Bab Isi
Bab Isi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi
lain banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan
terpaksa dirawat di rumah dan tidak dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan.
Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apabila
yang secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai
kesembuhan,
tindak lanjut keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami
1
Perawatan Kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah konsep baru dalam
sistem pelayanan kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini
sudah dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu Willian Rathbone of
sakit terutama terutama mereka dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi,
kebersihan diri dan lingkungan, dan gizi buruk sehingga beresiko tinggi terhadap
masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna mewujudkan
visi dan misi tersebut berbagai program kesehatan telah dikembangkan termasuk
Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu
Selain Home Care, di Indonesia juga di kenal pelayanan One Day Care atau
pelayanan rawat sehari yang merupakan perawatan dalam jangka waktu pendek
(relatif singkat), yaitu 1 hari atau 24 jam. Menurut penelitian hampir 70% rumah sakit
Indonesia menerapkan sistem one day care. Pelayanan One Day Care menghindarkan
pasien dari terjadinya infeksi nosokomial karena pasien tidak perlu di rawat lama di
rumah sakit sehingga dapat menekan biaya yang dikeluarkan oleh pasien.
B. Rumusan Masalah
2
2. Bagaimana Konsep Debridement Luka?
C. Tujuan
D. Manfaat
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik dibidang
profesi agar dapat menerapkan tindakan keperawatan yang sesuai dalam home care.
Pada mahasiswa, untuk dapat menjadi sarana belajar untuk menambah wawasan dan
di rumah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Home care adalah komponen dari pelayan kesehatan yang disediakan untuk
Defenisi ini menggabungkan komponen dari home care yang meliputi pasien,
yaitu untuk membantu pasien kembali pada level kesehatan optimum dan
Neis dan Mc. Ewen (2010) menyatakan home care adalah system dimana
cacat atau orang-orang yang bagus harus tinggal di rumah kerena kondisi
penyedian peralatan dan jasa pelayanan keperawatan kepada pasien di rumah yang
diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan
sesuai hukum.
e. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat.
5
h. SK Menpan No. 94 /KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
j. Permenkes No. 920 tahun 1966 tentang pelayanan medik swasta (Ode, 2012)
Menurut Stanhope (1996), tujuan utama dari home care adalah mencegah
terjadinya suatu penyakit dan meningkatkan kesehatan pasien. Tujuan yang paling
dalam makalahnya pada seminar nasional 2007 tentang home care : “Bukti
di rumah adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga. Secara
khusus home care bertujuan untuk meningkatkan upaya promotif, prefentif, kuratif,
d. Kebutuhan pasien akan dapat terpenuhi sehingga pasien akan lebih nyaman dan
6
5. Lingkup Pelayanan Home Care
care adalah :
intervensi keperawatan.
7
h. Bertanggung jawab terhadap pasien dan keluarga akan pelayanan yang bermutu
i. Memelihara hubungan diantara anggota tim untuk menjamin agar kegiatan yang
(Tribowo, 2012).
untuk perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan yang diberikan
8
c. Melakukan kooordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara
berkelompok
keperawatan klien di rumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut ke rumah
sakit dan memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan
pembiayaan terhadap klien sesuai dengan pelayanan atau asuhan yang diterima
oleh klien.
merupakan rujukan dan klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun
a. Pasien pasca rawat inap atau rawat jalan harus terlihat terlebih dahulu oleh dokter
untuk menentukan apakah secara medis layak untuk dirawat di rumah atau tidak.
b. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat dirumah,
maka dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari
diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan,
9
c. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan
kasus.
(Ode, 2012)
a. Dokter
pasien. Rencana perawatan meliputi: diagnosa, status mental, tipe pelayanan dan
b. Perawat
tidak langsung. Direct care yaitu aspek fisik actual dari perawatan, semua yang
membutuhkan kontak fisik dan interaksi face to face. Aktivitas yang termasuk
pemasangan dan penggantian kateter, dan terapi intravena. Direct care juga
menjalankan suatu prosedur dengan benar. Indirect care terjadi ketika pasien
10
tidak perlu mengadakan kontak personal dengan perawat. Tipe perawatan ini
terlihat saat perawat home care berperan sebagai konsultan untuk personil
kesehatan yang lain atau bahkan pada penyedia perawatan di rumah sakit.
c. Physical therapist
pasif dan aktif. Perawatan tidak langsung meliputi konsultasi dengan petugas
d. Speech pathologist
kesehatan mereka.
Tugas dari home health aide adalah untuk membantu pasien mencapai level
(Bukit, 2008).
11
10. Skill Dasar yang Harus Dikuasai Perawat Home Care
tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat home care antara
lain
a. Vital sign
d. Memasang kateter
g. Suction
h. Memasang peralatan
k. Pengambilan preparat
l. Pemberian huknah
m. Kebersihan diri
o. Pendidikan kesehatan
r. ROM
t. Perawatan luka
u. Kegawatdaruratan
12
v. Pemeriksaan KGD, Kolestrol, Asam urat
w. EKG
B. Konsep Debridement
1. Definisi Debridement
dari kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi tubuh.Caranya
perwatan luka yang fungsinya utuk menyerap dan mengangkat bagian-bagian luka
2. Tujuan Debridement
dengan rasa nyeri yang minimal pada pasien serta trauma jaringan yang minimal
pula.untuk luka yang kotor,mencelupkan bagian yang cidera ke dalam air yang sama
dengan suhu tubuh , dapat meredakan nyeri dan dapat membantu menghilangka
Debris yang tertahan dan jaringan mati harus dibersihkan dengan tindakan
kemudian.
hebat dan daerah tidak teratur yang dapat mengganggu penutupan luka. Untuk
Perhatian :eksisi total ini hanya dilakukan untuk luka yang tidak melibatkan
13
b. Debridement selektif : Pada beberapa situasi, cara terbaik adalah membersihkan
jaringan mati. Tidak perlu melakukan tes laboratorium untuk melakukan vabilitas
jaringan, yang berarti jaringan harus dinilai melalui inspeksi yang cermat. Tanda
dari jaringan nekrosis berupa adanya warna abu-abu atau kehitaman dan ketika
diinsisi hanya timbul sedikit pendarahan. Semua jaringan mati kecuali jariangan
Tepi luka yang tidak teratur atau robek-robek menunjukan luka hebat
jaringan lokal dan harus diratakan. Jika pada evaluasi awal atau selanjutnya, tampak
bahwa debrideman akan mencegah penutupan luka tanpa takanan, maka konsultasi
dengan seorang ahli bedah. Kulit yang menonjol karena trauma harus dinilai secara
seksama apakah terdapat pengisian kapiler dan kongesti vena. Adanya pengisian
kapiler yang cepat atau sianosis di daerah tersebut menunjukan adanya obstruksi
vena. Bila terdapat batas yang jelas avtara daerah normal dengan abnormal maka
bagian yang abnormal harus dieksisi. Jika di daerah perfusi tidak mempunyai batas
tegas maka luka harus dibersihkan dan diamati dengan seksama. Konsultasi dengan
Masalah pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren, merupakan
penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita diabetes. Perawatan
rutin ulkus, pengobatan infeksi, amputasi dan perawatan di rumah sakit membutuhkan
biaya yang sangat besar tiap tahun dan menjadi beban yang sangat besar dalam sistem
deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit vaskuler perifer.
14
Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus diabetes yang menyeluruh dan sistematik dapat
membantu memberikan arahan perawatan yang adekuat. Dasar dari perawatan ulkus
diabetes meliputi 3 hal yaitu debridement, offloading dan kontrol infeksi (Kruse I,
Edelman S, 2006). Ulkus kaki pada pasien diabetes harus mendapatkan perawatan
karena ada beberapa alasan, misalnya unfuk mengurangi resiko infeksi dan amputasi,
Ulkus diabetes adalah suatu luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke dalam
dermis, yang biasanya terjadi di telapak kaki (Jones R, 2007). Menurut The National
Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease, diperkirakan 16 juta orang
Amerika Serikat diketahui menderita diabetes, dan jutaan diantaranya beresiko untuk
menderita diabetes. Dari keseluruhan penderita diabetes, 15% menderita ulkus di kaki,
dan 12-14% dari yang menderita ulkus di kaki memerlukan amputasi (Beckman JA,
Creager MA, Libby P, 2002). Separo lebih amputasi non trauma merupakan akibat dari
komplikasi ulkus diabetes, dan disertai dengan tingginya angka mortalitas, reamputasi
dan amputasi kaki kontralateral. Bahkan setelah hasil perawatan penyembuhan luka
bagus, angka kekambuhan diperkirakan sekitar 66%, dan resiko amputasi meningkat
sampai 12% (Jones R, 2007). Komunitas Latin di Amerika (Hispanik), Afro Amerika
2002). Menurut Medicare, prevalensi diabetes sekitar 10% dan 90% diantaranya
adalah penderita diabetes tipe II. Neuropati diabetik cenderung terjadi sekitar 10 tahun
15
setelah menderita diabetes, sehingga kelainan kaki diabetik dan ulkus diabetes dapat
terjadi setelah waktu itu (Frykberg RG. Diabetic Foot Ulcer, 2002).
penyakit arterial, tekanan dan deformitas kaki (Frykberg RG. Diabetic Foot Ulcer,
2002).
peningkatan gula darah yang lama sehingga menyebabkan kelainan vaskuler dan
perubahan kadar bahan vasoaktif seperti nitrit oxide mempengaruhi fungsi dan
perbaikan saraf. Kadar glukosa yang tidak teregulasi meningkatkan kadar advanced
glycosylated end product (AGE) yang terlihat pada molekul kolagen yang
(carpal, cubital, dan tarsal tunnel). Kombinasi antara pembengkakan saraf yang
akan menderita penyakit atherosklerosis pada arteri besar dan sedang, misalnya
pada aortailiaca, dan femoropoplitea. Alasan dugaan bentuk penyakit arteri ini pada
16
penderita diabetes adalah hasil beberapa macam kelainan metabolik, meliputi kadar
viskositas darah yang terjadi pada pasien diabetes timbul berawal pada kekakuan
mernbran sel darah merah sejalan dengan peningkatan aggregasi eritrosit, Karena
sel darah merah bentuknya harus lentur ketika melewati kapiler, kekakuan pada
membran sel darah merah dapat menyebabkan hambatan aliran dan kerusakan pada
endotelial. Glikosilasi non enzimatik protein spectrin membran sel darah merah
Akibat yang terjadi dari dua hal tersebut adalah peningkatan viskositas darah.
Mekanisme glikosilasi hampir sama seperti yang terlihat dengan hemoglobin dan
berbanding lurus dengan kadar glukosa darah. Penurunan aliran darah sebagai
akan meningkatkan viskositas darah. Iskemia perifer yang terjadi lebih lanjut
Efek merugikan oleh hiperglikemia terhadap aliran darah dan perfusi jaringan
3. Deformitas kaki Perubahan destruktif yang terjadi pada kaki Charcot menyebabkan
17
cuneiform, navicular dan tulang kecil lainnya dimana akan menambah panjang
lengkung pada kaki. Perubahan degeneratif ini nantinya akan merubah cara berjalan
kolaps pada kaki. Ulserasi, infeksi, gangren dan kehilangan tungkai merupakan
hasil yang sering didapatkan jika proses tersebut tidak dihentikan pada stadium awal
(Frykberg RG. Diabetic Foot Ulcer, 2002). Tekanan Diabetes dapat memberikan
dampak buruk pada beberapa sistem organ termasuk sendi dan tendon. Hal biasanya
tejadi pada tendon achiles dimana advanced glycosylated end prodruct (AGEs)
gerakan dorsofleksi telapak kaki, dengan kata lain arkus dan kaput metatarsal
mendapatkan tekanan tinggi dan lama karena adanya gangguan berjalan (gait).
Hilangnya sensasi pada kaki akan menyebabkan tekanan yang berulang, injuri dan
atau kaki Charcot; tekanan yang terus menerus dan pada akhirnya terjadi kerusakan
jaringan lunak. Tidak terasanya panas dan dingin, tekanan sepatu yang salah,
kerusakan akibat benda tumpul atau tajam dapat menyebabkan pengelepuhan dan
ulserasi. Faktor ini ditambah aliran darah yang buruk meningkatkan resiko
kehilangan anggota gerak pada penderita diabetes (Frykberg RG. Diabetic Foot
Ulcer, 2002).
18
BAB III
Latar Belakang : Ulkus kaki merupakan luka yang terjadi pada kaki pasien
penderita diabetes dan merupakan komplikasi kronik yang diakibatkan oleh penyakit
itu sendiri (SWRWC, 2011). Salah satu pelayanan rumah sakit kepada pasien
ledalam kriteria contohnya luka sudah menjalar dan jaringan sudah tidak dapat
memperbaiki atau biasa orang awan menyebut gangren. Perawatan ulkus kaki diabetes
mellitus harus dilakukan secara multi disiplin dimana seorang dokter harus selalu
mengontrol kadara gula darah rutin ,perawat melakukan perawatan luka dan ahli gizi
melaksanakan program diet untuk diberikan kepada pasien. Tujuan Perawatan Post
fungsi pasien semaksimal mungkin, mempertahankan konsep diri dan pasien sebelum
pulang. Dan dari data yang diperoleh di RSUD Sukoharjo khususnya ruang Gladiol
atas data pasien dengan Diabetes Melitus sebanyak 30 orang selama 6 bulan terakhir
dan yang mendapatkan tindakan debridement sebanyak 6 orang. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk mengambil judul kasus “Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Post Operasi Debridemen Ulkus Diabetes Melitus di Ruang Gladiol Atas
RSUD Sukoharjo”.
19
Tujuan : memahami tentang asuhan keperawatan post debridement ulkus
hasil, keluhan nyeri pada klien menurun dari 5 menjadi 2, tidak adanya tanda-tanda
yaitu nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan, kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan post debridement ulkus diabetes mellitus dan dari ketiga diagnosa
teratasi sebagian.
Kata Kunci : Diabetes Melitus, Post Debridement, Nyeri, Integritas Kulit, Resiko
Infeksi.
peningkatan pula kejadian komplikasi diabetes, salah satunya yaitu luka pada kaki
diabetes (diabetic foot ulcer). Ada tiga faktor yang menunjang timbulnya kaki diabetik
yaitu gangguan persarafan (neuropati), infeksi, dan gangguan aliran darah. penelitian
baik dalam mendebridemen dan jaringan granulasi dapat tumbuh lebih cepat. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifitasan penyembuhan luka dengan
20
Metode : Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain
eksperimental. Populasi adalah seluruh pasien diabetes yang mengalami ulkus. Teknik
namun ternyata data penelitian tidak terdistribusi dengan normal sehingga dipilih uji
taraf signifikansi sebesar 5% diperoleh nilai = 0,000 dengan nilai Z hitung sebesar
6,482 dan mean rank 45,08:15,92 (3:1) artinya hydrogel lebih efektif dibandingkan
NaCl 0,9% dalam penyembuhan luka ulkus DM di RSU Kota Semarang. Perbaikan
luka ulkus dengan hydrogel mengalami penurunan mean 10-13 poin sedangkan
penggunaan NaCl 0,9% hanya menurun mean 2-3 poin dalam 9 hari (Skala Bates-
Jansen).
penggunaan hydrogel dalam perawatan ulkus DM atau luka kotor lain yang mengalami
Kata Kunci : Perawatan Luka, NaCl 0,9%, Hydrogel, Ulkus Diabetes Mellitus
21
DAFTAR PUSTAKA
22