—....2, 25
ee
OO ——)-=
7 ="
— as |sene ore isi Pe ey ee
Ss ae aaee ii
Bt ime =|"
2.
Cie tole ot ot
si) sf]: css:cs:
ee
eee ie
PS et ee Ps ee Se Pi. ie
i ry) afd tititit i
“tl 1
Se os eed
a BS oe
Pt LS CS Ps a, CS Se td Pit. iat
Oe = Pe 1 = ee ee: 2 et 1 ee I - 2 =
7 7 7
——
—rrr
=r
ae
ae
aL
ol
: - a ay oe ee
St 00S 00 080 CREEETE CET TUT TNE) DUNT TNN COM FET KR OMI
irre feelers eerine-erf bare rae ed te=-oWARISAN INTELEKTUAL ISLAM
Oleh Nurcholish Madjid
Diriwayatkan dalam sebuah hadis yang terkenal bahwa Nabi
Muhammad saw, menjelang wafatnya pada tahun 11 H atau 632
M, telah wanti-wanti kepada kaum Muslimin, jika mereka tidak
hendak tersesat, untuk berpegang hanya kepada a/-Kitab dan al-
Sunnah saja. Yang dimaksud dengan al-Kitab ialah Kitab Suci al-
Quran, sedangkan a/-Sunnah (tradisi) ialah keseluruhan perilaku
Nabi semasa hidupnya sebagai utusan Tuhan yang dipandang
sebagai contoh pelaksanaan al-Kitab tersebut.
Di antara para sahabat Nabi tampaknya tidak ada yang lebih
bergairah kepada al-Qur’an dan lebih teguh berpegang kepadanya
seperti Umar ibn al-Khaththab, yang oleh Nabi semasa hidupnya
pernah disebut sebagai seorang yang paling mungkin menjadi utusan
Tuhan seandainya Nabi sendiri bukanlah Rasul Allah pungkasan.
Bagi Umar, kebesaran Muhammad bukanlah semata-mata karena
kepribadiannya, tetapi lebih-lebih karena kenyataan bahwa
Muhammad telah ditunjuk oleh Tuhan untuk menerima wahyu-Nya.
Karena caranya memandang Nabi demikian itu, sejarah merekam
bahwa Umar adalah seorang sahabat Nabi, yang sekalipun sangat
hormat kepadanya, namun tidak segan-segan mengajukan keberatan
kepada gagasan atau tindakan Nabi jika dirasa olehnya bahwa Nabi
berpikir atau bertindak atas kemauan sendiri, bukan atas petunjuk
langsung Tuhan. Dalam ilmu tafsir diketahui tentang adanya beberapa
ayat suci yang turun tidak untuk mendukung gagasan tertentu Nabi,
melainkan gagasan Umar. Umar sendiri adalah bekas salah seorang
ale