Anda di halaman 1dari 18

REFLEKSI KASUS AGUSTUS 2018

ARTHRITIS GOUT

DISUSUN OLEH:
NAMA : Fadila
STAMBUK : N 111 16 020
PEMBIMBING : Dr. dr.M SABIR, M. Si
dr. Trieko Stefanus Larope

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arthritis Gout adalah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat
dalm tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat,
pembuangan melalui ginjal yang menurun, maupun akibat tingginya asupan
makanan kaya purin. Gout disebabkan kondisi cairan tubuh sangat jenuh akan
asam urat berkadar tinggi . Gout ditandai dengan serangan berulang dari
arthritis (peradangan sendi) yang akut, kadang-kadang disertai pembentukan
Kristal natrium urat besar yang dinamakan thopus, deformitas (kerusakan)
sendi secara kronis dan cedera ginjal.1
Arthritis Gout adalah jenis arthritis terbanyak ketiga setelah osteoarthritis
dan kelompok rematik luar sendi (gangguan pada komponenpenunjang, sendi,
peradangan, penggunaan berlebihan).Penyakit ini mengganggu kualitas hidup
penderitanya. Peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia)
merupakan faktor utama Arthritis Gout. Keadaan hiperurisemia didefinisikan
sebagai peninggian kadar asam urat lebih dari 7,0 ml/dl (untuk pria) dan 6,0
ml/dl (untuk wanita)2
Perkembangan Arthritis Gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi
pada pria dibandingkan wanita, namun angka kejadian arthritis Gout menjadi
sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun. Prevalensi Arthritis
Gout pada pria meningkat bertambahnya usia dan mencapai puncak antara
usia 75 dan 84 tahun.2
Pada tahun 1999, menurut penelitian prevalensi Arthritis Gout dan
hiperurisemia di USA adalah 41 per 1000, dan di UK prevalensi Arthritis
Gout 14 per 1000. Di Italia kejadian Arthritis Gout meningkat dari tahun 2005
6,7 per 1000 menjadi 9,1 per 1000 pada tahun 2009. Sedangkan di Indonesia
sendiri kejadia Arthritis Gout masih belum jelas karena data yang ada masih
sedikit.Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki berbagai macam jenis

1
etnis dan kebudayaan, memungkingkan Indonesia memiliki lebih banyak
variasi jumlah kejadian Arthritis Gout.2,3
Puskesmas kinovaro merupakan pemekaran dari puskesmas marawola
dan puskesmas tinggede serta berada di wiliya kerja kabupaten sigi biromaru.
jumlah penduduk di wilaya kerja puskesmas kinovaro pada tahun 2017 adalah
10.232 jiwa yang tersebar di 10 desa. Di puskesmas Kinovaro penyakit
arthritis Gout termasuk dalam kelompok penyakit radang sendi yang
menempati 10 penyakit terbesar pada lansia dengan jumlah penderita 125
penderita pada tahun 2017.4
Untuk menurunkan angka penderita Puskesmas sebagai ujung tombak
dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang bertanggung jawab
terhadap kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat memiliki peranan
yang sangat penting demi mewujudkan masyarakat yang sehat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan refleksi kasus ini sebagai berikut :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa faktor resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Kinovaro

2
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
2.1 Menentukan Prioritas Masalah Menggunakan Rumus Hanlon
Kuantitatif

Tabel 2.1 prioritas masalah


No Masalaah Besar Kegawatan Kemungkinan Nilai
masakah diatasi Total

1 Riwayat 2 2 4 8
keluarga
2 Diet 4 4 2 10
makanan
purin dan
lemak
3 Usia 4 2 3 9

4 Jarang 3 3 1 7
berolah raga
5 Tingkat 3 2 2 7
pendidikan
Dilihat dari table diatas masalah yang menjadi prioritas pada keluarga
ini adalah diet makanan purin & lemak, riwayat keluarga, dan usia

a. KRITERIA A : Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi


atau prevalensi. Skor 1-10
Masalah Besar masalah Nilai
kesehatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X (Diet V 5
makanan
purin dan
lemak)
Y (Usia) V 7
Z (Riwayat V 6
keluarga)

b. KRITERIA B :Kegawatan Masalah (SKOR 1-5)


Masalah Keganasan Tingkat Biaya yang Niilai
kesehatan urgency dikeluarkan
X 2 3 3 8
Y 1 3 4 8
Z 2 2 3 7

3
c. KRITERIA C : Kemudahan dalam Penanggulangan

Sangat sulit Z Y X sangat mudah

1 2 3 4 5

d. KRITERIA D : PEARL factor


Masalah P E A R L Hasil
kesehatan perkalian
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 1 1 1

e. PENETAPAN NILAI
 Diet purin & lemak
NPD : (A+B) C = (5+8) 4= 13x4 = 52
NPT : (A+B) CxD = (5+8) 4x1 = 12x4 = 52

 Usia
NPD : (A+B) C = (8+8) 3 = 16x3 = 48
NPT : (A+B) CxD = (8+8) 3x1 =16x2= 48

 Riwayat keluarga
NPD : (A+B) C = (6+7) 2 = 13 x3 = 26
NPT : (A+B) CxD = (6+7) 2x1 = 13 x3 =26

f. KESIMPULAN
Masalah A B C NPD D NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)
Diet makanan 5 8 4 52 1 52 1
purin & lemak
Usia 8 8 3 48 1 48 2
Riwayat 6 7 2 26 1 26 3
Keluarga
Kesimpulan dari rumus ini yaitu perilaku diet makanan purin dan lemak
merupakan prioritas masalah yang menempati urutan ke-1 dari 3 prioritas masalah
yang ada.

4
2.2 KASUS
A. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 53 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : petani
Alamat : Desa Kanuna
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan: 18 Agustus 2018

II. Deskripsi kasus


A. Keluhan Utama : nyeri pada lutut dan jari kaki sebelah kiri
B. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri yang dirasakan sejak
pada lutut dan jari kaki kiri sejak ± 2 bulan dan terkadang sulit digerakan
serta terasa kaku, pasien juga mengeluh lutut sebelah kiri bengkak,
keluhan nyeri bersifat hilang timbul, lebih sering dirasakan pada malam
dan pagi hari, jari tangan juga mulai bengkak sejak ± 2 bulan. Keluhan
nyeri dan kram hilang timbul juga dirasakan pada lutut sebelah kanan
namun baru dirasakan sekitar 1 minggu yang lalu. Pasien belum pernah
memeriksakan diri ke dokter atau kepusat pelayanan kesehatan
sebelumnya.
C. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (-), DM (-), riwayat operasi (-),
asma (-), bronkitis (-).
D. Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan
pasien mengaku ibu pasien pernah menderita hal yang sama seperti
pasien yaitu sering mengeluh bengkak pada jari serta nyeri lutut saat
berjalan. Tetapi saat itu tidak dilakukan pemeriksaan.

5
E. Riwayat Sosial dan lingkungan :
1. Pasien tinggal dengan anggota keluarga lainnya yang berjumlah 3
orang, yaitu anak bungsu pasien, anak mantu dan cucu pasien
2. Pasien terkadang bekerjan di kebun milik pasien dan memiliki
penghasilan dari hasil berkebun untuk makan sehari-hari tetapi
semenjak sakit, pasien sudah jarang pergi berkebun.
3. Pasien mengatakan suka sekali makan makanan bersantan seperti
sayur kelor dan kacang tanah yang digoreng, serta mengonsumsi
tahu dan tempe goreng. Terkadang sesekali mengkonsumsi ikan
goreng.
4. pasien sering sekali bermain dengan cucunya. Terkadang pasien
sering menggendong cucu pasien sampai berjam-jam.
5. Pasien tinggal dirumah yang merupakan rumah milik sendiri, tidak
bertingkat, lantai terbuat dari semen halus, dan dinding rumah
terbuat dari tembok dan papan. Di dalam rumah terdapat 1 buah
ruang tamu, 1 ruang keluarga sekaligus ruang tidur pasien, 1 buah
kamar tidur yang dihuni oleh anaknya, dapur, dan pasien memasak
menggunakan kompor gas.
6. Pasien memiliki asuransi kesehatan berupa KIS dari pemerintah,
memudahkan pasien dalam mengakses pelayanan kesehatan.
F. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengatakan sehari-hari memiliki kebiasaan mengonsumsi
makanan yang mengandung purin yang dapat meningkatkan asam urat
seperti : kacang-kacangan, tahu dan tempe.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Kondisi Umum : Sakit sedang Berat Badan : 53 kg
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Tinggi Badan : 167 cm

6
Status Gizi : IMT 19.00 (berat badan ideal)

Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit (kuat angkat, reguler)
Suhu : 36.50
Pernapasan : 20 kali/menit
Kulit : Warna kuning langsat, lapisan lemak di bawah kulit
cukup.
Kepala : Normosefal, rambut berwarna hitam, tipis dan tidak
mengkilap, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterus, pupil bulat isokor (diameter 3 mm). Terdapat
sekret pada hidung (warna bening keputihan), tidak
terdapat pernapasan cuping hidung. Tidak ada sekret
pada telinga, bibir tidak sianosis.
Tenggorokan- : Tonsil dan faring dalam batas normal
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

Thoraks
Paru : Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil
fremitus kiri = kanan.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bunyi napas brokovesikuler +/+,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Jantung : Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : pekak

7
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,
bising jantung (-).
Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Perkusi : timpani
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.

Ekstremitas Atas : Akral hangat, edema (+), nyeri (+) pada regio manus
Regio manus dextra digiti II dan III.
dextra
Ektremitas Bawah Akral hangat, edema (-), Nyeri (+)

IV. Pemeriksaan penunjang


Asam urat : 5.0

V. Diagnosis
Arthritis Gout Eksaserbasi Akut

VI. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
- Paracetamol 500 mg mg 3x1 kalau nyeri
- Danason 0,5 mg 3x1 kalau meradang
- Vit. B complex 1x1
1. Non medikamentosa
Edukasi :
a. Menganjurkan pasien dan kelurga mengurangi konsumsi makanan
yang mengandung purin, dengan mengganti lauk pauk seperti ikan.
b. Melakukan kegiatan olahraga untuk melatih pergerakan tulang yang
kaku.

8
c. Melakukan kontrol kembali dan datang secepatnya jika keluhan
pasien semakin memberat.
d. Mengontrol peningkatan berat badan dengan mempertahankan berat
badan ideal.
e. Menghindari konsumsi minuman bersoda dan beralkohol

9
BAB III
PEMBAHASAN

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-


faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma
hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu :
1. Faktor genetik (keturunan)
2. Perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat
3. Faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik)
4. Faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya).
Namun yang paling berperan dalam terjadinya Arthritis Gout adalahsebagai
berikut :
1. Faktor Genetik
Pasien mengatakan memiliki keluarga lain yang memiliki keluhan
yang sama, yaitu ibu pasien. Sekitar 18% penderita Arthritis Gout
mempunyai sejarah keluarga dengan hiperurisemia dan terjadinya Gout
meningkat bila kadar asam urat meningkat.

2. Faktor Perilaku
Faktor perilaku yang dapat diambil dari kasus ini adalah kebiasaan
konsumsi makanan pasien yang tinggi purin, yaitu konsumsi kacang-
kacangan, tauge, tahu dan tempe, jenis makanan ini dapat meningkatkan
produksi asam urat dalam darah. Serta konsumsi makanan yang berlemak
seperti gorengan serta bersantan dapat meningkatkan kadar lemak dalam
darah seperti pada keadaan hipertrigliserida dapat memicu peningkatan
produksi asam urat.
Kondisi lain yang dapat meningkatkan produksi asam urat adalah
konsumsi alcohol, obesitas, penggunaan obat-obat sitotoksik, vit B12, dan
lainnya. Peningkatan kadar asam urat dapat diakibatkan oleh penurnan
eksresi asam urat oleh ginjal, berikut keadaan yang dapat menyebabkan
penurunan eksresi asam urat oleh ginjal yaitu penggunaan obat-obatan

10
(diuretik, siklosporin, etambutol, pirazinamid), hipertensi, gagal ginjal,
dehidrasi, asidosis laktat, hipotiroidsm, dan hiperparatiroidism.

3. Faktor pelayanan kesehatan


Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan primer memiliki tugas
diantaranya promotif dan preventif terhadap suatu penyakit. Salah satu
sumber pengetahuan masyarakat tentang suatu penyakit didapatkan melalui
upaya promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan yang mana diharapkan
dengan adanya upaya tersebut masyarakat dapat mengetahui dan melakukan
tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit, dengan tujuan menyadarkan
masyarakat akan pentingnya kesehatan dan mencegah terjadinya morbiditas.
Dari segi pelayanan kesehatan terkait kinerja Puskesmas untuk
menanggulangi penyakit arthritis Gout mulai dari pelayanan di poli lansia,
posyandu lansia, posbindu serta pelayanan dalam memberikan obat telah
dianggap cukup dalam penanggulangan penyakit. Kegiatan promotif dan
preventif dilakukan melalui penyuluhan tentang penyakit-penyakit
degenaratif, gizi, kesehatan jiwa, olahraga lansia, dan lain-lain serta
pembagian pamflet tentang kesehatan.
.

11
BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan
Faktor resiko utama terjadinya Arthritis Gout pada pasien ini adalah faktor
perilaku dan genetik.

II. Saran
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakitArthritis Gout dapat
dilaksanakan dengan mengaplikasikan lima tingkat pencegahan penyakit (five
level prevention), sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan dalam upaya mencegah terjadinya penyakit arthritis
Gout dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya :
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit
penyakit Arthritis Gout, dan faktor-faktor resikonya.
b. Melakukan seminar-seminar kesehatan bagi masyarakat tentang
upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, seperti mengatur pola makan
terutama membatasi asupan makanan yang mengandung purin,
mengurangi atau mengeliminasi asupan alkohol, olahraga teratur,
pengurangan berat badan atau mempertahankan berat badan yang
ideal.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu (general and specific protection)
Merupakan suatu tindakan pencegahan yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap ancaman agen penyakit atau pembawa penyakit
tertentu.Tujuan dari specific protection ini adalah sebagai perlindungan
khusus terhadap ancaman seperti penyakit. Tindakan yang dapat
dilakukan adalah:

12
a. Memberikan informasi pada pasien tentang makan apa saja yang
dapat memicu naiknya Arthritis Gout seperti makanan yang
mengandung kadar purin tinggi sebaiknya dihindari, minuman
beralkohol dan bersoda serta kebiasaan merokok yang harus
dihentikan.
b. Olahraga ringan teratur dapat merupakan salah satu solusi untuk
mencegah terjadinya deformitas.
c. Untuk pasien dengan obesitas, mengurangi berat badan adalah
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah arthritis
gout.

3. Diagnosis dini dan pengobatan dini (Early diagnosis and prompt


treatment )
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan
melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat. Hal yang
dapat dilakukan adalah:

a. Melakukan skrining dengan memeriksa kadar asam urat pada


pasien yang memiliki faktor resiko dan gejala-gejala klinis.
b. Memberikan pengobatan yang tepat untuk untuk mengontrol dan
menurunkan kadar asam urat dalam darah dan mencegah
komplikasi.
c. Melakukan pengobatan dan perawatan pada penderita sehingga
penderita tersebut cepat mengalami pemulihan atau sembuh dari
penyakitnya.

4. Pembatasan kecacatan (Disability limitation)


Usaha ini merupakan lanjutan dari usah early diagnosis and
promotif treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang
sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat ( tidak terjadi
komplikasi ). Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan

13
tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini
dipertahankan semaksimal mungkin. Hal yang dapat dilakukan adalah:
 Untuk penyakit Arthritis Gout penyebab kecacatan terbesar adalah
terjadinya kontraktur dan deformitas tulang. untuk itu, cara yag
dilakukan adalah dengan merubah pola hidup terutama pola makan
diet rendah purin dan pengobatan yang teratur.
 Untuk pasien yang sudah mengalami deformitas, selain pola hidup
sehat dan pengobatan teratur, perlu juga dilakukan latihan fisik
untuk mengembalikan fungsi tubuh.
 Salah satu komplikasi yang fatal selain terjadinya deformitas yaitu
terbentuknya Kristal asam urat di ginjal, oleh karena itu penderita
dianjurkan untuk mengonsumsi air putih 8 gelas sehari selain
memenuhi kebutuhan cairan tubuh juga untuk mencegah
penumpukan Kristal urat di ginjal.

5. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan serangkaian dari tahap pemberantasan
kecacatan.Rehabilitasi ini bertujuan untuk berusaha mengembalikan
fugsi fisik, psikologis, dan social seoptimal mungkin.Pada kasus ini
dapat dilakukan rehabilitasi fisik jika terdapat gangguan fisik seperti
deformitas.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Juandy. Gout dan Diet. Departemen Kesehatan RI. Jakarta : 2007.


2. Widyanto R.W. Arthritis Gout dan Perkembngannya. Journal Gout
Universitas Muhammadiyah Malang Vol.10 No.2 Desember 2014.
3. Departemen Kesehatan RI. Pharmaceutical care untuk pasien penyakit
arthritis rematik. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina
kefarmasian dan Alat kesehatan. Jakarta : 2006.
4. UPTD Puskesmas Kinovaro. Buku Profil Puskesmas Kinovaro. Dinas
Kesehatan Kota Palu: sigi biromaru. 2017.

15
LAMPIRAN

16
17

Anda mungkin juga menyukai