Anda di halaman 1dari 6

Rizqah, Nur’aini, Fajrin Noviyanto 2016

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK


(Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015

EVALUATION OF PEPTIC ULCER MEDICATION USE IN PATIENTS WITH PEPTIC ULCER


(Peptic Ulcer Disease) AT BHAYANGKARA BRIMOB HOSPITALS AT 2015

Rizqah1*, Nur’aini2, Fajrin Noviyanto3


1,2,3Sekolah
Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang
*Corresponding Author E-mail: rizqah.sufyan@gmail.com

ABSTRACT
Peptic ulcer is a disease caused by disorders of the upper gastrointestinal tract caused by acid and
pepsin secretion by the gastric mucosa excessive. Based on research in the United States,
approximately 500.000 people each year suffer from peptic ulcer and 70% of those aged 25-64 years.
Cigarettes, alcohol, NSAIDs and H.pylori are several factors that can cause ulcer disease. The
purpose of this research is to describe and rationality therapeutic use of the drug with peptic ulcer in
Hospital Bhayangkara Brimob 2015. This research is non experimental, retrospectively, that is by
doing a search in the medical record of the patient’s medical record data peptic ulcers in Hospital
Bhayangkara Brimob 2015. Based on research that has been done shows as much as 9 recipe (45%)
improper prescription drugs and as many as 11 recipe (55%) is not appropriate dose.
Keywords : Bhayangkara Brimob Hospitals, Peptic Ulcers, Rational Therapy

ABSTRAK
Tukak peptik merupakan penyakit akibat gangguan pada saluran gastrointestinal atas yang
disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung. Berdasarkan penelitian
di Amerika, kira-kira 500.000 orang tiap tahunnya menderita tukak peptik dan 70% diantaranya
berusia 25-64 tahun. Rokok, minuman beralkohol, NSAID dan H.pylori merupakan beberapa faktor
yang dapat menyebabkan penyakit tukak. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui
gambaran dan kerasionalan terapi penggunaan obat pada pasien tukak peptik di Rumah Sakit
Bhayangkara Brimob tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat non
eksperimental, dilakukan secara retrospektif, yaitu dengan melakukan penelusuran catatan
pengobatan dalam data rekam medis dan resep pasien tukak peptik di RS Bhayangkara Brimob
tahun 2015. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebanyak 9 resep (45%)
yang belum tepat obat dan sebanyak 11 resep (55%) yang belum tepat dosis.
Kata Kunci : Kerasionalan Terapi, RS Bhayangkara Brimob, Tukak Peptik

Farmagazine Vol. III No. 2 Agustus 2016 33


Rizqah, Nur’aini, Fajrin Noviyanto 2016

PENDAHULUAN Klaten Tahun 2014 diperoleh kerasionalan


terapi pada pasien tukak peptik berdasarkan
Lambung sebagai salah satu organ yang tepat indikasi 100%, tepat obat 88%, tepat
penting pada tubuh manusia. Lambung pasien 76% dan tepat dosis 4% sehingga
berfungsi untuk mencerna makanan dengan dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian
bantuan asam lambung (HCl) dan pepsin tersebut tidak rasional.
(Guyton dan Hall, 2007).Suatu lambung yang
sehat terdapat keseimbangan antara faktor Karena pentingnya lambung bagi proses
pelindung mukosa (Cytoprotective Factor) dan pencernaan pada manusia sehingga perlu
faktor yang dapat merusak integritas mukosa dijaga kesehatannya, maka perlunya evaluasi
lambung (Cytodestructive Factor). penggunaan obat tukak peptik pada pasien
tukak peptik ditinjau dari aspek tepat obat,
Kasus di masyarakat yang berkaitan tepat indikasi, tepat dosis dan tepat pasien
dengan kerusakan integritas mukosa lambung agar terapi pengobatan yang dilakukan
seperti dalam kasus gastritis dan tukak peptik, rasional sehingga mendapatkan keberhasilan
sebagai efek samping penggunaan Non dalam pengobatan dan mengurangi tingkat
Steroid Anti Inflammatory Drug (NSAID), yang kekambuhan penyakit serta efek samping yang
ditandai dengan gejala perut terasa perih, tidak diinginkan.
mual, muntah memiliki prevalensi yang cukup
tinggi (Tarigan, 2001). Gastritis dan tukak
lambung merupakan suatu akibat adanya METODE PENELITIAN
proses inflamasi pada lapisan mukosa
Alat
lambung (Valle, 2001).
Penelitian ini menggunakan alat berupa
Berdasarkan penelitian di Amerika, kira-
lembar observasi yang berisi nama pasien,
kira 500.000 orang tiap tahunnya menderita
jenis kelamin, usia, obat dan dosis yang
tukak lambung dan 70% diantaranya berusia
digunakan pada resep pasien tukak peptik dan
25-64 tahun. Sebanyak 48% penderita tukak
pola penggunaan obat yang berdasarkan tepat
lambung disebabkan karena infeksi H.pylori
obat, tepat dosis, tepat diagnosa, tepat indikasi
dan 24% karena penggunaan obat NSAID
dan tepat pasien.
(Shanti, 2008).
Bahan
Buruknya perhatian terhadap sanitasi
mengakibatkan bakteri H.pylori yang menjadi Bahan yang digunakan dalam penelitian
penyebab utama penyakit tukak peptik mudah ini berupa catatan rekam medis pasien tukak
berkembang. Jika tidak menjadi perhatian peptik yang berisi nama pasien, usia, berat
serius, penyakit tersebut bisa berkembang badan, nomor rekam medis disertai dengan
menjadi kanker lambung. Para peneliti di hasil pemeriksaan awal dan diagnosa
Inggris telah menemukan usia di atas 45 tahun penyakit, catatan resep obat-obatan yang
bagi yang menderita tukak peptik ini rentan berisi nama pasien, usia, berat badan, lama
terkena kanker lambung. Tanda dan gejala pengobatan, jenis obat, dosis yang diberikan
seperti pendarahan di dubur, kehilangan berat oleh dokter kepada apoteker untuk
badan, menderita anemia, sakit kuning, pengobatan pasien tukak peptik tersebut serta
berlatar belakang keluarga penderita kanker buku-buku pedoman dalam terapi pengobatan
lambung, pernah menderita tukak lambung tukak peptik seperti Pharmacotherapy a
dan anoreksia patut diwaspadai (Adi, 2003). Pathophysiologic Approach 6th Edition dan
Drug Information Handbook.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Nur
Alfiawati yang berjudul Evaluasi Penggunaan
Obat Pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi
Rawat Inap RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro
Farmagazine Vol. III No. 2 Agustus 2016 34
Rizqah, Nur’aini, Fajrin Noviyanto 2016

Metode distribusi frekuensi. Pengambilan


kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil
Penelitian ini menggunakan metode
analisa data.
penelitian deskriptif analitik menggunakan data
retrospektif pasien yang terdiagnosa tukak
peptik usia 26-65 tahun di Rumah Sakit HASIL DAN PEMBAHASAN
Bhayangkara Brimob tahun 2015.
Berdasarkan hasil penelitian dari
1. Populasi dan Sampel Penelitian keseluruhan data yang telah diperoleh terdapat
20 pasien yang termasuk kriteria inklusi dari 35
Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien yang menderita tukak peptik. Pasien
seluruh pasien yang terdiagnosa tukak
yang termasuk kriteria eksklusi ada sebanyak
peptik di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob
15 pasien, hal ini terjadi karena data yang
pada periode Januari sampai dengan
diperoleh tidak lengkap dan resep yang tidak
Desember 2015.
ditemukan sehingga data tidak dapat
Sampel dalam penelitian ini diambil dianalisis.
secara purposive sampling yang memenuhi
kriteria inklusi. 1. Karakteristik Pasien Tukak Peptik
Berdasarkan Jenis Kelamin
2. Teknik Pengumpulan Data
Jenis Kelamin
Dalam penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data sekunder berupa
catatan lembar data rekam medik dan
8 pasien Laki-laki
lembar peresepan yang memuat tahapan 12 pasien 40%
penatalaksanaan terapi pengobatan pada 60% Perempuan
pasien yang telah terdiagnosa tukak peptik
dari bulan Januari sampai dengan
Desember tahun 2015 di Rumah Sakit
Bhayangkara Brimob. Gambar 1. Frekuensi Jenis Kelamin

Gambar di atas menjelaskan bahwa


jumlah pasien perempuan yaitu sebanyak
Teknik Analisa Data
12 pasien (60%) lebih besar dibandingkan
Data hasil penelitian yang diperoleh akan dengan jumlah pasien laki-laki yaitu
diolah dengan menggunakan analisa data sebanyak 8 pasien (40%) dari jumlah
secara deskriptif, yaitu : keseluruhan pasien sebanyak 20 pasien.
1. Data yang diperoleh dari rekam medis dan Hal tersebut menunjukkan bahwa
resep pasien akan diolah sehingga perempuan beresiko terkena tukak peptik
didapatkan suatu data rata-rata persentase karena tingkat emosional pada perempuan
dari evaluasi penggunaan obat tukak peptik lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki
pada pasien tukak peptik (peptic ulcer (Ronald H. Sitorus, 1996).
disease) di Rumah Sakit Bhayangkara
Karakteristik jenis kelamin pada
Brimob tahun 2015.
penelitian ini sebenarnya bukan merupakan
2. Data yang dihasilkan dianalisa dan diolah faktor resiko akan tetapi kemungkinan
menggunakan program komputer SPSS dipengaruhi oleh kebiasaan pasien seperti
(Statistical Package For The Sciences) versi mengkonsumsi alkohol, merokok, kurang
15 dengan uji statistik chi squareunivariate menjaga pola makan dan stress sehingga
dan bivariate yang disajikan dalam bentuk dapat memicu terjadinya tukak peptik.
tabel atau diagram dengan perhitungan Sebaiknya pasien menghindari kebiasaan

Farmagazine Vol. III No. 2 Agustus 2016 35


Rizqah, Nur’aini, Fajrin Noviyanto 2016

tersebut agar dapat meningkatkan kualitas pengobatan tukak peptik sebab memiliki
hidup (McGuidan, 2000). efektifitas yang lebih poten dalam
menghentikan sekresi asam klorida (HCl)
2. KarakteristikPasien Tukak Peptik
dan memiliki kecepatan yang lebih tinggi
Berdasarkan Usia
dalam menyembuhkan ulkus jika
Usia
dibandingkan dengan H2RA atau Sukralfate
(Berardy dan Lynda, 2005).
2
26-35 4. Karakteristik Pasien Tukak Peptik
6 10%
30%
9 pasien Berdasarkan Dosis Obat
45% 36-45
3 46-55 Tabel 1. Distribusi Dosis Obat
15%
56-65 No. Jenis Obat Dosis Obat Jumlah
Lansoprazole 15 mg 0 (0%)
1.
30 mg 19 (100%)
2. Sukralfate 500 mg 11 (100%)
Gambar 2. Frekuensi Usia 150 mg 3 (15%)
3. Ranitidine
300 mg 0 (0%)
Berdasarkan hasil penelitian 250 mg 0 (0%)
4. Metronidazole
menunjukkan bahwa usia dewasa beresiko 500 mg 2 (10%)

terkena tukak peptik karena adanya faktor Tabel di atas menjelaskan bahwa
stress yang berhubungan dengan semua pasien yang menggunakan obat
pekerjaan. Di Indonesia, ditemukan antara Lansoprazole diberikan dosis obat 30 mg
6-15% dengan usia 20-50 tahun, terutama daripada 15 mg. Alasan pemilihan dosis
pada usia dewasa pertengahan sampai usia obat tersebut yaitu untuk mengurangi
lanjut (Nasif, 2008). frekuensi waktu minum obat pasien karena
Karakteristik usia pada penelitian ini makin sering frekuensi pemberian obat per
sebenarnya bukan merupakan faktor resiko hari, maka semakin rendah tingkat ketaatan
karena penyebab utama tukak peptik yaitu minum obat oleh pasien (Depkes, 2006).
infeksi H.pylori dan penggunaan NSAID 5. Karakteristik Pola Penggunaan Obat
(Bertleff MJOE, 2011). Berdasarkan Tepat Obat
3. KarakteristikPasien Tukak Peptik Tabel 2. Evaluasi Berdasarkan Tepat Obat
Berdasarkan Jenis Obat
Jumlah dan Persentase
Kategori
Jenis Obat Tepat Tidak Tepat Total

Tepat 11 (55%) 9 (45%) 20 (100,0%)


1 Obat
2 5% Lansoprazole
3
10% Pola penggunaan obat yang tidak
Sukralfate
15% 19 tepat berdasarkan kategori tepat obat
pasien Ranitidine
11 diantara 9 resep dengan persentase 45%
95%
pasien Metronidazole disebabkan oleh pemilihan obat yang tidak
55% sesuai dengan Standar Pengobatan di RS
Cotrimoxazole
Bhayangkara Brimob, Pharmacotherapy
Dipiro dan Guidelines for Clinical Care PUD.
Gambar 3. Frekuensi Jenis Obat
Pada kasus pasien yang terdiagnosa
Berdasarkan hasil penelitian di atas, tukak peptik karena adanya bakteri
obat Lansoprazole (Golongan Pompa Helicobacter pylori tidak diresepkan
Proton Inhibitor) lebih banyak digunakan antibiotik untuk pengobatannya, kemudian
karena obat golongan PPI seperti pada kasus untuk terapi eradikasi
Lansoprazole direkomendasikan untuk Helicobacter pylori dengan terapi 3 obat
Farmagazine Vol. III No. 2 Agustus 2016 36
Rizqah, Nur’aini, Fajrin Noviyanto 2016

maupun terapi 4 obat yang menggunakan 2 dirasakan pasien seperti nyeri perut bagian
jenis antibiotik hanya diberikan 1 jenis atas sebelah kanan, nyeri ulu hati, mual dan
antibiotik saja sehingga dapat dikatakan muntah yang merupakan gambaran klinis
tidak tepat. Penggunaan antibiotik tunggal penyakit tukak peptik.
tidak akan mencapai tujuan terapi dan
8. Karakteristik Pola Penggunaan Obat
dapat menyebabkan terjadinya resistensi,
Berdasarkan Tepat Indikasi
sehingga untuk eradikasi H.pylori harus
menggunakan kombinasi 2 antibiotik agar Tabel 5. Evaluasi Berdasarkan Tepat Indikasi
terapi pengobatannya lebih efektif (Berardy Jumlah dan Persentase
Kategori Total
dan Lynda, 2005). Tepat Tidak Tepat
Tepat
6. Karakteristik Pola Penggunaan Obat 20 (100%) 0 (0%) 20 (100,0%)
Indikasi
Berdasarkan Tepat Dosis
Berdasarkan tabel di atas tentang
Tabel 3. Evaluasi Berdasarkan Tepat Dosis
pola penggunaan obat tukak peptik
Jumlah dan Persentase berdasarkan tepat indikasi menunjukkan
Kategori Total
Tepat Tidak Tepat bahwa dari keseluruhan resep sebanyak 20
Tepat resep dengan persentase 100% sudah
9 (45%) 11 (55%) 20 (100,0%)
Dosis
tepat.
Pola penggunaan obat yang tidak
Indikasi dikatakan tepat karena
tepat berdasarkan kategori tepat dosis
berdasarkan obat yang diresepkan sesuai
diantara 11 resep dengan persentase 55%
dengan diagnosa pada catatan rekam
disebabkan oleh pemberian dosis obat yang
medik pasien.
digunakan dan frekuensinya yang tidak
sesuai dengan Standar Pengobatan di RS 9. Karakteristik Pola Penggunaan Obat
Bhayangkara Brimob, Pharmacotherapy Berdasarkan Tepat Pasien
Dipiro, Guidelines for Clinical Care PUD dan Tabel 6. Evaluasi Berdasarkan Tepat Pasien
DIH. Pemberian Lansoprazole dengan dosis
Jumlah dan Persentase Total
maksimal 30 mg per hari tetapi diresepkan Kategori
Tepat Tidak Tepat
Lansoprazole 30 mg dengan frekuensi 2x
Tepat 20 (100,0%)
sehari sehingga adanya dosis berlebih yang 20 (100%) 0 (0%)
Pasien
menyebabkan tidak tepat.
Berdasarkan tabel di atas tentang
7. Karakteristik Pola Penggunaan Obat pola penggunaan obat tukak peptik
Berdasarkan Tepat Diagnosa berdasarkan tepat pasien menunjukkan
Tabel 4. Evaluasi Berdasarkan Tepat Diagnosa bahwa dari keseluruhan resep sebanyak 20
resep dengan persentase 100% sudah
Jumlah dan Persentase
Kategori Total tepat.
Tepat Tidak Tepat
Tepat
20 (100%) 0 (0%) 20 (100,0%) Pasien dikatakan tepat karena
Diagnosa berdasarkan terapi pengobatan ditujukan
Berdasarkan tabel di atas tentang pada pasien yang mengeluhkan tanda &
pola penggunaan obat tukak peptik gejala timbulnya diagnosa tukak peptik.
berdasarkan tepat diagnosa menunjukkan 10. Hasil Analisis Dengan Uji Chi Square
bahwa dari keseluruhan resep sebanyak 20
resep dengan persentase 100% sudah Berdasarkan hasil analisis uji chi
tepat. square yang dilakukan, diperoleh nilai
p>0,05 sehingga pada penelitian ini H0
Diagnosa dikatakan tepat karena diterima yang artinya tidak ada perbedaan
berdasarkan tanda dan gejala yang proporsi atau tidak ada hubungan.
Farmagazine Vol. III No. 2 Agustus 2016 37
Rizqah, Nur’aini, Fajrin Noviyanto 2016

KESIMPULAN Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2007. Fisiologi


Kedokteran Edisi 11. Irawati dan Luqman
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Yanuar (Editor). Jakarta: EGC. Hal 1053-
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa 1054.
penggunaan obat tukak peptik di RS
McGuidan, J.F. 2000. Ulkus Peptikum dan
Bhayangkara Brimob tahun 2015 dapat Gastritis dalam Harrison Prinsip-Prinsip
dikatakan belum rasional atau belum sesuai Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2. Kurt
menurut Pharmacotherapy a Pathophysiologic Isselbacher (Editor). Jakarta: EGC. Hal
Approach 6th Edition dengan diketahui ada 1531-1542.
sebanyak 9 resep (45%) yang belum tepat Nasif, H., Dahlan R., Lingga, L.I. 2008. Jurnal
obat dan sebanyak 11 resep (55%) yang Profil dan Optimalisasi Penggunaan
belum tepat dosis. Kombinasi Anti Tukak Dengan Antasida
Pada Pasien Tukak Peptik Di Ruang
Rawat Inap SMF Penyakit Dalam RSAM
DAFTAR PUSTAKA Bukit Tinggi. (online).
(http://www.ffarmasi.unand.ac.id/pub/jurn
Adi, P. 2003. Paradigma Baru Pengobatan alhansen diakses 16 Juni 2016).
Gastritis dan Tukak Peptik. (online).
(http://www.pgh.or.id/pustaka.html Ronald H, Sitorus. 1996. Pedoman Perawatan
diakses 5 Januari 2016). dan Pengobatan Berbagai Penyakit.
Bandung: Pionir Jaya. Hal 85.
Berardy, R.R. dan Lynda, S.W. 2005. Peptic
Ulcer Disease dalam Pharmacotherapy a Shanti, A.V. 2008. Penggunaan Antasida Pada
Pathophysiologic Approach 6th Edition. Tukak Lambung. (online).
McGraw-Hill. Medical Publishing Division (http://www.farmakoterapi-info.com
by The McGraw-Hill Companies. Hal diakses 7 Januari 2016).
629-648. Tarigan, P. 2001. Tukak Gaster dalam Ilmu
Bertleff M.J.O.E. 2011. Perforated Peptic Penyakit Dalam Jilid II. Slamet Suyono
Ulcer: New Insight. Rotterdam: Erasmus (Editor). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Universiteit Rotterdam. Hal 701-708. Hal 132-138.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Valle, J.D. 2001. Peptic Ulcer and Related
2006. Penggunaan Obat Rasional. Disease in Harrison’s Principles of
Jakarta. (online). (http://depkes.go.id Internal Medicine 15th Edition Volume 2.
diakses 16 Juni 2016). United States: McGraw-Hill. Hal 1649-
1665.
.

Farmagazine Vol. III No. 2 Agustus 2016 38

Anda mungkin juga menyukai