Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Filariasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeki

parasit nematoda yang tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini

jarang menimbulkan kematian tetapi dapat menurunkan produktifitas

penderitanya karena timbulnya gangguan fisik. Penyakit ini jarang terjadi

pada anak karena manifestasi klinisnya timbul setelah bertahun–tahun

kemudian setelah terinfeksi. Gejala pembengkakan kaki muncul karena

sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada

usia diatas 30 tahun setelah terpapar parasit selama bertahun-tahun. Oleh

karena itu filariasis sering juga disebut dengan penyakit kaki gajah.

Akibat bagi penderitanya adalah kecacatan permanen yang sangat

mengganggu produktifitas.12 Terdapat tiga spesies cacing penyebab

Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti (W.brancrofti), Brugia malayi

(B.malayi), Brugia timori (B.timori).³

Orang yang terinfeksi mikrofilaria akibat adanya larva caing ini di

dalam tubuhnya, tidak selalu menimbukan gejala. Gejala yang timbul

biasanya diakibatkan oleh larva cacing yang merusak kelenjar getah

bening sehingga mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh limfa.

Gejala yang timbul biasanya berupa pembengkakan (edema) di daerah

tertentu (pada aliran pembuluh limfa di dalam tubuh manusia). Gejala ini

dapat berupa pembesaran tungkai / kaki (kaki gajah) atau lengan dan

1
pembesaran skrotum /vagina yang pembengkakan (edema) nya bersifat

permanen. Penyakit filariasis bersifat menahun (kronis) dan jarang

menimbulkan kematian pada penderitanya. Namun, bila penderita tidak

mendapatkan pengobatan, penyakit ini dapat menimbulkan cacat menetap

pada bagian yang mengalami pembengkakan (seperti: kaki, lengan dan

alat kelamin) baik pada penderita laki-laki maupun perempuan. ¹

Penyakit filariasis timbul atau ditemukan di negara-negara tropis

dimana jenis cacing tersebut di atas pernah ditemukan. Cacing jenis W.

brancrofti ditemukan di Amerika Latin (Suriname, Guyana, Haiti dan

Costarica), Afrika, Asia dan Pulau-pulau pasifik. Cacing jenis B. Malayi

ditemukan di Malaysia, Filipina dan Thailand dan cacing jenis B. Timori

ditemukan di Indonesia (Pulau Alor, Flores dan Rote). Saat ini,

diperkirakan larva cacing tersebut telah menginfeksi lebih dari 700 juta

orang di seluruh dunia, dimana 60 juta orang diantaranya (64%) terdapat

di regional Asia Tenggara. ²

Di Asia Tenggara, terdapat 11 negara yang endemis terhadap

filariasis dan salah satu diantaranya adalah Indonesia. Indonesia

merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk

terbanyak dan wilayah yang luas namun memiliki masalah filariasis yang

kompleks. Di Indonesia, ke tiga jenis cacing filaria (W. brancrofti, B.

malayi dan B. timori) dapat ditemukan.Di Indonesia penyakit kaki gajah

tersebar luas hampir di seluruh propinsi.Berdasarkan laporan dari hasil

survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647

2
puskesmas tersebar di 231 Kabupaten, 26 Propinsi sebagai lokasi yang

endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survei

laboratorium,melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata mikrofilaria rate

(Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria

dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk ketularan

karena vektornya tersebar luas.²

Hasil mapping yang dilakukan oleh dinas kesehatan sampai

dengan tahun 2006 didapatkan bahwa kasus kronis tersebar dari 33

provinsi, dengan 377 kabupaten dan kota dengan jumlah kasus kronis

10.289 orang..

Berdasarkan laporan tahun 2009, tiga provinsi dengan jumlah

kasus terbanyak filariasis adalah Nanggroe Aceh Darusalam (2.359

orang), Nusa Tenggara Timur (1.730 orang) dan Papua (1.158 orang).

Sedangkan untuk wilayah Kalimantan, jumlah penderita terbanyak berada

di provinsi Kalimantan Timur (409 orang), provinsi Kalimantan Selatan

(385 orang), provinsi Kalimantan Barat (253 orang), dan Provinsi

Kalimantan Tengah (225 orang). Walaupun Kejadian filariasis di

Kalimantan belum sangat menonjol bila dibandingkan dengan provinsi

dengan jumlah kasus tertinggi di seluruh Indonesia, namun hal ini sudah

memprihatinkan, dalam survei tahun 2012 terdeteksi di Kalimantan

Selatan dengan prevelansi 0,4 per seribu penduduk (rentang 0,4-1 per

seribu penduduk). Hal ini memerlukan perhatian untuk ditindak lanjuti,

dan dicari kemungkinan penyebabnya.¹

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen9 halaman
    Bab 3
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Mata Guweh
    Mata Guweh
    Dokumen52 halaman
    Mata Guweh
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • ISPA Oyee
    ISPA Oyee
    Dokumen24 halaman
    ISPA Oyee
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • DAPUS
    DAPUS
    Dokumen1 halaman
    DAPUS
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Assesment Urologi
    Assesment Urologi
    Dokumen19 halaman
    Assesment Urologi
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen7 halaman
    Bab Ii
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Fraktur Mandibula 2013
    Fraktur Mandibula 2013
    Dokumen6 halaman
    Fraktur Mandibula 2013
    zuliekowahyudi
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen1 halaman
    Bab 5
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Cover Lapsus
    Cover Lapsus
    Dokumen2 halaman
    Cover Lapsus
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka 1
    Daftar Pustaka 1
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka 1
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Sesi 11 MFK Manajemen Puskesmas
    Sesi 11 MFK Manajemen Puskesmas
    Dokumen34 halaman
    Sesi 11 MFK Manajemen Puskesmas
    110111131
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Dalam
    Portofolio Dalam
    Dokumen20 halaman
    Portofolio Dalam
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen1 halaman
    Bab Iv
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Referat Manajemen Puskes
    Referat Manajemen Puskes
    Dokumen34 halaman
    Referat Manajemen Puskes
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Puskes
    Manajemen Puskes
    Dokumen28 halaman
    Manajemen Puskes
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • 02 Perdarahan Pasca Persalinan1
    02 Perdarahan Pasca Persalinan1
    Dokumen38 halaman
    02 Perdarahan Pasca Persalinan1
    Meita Rakhmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Bab 1
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Kesling Puskesmas Usu
    Kesling Puskesmas Usu
    Dokumen35 halaman
    Kesling Puskesmas Usu
    Nasrizarni Ririn
    Belum ada peringkat
  • Penggunaan Obat Pada Pediatric
    Penggunaan Obat Pada Pediatric
    Dokumen5 halaman
    Penggunaan Obat Pada Pediatric
    Yonas Sinseng
    Belum ada peringkat
  • Referat Manajemen Puskes
    Referat Manajemen Puskes
    Dokumen34 halaman
    Referat Manajemen Puskes
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Dapus Referat
    Dapus Referat
    Dokumen1 halaman
    Dapus Referat
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Dokumen2 halaman
    Cover Referat
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Nawis Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Kel 7 Pusk Manajemen Puskesmas
    Kel 7 Pusk Manajemen Puskesmas
    Dokumen29 halaman
    Kel 7 Pusk Manajemen Puskesmas
    Diah Permata
    Belum ada peringkat