Anda di halaman 1dari 12

INTELLECTUAL CAPITAL

Untuk memenuhi syarat tugas harian mata kuliah Manajemen Inovasi dan
Pengembangan Organisasi
Dosen Pengampu : Dr. Retno Hidayati, MM

Disusun oleh :
Clodia Acnes (12010117410025)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
INTELLECTUAL CAPITAL

1. Konsep Intellectual Capital


a. Pengertian Intellectual Capital
- Menurut Brooking (1996), intellectual capital sebagai istilah yang diberikan
untuk mengkombinasikan intangible asset dari pasar, intellectual property,
infrastruktur dan pusat manusia yang menjadikan suatu perusahaan dapat
berfungsi.
- Stewart (1997), mendefinisikan intellectual capital sebagai materi
intelektual (pengetahuan, informasi, intellectual property dan pengalaman)
yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan dan suatu kekuatan akal
kolektif atau seperangkat pengetahuan yang berdaya guna.
- Bontis (1998) juga mendefinisikan intellectual capital sebagai penggunaan
efektif dari pengetahuan (produk jadi) sebagaimana beroposisi terhadap
informasi (bahan mentah).
- Menurut Kartika dan Hartane (2013) intellectual capital adalah aset utama
suatu perusahaan disamping aset fisik dan finansial.

b. Konsep Intellectual Capital


Tabel 1. Perbandingan Konsep IC Menurut Beberapa Peneliti
Brooking (UK) Roos (UK) Stewart (USA) Bontis (Kanada)
Human-centered Human capital Human capital Human capital
Skills, abilities and Competence, Employees are an The individual
expertise, problem attitude, and organization’s level knowledge
solving abilities intellectual most important that each
and leadership agility asset employee
styles possesses
Infrastructure Orgnistional Structural capital Structural capital
assets capital Knowledge Non-human assets
All the All embedded in or organizational
technologies, organizational, information capabilities used
process and innovation, technology to meet market
methodologies that processes, requirements
enable company to intellectual
function property, and
cultural assets
Intellectual Renewal and Structural capital Intellectual
property development All patents, plans property
capital and trademarks
Know-how, New patents and Unlike, IC, IP is a
trademarks and training efforts protected asset
patents and has a legal
definition
Market assets Relational Customer capital Relational capital
Brands, customers, capital Market Customer capital
customer loyalty Relationship information used is only one
and distribution which include to capture and feature of the
channels internal and retain customers knowledge
external embedded in
stakeholders organizational
relationships
Sumber : Bontis et al. (2000;92)

c. Teori Intellectual Capital


Tabel. 2 Kronologi Kontribusi Signifikan terhadap Pengidentifikasian,
Pengukuran dan Pelaporan IC
Periode Perkembangan
Awal 1980-an Muncul pemahaman umum tentang Intangible value
(biasanya disebut “goodwill”)
Pertengahan 1980- Era informasi (information age) memegang peranan, dan
an selisih (gap) antara nilai buku dan nilai pasar semakin
tampak jelas di beberapa perusahaan.
Akhir 1980-an Awal usaha para konsultan (praktisi) untuk membangun
laporan/akun yang mengukur intellectual capital (Sveiby,
1988).
Awal 1990-an Prakarsa secara sistematis untuk mengukur dan
melaporkan persediaan perusahaan atas intellectual
capital kepada pihak eksternal (misalnya: Celemi and
Skandia; SCSI, 1995)
Padan tahun 1990, Skandia AFS menugaskan Leif
Edvinsson sebagai “Direktur intellectual capital”. Hal ini
adalah untuk kali pertama bahwa tugas pengelolaan
intellectual capital diangkat pada posisi formal dan
mendapatkan legitimasi perusahaan.
Kaplan dan Norton memperkenalkan konsep tentang
balanced scorecard (1992).
Pertengahan 1990- Nonaka dan Takeuchi (1995) mempresentasikan karya
an yang sangat berpengaruh terhadap “penciptaan
pengetahuan perusahaan”. Meskipun buku ini
berkonsentrasi pada ‘knowledge’, pembedaan antara
pengetahuan dan intellectual capital dalam buku ini
cukup menunjukkan bahwa mereka fokus pada
intellectual capital.
Pada tahun 1994, suplemen laporan tahunan Skandia
dihasilkan. Suplemen ini fokus pada penyajian dan
penilaian Persediaan perusahaan atas intellectual capital.
Visualisasi IC menarik minat perusahaan lain untuk
mengikuti petunjuk Skandia.
Sensasi lainnya terjadi pada tahun 1995 ketika Celemi
menggunakan knowledge audit untuk menawarkan suatu
taksiran detail atas pernyataan intellectual capitalnya.
Para pioner intellectual capital mempublikasikan buku-
buku laris dengan topik IC (Kaplan dan Norton, 1996;
Edvinsson and Malone, 1997; Sveiby, 1997). Karya
Edvinsson and Malone lebih banyak mengupas tentang
proses dan ‘bagaimana’ pengukuran IC.
Akhir 1990-an Intellectual capital menjadi topik populer dengan
konferensi para peneliti dan akademisi, working paper,
dan publikasi lainnya menemukan audien.
Peningkatan jumlah proyek-proyek besar (misalnya
the MERITUM project; Danish; Stockholm) yang
diselenggarakan dengan tujuan, antara lain, untuk
memperkenalkan beberapa penelitian tentang
intellectual capital.
Pada tahun 1999, OECD menyelenggarakan
simposium internasional tentang intellectual capital
di Amsterdam
Sumber: Petty and Guthrie (2000;166); Ulum (2009b;154)

d. Karakteristik Intellectual Capital


Menurut Sangkala (2006) menyatakan bahwa intellectual capital pada umumnya
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
- Non Rivalrous, artinya sumber daya tersebut dapat digunakan secara
berkelanjutan oleh berbagai macam pemakai, didalam lokasi yang berbeda dan
pada saat yang bersamaan.
- Increasing Return, artinya mampu menghasilkan peningkatan keuntungan
marjin per incremental unit dari setiap investasi yang dilakukan.
- Not Addittive, artinya nilai yang tercipta bisa terus-menerus meningkat tanoa
mengurangi unsur pokok dari sumber daya tersebut, karena sumber daya ini
adalah co-dependent dalam penciptaan nilai.
Sedangkan menurut Brooking (1996) bahwa sesuatu disebut intellectual capital
jika memenuhi karakteristik sebagai berikut:
- Aset yang memberikan perusahaan kekuatan dalam pasar (trademark, kesetiaan
pelanggan, bisnis yang terus berulang, dll)
- Aset yang menyajikan property dari hasil pemikiran intellectual property
seperti paten, merk dagang, hak cipta, dll.
- Aset yang memberikan organisasi kekuatan internal, seperti budaya
perusahaan, manajemen dan proses bisnis, kekuatan yang dihasilkan dari
sistem teknologi informasi, dll.
- Aset yang dihasilkan dari individu yang bekerja di perusahaan, seperti
pengetahuan mereka kompetensi, kemampuan networking, dll.

2. Hubungan Human Capital, Structural Capital dan Relational Capital


IFAC (1998) dalam Ulum (2009; 29) mengklasifikasikan intellectual capital dalam
tiga kategori, yaitu: organizational capital, relational capital, dan human capital.
Organizational capital meliputi intellectual property dan infrastructure assets. Tabel 2.1
menyajikan pengklasifikasian tersebut berikut komponenkomponennya.

Tabel 3. Klasifikasi Intellectual Capital menurut IFAC


Organizational Capital Relational Capital Human Capital
Intellectual Property:  Brands  Know-how
 Patents  Customers  Education
 Copyrights  Customer loyalty  Vocational
 Design rights  Backlog orders qualification
 Trade secret  Company names  Work-related
 Trademarks  Distribution channels knowledge
 Service marks  Business collaborations  Work-related
Infrastructure Assets:  Licensing agreements competencies
 Management philosophy  Favourable contracts  Entrepreneurial spirit,
 Corporate culture  Franchising agreements innovativeness,
 Management processes proactive and reactive
 Information systems abilities,
 Networking systems changeability
 Financial relations  Psychometric
valuation
Sumber: IFAC, 1998
a. Human capital (HC)
Human capital mencakup seperangkat kemampuan, sifat dan sikap dari
karyawan suatu perusahaan (Choong, 2008). Human capital merupakan lifeblood
dalam intellectual capital. Human capital merupakan sumber innovation dan
improvement, karena di dalamnya terdapat pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi
yang dimiliki oleh karyawan perusahaan. Human capital dapat meningkat jika
perusahaan dapat memanfaatkan dan mengembangkan pengetahuan, kompentensi
dan keterampilan karyawannya secara efisien. Oleh karena itu, human capital
merupakan sumber daya kunci yang dapat menciptakan keunggulan kompetitif
perusahaan sehingga perusahaan mampu bersaing dan bertahan di lingkungan bisnis
yang dinamis. Dengan memiliki karyawan yang berkeahlian dan berketerampilan,
maka dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menjamin keberlangsungan
perusahaan tersebut. Meningkatnya kinerja perusahaan juga akan meningkatkan
persepsi pasar.

b. Structural capital (SC) atau organizational capital (OC)


Struktural capital adalah bentuk intellectual capital yang paling kompleks
(Choong, 2008). Menurut Choong (2008), yang termasuk di dalam structural capital
adalah kebudayaan perusahaan, inovasi dan proses bisnis perusahaan. Structural
capital merupakan kemampuan organisasi dalam memenuhi proses rutinitas
perusahaan dan struktur yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan
kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya :
sistem operasional perusahaan, proses manufacturing, budaya organisasi, dan filosofi
manajemen (Kuryanto 2008).

c. Relational capital (RC) atau customer capital (CC)


Relational capital mencakup hubungan baik antara perusahaan dengan seluruh
stakeholder (Choong, 2008). Relational capital merupakan hubungan yang harmonis
association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang
berasal dari para pemasok, pelanggan dan juga pemerintah dan masyarakat.
Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan
yang dapat menambah nilai bagi perusahaan (Kuryanto,2008).
Menurut Edvinson (2008) bahwa adanya indikasi IC perbedaan antara keberadaan IC
pada perusahaan tersebut. Berikut ini Scandia Value Scheme Sumber : Ulum (2008)
Skandia value scheme yang dikembangkan oleh (Ulum, 2008). Skema ini menyatakan
bahwa berasal dari market value suatu perusahaan. Adanya market value dengan book
value Scheme:

Gambar 1. Scandia Value Scheme

Menurut skema ini perbedaan market value disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor modal
dan faktor intellectual capital. Faktor intellectual capital dipengaruhi oleh structural
capital dan human capital. Structural capital terdiri dari process capital dan innovation
capital. Ulum (2008) berpendapat bahwa process capital merepresentasikan know – how
yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan innovation capital merupakan sesuatu yang
menciptakan keberhasilan di masa depan (Ulum, 2008). Menurut Choong (2008),
Scandia Value Scheme lebih berfokus pada pengukuran non finansial. Pengukuran
finansial hanya terdapat pada pengukuran modal investasi. Model skema scandia
berusaha menjelaskan intellectual capital secara rinci dan terstruktur. Ada 5 hal yang
menjadi fokus dalam skema ini yaitu finansial, pelanggan, proses, manusia dan
pembaharuan serta pengembangan (Choong,2008).

3. Aplikasi Intellectual Capital


Firer dan Williams (2003) menguji hubungan VAIC dengan kinerja perusahaan di
Afrika Selatan. Hasilnya mengindikasikan bahwa hubungan antara efisiensi dari value
added intellectual capital dan tiga dasar ukuran kinerja perusahaan (yaitu profitability,
productivity, dan market valuation) secara umum adalah terbatas dan mixed. Secara
keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa phisical capital merupakan faktor
yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan.
Sedangkan Chen et al. (2005) menggunakan model Pulic (VAIC) untuk menguji
hubungan antara IC dengan nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan dengan
menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan. Hasilnya menunjukkan bahwa IC
berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Bahkan,
Chen et al. (2005) juga membuktikan bahwa IC dapat menjadi salah satu indikator untuk
memprediksi kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu, kedua penelitian ini juga
membuktikan bahwa terdapat variabel kontrol yang secara konsisten menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, yaitu ukuran perusahaan (SIZE).
Dasar pemikiran dari penggunaan variabel kontrol ini adalah untuk mengendalikan
karakteristik perusahaan berkaitan dengan kinerja perusahaan.
Mavridis (2004) dan Kamath (2007) memilih khusus sektor perbankan sebagai
sampel penelitian. Hasil kedua penelitian ini menunjukkan bahwa VAIC dapat dijadikan
sebagai instrument untuk melakukan pemeringkatan terhadap sektor perbankan di Jepang
dan India berdasarkan kinerja IC-nya. Mavridis (2004) dan Kamath (2007)
mengelompokkan bank berdasarkan kinerja IC dalam empat kategori, yaitu (1) top
performers, (2) good performers, (3) common performers, dan (4) bad performers.
Tan et al. (2007) menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek
Singapore sebagai sampel penelitian. Hasilnya konsisten dengan penelitian Chen et al.
(2005) bahwa IC berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan; IC juga
berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini juga
membuktikan bahwa rata - rata pertumbuhan IC suatu perusahaan berhubungan positif
dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini mengindikasikan
bahwa kontribusi IC terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya.
Selanjutnya, Wang (2011) meneliti pengaruh IC terhadap kinerja perusahaan yang
terdaftar di bursa efek Taiwan tahun 2001 – 2008 dengan mengikut sertakan ukuran
perusahaan dan leverage sebagai variabel kontrolnya karena pada penelitian sebelumnya
ukuran perusahaan memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja perusahaan.
Dalam penelitian ini pengukuran intellectual capital menggunakan VAIN (Value Added
Intellectual Capital) sebagai desain ulang hasil penyempurnaan dari model dasar VAIC
oleh Pulic (1998) karena menurut Wang (2011) dasar asumsi untuk pendekatan VAIC
bermasalah dan tidak lengkap. Dasar dari VAIN sendiri adalah Scandia Value Scheme
dimana intellectual capital itu tersusun atas dua hal, yaitu human capital dan structural
capital, tanpa capital employed yang menjadi variabel pengukuran dalam VAIC. Hasil
penelitian ini adalah VAIN berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

4. Intellectual Capital dan Kinerja


Intellectual capital merupakan kunci penentu nilai dan kinerja perusahaan (Bontis, 2002).

Tabel 4. Penelitian Terdahulu Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja


Perusahaan
PENELITI NEGARA METODE HASIL
Bontis (1998) Kanada Kuesioner, PLS HC berhubungan dengan SC dan
CC, CC berhubungan dengan
kinerja industri
Bontis et al. Malaysia Kuesioner, PLS HC berhubungan dengan SC dan
(2000) CC, CC berhubungan dengan SC,
SC berhubungan dengan kinerja
industri
Belkaoui (2003) USA Laporan IC secara signifikan
tahunan, regresi berhubungan dengan kinerja
perusahaan multinasional di
USA.
TM
Firer dan Afrika VAIC , VAIC berhubungan dengan
Williams (2003) Selatan regresi Linier kinerja perusahaan
TM
Chen et al. Taiwan VAIC , IC berpengaruh terhadap nilai
(2005) korelasi, regresi pasar dan kinerja perusahaan
Margaretha dan Indonesia, VAICTM, Terdapat hubungan positif antara
Rakhman (2006) JSX multiple ketiga komponen IC terhadap
regression kinerja
model
Kamath (2007) India VAICTM, regresiVAIC dapat dijadikan sebagai
instrumen untuk melakukan
pemeringkatan terhadap sektor
perbankan di India berdasarkan
kinerja IC-nya.
TM
Tan et al. (2007) Singapore VAIC , IC berhubungan secara positif
multiple dengan kinerja perusahaan, IC
regression juga berhubungan positif dengan
model kinerja perusahaan di masa
mendatang. Selain itu, penelitian
ini mengindikasikan bahwa
kontribusi IC terhadap kinerja
perusahaan berbeda berdasarkan
jenis industrinya.
Ulum (2008) Indonesia VAIC, PLS IC berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan
sekarang dan masa depan.
Wang (2011) Taiwan VAIN, multiple VAIN berpengaruh positif
regression terhadap kinerja keuangan
model perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Bontis, N. 1998. “Intellectual Capital: an Exploratory Study that Develops Measures and
Models”. Management Decision. Vol. 36 No. 2. p. 63.
Belkaoui, A. R. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational
Firms: a Study of The Resource-Based and Stakeholder Views. Joournal of
Intellectual Capital. Vol.4, No. 2: 215: 226.
Bontis, W.C.C. Keow, S. Richardson. (2001). “Assessing knowledge assets: a review of
the models used to measure intellectual capital”. International Journal of
Technology Management. Vol. 3 No. 1. pp. 41-60.
Brooking, A. 1996. Intellectual Capital: Core Asset for Third Millennium Enterprise.
International Thomson Business Press, London.
Chen, M.C., S. J. Cheng , Y. Hwang. 2005. An empirical investigation of the
relashionship between intellectual capital and firm’s market value and financial
performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6 No. 2. pp. 159- 176.
Choong, Kwee Keong. (2008). “Intellectual capital: definitions, categorization and
reporting models”. Journal of Intellectual Capital, vol. 9 Issue: 4. Pp 609-638.
Edvinsson, E., S. Lin, A.J. Prakash, Chang, Chun-Hao. 2008, Voluntary Disclosure and
its Impact on Share Prices : Evidence from the UK Biotechnology Sector, Journal
of Accounting and Public Policy, Vol. 27, No. 3. hlm. 1-36.
Firer, S., and S.M. Williams. 2003. ―Intellectual capital and traditional measures of
corporate performance‖. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No. 3. pp. 348-360.
IFAC. 1998. “The Measurement and Management of Intellectual Capital”. Available
from www.ifac.org
Kamath, G.B. (2007). The intellectual capital performance of Indian banking sector.
Journal of Intellectual Capital, 8(1), 96-123.
Kuryanto, Benny dan Muchamad Syafruddin. (2008). “Pengaruh Modal Intelektual
terhadap Kinerja Perusahaan”. Semarang.
Mavridis, D. G. (2004). “The Intellectual Capital Performance of The Japanese
Bankingsector” Journal of Intellectual Capital. Vol. 5 No. 3, pp. 92-115.
Petty, R. and J. Guthrie. .2000. “Intellectual capital literature review: measurement,
reporting and management”. Journal of Intellectual Capital, Vol. 1 No. 2/3, pp.
155-76.
Sangkala.2006.Intellectual Capital Manajemen.Jakarta: YAPENSI.
Stewart, T.A. (1997) Intellectual Capital: The New Wealth of Organizations,
Doubleday/Currency, New York: United States of America.
Tan et al. 2007. Intellectual Capital and Financial returns of companies. Journal of
Intellectual Capital Vol. 8 No. 1, 2007 pp. 76-95.
Ulum, I. 2007. “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Publik Sektor Perbankan”. Thesis magister akuntansi Undip, unpublished.
Wang, W. Y. (2011). “Intellectual Capital and Performance in Causal Models: Evicence
from the Information Technology Industry in Taiwan”, Journal of Intellectual
Capital, Vol. 6 No. 2 pp. 222-36.

Anda mungkin juga menyukai