Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS JURNAL

Efektivitas Metode SPEOS (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin dan


Sugestif) terhadap Produksi Asi pada Ibu Nifas

OLEH

NAMA :
NIM :

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
ANALISIS JURNAL
“Efektivitas Metode SPEOS (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin dan Sugestif) terhadap
Produksi Asi pada Ibu Nifas”

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan,
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi
tim (Kristiyansari, 2009).
World Health Organization (WHO) dan United Nations Childrens Fund (UNICEF)
merekomendasikan agar ibu menyusui bayinya saat satu jam pertama setelah melahirkan
dan melanjutkan hingga usia 6 bulan pertama kehidupan bayi. Pengenalan makanan
pelengkap dengan nutrisi yang memadai dan aman diberikan saat bayi memasuki usia 6
bulan dengan terus menyusui sampai 2 tahun atau lebih (WHO, 2016).
Menurut data WHO (2016), cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia hanya sekitar
36% selama periode 2007-2014. Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), cakupan pemberian
ASI eksklusif di Indonesia sebesar 54,3%, dimana persentase tertinggi terdapat di
Provinsi NTB sebesar 79,7% dan terendah di Provinsi Maluku sebesar 25,2%. Salah satu
penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif bagi bayi dibawah usia enam
bulan karena produksi ASI pada ibu postpartum yang terhambat pada hari-hari pertama
pasca persalinan sehingga sebagian besar bayi mendapatkan susu formula pada saat baru
lahir.
Hasil penelitian Rahmawati (2014) menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ASI tidak segera keluar setelah melahirkan/
produksi ASI kurang atau tidak cukup, ibu kurang percaya diri, keadaan puting susu ibu
yang tidak menunjang, ibu bekerja dan pengaruh promosi pengganti ASI. Ibu-ibu berhenti
menyusui bayinya pada bulan pertama postpartum disebabkan puting susu lecet, kesulitan
dalam melakukan perlekatan yang benar serta persepsi mereka tentang ketidakcukupan
produksi ASI ibu sehingga tidak dapat memuaskan bayi.
Keadaan semacam ini jika tidak ditanggulangi akan berdampak pada kesehatan
bayi, bayi yang tidak diberi ASI rentan terkena infeksi atau jatuh sakit dibandingkan
dengan bayi yang diberi ASI. Pemberian ASI memiliki banyak manfaat bagi ibu dan bayi.
Beberapa manfaat ASI bagi bayi yaitu sebagai perlindungan terhadap infeksi
gastrointestinal, menurunkan risiko kematian bayi akibat diare dan infeksi, sumber energi
dan nutrisi bagi anak usia 6 sampai 23 bulan, serta mengurangi angka kematian di
kalangan anak-anak yang kekurangan gizi. Sedangkan manfaat pemberian ASI bagi ibu
yaitu mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara, membantu kelancaran produksi
ASI, sebagai metode alami pencegahan kehamilan dalam enam bulan pertama setelah
kelahiran, dan membantu mengurangi berat badan lebih dengan cepat setelah kehamilan
(WHO, 2016).
Oleh karena itu, perlu adanya upaya melancarkan produksi ASI untuk ibu
postpartum. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperlancar produksi
ASI diantaranya yaitu perawatan payudara, massage payudara, Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dan metode SPEOS pada ibu. Metode SPEOS adalah penggabungan dari stimulasi
pijat endorphin, pijat oksitosin, dan sugestif. Selain ibu mendapat kenyamanan saat
proses pemijatan berlangsung, ibu juga ditumbuhkan keyakinan atau tersugesti bahwa
ASI ibu akan keluar dengan mudah. Pijat endorphin dapat merangsang pengeluaran
hormon endorphin dan dapat merangsang munculnya reflek prolaktin dan oksitosin
sehingga meningkatkan volume pengeluaran produksi ASI. Pijat oksitosin juga membantu
untuk merangsang hormon oksitosin dan pemijatan ini dilakukan di daerah tulang
belakang leher, punggung, atau sepanjang tulang belakang sampai tulang kosta kelima
sampai keenam. Teknik sugestif dilakukan untuk mempersiapkan agar ASI bisa mengalir
dengan lancar dan memenuhi kebutuhan bayi sejak hari pertama lahir (Sari, 2017).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan analisis jurnal
tentang “Efektivitas Metode SPEOS (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin dan Sugestif)
terhadap Produksi Asi pada Ibu Nifas”.
1.2 Tujuan
Mendeskripsikan efektivitas metode SPEOS (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin
dan Sugestif) terhadap produksi asi pada ibu nifas.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Bagi Program Studi Profesi Ners, diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan
sebagai perkembangan teori yang dapat diterapkan dalam teori tambahan dan aplikasi
dalam asuhan keperawatan maternitas.
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan bacaan
tentang keperawatan maternitas.
b. Bagi Perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perawat dalam asuhan keperawatan maternitas.
c. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit dalam
melaksanakan penatalaksanaan asuhan keperawatan maternitas khususnya di
ruang postnatal care.
BAB II METODE DAN TINJAUAN TEORITIS
2.1 Metode Pencarian
Analissi jurnal ini menggunakan 1 (satu) media atau metode pencarian jurnal, yaitu
menggunakan database dari Google scholar sebagai berikut :
Kata Kunci Hasil Pencarian
SPEOS (Stimulating Massage Endorphin, 3
Oxytocin and Suggestive) Methods
S1 AND Puerperal Women 2
S2 AND Breast Milk Production 2
S3 AND Women 2
S4 (membatasi tahun publikasi 2013 - 2
2018)
S5 AND Experimental Study 2

Kata Kunci Hasil Pencarian


Metode SPEOS (Stimulasi Pijat 19
Endorphin, Oksitosin dan Sugestif)
S1 AND Ibu Nifas 16
S2 AND Produksi ASI 15
S3 AND Ibu 15
S4 (membatasi tahun publikasi 2013 - 15
2018)
S5 AND quasi eksperimen 8

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis


2.2.1 Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium
dimulai sejak 2 jam seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai
sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Pitriani dan Andriyani, 2014).
Masa nifas berkaitan erat dengan proses laktasi. Pada prosesnya keberhasilan
laktasi dipengaruhi kesiapan ibu dari awal masa nifas yang bisa berhubungan dengan
perubahan / adaptasi pada masa nifas. Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan
fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya.
Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan
asimilasi terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap
pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk
bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa untuk menjadi seorang ibu
(Widayanti, 2014).
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat dan jaringan lemak. Dilihat
dari luar, payudara terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu : korpus, aerola (bagian
tengah yang berwarna kehitaman), dan papilla atau putting. Secara mikroskopis
payudara perempuan memiliki 3 unsur, yakni kelenjar susu (alveolus) yang
menghasilkan susu, saluran susu (duktus laktiferus) dan jaringan penunjang yang
mengikat kelenjar-kelenjar susu (Pitriani dan Andriyani, 2014).
Selama kehamilan estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveolus
dan duktus laktiferus di dalam mammae, dan juga merangsang produksi kolostrum.
Namun produksi ASI tidak terjadi sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon
estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin
dan produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin secara berkesinambungan disebabkan
menyusui bayinya secara berkesinambungan. Pelepasan ASI berada di bawah kendali
neuroendokrin, rangsangan sentuhan pada payudara akan merangsang produksi oksitosin
yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Proses ini disebut sebagai “let down”
atau pelepasan ASI yang membuat ASI tersedia bagi bayi. Hisapan bayi memacu
pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus sinus laktiferus. Hisapan
merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofise anterior. Oksitosin memasuki
darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus yang mengelilingi alveolus dan duktus
laktiferus. Kontraksi ini mendorong ASI keluar menuju sinus laktiferus dimana ia akan
tersimpan. Pada saat bayi mengisap, ASI dalam sinus tertekan keluar ke mulut bayi.
Pada akhirnya let down dapat dipicu tanpa rangsangan hisapan, pelepasan dapat terjadi
bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan bayinya (Rini dan Kumala,
2016).
2.2.2 Metode SPEOS (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin dan Sugestif)
Tujuan dari metode “SPEOS” adalah untuk membantu ibu nifas (menyusui)
memperlancar pengeluaran ASI dengan cara stimulasi untuk merangsang hormon
oksitosin sehingga selanjutnya keberhasilan pemberian ASI Eksklusif bisa tercapai.
Konsep dari metode “SPEOS” ini adalah seorang ibu yang menyusui tidak hanya
dipandang / dibantu dari aspek fisik saja tetapi proses adaptasi psikologis juga menjadi
kajian, terlebih hormon oksitosin ini sangat “sensitif’ dengan kondisi psikologis ibu
(Sari, 2017).
Langkah-langkah metode SPEOS menurut Widayanti (2014) adalah sebagai
berikut :
a. Tahap Persiapan :
1. Persiapan alat
a) Kursi (jika ada) / tempat duduk dan tempat bersandar
b) Minyak aromaterapi sesuai keinginan pasien
c) Handuk
d) Foto bayi (jika ada) atau video
2. Persiapan penolong
a) Menyiapkan alat dan mendekatkanya ke pasien
b) Mencuci tangan
3. Persiapan lingkungan
a) Menutup gorden atau pintu
b) Pastikan privasi pasien terjaga
b. Pelaksanaan
1. Bantu ibu secara psikologis
a) Bangkitkan rasa percaya diri
b) Cobalah membantu mengurangi rasa sakit dan rasa takut dengan teknik
relaksasi
c) Bantu pasien agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya
dengan menimajinasikan bahwa bayinya menanti ASI dari ibunya dengan
dekapan.
2. Bantu kenyamanan posisi ibu
Ibu duduk, bersandar ke depan, melipat lengan diatas meja di depanya dan
meletakan kepalanya diatas lenganya. Payudara tergantung lepas, tanpa baju,
handuk dibentangkan diatas pangkuan pasien. Jika kondisi tidak ada kursi
dan tempat bersandar, ibu bisa dalam posisi duduk.
3. Pada saat duduk minta ibu pusatkan pandangan atau perhatian pada satu titik
atau benda terus-menerus hingga terasa kelopak mata semakin santai, mulai
berkedip perlahan untuk kemudian biarkan kedua mata terpejam. Nikmati
santainya raga dan jiwa. Teknik ini disebut fiksasi mata.
4. Sambil proses mata relaksasi, penolong mulai melakukan pijatan dimulai
dari leher ke punggung (kiri dan kanan) secara bersamaan dimulai dari atas
kemudian kebawah, keatas lagi ke samping lengan dan tangan kiri dan
kanan.
5. Lakukan berulang kurang lebih 3 – 4 kali sambil terus memastikan ibu fokus
dan relaks sebelum kita memasukan sugesti positif. Bantu dengan kata-kata
“jika ada pikiran datang, sementara biarkan saja. Suara apa pun yang ada
tetap membuat diriku semakin tenang/rileks”.
6. Ganti gerakan tangan petugas dengan mengimajinasikan garis sepanjang
tulang belakang kemudian tarik garis imajiner ke kiri dan ke kanan masing-
masing kurang lebih 1 cm. mulai dari atas (dibawah os servik) dengan
menggunakan kedua ibu jari yang diposisikan pada garis imajiner tadi,
lakukan pemijatan dengan arah memutar/sirkuler. Secara berkesinambungan
dan sinergis sampai pinggang. Kemudian pijat kearah atas dengan teknik
yang sama. Lakukan sebanyak 2 kali atau dirasa cukup.
7. Seiring perubahan tangan maka sugesti mulai dilakukan dengan kata-kata
“relaksasi ini membuat saya merasa tenang, damai, dan kelembutan yang
terasa di seluruh tubuh serta pikiran. Saya akan mampu menyusui bayi saya
dengan lancar, lebih mudah dan berbahagia, ASI saya akan keluar melimpah
dan tak ada yang dapat menghalangi bunda dalam memberikan ASI”.
8. Sambil terus memberikan sugesti positif, lakukan hal yang sama dengan
mengganti pijatan ibu jari dengan menggunakan ruas buku jari telunjuk yang
ke dua.
9. Terakhir lakukan dengan menggunakan kepalan tangan dengan arah keatas
dan kebawah secara berlawanan antara tangan kiri dan kanan.
10. Amati respon ibu selama tindakan
c. Evaluasi
1. Evaluasi perasaan dan reaksi ibu, melalui lembar observasi yang meliputi
tingling sensation atau gelenyar, ASI yang dirasa mengalir, dan adanya nyeri
yang berasal dari kontraksi rahim.
2. Evaluasi pengeluaran ASI, dengan teknik memerah
3. Simpulkan hasil kegiatan, hasil kegiatan di informasikan pada ibu nifas
dengan ketentuan :
a) Jika ASI sudah keluar maka metode SPEOS dihentikan dan ibu
dimotivasi untuk terus memberikan ASI untuk mempertahankan
kelancaran pengeluaran ASI
b) Jika ASI belum keluar, maka di lanjutkan pada tahap selanjutnya (point
4. Lakukan kontrak kegiatan selanjutnya, sampai maksimal hari ke tiga
5. Akhiri kegiatan apabila ASI sudah keluar atau maksimal sampai hari ke tiga
6. Cuci tangan dengan prosedur
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Author Judul Metode Hasil Source
Wiwin SPEOS Quasi- Metode SPEOS yang Google
Widayanti, (Endorphins and eksperiment dilakukan selama 3 hari scholar
Suryani Oxytocin Massage al berkontribusi secara
Soepardan, Stimulation and signifikan terhadap
Munayarok Suggestive produksi ASI dari 65,45
h, Anies, Provision) Reduced (±10,94) jam menjadi
Liliana Nur the Duration of
Kholifah, Breast Milk 32,73 (±15,79) jam.
Diyan Production Among
Wahyunings the Puerperal
ih, Santi Women in Midwife
Yuliastuti Private
Practitioners of
Cirebon District
Dewi Pengaruh Metode Quasi- Metode SPEOS lebih Google
Permita Speos terhadap eksperiment efektif untuk ibu nifas scholar
Sari, Heni Produksi ASI pada al dengan masalah
Esti Ibu Post Seksio pengeluaran ASI dengan
Rahayu, Sesarea di Rumah p value 0,000 (p <0,05).
Rohmayanti Sakit Umum Produksi ASI ibu nifas
Daerah Tidar Kota setelah diberikan
Magelang intervensi metode
SPEOS semua ibu
berhasil menyusui karena
produksi ASI nya yang
cukup dengan p value
0,000 (p < 0,05) yang
artinya ada pengaruh
metode SPEOS terhadap
produksi ASI.
Christin Pengaruh Metode Quasi- Rerata produksi ASI Google
Hiyana TD, Stimulasi Pijat eksperiment pada kedua kelompok scholar
Novi Endhorpine, al diperoleh pada kelompok
Susiyanti Oksitosin dan eksperimen yaitu 7,750,
Sugestif (SPEOS) sedangkan rerata
terhadap Produksi produksi ASI pada
ASI pada Ibu Nifas kelompok kontrol 5,050
dengan p-value 0,000.
Diah Eka Metode SPEOS Quasi- Peningkatan Google
Nugraheni, (Stimulasi Pijat eksperiment produksi ASI metode scholar
Kosma Endorphin, al SPEOS dari minggu I s/d
Heryati Oksitosin dan minggu ke 4, dengan p
Sugestif) dapat 0,00. Peningkatan
Meningkatkan produksi ASI terbanyak
Produksi ASI dan pada minggu I (96,17
Peningkatan Berat ml) p 0,00, selanjutnya
Badan Bayi diikuti pada minggu ke 2
sebanyak 18,50 ml
dengan p 0,00, minggu
ke 3 dan ke 4
peningkatan produksi
ASI hampir sama.
Wiwin Efektivitas Metode Quasi- Metode SPEOS dianggap Google
Widayanti “SPEOS” eksperiment lebih efektif untuk ibu scholar
(Stimulasi Pijat al nifas dengan masalah
Endorphin, pengeluaran ASI dengan
Oksitosin dan RR = 3,667
Sugestif) terhadap
Pengeluaran ASI
Pada Ibu Nifas

3.2 Pembahasan
3.2.1 SPEOS (Endorphins and Oxytocin Massage Stimulation and Suggestive Provision)
Reduced the Duration of Breast Milk Production Among the Puerperal Women in
Midwife Private Practitioners of Cirebon District
Penelitian ini menggunakan 44 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok,
kelompok kontrol 22 responden dan kelompok intervensi 22 responden. Intervensi
dilakukan selama 3 hari. Adapun kriteria inklusi yaitu ibu nifas dengan primigravida
pada hari pertama postpartum dan memiliki masalah produksi ASI, responden memiliki
bayi dengan berat lebih dari 2.500 gr, dan bayi akan mendapat ASI hanya selama
penelitian. Sementara kriteria eksklusi yaitu responden yang merokok.
Setelah dilakukan metode SPEOS pada kelompok intervensi didapatkan bahwa
pada 24 jam pertama didapatkan 16 responden menghasilkan ASI, dan pada 48 jam
didapatakan 4 responden menghasilkan ASI, dan pada 72 jam didapatkan 2 responden
menghasilkan ASI. Sementara pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi
didapatkan 6 responden baru menghasilkan ASI setelah 48 jam dan 16 responden
menghasilkan ASI setelah 72 jam.
Metode SPEOS mencakup tiga aspek utama dalam produksi ASI yaitu
menstimulan hormon, saraf, faktor psikologis. Melalui metode ini, ketiga aspek tersebut
dapat dicapai secara berurutan sehingga produksi ASI dapat meningkat di hari pertama
yang akan mengurangi risiko kematian neonatal.
3.2.2 Pengaruh Metode Speos terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Seksio Sesarea di
Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang
Sampel yang digunakan 19 responden dikelompok intervensi dan 19 responden
dikelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 4 responden (21,1%)
produksi ASI sangat kurang, sedangkan setelah dilakukan metode SPEOS bahwa 100%
kelompok yang mendapatkan intervensi produksi ASI dalam kategori cukup. Sementara
perbedaan produksi ASI ibu post seksio sesarea antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol yaitu sebelum dilakukan metode SPEOS terbanyak adalah kategori
sangat kurang yaitu dengan jumlah 9 responden (47,4%) pada kelompok intervensi dan
12 responden (63,2%) pada kelompok kontrol, sedangkan setelah dilakukan tindakan
metode SPEOS semuanya produksi ASI pada kategori cukup pada kelompok intervensi
sedangkan, pada kelompok kontrol dalam kategori kurang dengan jumlah 11 responden
(57,9%).
Metode SPEOS merupakan penggabungan antara stimulasi pijat endhorpin, pijat
oksitosin, dan sugestif. Endorphin adalah salah satu bahan kimia otak yang dikenal
sebagai neurotransmitter yang berfungsi untuk mengirimkan sinyal-sinyal listrik dalam
sistem saraf. Endorphin dapat mengurangi atau meringankan rasa sakit pada ibu yang
akan melahirkan. Diciptakanlah endorphin massage yang merupakan teknik sentuhan
pemijatan ringan yang dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan darah, serta
meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu hamil dengan memicu perasaan nyaman
melalui permukaan kulit. Pijat oksitosin juga mempengaruhi produksi ASI. Hal ini juga
sesuai dengan teori, pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin.
Menyusui dini di jam-jam pertama kelahiran jika tidak dapat dilakukan oleh ibu akan
menyebabkan proses menyusu tertunda. Sugestif positif dilakukan untuk mempersiapkan
agar ASI bisa mengalir dengan lancar dan memenuhi kebutuhan bayi sejak hari
pertamanya lahir di dunia.
3.2.3 Pengaruh Metode Stimulasi Pijat Endhorpine, Oksitosin dan Sugestif (SPEOS)
terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas
Penelitian ini menggunakan 20 responden pada kelompok eksperimen dan 20
responden pada kelompok kontrol. Produksi ASI seluruh responden kelompok
eksperimen termasuk kategori lancar dan pada kelompok kontrol hanya mencapai 50%
yang termasuk kategori lancar. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Man
Whitney dapat dilihat rerata produksi ASI pada kedua kelompok diperoleh pada
kelompok eksperimen yaitu 7,750, sedangkan rerata produksi ASI pada kelompok
kontrol 5,050 dengan p-value 0,000.
Metode SPEOS merupakan gabungan dari stimulasi pijat endhorpine, oksitosin,
dan sugestif yang dilakukan secara berurutan. Peranan hipofisis adalah mengeluarkan
endorfin (endegenous opiates) yang berasal dari dalam tubuh dan efeknya menyerupai
heroin dan morfin. Zat ini berkaitan dengan penghilang nyeri alamiah (analgesik).
Peranan selanjutnya mengeluarkan prolaktin yang akan memicu dan mempertahankan
sekresi air susu dari kelenjar mammae. Sedangkan peranan hipotalamus akan
mengeluarkan oksitosin yang berguna untuk menstimulus sel-sel otot polos uterus dan
menyebabkan keluarnya air susu dari kelenjar mammae pada ibu menyusui dengan
menstimulasi sel-sel mioepitel (kontraktil) di sekitar alveoli kelenjar mammae. Sekresi
air susu akan terhambat apabila ibu merasakan nyeri saat menyusui atau stress
emosional. Inilah peranan SPEOS yang mengurangi nyeri ibu menyusui dan membantu
meredam stress emosional, dengan SPEOS merangsang keluarnya endorfin yang
menenangkan sehingga reflek oksitosin dan prolaktin menjadi lancar. Pada metode
SPEOS ini salah satunya melakukan pijat endorphin dan memberikan sugestive kepada
ibu nifas dimana ketika menggabungkan antara keduanya akan menghasilkan hormon
endorphin yang bertujuan membuat ibu menjadi lebih rileks sehingga produksi ASI akan
semakin lancar.
3.2.4 Metode SPEOS (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin dan Sugestif) dapat
Meningkatkan Produksi ASI dan Peningkatan Berat Badan Bayi
30 Sampel ibu nifas primipara diberi metode intervensi SPEOS pada hari
postpartum pertama mulai 1-6 jam sampai minggu keempat, produksi ASI diukur
sebelum dan setelah intervensi untuk melihat produksi susu dan peningkatan berat badan
bayi. Pijat dilakukan setiap hari dimulai hari ke 1 (1-6 jam post partum) s/d 4 minggu,
lama pijat dimulai dengan 10 menit minggu I, kemudian dinaikkan 15 menit minggu ke
II, lalu dievaluasi bila produksi ASI sedikit maka waktu pijat dinaikkan sampai 20 menit
dan dipertahankan sampai minggu ke IV, penilaian produksi ASI dilakukan dengan cara
memompa ASI, dengan menggunakan pompa Pigeon (ml), ASI dipompa sebelum dan
sesudah pemijatan setiap minggu sampai dengan minggu ke 4, dipompa 2 jam sebelum
bayi menyusui, penimbangan berat badan bayi dilakukan setiap minggu bersamaan
melakukan pemompahan ASI.
Intervensi pada minggu pertama didapatkan produksi ASI rata-rata 3,30 ml
menjadi 99,50 ml. Pada minggu ke-2 produksi ASI sebelum diberikan intervensi
didapatkan rata-rata 96,00 ml dan setelah diberikan intervensi menjadi 114,50 ml.
Sementara pada minggu ke-3 produksi ASI dari 108,50 ml menjadi 125,33 ml. Hal
serupa terjadi pada minggu ke-4 dimana produksi ASI mengalami peningkatan dari
117,83 ml menjadi 135,17 ml.
Metode SPEOS (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin dan Sugestif) ini dilakukan
dengan mengkombinasikan antara pijat endorphin, pijat oksitosin dan sugestif positif
yang bertujuan membantu ibu nifas (menyusui) memperlancar pengeluaran produksi ASI
dengan cara menstimulasi untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin, seorang ibu
menyusui tidak dibantu dari aspek pisik tetapi ibu menyusui dibantu untuk dapat
beradaptasi secara psikologis, dimana hormon oksitosin sensitif dengan kondisi
psikologis ibu, dengan demikian ibu dapat melanjutkan kelangsungan ASI ekslusif.
3.2.5 Efektivitas Metode “SPEOS” (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin dan Sugestif)
terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas
Subjek penelitian dibagi ke dalam dua kelompok yaitu intervensi dan kontrol
masing-masing 22 orang. Pengeluaran ASI pada ibu nifas dengan perlakuan metode
SPEOS berlangsung pada 24 jam setelah melahirkan yaitu 72,2%, sedangkan pada
kelompok tanpa perlakuan berlangsung pada 72 jam setelah melahirkan yaitu 22,2%.
Ada perbedaan yang sangat signifikan pengeluaran ASI antara kelompok perlakuan
metode SPEOS dan tanpa perlakuan, dengan nilai p value 0,000 < alpha (5%). Metode
SPEOS dianggap lebih efektif untuk ibu nifas dengan masalah pengeluaran ASI dengan
RR = 3,667.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Metode SPEOS merupakan penggabungan antara stimulasi pijat endhorpin, pijat
oksitosin, dan sugestif yang merupakan alternatif cara untuk masalah pengeluaran ASI
terutama pada hari-hari pertama kehidupan bayi untuk mencegah risiko kematian
neonatal.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan bacaan
tentang keperawatan maternitas.
4.2.2 Bagi Perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perawat
dalam tindakan mandiri keperawatan yaitu metode SPEOS (Stimulasi Pijat
Endorphin, Oksitosin dan Sugestif) terhadap produksi ASI pada ibu nifas..
4.2.3 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit dalam
penggunaan terapi komplementer khususnya metode SPEOS (Stimulasi Pijat
Endorphin, Oksitosin dan Sugestif) dapat dipertimbangkan untuk menjadi salah
satu tindakan pada pasien yang mengalami hambatan dalam memproduksi ASI
sebagai upaya peningkatan pelayanan di Fasilitas Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Hiyana, C., dan Susiyanti, N. 2016. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan. Pengaruh Metode
Stimulasi Pijat Endhorpine, Oksitosin dan Sugestif (SPEOS) terhadap Produksi ASI
pada Ibu Nifas. 7(2):1-8

Kristiyansari, W. 2009. ASI:Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nugraheni, D.E., dan Heryati, K. 2017. Jurnal Kesehatan. Metode SPEOS (Stimulasi Pijat
Endorphin, Oksitosin dan Sugestif) dapat Meningkatkan Produksi ASI dan Peningkatan
Berat Badan Bayi. 8(1):1-7

Pitriani, R., dan Adriyani, R. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal.
Yogyakarta: Deepbulish

Rahmawati, E. 2014. Jurnal Husada Mahakam . Hubungan Pijat Oksitosin dengan


Pengeluaran ASI pada Ibu Postpartum Hari 1-2 di BPM HJ. NL Kota Balikpapan.
3(8):384-442
Rini, S., dan Kumala, F. 2016. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice.
Yogyakarta: Deepbulish

Riskesdas. 2013. Data Cakupan ASI.

Sari, D.P., Rahayu, H.E., dan Rohmayanti. 2017. University Research Colloquium. Pengaruh
Metode Speos terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Seksio Sesarea di Rumah Sakit
Umum Daerah Tidar Kota Magelang.

Widayanti, W. 2014. Efektivitas Metode “SPEOS” (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin dan
Sugestif) terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas.

Widayanti, W., dkk. 2016. Asian Academic Society International Conference. SPEOS
(Endorphins and Oxytocin Massage Stimulation and Suggestive Provision) Reduced the
Duration of Breast Milk Production Among the Puerperal Women in Midwife Private
Practitioners of Cirebon District.

World Health Organization (WHO). Data Cakupan ASI. Amerika: WHO; 2016.
Lampiran

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)


METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN DAN SUGESTIF)

Penggabungan antara stimulasi pijat endhorpin, pijat oksitosin, dan


Pengertian
sugestif untuk menjaga kebersihan dan menjaga kelancaran aliran ASI
1. Menjaga atau memperlancar ASI
2. Mencegah terjadinya infeksi
Tujuan 3. Memberikan kenyamanan pada ibu
4. Mengurangi bengkak
5. Mengurangi sumbatan ASI
Kebijakan Dilakukan oleh perawat sebagai peningkatan produksi ASI
1. Persiapan alat
a) Kursi (jika ada) / tempat duduk dan tempat bersandar
b) Minyak aromaterapi sesuai keinginan pasien
c) Handuk
d) Foto bayi (jika ada) atau video
Persiapan 2. Persiapan penolong
a) Menyiapkan alat dan mendekatkanya ke pasien
b) Mencuci tangan
3. Persiapan lingkungan
a) Menutup gorden atau pintu
b) Pastikan privasi pasien terjaga
1. Bantu ibu secara psikologis
a) Bangkitkan rasa percaya diri
b) Cobalah membantu mengurangi rasa sakit dan rasa takut dengan
teknik relaksasi
c) Bantu pasien agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang
bayinya dengan menimajinasikan bahwa bayinya menanti ASI dari
ibunya dengan dekapan.
2. Bantu kenyamanan posisi ibu
Ibu duduk, bersandar ke depan, melipat lengan diatas meja di depanya
dan meletakan kepalanya diatas lenganya. Payudara tergantung lepas,
tanpa baju, handuk dibentangkan diatas pangkuan pasien. Jika kondisi
tidak ada kursi dan tempat bersandar, ibu bisa dalam posisi duduk.
Prosedur kerja

3. Pada saat duduk minta ibu pusatkan pandangan atau perhatian pada satu
titik atau benda terus-menerus hingga terasa kelopak mata semakin
santai, mulai berkedip perlahan untuk kemudian biarkan kedua mata
terpejam. Nikmati santainya raga dan jiwa. Teknik ini disebut fiksasi
mata.
4. Sambil proses mata relaksasi, penolong mulai melakukan pijatan
dimulai dari leher ke punggung (kiri dan kanan) secara bersamaan
dimulai dari atas kemudian kebawah, keatas lagi ke samping lengan dan
tangan kiri dan kanan.
5. Lakukan berulang kurang lebih 3 – 4 kali sambil terus memastikan ibu
fokus dan relaks sebelum kita memasukan sugesti positif. Bantu dengan
kata-kata “jika ada pikiran datang, sementara biarkan saja. Suara apa
pun yang ada tetap membuat diriku semakin tenang/rileks”.
6. Ganti gerakan tangan petugas dengan mengimajinasikan garis
sepanjang tulang belakang kemudian tarik garis imajiner ke kiri dan ke
kanan masing-masing kurang lebih 1 cm. mulai dari atas (dibawah os
servik) dengan menggunakan kedua ibu jari yang diposisikan pada garis
imajiner tadi, lakukan pemijatan dengan arah memutar/sirkuler. Secara
berkesinambungan dan sinergis sampai pinggang. Kemudian pijat
kearah atas dengan teknik yang sama. Lakukan sebanyak 2 kali atau
dirasa cukup.

7. Seiring perubahan tangan maka sugesti mulai dilakukan dengan kata-


kata “relaksasi ini membuat saya merasa tenang, damai, dan kelembutan
yang terasa di seluruh tubuh serta pikiran. Saya akan mampu menyusui
bayi saya dengan lancar, lebih mudah dan berbahagia, ASI saya akan
keluar melimpah dan tak ada yang dapat menghalangi bunda dalam
memberikan ASI”.
8. Sambil terus memberikan sugesti positif, lakukan hal yang sama dengan
mengganti pijatan ibu jari dengan menggunakan ruas buku jari telunjuk
yang ke dua.

9. Terakhir lakukan dengan menggunakan kepalan tangan dengan arah


keatas dan kebawah secara berlawanan antara tangan kiri dan kanan.
10. Amati respon ibu selama tindakan
11. Evaluasi perasaan dan reaksi ibu, melalui lembar observasi yang
meliputi tingling sensation atau gelenyar, ASI yang dirasa mengalir,
dan adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim.
12. Evaluasi pengeluaran ASI, dengan teknik memerah
13. Simpulkan hasil kegiatan, hasil kegiatan di informasikan pada ibu nifas
dengan ketentuan :
a) Jika ASI sudah keluar maka metode SPEOS dihentikan dan ibu
dimotivasi untuk terus memberikan ASI untuk mempertahankan
kelancaran pengeluaran ASI
b) Jika ASI belum keluar, maka di lanjutkan pada tahap selanjutnya
(point
14. Lakukan kontrak kegiatan selanjutnya, sampai maksimal hari ke tiga
15. Akhiri kegiatan apabila ASI sudah keluar atau maksimal sampai hari ke
tiga
16. Cuci tangan dengan prosedur

Anda mungkin juga menyukai