BAB III
PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN KONSEP
3.1. List of Requirements
Tabel 3.1 Daftar kebutuhan pengembangan produk
Perubahan S/H Daftar Kebutuhan Penanggungjawab
1. Kuat dan aman Team desain
S a. Mampu menahan beban maks 25 kg
S b. Umur bayi maksimum 2 tahun
H c. Tidak mudah rusak
2. Efektivitas Team Desain
S a. Mudah dioperasikan
H b. Multifungsi
3. Efisiensi
S a. Hemat Listrik Team Desain
S b. Hemat ruangan
H c. Harga yang terjangkau
4. Ergonomic
S a. Nyaman ditiduri bayi Team desain dan
S b. Tidak mudah terbalik manufaktur
H c. Estetika
5. Berat
S a. Berat ayunan maksimum 12 kg Team desain dan
S b. Mudah diangkat dan dipindahkan manufaktur
H c. Bersifat portable
6. Mudah dimanufakturing
S a. Materialnya mudah didapat dipasaran Team manufaktur
S b. Mudah dalam fabrikasi/perakitan
7
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Sebagai referensi dalam pengembangan produk ini adalah ayunan bayi yang sudah dijual
dipasaran seperti terlihat pada gambar 1.
8
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Konsep A Konsep B
Ayunan digerakkan oleh medan magnet sekutup Ayunan digerakkan oleh motor servo
Dilengkapi dengan MP3 Tidak dilengkapi MP3
Kontruksinya lebih kokoh Kontruksinya kurang kokoh
Kecepatannya dikontrol dengan PID kontroller Kecepatannya dikontrol oleh mikrokontroller
Mengguanakan Time Delay Relay Tidak menggunakan TDR
Lebih mahal Lebih murah
9
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
dengan MC (Magnetic Contactor), Mikro kontroller, dan lain-lain. Fungsi dari peralatan
kontrol ini adalah sebagai pengatur waktu bagi peralatan yang dikendalikannya. Timer ini
dimaksudkan untuk mangatur waktu hidup atau mati ayunan bayi.
Konsep B bekerja dengan bantuan servo motor yang ditempatkan pada bagian atas
rangka penyangga, gambar 4.
10
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
1 Keterangan Gambar
6
2 1. Servo Motor
2. Tuas pengayun
3. Rangka penyangga
3 4. Bola penahan
5 beban.
4 5. Dudukan ayunan
bayi
6. Mikro kontroller
Motor servo merupakan motor yang diatur dan dikontrol menggunakan pulsa. Motor
standard ini memiliki tiga posisi yaitu posisi 0 derajat, posisi 90 derajat, dan posisi 180
derajat. Poros motor servo biasanya dihubungkan dengan suatu mekanisme sehingga dapat
membuat / mengontrol pergerakan tuas pengayun bayi. Pada saat poros berada pada posisi 0
dearjat, maka tuas pengayun akan bergerak kekiri, jika posisi poros pada 90 derajat, maka
tuas pengayun akan berada pada posisi normal, sedangkan jika posisi 180 derajat, maka tuas
pengayun akan bergerak kekanan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.
Karena ada tiga posisi utama seperti yang dijelaskan diatas maka dibuatlah secara
khusus mengatur motor srvo tersebut, dengan cara memberikan pulsa digital dengan lebar
yang berbeda – beda. Jika diberikan pulsa dengan lebar 1.5ms maka motor servo akan
berputar 90 derajat, pulsa dengan 1.75ms akan membuat motor servo menuju 180 derajat,
sedangkan pulsa dengan lebar 1.25ms akan membut motor servo bergerak menuju 0 derajat,
11
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
motor servo tersebut disebut Motor servo standard yang memiliki batas, hal ini menyebabkan
poros servo tidak berputar 360 derajat, sedangkan motor servo continous jika diberi puls
1.25ms akan berputar CW dan sedangkan jika diberi 1.75ms maka akan berputar CCW
dan juga bila diberi 1,5ms motor servo kan diam tidak bergerak. Pada dasarnya motor
servo continous akan berputar 360 derajat.
Untuk mengatur kecepatan tuas ayunan digunakan rangkaian motor servo yang dihubungkan
ke rangkaian mikro controller, Blok mikrokontroler ini berfungsi sebagai pengaturan kerja
alat agar dapat bekerja secara sistematis. Hasil keluaran dari blok setir dikirim ke
mikrokontroler untuk diproses, setelah proses, mikrokontroler mengirimkan data ke blok
keluaran untuk mengaktifkan blok keluaran tersebut sehingga motor servo terhubung pada
PortC.0 pada rangkaian mikrokontroler. Motor servo mempunyai tiga masukan yaitu input,
Vcc. Ground. Jika mikrokontroller di berikan logika 1 ( high) pada salah satu inputan motor
servo maka motor servo tidak berkerja sedangkan jika mikrokontroler diberikan logika 0
(low) maka servo berkerja sesuai fungsi yang dibutuhkan oleh motor servo seperti yang
terlihat pada gambar 7.
12
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
13
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
14
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
pada konsep A. Adapun hasil desain 3D untuk konsep A secara detail dan juga dengan
penjelasannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
1
6
2
7
3
8
4
10
5
11
Keterangan Gambar
1. Penyimpan MP3
2. Tombol ON/OFF
3. Rangka Penyangga luar
4. Klem penyangga box ayunan bayi
5. Kaki penyangga ayunan
6. Gear Box bearing
7. Gear box PID controller
8. Rangka bagian dalam ayunan
9. Box ayunan bayi
10. Magnet permanent
11. Magnet sementara
15
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
16
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
BAB IV
PEMBAHASAN
Rapid upper limb assessment (RULA) adalah suatu metode pengukuran tubuh yang digunakan
untuk mengestimasi resiko kerja terhadap bagian tubuh dan otot seorang saat beraktivitas, yang diukur
dengan tingkat resiko cedera (degree of injury risk). Risiko yang dimaksud adalah risiko kecelakaan
atau cedera tubuh atau otot, akibat dari bagian tubuh bergerak, karena tidak sesuai dengan pola gerak
yang benar disebut sebagai gerak bagian tubuh yang tidak ergonomis.
Tujuan penilaian ini adalah untuk mengukur tingkat resiko cedera yang dapat terjadi pada
pengguna alat yang dirancang, sehingga kita bisa mengambil kesimpulan bahwa apakah alat yang akan
dibuat dapat memenuhi syarat keselamatan kerja selama menggunakan atau mengoperasikan alat
tersebut.
Leher
Punggung
Kaki
Dalam aplikasinya, metoda RULA dilengkapi dengan diagram sikap tubuh Sedangkan outputnya adalah
sebuah nilai, yang menunjukkan tingkat resiko cedera dari sikap tubuh manusia pada saat beraktivitas.
Menurut [ McAtamney, 93], untuk menerapkan metode RULA pada gerak atau kerja tubuh ada 3
(tiga) langkah yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Penilaian Postur Kerja Tubuh
Dalam aplikasinya, metoda RULA dilengkapi dengan diagram sikap tubuh Sedangkan outputnya
adalah sebuah nilai, yang menunjukkan tingkat resiko cedera dari sikap tubuh manusia pada saat
beraktivitas. Berikut adalah pembagian penilaian risiko cedera pada tubuh:
17
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
+1 +2 +2 +3 +4
Gambar 4.1 Diagram posisi gerakan lengan atas dengan nilai resikonya masing-masing
Jika bahu terangkat, maka nilai sikap ditambahkan 1. Jika lengan atas terpuntir, maka nilai juga
ditambaha dengan 1. Jika lengan seseorang bergerak lalu tertumpu, maka nilai sikap diturunkan1.
Lengan Bawah
+1 +2 +2
Gambar 4.2 Analisa RULA pada lengan bawah dengan nilai resiko cederanya
18
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Jika lengan bawah bekerja melewati bagian tengah atau keluar tubuh maka nilai ditambah 1.
Pergelangan Tangan
+1 +2 +3 +3
Jika lengan bawah bekerja melewati bagian tengah atau keluar tubuh maka nilai ditambah 1.
19
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Tabel 4.4 Nilai resiko cedera pada gerakan pergelangan tangan (tidak normal)
+1 +2 +3 +4
Jika leher terpuntir, nilai sikap ditambah 1, dan jika leher tertekan miring kekanan atau kekiri, nilai
risiko ditambah 1.
20
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Punggung
+4
+1 +2 +3
Jika punggung terpuntir maka nilai risiko ditambah 1, dan jika punggung tertekan kearah samping
(bengkok atau miring kekiri atau kekanan) nilai risiko cedera ditambah 1.
Kaki
Akibat aktivitas pada bagian kaki, akan dapat mendatangkan risiko cedera berdasarkan berbagai
gerakan. Tabel berikut menampilkan posisi kaki yang mengakibatkan cedera.
21
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
22
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
23
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Tabel 4.12 Nilai Total (grand score) risiko cidera pada tubuh
24
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
4.2 Penilaian RULA pada Saat Menidurkan Bayi Dalam Ayunan Otomatif
Ada 2 aktifitas yang perlu dinilai pada saat menidurkan bayi yaitu:
4.2.1. Penilaian RULA pada saat meletakkan bayi kedalam box ayunan
4.2.2. Penilaian Rula pada saat mengambil bayi dari box ayunan
Uraian dari masing-masing penilian dapat dilihat pada penjelasan berikut ini,
4.2.1. Penilaian RULA pada saat meletakkan bayi kedalam box ayunan
Lebar box = 50 cm
Panjang box = 70 cm
25
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Gambar Posisi
No Group A Uraian pemberian nilai Nilai
Tubuh
26
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
27
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Group
A
Upper
2
Arm
Lower
2
Arm Muscle Force Score C
3 + +
0 2 4
Wrist 2
Wrist
0
Twist Grand
3.5
Score
Group
B
Neck 1
Trunk 3 3 + +
0 0 3
Leg 1
Dari nilai Grand Score diperoleh nilai 3.5, maka dapat disimpulkan bahwa rancangan masih
dalam zona aman , Dibutuhkan investigasi dan perubahan jenis gerakan.
28
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
4.2.2. Penilaian RULA pada saat Mengangkat bayi Dari Ddalam Box Ayunan
Gambar Posisi
No Group A Uraian pemberian nilai Nilai
Tubuh
29
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Matriks Rula Pada Pada Saat Mengambil Bayi Dari Dalam Ayunan
Group
A
Upper
2
Arm
Lower
2
Arm Muscle Force Score C
2 + +
Wrist 1 0 2 4
30
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Wrist
1
Twist Grand
3.0
Score
Group
B
Neck 1
Trunk 2 2 + +
0 0 2
Leg 1
Dari nilai Grand Score diperoleh nilai 3, maka dapat disimpulkan bahwa rancangan masih
dalam zona aman , Dibutuhkan investigasi dan perubahan jenis gerakan.
Persoalan perancangan dapat diselesaikan dengan cara matematis dan numeris. Untuk
benda-benda yang mempunyai bentuk yang tidak teratur (elemen isoparametrik),
penyelesaiannya akan sulit menggunakan cara matematis. Sehingga perlu digunakan cara
numerik, yang dalam perkembangannya disebut sebagai metode elemen hingga (finite method
elements). Bila suatu kontinum dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil
(subregion) maka bagian-bagian kecil ini disebut elemen hingga. Proses pembagian suatu
kontinum menjadi elemen hingga inidikenal sebagai proses pembagian (deskritisasi), sehingga
elemen hingga merupakan pendekatan bagian demi bagian dengan menggunakan polinomial
yang mana masing-masing terdefinisi pada daerah (elemen) yang kecil dan dinyatakan dalam
31
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
harga-harga titik simpul dari fungsi tersebut (Robert D.Cook, 1990). Dinamakan elemen hingga
karena ukuran elemen kecil ini berhingga dan umumnya mempunyai bentuk geometri yang lebih
sederhana dibandingkan kontinumnya (Weaver,1993). Metode ini menjadi suatu solusi
permasalahan yang sering dijumpai dalam dunia teknik seperti perpindahan kalor, mekanika
fluida, analisa struktur, mekanika benda pejal, sampai dengan getaran. Pada gambar 2.2
menggunakan struktur dimana batang-batang antara dua titik hubung yang membentuk elemen
rangka secara otomatis diperlakukan sebagai elemen hingga, sedang gambar 2.3 menunjukan
diskritisasi benda pejal umum.
Tujuan utama analisis dengan menggunakan metode elemen hingga adalah untuk
memperoleh pendekatan tegangan dan peralihan yang terjadi pada suatu struktur (Weaver, 1993).
32
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
1.Elastisitas
Dalam memilih material logam, yang harus diperhatikan adalah sifat-sifat material, antara
lain kekuatan (strength), keliatan (ductility), kekerasan (hardness), dan kekuatan lelah (fatique
strength). Sifat mekanik material didefinisikan sebagai ukuran kemampuan material untuk
menahan gaya atau tegangan. Pada saat menahan beban, struktur molekul berada dalam
keseimbangan. Gaya luar pada proses penarikan tekanan, pemotongan, penempaan, pengecoran
dan pembengkokan mengakibatkan material mengalami tegangan.
Hampir semua benda teknik memiliki sifat elastisitas. Suatu sistem struktur diperuntukan
mengemban fungsi tertentu, sekaligus menahan pengaruh gaya luar yang ada. Apabila gaya luar
yang menghasilkan perubahan bentuk (deformation) kemudian gaya tersebut dilepas, maka
kembali kebentuk semula, karena elastisitas bahan.
2. Deformasi
Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya. Selama deformasi, bahan menyerap energi
sebagai akibat adanya gaya yang bekerja sepanjang deformasi. Sekecil apapun gaya yang
bekerja, maka benda akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran. Perubahan ukuran secara
fisik ini disebut sebagai deformasi. Deformasi ada dua macam, yaitu deformasi elastis dan
33
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
deformasi plastis. Deformasi elastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya beban yang jika
beban ditiadakan, maka material akan kembali seperti ukuran dan bentuk semula, sedangkan
deformasi plastis adalah deformasi yang bersifat permanen jika bebannya dilepas.
Dari gambar di atas memperlihatkan antara 0 ke σy atas disebut daerah elastis, sedangkan
titik σy atas adalah batas elastis. Titik σmax merupakan tegangan maksimal dimana bila beban
dilepas maka beban tersebut tidak akan kembali ke bentuk semula. Bila penambahan beban
terjadi sampai melebihi titik σpatah dimana bahan menjadi putus. Dari titik σy atas ke titik σpatah
bahan tersebut mengalami plastis atau deformasi plastis. Sedangkan σmax sampai σpatah terjadi
plastis tak sempurna dimana batang mulai mengecil dan akhirnya patah.
1. Batas proporsional
Dari origin 0 ke suatu titik yang disebut sebagai batas proporsional masih
merupakan garis lurus seperti yang terlihat pada gambar. Hal ini sesuai dengan
hukum Robert Hooke pada tahun 1675, bahwa tegangan sebanding dengan regangan.
Dalil ini berlaku sampai batas proporsional saja, di luar titik tersebut tegangan akan
tidak sebanding dengan regangan. Hal ini bisa sebagai petunjuk pertama bahwa batas
proporsional (bukan kekuatan batas) merupakan kekuatan maksimal yang bisa
dialami bahan.
34
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Bila beban ditingkatkan, garis lurus (garis modulus) akan beralih menjadi
melengkung. Titik dimana garis itu mulai melengkung disebut batas kesetimbangan
atau batas proporsional. Bila beban ditingkatkan lagi, misal sampai σe (pada gambar
13) ternyata perpanjangannya, dengan perbandingan dengan gayanya berlaku lebih
cepat dari pada sewaktu pada garis modulus. Tetapi bila bebannya ditiadakan batang
itu akan selalu kembali sampai panjang semula. Titik σy atas adalah titik dimana
terjadi perpanjangan yang tetap pada beban yang bertambah, disebut batas elastis
(disebut juga permanent set ).
3. Yield Point
Sifat elastis pada kenyataannya masih terjadi sedikit di atas batas proporsional,
namun hubungan antara tegangan dan regangan tidak linear dan umumnya batas
daerah elastis dan daerah plastis sulit untuk ditentukan. Karena itu didefinisikan
kekuatan luluh (yield point). Kekuatan luluh adalah harga tegangan terendah dimana
material mulai mengalami deformasi plastis. Pada gambar 14 menunjukan titik σy atas
adalah titik luluh atas dan titik σy bawah adalah titik luluh bawah yang ditandai oleh
pengurangan beban yang mendadak, diikuti dengan perpanjangan yang meningkat
dan peningkatan beban yang mendadak lagi. Gejala ini disebut meluluhnya bahan,
yang ditandai dengan perubahan bentuk yang plastis dan naik turunnya beban.
3. Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik adalah kemampuan beban menahan atau menerima beban atau tegangan
tarik sampai putus. Kekuatan tarik suatu bahan dapat ditetapkan dengan membagi gaya maksimal
dengan luas penampang mula.
4. Kekuatan Luluh
Kekuatan luluh yaitu harga tegangan terendah dimana material mengalami deformasi
plastis.
5. Keuletan
35
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Menyatakan energi yang di-absorbsi (diserap) oleh suatu bahan sampai titik patah.
6. Kekerasan
Yaitu adanya daya tahan suatu bahan (permukaan bahan) terhadap penetrasi / identasi
(pemasukan dan penusukan) bahan lain yang lebih keras dengan bentuk tertentu dibawah
pengaruh gaya tertentu.
Pada dasarnya tegangan dapat didefinisikan sebagai besaran gaya yang bekerja pada suatu
satuan luas. Notasi untuk tegangan tarik dan tegangan bending atau notasi untuk tegangan
geser. Secara matematis definisi tersebut dapat ditulis sebagai:
𝐹
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝜎) =
𝐴
Adapun tegangan-tegangan yang timbul pada analisa teknik suatu produk adalah sebagai
berikut:
1. Tegangan Normal
Tegangan Normal dapat dibagi menjadi dua yaitu tegangan tarik (tensile stress)
dan tegangan tekan (compression stress).
Jika gaya bekerja pada penampang berbentuk lingkaran maka tegangan didapatkan
dengan pembagian gaya tersebut dengan luas penampang yang berbentuk lingkaran.
Merupakan perbandingan terbalik antara momen bending atau momen tahan dengan
bending tergantung bentuk dan penampang melintangnya.
Perbandingan terbalik gaya geser dengan luas penampang yang dikenai gaya geser
diperoleh tegangan geser
4. Modulus Elastisitas
36
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Batas yield point (Syp) adalah batas dimana terjadi pertambahan panjang secara
relatif dengan tidak diberikannya pertambahan beban pada logam yang sedang diuji, dan
setelah diturunkan maka logam tidak kembali ke ukuran atau bentuk asalnya tetapi telah
mengalami deformasi.
6. Faktor Keamanan
Analisa kekuatan rancangan difokuskan pada rangka dudukan ayunan bayi, karena
bagian ini dianggap merupakan bagian yang paling besar menerima beban diantara elemen-
elemen lainnya. Beban yang diterima berupa beban dari box dudukan bayi dan dari beban bayi
itu sendiri, selain kedua beban tersebut diatas rangka juga menerima beban dari komponen-
komponen pendukung lainnya. Selain rangka komponen yang menerima beban cukup besar juga
terjadi pada komponen klem penampung dudukan bayi.
Bentuk Rangka
37
Gambar 4.3.4 (a) Ayunan yang telah di konstrain dan diberikan pembebanan
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
38
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
39
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Entity Size
Nodes 97182
Elements 56381
c. ELEMENT TYPE:
Connectivity Statistics
TE10 56381 ( 100.00% )
d. ELEMENT QUALITY:
e. Materials.1
40
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Material PVC
Young's modulus 3e+009N_m2
Poisson's ratio 0.4
Density 1400kg_m3
Coefficient of thermal expansion 9e-005_Kdeg
Yield strength 0.2N_m2
f.
Material Iron
Young's modulus 1.2e+011N_m2
Poisson's ratio 0.291
Density 7870kg_m3
Coefficient of thermal expansion 1.21e-005_Kdeg
Yield strength 3.1e+008N_m2
Material Chroma
Young's modulus 7e+010N_m2
Poisson's ratio 0.3
Density 7190kg_m3
Coefficient of thermal expansion 6.2e-006_Kdeg
Yield strength 3.6e+008N_m2
g. Static Case
h. Boundary Conditions
41
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
i. Figure 1
j. STRUCTURE Computation
k.
l. RESTRAINT Computation
m. Name: Restraints.1
n. Number of S.P.C : 36
o. LOAD Computation
p. Name: Loads.1
q. Applied load resultant :
Fx = 9 . 504e-014 N
Fy = -1 . 651e-011 N
Fz = -6 . 000e+003 N
Mx = -1 . 014e+002 Nxm
My = 4 . 975e+001 Nxm
Mz = -1 . 288e-013 Nxm
r. STIFFNESS Computation
42
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Number of blocks : 22
Maximum number of coefficients per bloc : 500000
Total matrix size : 126 . 86 Mb
s. SINGULARITY Computation
t. Restraint: Restraints.1
u. CONSTRAINT Computation
v. Restraint: Restraints.1
Number of constraints : 36
Number of coefficients : 0
Number of factorized constraints : 36
Number of coefficients : 0
Number of deferred constraints : 0
w. FACTORIZED Computation
Method : SPARSE
Number of factorized degrees : 291510
Number of supernodes : 6317
Number of overhead indices : 1180893
Number of coefficients : 95853822
Maximum front width : 1956
Maximum front size : 1913946
Size of the factorized matrix (Mb) : 731 . 307
Number of blocks : 96
Number of Mflops for factorization : 5 . 725e+004
Number of Mflops for solve : 3 . 849e+002
Minimum relative pivot : 2 . 712e-004
43
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
y.
Minimum pivot
Value Percentage
10.E4 --> 10.E5 1.0291e-003
10.E5 --> 10.E6 2.1715e-001
10.E6 --> 10.E7 2.8933e+001
10.E7 --> 10.E8 1.7500e+001
10.E8 --> 10.E9 5.3292e+001
10.E9 --> 10.E10 5.5916e-002
44
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
Applied Relative
Components Reactions Residual
Forces Magnitude Error
Fx (N) 9.5042e-014 6.2585e-009 6.2586e-009 1.5312e-012
Fy (N) -1.6506e-011 -5.4686e-009 -5.4851e-009 1.3419e-012
Fz (N) -6.0000e+003 6.0000e+003 8.3082e-009 2.0326e-012
Mx (Nxm) -1.0143e+002 1.0143e+002 6.8330e-010 1.2246e-012
My (Nxm) 4.9747e+001 -4.9747e+001 1.4641e-010 2.6238e-013
Mz (Nxm) -1.2880e-013 -3.3662e-010 -3.3675e-010 6.0350e-013
hh.
ii. Figure 2
45
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
kk. Figure 3
ll. 3D elements: : Components: : All
mm. Global Sensors
46
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa Von Mises dan deformasi yang dilakukan dengan bantuan
software CATIA- versi V5, pada pembebanan 6000 N dengan analisa static , tegangan
maksimum terjadi pada klem penampung dudukan bayi yaitu sebesar 7.72425 E.10 N/m2 dan
tegangan minimum terjadi pada ujung rangka ayunan, sedangkan deformasi terbesar terjadi
pada kedua klem penampung box dudukan bayi yaitu sebesar 0.0532 mm. nilai deformasi ini
masih jauh dari kriteria kegagalan. Dengan kata lain rangka yang digunakan berupa material
Fe ( iron) sangat kokoh untuk menampung beban. Dan disarankan untuk menganti material
rangka dengan material yang lebih ringan, bisa berupa material Aluminium. Alasan mengganti
material rangka untuk menghemat biaya produksi dan juga bisa menekan harga penjualan.
47
Institute Technology Of
MECHANICAL ENGINEERING Sepuluh November
Surabaya
DAFTAR PUSTAKA
Batan, I. Made Londen. 2012. Desain Produk. ITS. Surabaya, Guna Widya
Akao, Yoji. 1988. Quality Function Deployment. Productivity press. United States of America.
Hariandja, B. 1997, ‘Mekanika Bahan dan Pengantar Teori Elastisitas’, Erlangga, Jakarta
H Grandin, Jr, P. R. 1986, ‘Fundamentals of The Finite Element Method’ Second Edition,
Macmillan Publishing Company. New York
48