A. PENDAHULUAN
1. Landasan Pedagogis
Peserta didik yang berada pada dimensi intelektual akan cocok belajar di
program studi matematika, dan ilmu-ilmu alam, sedang yang berada pada
dimensi realistik cocok belajar di program studi teknik mesin, teknik sipil,
pertanian, dan konstruksi. Mereka yang berada pada dimensi konvensional
akan sukses belajar pada program studi yang berhubungan dengan
pemrosesan data, manajeman bisnis, akuntansi, sedang yang berada pada
dimensi pengusaha cenderung sukses bila belajar pada program studi yang
berkaitan dengan pemasaran dan hubungan publik.
Selanjutnya mereka yang berada pada dimensi artistik akan cocok bila
belajar pada program studi yang berkaitan dengan teologi, psikologi klinis,
seni, dan musik, sedang yang berada pada dimensi sosial akan cenderung
sukses bila belajar pada program studi yang berkaitan dengan
sejarah,budaya,paedagogi, bimbingan dan konseling, serta bahasa.
Gardner (Stott, Fink & Earl, 2003) mengidentifikasi ada inteligensi peserta
didik, yaitu, lingusitik, logika matematik, musik, kinestetik, spasial,
naturalist interpersonal, dan intrapersonal. Hal ini berarti tiap peserta
didik memiliki kemampuan yang berbeda pada delapan inteligensi seperti
yang dikemukan Gardner. Seorang peserta didik mungkin saja sangat
menonjol dalam mata pelajaran yang membutuhkan kemampuan logika
seperti matematika dan fisika namun kurang bagus dalam mata pelajaran
yang memerlukan kemampuan keruangan (spatial). Implikasinya adalah
peserta didik diberi peluang untuk mengembangkan potensinya sesuai
dengan inteligensinya. Peserta didik diyakini dapat belajar secara optimal
bila memiliki kebebasan memilih mata pelajaran yang akan diikuti sesuai
dengan potensi dan minatnya. Pemberian perlakuan kepada peserta didik
sesuai dengan potensi yang dimilikinya merupakan tugas sekolah.
Peserta didik diyakini memiliki kecepatan, motivasi, dan minat belajar yang
berbeda satu sama lain. Marsh (1996) menyatakan “Children can develop at
very different paces and levels”. Penerapan konsep tersebut adalah jumlah
mata pelajaran yang diikuti setiap semester tidak sama, tetapi ditentukan
berdasarkan prestasi belajar peserta didik pada semester sebelumnya.
Perbedaan beban belajar tersebut bertujuan memberi peluang peserta didik
mencapai ketuntasan minimal pada semua mata pelajaran sehingga dapat
menyelesaikan program pembelajaran dengan baik dalam rentang waktu
yang berbeda. Penerapan konsep tersebut diharapkan dapat memotivasi
peserta didik dengan berbagai tingkat kepandaian untuk belajar dan
berusaha mencapai prestasi optimal.
Penerapan sistem kredit semester (SKS) pada Kelas Unggul/ Sekolah Standar
Nasional merupakan realisasi konsep manajemen sekolah dan fungsi guru
sebagai fasilitator yang membantu peserta didik untuk mengembangkan
potensinya. Penerapan sistem kredit semester merupakan salah satu upaya
peningkatan mutu layanan pembelajaran yang diharapkan dapat memotivasi
peserta didik mengembangkan potensinya dan diharapkan dapat
meningkatkan mutu lulusan.
2. Landasan Yuridis
PP 19 Tahun 2005 pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas lima kelompok mata pelajaran, yaitu agama dan
akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan
teknologi, estetika, dan pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Pasal
10 ayat (1) menyatakan bahwa beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/
MAK atau bentuk lain yang sederajat menggunakan jam pembelajaran setiap
minggu setiap semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur,
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, sesuai kebutuhan dan ciri khas
masing-masing.
1. Pengertian
2. Karakteristik
Berdasarkan penjelasan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 11 ayat (2) bahwa ciri
Kelas Unggul adalah terpenuhinya standar nasional pendidikan dan mampu
menjalankan sistem kredit semester.
Dari ciri tersebut Kelas Unggul memiliki profil sebagai persyaratan minimal
yang meliputi :
Dengan demikian KELAS UNGGUL di SMA adalah kurikulum SMA yang disusun
berdasarkan SI dan SKL yang berlaku secara nasional, sehingga lulusan KELAS
UNGGUL memiliki kualifikasi dan standar kompetensi sesuai dengan standar
nasional pendidikan.
Pada penerapan SKS, kurikulum dan beban belajar peserta didik dinyatakan
dalam satuan kredit semeser (sks). Mata pelajaran dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu mata pelajaran umum (MPU), mata pelajaran dasar (MPD), dan mata
pelajaran pilihan (MPP). MPU harus diambil oleh semua peserta didik sebagai
proses pembentukan pribadi yang memiliki akhlak mulia, kepribadian, estetika,
jasmani yang sehat, dan jiwa sebagai warganegara yang baik. MPD harus diambil
peserta didik sebagai landasan menguasai semua bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
MPP adalah sejumlah mata pelajaran yang disusun menjadi program bidang
tertentu yang dipilih sesuai dengan minat, potensi dan kebutuhan serta orientasi
bidang studi di perguruan tinggi. Namun, mata pelajaran dari program tertentu
boleh juga diambil oleh peserta didik yang telah memilih program lain untuk
memperkaya bidang karirnya.
juga pada proses kreatif dan berfikir tinggi dalam bentuk strategi belajar yang
bervariasi yang harus diciptakan oleh guru secara kreatif.
Pada aspek kepemimpinan, banyak peran guru sama dengan peran pemimpin
yang bekerja pada tipe organisasi lain. Pemimpin diharapkan mampu
merencanakan, memotivasi, dan mengkoordinasi pekerjaan sehingga tiap
individu dapat bekerja secara independen, dan membantu memformulasi serta
menilai pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran
guru harus merancang dan melakukan pekerjaan secara efisien, kreatif, tampil
menarik dan berwibawa sebagai seorang aktor di depan kelas, serta hasilnya
harus memenuhi standar kualitas.
Pada aspek kerja sama, untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal guru
harus melakukan kerjasama dengan peserta didik, kolega guru, dan orang tua.
Masalah yang dihadapi guru dapat berupa masalah di kelas, atau masalah
individu peserta didik. Masalah di kelas dapat didiskusikan dengan guru lain
yang mengajar di kelas yang sama atau yang mengajar mata pelajaran sama di
kelas lain. Masalah individu peserta didik dibicarakan dengan orang tua peserta
didik. Dengan demikian semua masalah yang terjadi di kelas dapat diselesaikan.
Ada dua hal utama yang perlu diperhatikan pada model pembelajaran sekolah
mandiri, yaitu : 1) pembelajaran, dan 2) evaluasi. Peran utama guru di sekolah
adalah melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang
menggunakan teknik, metode, dan strategi yang sistematik untuk mengkreasi
perpaduan yang ideal antara kurikulum dan peserta didik secara sistematik.
Teknik pembelajaran adalah bagian dari setiap metode, dan beberapa metode
digabung menjadi strategi, yang merupakan kombinasi kemampuan dan
keterampilan guru untuk menerapkan metode dan strategi pembelajaran.
Teknik yang banyak digunakan antara lain : 1) menyampaikan informasi, 2)
memotivasi, 3) memberi penguatan, 4) mendengarkan, 5) memberi dan
menjawab pertanyaan, dan 6) pengelolaan.
Pelayanan bimbingan sangat diperlukan agar potensi yang dimiliki oleh peserta
didik dapat dikembangkan secara optimal. Program bimbingan diarahkan untuk
dapat menjaga terjadinya keseimbangan dan keserasian dalam perkembangan
intelektual, emosional dan sosial.
Model lain dikemukakan oleh Wahab (2003) bahwa model pembimbingan yang
dipandang memiliki efektifitas tinggi untuk mengembangkan kecakapan sosial-
pribadi peserta didik adalah development model. Dengan model ini dapat
membantu pengembangan potensi kecakapan sosial-pribadi yang dimiliki peserta
didik, sehingga mereka dapat mengendalikan perilaku sosial-emosionalnya secara
produktif. Dengan kata lain model layanan bimbingan yang dapat diberikan
kepada peserta didik dalam mengikuti program KELAS UNGGUL adalah model
perkembangan, multi model, development model yang disesuaikan dengan
karakter individual peserta didik agar perkembangan sosio-emosional mereka
dapat berkembang dengan baik terutama dalam menyelesaikan pendidikan.
H. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Al-Barry, M.D.J., dkk.1996. Kamus Peristilahan Modern dan Populer 10.000 Istilah.
Surabaya : Indah.
Australian International School Singapore. 2006. Course Planning Guide 2007 – 2008.
Singapura
Chandramohan,P.2006.www.hindu.com/2006/03/31stories/ 2006033104510300.htm
Feldhusen, J.F. 1991. Saturday and Summer program. Dalam: N. Colangelo dan G. A.
Davis (ed.) Handbook of Gifted Education .Boston : Allyn & Bacon.
Freeman, J. 2001. Gifted Children Grown Up. London : David Fulton publishers.
Hasibuan, JJ. dan Moedjiono. 1990. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Kindsvatter. R., Wilen, W., & Ishler, M. (1996). Dynamics of effective teaching.
London: Longman Publisher.
Koontz, H.,O’Donnel C., Weihrich H. 1984. Management. Eight Edition (jilid 2),
edtitor penerjemah Gunawan Hutahuruk, MBA. Jakarta : Erlangga.
Latifah,Ulya. 2004. Bentuk Layanan Keberbakatan di SMA Lab School Jakarta. Makalah
Seminar Keberbakatan Nasional Nasional dengan tema Keberlanjutan Layanan
Keberbakatan Mencegah Kemubaziran Perwujudan Potensi Unggul Generasi
Muda Menyongsong Tantangan Masa Depan. Tanggal 6 Maret 2004 Jakarta :
Depdiknas.
Murdick, Robert G dan Ross Joel E., 1983. Information System for Modern
Maanagement. Jakarta : Depdikbud.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Pirto, Jane. 1994. Talented Children and Aults : Their Development and Education.
Toronto : maswell Macmillan.
Poerwdarminta, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta :
Bumi Aksara.
Stott, Lousie., Fink, Dean.. & Earl. Lorna. (2003). It’s about learning. London:
RoutledgeFarlmer.
Suryadi, Ace dan Tilaar. 1994. Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar.
Bandung : PT Rosda Karya.
Suryadi, Ace. 2003. Sistem SKS dan Demokratisasi Pendidikan. Makalah Seminar
Nasional Penerapan Sistem SKS pada SMU di Provinsi NTB tanggal 23 Pebruari
2003.
Terry, G.R dan Leslie W. Rue. 2000. Dasar-Dasar Manajemen. Penerjemah : G.A.
Ticoalu. Jakarta : Bumi Aksara.
Terry, G.R. 1987. Asas-asas Manajemen. Alih Bahasa : Winardi, Bandung : Penerbit
Alumni Bandung.
Wahab,Rachmat. 2004. Bimbingan dan Konseling bagi Anak Berbakat : aspek Sosio-
Emotional. Makalah Seminar Keberbakatan Nasional Nasional dengan tema
Keberlanjutan Layanan Keberbakatan Mencegah Kemubaziran Perwujudan
Potensi Unggul Generasi Muda Menyongsong Tantangan Masa Depan. Tanggal 6
Maret 2004 .Jakarta :Depdiknas.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta : Bayu Indra Grafika.