaitu :
a. Kejadian yang berhubungan dengan efek samping yang ditimbulkan dari
pengelolaan linen
b. Kejadian yang berhubungan dengan satndar pengendalian infeksi ( cuci tangan)
c. Melakukan semua standar pengendalian infeksi
d. Memilih chemical yang bermutu dan aman bagi linen yang dipakai pasien

20
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Pencegahan Infeksi Nosokominal


1. Pengertian
Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena inveksi agen yang pathogen atau
infeksi yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit. Infeksi nosokominal adalah
yang diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah sakit infeksi nosokominal dapat terjadi
setiap saat dan di setiap rumah sakit. Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi
nosolominal serta menekan angka infeksi de tingkat serendah-rendahnya, perlu adanya upaya
mengendalikan infeksi nosokominal. Pengendalian infeksi nosokominal bukan hanya
tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau dokter/perawat saja tetapi tanggung jawab
bersama dan melibatkan semua unsure/profesi yang ada di rumah sakit.
2. Batasan
Suatu infeksi dinyatakan sebagai infeksi nosokominal apabila :
a) Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak sedang dalam masa
inkubasi infeksi tersebut
b) Infeksi timbul sekurang-kurangnya 3x24 jam sejak ia mulai dirawat
c) Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari masa inkubasi
d) Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit
3. Sumber Infeksi
Yang merupakan sumber infeksi adalah :
a) Petugas rumah sakit ( Perilaku )
- Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit
- Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan
- Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic menderita suatu
penyakit
- Tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan pekerjaan
b) Alat-alat yang dipakai ( alat lkedokteran/kesehatan, linen dan lainnya )
- Kotor atau kurang bersih/tidak steril
- Rusak atau tidak layak pakai
- Penyimpanan yang kurang baik/tidak sesuai standarisasi dipakai berulang-ulang
atau berkali-kali lewat batas waktu pemakaian
c) Pasien
- Kondisi yang sangat lemas ( gizi buruk )
- Kebersihan kurang
- Menderita penyakit kronik/menahun

21
- Menderita penyakit menular/infeksi
d) Lingkungan
- Tidak ada sinar ( matahari, penerangan ) yang masuk
- Ventilasi/sirkulasi udara kurang baik
- Ruangan lembab
- Banyak serangga
4. Faktor-faktor yang sering menimbulkan terjadinya infeksi
a) Banyaknya pasien yang dirawat di rumah sakit yang dapat terjadi sumber infeksi bagi
lingkungan dan pasien lain
b) Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien lain
c) Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas rumah sakit yang terinfeksi
d) Penggunaan alat-alat yang terkontaminasi
e) Kurang perhatian rindakan aseptic dan antiseptic
f) Kondisi pasien yang lemah
5. Pencegahan
a. Untuk mencegah/mengurangi terjadinya infeksi nosokominal, perlu diperhatikan :
a) Petugas
b) Bekerja sesuai dengan standar operasional Prosedur ( SPO ) untuk pelayanan
c) Linen
d) Memperhatikan aseptic dan antiseptic
e) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
f) Bila sakit segera berobat
b. Alat-alat
a) Perhatikan kebersihan ( alat-alat laundry, Troli untuk transportasi linen )
b) Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu penyimpanan
(FIFO)
c) Linen yang rusak segera diganti ( Afkir )
c. Ruang dan lingkungan
a) Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
b) Penerangan cukup
c) Ventalasi/sirkulasi udara baik
d) Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan
e) Pembersihan secara berkala
f) Lantai kering dan bersih

22
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Laundry Rumah Sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjang
berupa mesin cuci, alat desenfektan, mesin pengering, dan mesin strika. Peran laundry Rumah Sakit
Umum Permata Hati adalah pengolahan dimulai dari pengambilan linenkotor, penimbangan,
pemilahan, proses pencucian, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan,
perapian, ,mengepak atau mengemas, menyimpan dan medistribusian ke unit-unit yang membutuhkan.
Alur aktivitas fungsional adalah :
1. Mengunakan bahan chemical yang ramah lingkungan
a. Alkali
b. Ditergen
c. Emulsifier
d. Cholorine Bleach
e. Softener
f. Oxygen
g. BC-fres
2. Kualitas Air yang bersih pada saat pencucian
3. Suhu pada saat pencucian
4. Pelipatan
5. Pemakingan linen bersih
6. Distribusi linen bersih
7. Pensortiran linen koyak ( tidak layak pakai ) diganti dengan linen baru

Adapun indikator mutu di instalasi laundry adalah sebagai berikut :


1. Ketersediaan pelayanan loundry
2. Adanya penanggungjawab pelayanan loundry
3. Ketepatan distribusi linen di RS 100%

23
BAB IX
PENUTUP

Berdasarkan Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI Direktor Jendral
Pelayanan Medik tahun 2004 dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1. Tidak adanya kehilangan linen di Instalasi Laundry.
2. Meningkatkan kualitas yang lebih baik, nyaman dan siap pakai.
3. Menghindari terjadinya kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial, pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia pencucian.
Demikian pedoman pengorganisasian ini kami susun, sebagai panduan dalam pedoman kerja di Instalasi
Laundry Rumah Sakit Umum Permata Hati.

24

Anda mungkin juga menyukai