Anda di halaman 1dari 49

73

BAB III

TINJAUAN KASUS (ANALISA SITUASI)

A. Analisa Situasi Ruangan

1. Gambaran Umum RSUD. I. A MOEIS SAMARINDA

RSUD. I. A. Moeis Samarinda terletak di jalan Jl. H.A.M.M.

Rifaddin, Kecamatan Samarinda Seberang. Rumah Sakit Umum

Daerah I. A. Moeis merupakan rumah sakit tipe C. RSUD. I. A. Moeis

Samarinda saat ini sebagai wahana pendidikan klinik berbagai institusi

pendidikan baik pemerintah maupun swasta juga bekerja sama

dengan Perguruan tinggi kesehatan yang ada di Kalimantan Timur.

Gambaran visi dan misi RSUD I. A. Moeis Samarinda :

1. Visi : “ Rumah Sakit Yang Berkualitas Pilihan Masyarakat ”.

2. Misi :

a) Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu,

berkeadilan sesuai kebutuhan masyarakat

b) Menyelenggarakan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis

yang baik.

c) Mewujudkan profesionalisme dan kesejahteraan sumber daya

rumah sakit.

d) Meningkatkan ketersediaan dan kualitas sarana, prasarana,

alat kesehatan dan anggaran rumah sakit secara

berkelanjutan.
74

3. Motto RSUD I. A. Moeis Samarinda adalah sebagai berikut :

“Kami Peduli Kesehatan Anda”

4. Falsafah RSUD I. A. Moeis

“Kami sangat peduli dengan pelanggan sehingga kami mampu

mewujudkan pelayanan yang dapat dipercaya. Kami sangat peduli

sehingga kami selalu bersikap aktif, responsif dan empati dalam

memberikan pelayanan yang dapat dipercaya untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan.”

5. Tujuan RSUD I. A. Moeis

Untuk memenuhi pelayanan kesehatan yang cukup baik promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD Moeis telah menyediakan 141

tempat tidur untuk memenuhi kebutuhan seluruh lapisan

masyarakat dari pelayanan rawat inap kelas 3 hingga VIP dengan

mengupayakan pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat.

1. Pelayanan Rawat Inap Kelas IIIA berjumlah 25 Tempat Tidur

2. Pelayanan Rawat Inap Kelas IIIB berjumlah 64 Tempat Tidur

3. Pelayanan Rawat Inap Kelas II berjumlah 16 Tempat Tidur

4. Pelayanan Rawat Inap Kelas 1 Berjumlah 20 Tempat Tidur

5. Pelayanan Rawat Inap VIP berjumlah 10 Tempat Tidur


75

2. Gambaran Ruangan Karang Asam

Ruang Karang Asam adalah ruang perawatan dewasa kelas III, terdiri

dari 65 tempat tidur. Setiap ruang perawatan terdiri dari 3-4 bed dan

2 ruang isolasi dengan 5 bed. Ruang Karang Asam merupakan salah

satu ruang perawatan rawat inap khusus untuk pasien dewasa laki-

laki, perempuan dan anak-anak, yang digunakan mahasiswa sebagai

tempat pembelajaran praktek manajemen keperawatan, dimana

metode penugasan asuhan keperawatan yang digunakan adalah

metode tim dan fungsional yang dibagi berdasarkan shift pagi

menggunakan tim sedangkan shift sore dan malam menggunakan

fungsional.

3. Metode Pengkajian

Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk

identifikasi masalah dilakukan dengan metode :

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan,

proses pelayanan, keadaan inventaris ruangan dan asuhan

keperawatan yang langsung dilakukan ke pasien.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada Kepala Ruangan, CCM, Ketua Tim,

perawat pelaksana, keluarga pasien untuk mengumpulkan data

tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.


76

c. Studi Dokumentasi

Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai

karakteristik pasien, ketenagaan, dokumentasi proses

keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap ruangan, dan

inventaris ruangan.

d. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengetahui fungsi manajemen

ruangan, pelaksanaan metode tim keperawatan dan kepuasan

pasien.

e. Studi Kepustakaan

Berasal dari literatur yang memilki materi manajemen keperawatan

mencakup pengolahan sistem manajemen rumah sakit.

4. Gambaran Pengumpulan Data Ruang Karang Asam

Ruang Karang Asam adalah ruang rawat inap kelas III yang

memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien dewasa laki-laki,

perempuan dan anak dengan jenis penyakit medis dan bedah.

B. Sistem Manajemen Ruang Karang Asam

1. Man/ Ketenagaan (M1)

a. Struktur Organisasi

Ruang Karang Asam RSUD I. A. Moeis Samarinda dipimpin oleh

kepala ruangan dan dibantu oleh wakil kepala ruangan, 3 Ketua

Tim, 25 perawat pelaksana, administrasi 2 orang, serta 3 orang


77

cleaning service (CS). Adapun struktur Organisasinya adalah :

STRUKTUR ORGANISASI PERAWAT RUANG KARANG ASAM

KEPALA RUANGAN

NS. Zakaria Ahmad Dahlan S.Kep

WAKIL KEPALA RUANGAN

Ns. Shinta Annisa Faathir S. Kep

ADMINISTRASI

1. Maisarah
2. Nurul

KETUA TIM 1 KETUA TIM 2 KETUA TIM 3

Supriadi A.Md, Kep Sari Noor Ifina A.md, Kep Ardiansyah. S.Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

1. Yuli Birinia Amd.Kep 1. Sri Rahayu Amd.Kep 1. Surti Kanti Amd.Kep


1. Miftahui J Amd.kep
2. Ratih F. Weni Amd.Kep 2. Husnul K Amd.Kep 2. Yudha A Amd.Kep
2. Novianita Amd.kep
3. Kiki N Shandy S.St 3. Fitriani Amd.Kep 3. Rusminarti Amd.Kep
3. M. Ikhwan Amd.kep
4. Fir Ali Amd.Kep 4. Dwi Fajar Amd.Kep 4. Maya A Amd.Kep
4. Surgiani Sejati Amd.kep
5. Leo Alexander Amd.Kep 5. Noor Laila Amd.Kep 5. Lis N P A Amd.Kep
5. Nurul Laili Amd.Kep
6. Adharisah Amd.Kep 6. Rosna Amd.Kep 6. Ns. Nuur Halimah S.Kep
6. Achmad Aris R Amd.Kep
7. Nur Laila S Amd.Kep 7.
78

b. Jumlah Tenaga Perawat di Ruang Karang Asam RSUD. I. A Moeis

Samarinda saat pengkajian observasi, wawancara, kuesioner

selama 3 hari adalah sejumlah 30 orang, dikarenakan cuti 1 orang

menjadikan jumlah perawat yaitu 29 orang.

Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Usia
Di Ruang Karang Asam RSUD I. A Moeis Samarinda

Usia Frekuensi Persen


22-30 Tahun 15 51.7
31-40 Tahun 13 44.8
> 40 Tahun 1 3.4
Total 29 100,0

Sumber : Data Primer Ruang Karang Asam Tahun 2018


Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah tenaga

keperawatan diruang Karang Asam mayoritas berusia 22 – 30

tahun.

Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Ruang Karang Asam RSUD I.A Moeis Samarinda
Klasifikasi Pendidikan Jumlah Presentase

Ners 3 orang 10.3 %


S.kep 1 orang 3.4 %
S.ST 1 orang 3,4 %
A.Md.Kep 24 orang 82.8 %

Total 29 orang 100%


Sumber : Data Primer Ruang Karang Asam Tahun 2018
79

Berdasarkan dari hasil tingkat pendidikan didapatkan A.Md.Kep

dengan jumlah 24 orang dengan presentase 82.8 %.

Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Jumlah Tenaga Keperawatan
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang Karang Asam
RSUD I. A Moeis Samarinda

Jenis Kelamin Frequency Valid Percent


Laki-Laki 9 31.0
Perempuan 20 69.0
Total 29 100,0

Sumber : Data Primer Ruang Karang Asam Tahun 2018

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tenaga keperawatan

di ruang Karang Asam adalah didominasi oleh jumlah perawat

perempuan yaitu 21 orang dengan presentase 69.0%.

Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi Jumlah Tenaga Keperawatan
Berdasarkan Status Pegawai Di Ruang Karang Asam
RSUD .I. A. MOEIS SAMARINDA

Status Frekuensi Persen


honor 8 27.6
PNS 21 72.4
Total 29 100,0

Sumber : Data Primer Ruang Karang Asam Tahun 2018


Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga

keperawatan di ruang Karang Asam adalah paling banyak


80

berstatus Honorer. Yaitu dengan jumlah 21 orang dengan

presentase 72.4%.

c. Jumlah Kebutuhan Perawat

Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah suatu proses

membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak dan

dengan kriteria tenaga yang seperti

apa pada suatu ruangan tiap shiftnya. Beberapa ahli telah

mengembangkan beberapa formula untuk menetapkan jumlah

tenaga tersebut. Formula juga dapat digunakan untuk menilai dan

membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini sesuai, kurang

atau berlebih. Formula tersebut antara lain :

1. Menurut Dougles :

Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat
Di Ruang Karang Asam RSUD. I. A. MOEIS Samarinda

Jumlah pasien pada tanggal 12 november 2018 sebanyak 47


pasien. Terdiri dari 31 pasien minimal care, 14 pasien parsial care
dan 2 pasien total care.

Minimal Parsial total jumlah

Pagi 0,17 x 31 = 5,27 0,27 x 14 = 3,78 0,36 x 2 = 0,72 9,67 (10) orang
Sore 0,14 x 31 = 4,34 0,15 x 14 = 2,1 0,30 x 2 = 0,6 7,04 (7) orang
malam 0,07 x 31 = 2.17 0,10 x 14 = 1,4 0,20 x 2 = 0,4 3.97 (4) orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 21 orang/ hari
81

Kesimpulan : Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah

tenaga perawat yang dibutuhkan setiap hari adalah 10+7+4= 21

perawat. Dalam shift pagi sebanyak 10 perawat ( 5 orang TIM 1

dan 5 orang TIM 2), shift sore 7 perawat (3 orang TIM 1 dan 4

orang TIM 2), shift malam 4 perawat (2 orang TIM 1 dan 2 orang

TIM 2).

2. Menurut Gillis
Rumus :

∑ jam kep yg Rata-rata ∑ jam kep yg dibutuhkan x sensus

psn/hr X ∑ hr/thn = dibutuhkan/th psn/hr

Hari/thn - hari libur msg2 X ∑ jam kerja ∑ jam kerja

perawat msg prwt pwt perth

= jumlah perawat di unit tsb

Rasio perawat ahli ; trampil : trampil = 55% : 45%

Proporsi dinas pagi: sore : malam = 47% : 36 : 17%

Bangsal karang asam kelas 3 rata-rata pelayana

keperawatannya per hari 4 jam /klien. Jumlah klien/hari rata-rata

40 klien, jam kerja 40 jam (5 hari/minggu, 14 hari cuti/tahun, 120

hari libur per tahun. Hitung kebutuhan perawat di bangsal

tersebut : Jawab:
82

4 jam x 40 klien x 365 = 58400

(365 hr – 134 hr) x 8 jam = 1848 = 31 perawat

Jadi, menurut perhitungan rumus Gillis ruang Karang Asam

membutuhkan 31 Perawat.

3. Menurut PPNI

Rumus :

Keterangan :

Tp = Total Pasien

A = Rata-rata jam

TT = Tempat Tidur

Jumlah pasien di ruang Karang Asam 47 pasien dengan


pembagian :

Mandiri care : 31 pasien

Parsial Care : 14 pasien

Total Care : 2 pasien

Dari data tersebut terlebih dahulu menghitung jam asuhan yang


diberikan :
83

Mandiri Care : (31x1Jam) + (31+1Jam) + (31x0,25) = 69,75 Jam

Parsial Care : (14x3Jam) + (14x1Jam) + (14x0,25) = 59,5 Jam

Total Care : (2x6Jam) + (2x1Jam) + (2x0,25) = 14,05 Jam

Total Jam Asuhan : 69,75 + 59,5 + 14,05 = 143,3 jam / 47


pasien

Maka rata-rata jam asuhan = 3,04

Maka Jumlah keseluruhan kebutuhan tenaga keperawatan


adalah :

TP = 3,04 x 52 x 7 x 47 = 31,71 x 125% = 39 orang perawat


1640
Jadi, menurut rumus PPNI jumlah perawat yang dibutuhkan di

Karang Asam ialah 39 orang perawat.

d. Hasil Wawancara Kepala Ruangan

1) Perencanaan

a) Tujuan ruangan

Dari hasil wawancara kepala ruangan menyatakan

bahwa ruang Karang Asam memiliki tujuan : Memberikan

pelayanan/ asuhan keperawatan kepada pasien dengan

berdasarkan standar satuan asuhan keperawatan (SAK) dan

standar prosedur operasional dengan memperhatikan

kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual; Menjadikan ruang


84

Karang Asam sebagai tempat pelayanan instalasi rawat inap

yang aman dan nyaman; dan menciptakan iklim kerja yang

kondusif yang menunjang kegiatan proses belajar mengajar

dalam pendidikan/ perkembangan keperawatan

b) Kepala ruangan memiliki rencana harian, bulanan dan

tahunan yang telah terdokumentasi dalam buku

perencanaan yang dibuat oleh kepala ruangan.

Dari hasil wawancara kepala ruangan menyatakan

bahwa sudah ada rencana harian, bulanan, dan tahunan

telah terdokumentasikan dengan baik dalam buku

perencanaan. Misalnya rencana pegawai yang mengajukan

cuti, pegawai yang melakukan pelatihan, pengadaan barang

ruangan.

2) Ketenagaan

a) Jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang Karang Asam

belum sesuai dengan rumus berdasarkan Dougles, Gillis

dan PPNI karena tenaga perawat di Karang Asam masih

kurang dari tenaga kesehatan yang sekarang yang

berjumlah 30 orang perawat.

Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Hasil Kinerja Kepala Ruangan
Menurut Perawat Pelaksana Di Ruang Karang Asam
RSUD. I.A Moeis Samarinda
85

Penilaian Jumlah Perawat Presentase

Optimal 26 89.7 %

Belum Optimal 3 10.3 %

Total 29 100%

Sumber : data primer ruang Karang Asam 2018


Dari tabel diatas 89.7 % perawat ruang Karang Asam

menganggap kinerja kepala ruangan sudah optimal karena

ikut serta dalam penanganan diruangan.

3) Pengorganisasian

a) Terdapat struktur organisasi kinerja diruang Karang Asam

Jabatan yang ada berdasarkan SK dari keperawatan. Dari

hasil wawancara kepala ruangan menyatakan bahwa ruang

Karang Asam sudah terdapat struktur organisasi dan hasil

observasi struktur organisasi telah dipajang di ruang Karang

Asam.

b) Dari hasil wawancara, kepala ruangan menyatakan bahwa

ruang Karang Asam memiliki uraian tugas masing-masing

sesuai dengan jabatannya, batas serta wewenang tanggung

jawab perawat cukup jelas.

c) Kepala Ruangan menyatakan metode yang digunakan

dalam pemberian asuhan keperawatan adalah Model

Asuhan Keperawatan Profesional dengan metode Tim.


86

4) Pengarahan

Supervisi di ruang rawat inap Karang Asam sudah

dilakukan, kepala ruangan menyatakan supervisi dilakukan

setiap hari oleh kepala ruangan ke seluruh staff, CCM dan

Supervisi yang dilakukan dalam bentuk tindakan keperawatan.

Dari hasil observasi selama 3 hari supervisi di ruang Karang

Asam sudah dilakukan oleh katim kepada perawat pelaksana

dan dilakukan setiap hari.

5) Pengendalian

Kepala ruangan menyatakan SPO diterapkan dan di baca

rutin setelah post kompren. Dari hasil observasi SAK yang

tersedia di ruang Karang Asam SAK

Kesimpulan : Dari hasil wawancara dan observasi, SAK yang

digunakan di ruang Karang Asam sudah diperbaharui namun

masih perlu adanya sosialisai SAK kembali untuk

mengoptimalkan asuhan keperawatan di ruang Karang Asam.

e. Hasil wawancara dan observasi terhadap CCM (Clinical Care

Manager)

Dari hasil wawancara CCM telah melaksakan tugas dengan

optimal berupa pemeberian arahan dan motivasi serta memberikan

pujian apabila perawat melaksanakan tugas dengan baik. CCM

juga memberikan pengarahan dan menginformasikan hal-hal yang


87

dianggap penting dalam peningkatan keterampilan kerja terutama

pada staf yang mengalami kesulitan untuk meningkatkan kualitas

asuhan keperawatan dengan bentuk komunikasi berupa lisan

maupun tulisan. CCM juga mengevaluasi sistem MAKP yang

dilakukan staf dengan cara menilai seberapa jauh staf mampu

melaksanakan peran, fungsi dan tugas sebagai perawat.

Tabel 3.7
Distribusi Frekuensi Hasil Kinerja Clinical Case Manager
Menurut Perawat Pelaksana Di Ruang Karang Asam
RSUD. I. A MOEIS Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase

Optimal 18 63.3 %

Belum Optimal 11 36.7 %

Total 29 100%

Sumber : data primer ruang Karang Asam 2018

Dari tabel diatas 63.3 % perawat ruang Karang Asam

menganggap kinerja CCM sudah optimal karena mengantrol

tindakan kinerja perawat dan menjalankan tugasnya sebagai CCM.

f. Hasil wawancara dan observasi KATIM

KATIM telah melakukan penyusunan rencana jangka pendek

seperti melakukan supervisi harian. KATIM melakukan pengarahan

dan bimbingan dengan metode komunikasi dua arah secara verbal


88

dan non verbal. KATIM juga menerima masukan dari perawat

pelaksana dan berkolaborasi dengan kepala ruangan untuk ide

yang inovatif agar membuat dan memelihara atmosfer kerja

ruangan yang lebih baik.

Tabel 3.8
Distribusi Frekuensi Hasil Kinerja Ketua TIM
Menurut Perawat Pelaksana Di Ruang Karang Asam
RSUD. I. A Moeis Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase

Optimal 21 72.4 %

Belum Optimal 8 27.6 %

Total 29 100%

Sumber : data primer ruang Karang Asam 2018

Dari tabel diatas 72.4 % perawat ruang Karang Asam

menganggap kinerja KATIM sudah optimal karena mengontrol

perawat pelaksana dalam melakukan asuhan keperawatan.

g. Perawat Pelaksana

Tabel 3.9
Distribusi Frekuensi Hasil manajemen pelayanan perawat
Perawat Pelaksana Di Ruang Karang Asam
RSUD. I. A Moeis Samarinda

Penilaian Jumlah Perawat Presentase


Ya 24 82.8 %
Tidak 5 17.2 %’’
Total 29 100%’
Sumber : data primer ruang Karang Asam 2018

Dari tabel diatas 82.8% menunjukan bahwa perawat telah


89

melaksanakan tugasnya dalam menajemen pelayanan rumah sakit

seperti mengikuti pre confrence dan post confrence untuk

menjelaskan evaluasi pekerjaan yang telah dilakukan dan juga

tindakan sesuai dengan SOP.

Dari 24 orang dengan presentase 82,8% jumlah tenaga

keperawatan yang ada diruanga tidak sesuai dengan beban kerja

perawat

Tabel 3.10
Distribusi Frekuensi Hasil Kepuasan Kinerja
Perawat Pelaksana Di Ruang Karang Asam
RSUD. I. A Moeis Samarinda

Penilaian Jumlah Perawat Presentase

Optimal 15 51.7 %

Belum Optimal 14 48.3 %

Total 29 100 %

Sumber : data primer ruang Karang Asam 201

Dari hasil wawancara didapatkan data bahwa 9 (90%) dari

10 (100%) perawat pelaksana mengatakan gaji yang mereka

terima tidak sesuai dengan apa yang di harapkan dan tidak

sesuai dengan banyaknya pekerjaan yang telah dilakukan

perawat, untuk tuntutan tugas sendiri selain harus memberikan

perawatan kepada pasien perawat juga harus menyelesaikan


90

mengisi buku status pasien .

Lain hal nya dengan penghasilan, perawat juga tidak

memiliki jaminan atas kesehatan atau keselamatan dalam

bekerja dengan presentasi 72,4% dari 21 orang Sedangkan

dari hasil kuesioner didapatkan 79,3% perawat merasa tidak

puas dengan gaji yang diterima karena tidak sesuai dengan

tenanga kerja
91

2. Material sarana dan Prasarana (M2)

a. Alur Masuk Ruang Karang Asam

Gambar 3.1
Alur Masuk Di Ruang Karang Asam RSUD I. A Moeis Samarinda

Alur masuk ruang Karang Asam


RSUD I.A. Moeis Samarinda

Pasien dari 1. Petugas atau perawat yang menerima


IGD/Poli dan memperkenalkan diri

2. Mengantar ke kamar perawatan.

3. Menjelaskan Lingkungan ruang


Keperawatan.
Ruang Rawat
Inap 4. Anamnese

5. Membuat asuhan keperawatan.

6. Melakukan tindakan keperawatan.

7. Waktu 15 menit.

Rapikan Semua
Isi form peralatan yang
Penkes digunakan

Selesai

Sumber : Data Primer Ruang Karang Asam Tahun 2018


92

b. Denah Ruangan Karang Asam

Gambar 3.2
Denah Ruangan Karang Asam
RSUD I. A Moeis Samarinda

Sumber : Data Primer Ruang Karang Asam 2018

c. Peralatan dan Fasilitas


93

Berdasarkan hasil pengkajian diatas didapatkan gambaran

tempat tidur di kamar Karang Asam dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.11
Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur
di Ruang Karang Asam
TIM I TIM II
Jumlah Bed 1 : 3 bed 10 : 4 bed
2 : 3 bed 11 : 4 bed
Setiap Ruangan
3 : 3 bed 12 : 4 bed
4 : 3 bed 13 : 4 bed
5 : 3 bed 14 : 5 bed
6 : 3 bed 15 : 5 bed
7 : 3 bed 16 : 5 bed
8 : 3 bed 17 : 5 bed
ISO : 3 bed ISO : 2 bed
Total 65 Bed

Berdasarkan tabel diatas total jumlah bed di ruang Karang

Asam adalah 65 bed dan setiap kamar mendapatkan fasilitas yang

sama

Sarana dan prasarana petugas kesehatan :

1) Ruang Kepala ruangan berada di samping Nurse Station Tim

Perawat I

2) Masing-masing tim memiliki Nurse Station yang terpisah berada di

sisi depan dan belakang.

3) Kamar mandi dan wc menjadi satu dengan Nurse Station dan

terpisah dari ruang perawatan.

4) Ruang konsultasi dokter bergabung dengan Nurse Station.

5) Ruang pertemuan perawat berada didepan Nurse Station.


94

6) Ruang administrasi bergabung dengan nurse station tim perawat I.

Tabel 3.12
Distribusi Frekuensi Sarana dan Prasarana
Di Ruang Karang Asam RSUD I. A Moeis Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Optimal 11 55%
Belum Optimal 9 45%
Total 20 100%
Sumber : data primer ruang Karang Asam 2018

Berdasarkan dari hasil kuesioner saran dan prasarana yang

berada di ruang Karang Asam 55% baik dan 45% kurang baik.

Sehingga sebagian besar sarana dan prasarana di Ruang Karang

Asam cukup baik. Berdasarkan hasil wawancara perawat mengatakan

sarana dan prasarana di Ruang Karang Asam cukup baik, banyak

sarana dan prasarana yang perlu ditambahkan. Berdasarkan

observasi yang dilakukan di Ruang Karang Asam sarana dan

prasarana cukup baik.

3. Metode (M3)

a. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Tabel 3.15
Distribusi Frekuensi Dokumentasi keperawatan
Di Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Tidak 17 58.6%
Ya 12 41.4%
Total 29 100%
95

Tabel 3.16
Distribusi Frekuensi Observasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Ruang
Karang Asam RSUD I. A. MOEIS Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Optimal 19 65.5%
Belum Optimal 10 34.5%
Total 29 100%

Dari hasil kuisioner didapat 17 (58,6%) perawat tidak

melakukan dokumentasi keperawatan sedangkan 12 (41,4%)

perawat melakukan dokumentasi keperawatan. Hal ini sesuai

dengan hasil observasi didapatkan 19 (65,5%) perawat sudah

optimal melakukan dokumentasi keperawatan dan 10 (34,5%)

perawat belum optimal melakukan dokumentasi keperawatan.

b. Timbang terima

Tabel 3.17

Distribusi Frekuensi Dokumentasi Timbang Terima Keperawatan


Di Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
TS 9 31.0%
S 13 44.8%
SS 7 24.1%
Total 29 100%

Tabel 3.18
Distribusi Frekuensi Observasi Timbang Terima Keperawatan Di
Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Optimal 14 48.3%
Belum Optimal 15 51.7%
Total 29 100%
96

Dari hasil kuesioner didapat 9 (31.0%) perawat tidak

setuju melakukan timbang terima sedangkan 13 (44.8%)

perawat setuju melakukan timbang terima dan 7 (24.1%)

perawat sangat setuju melakukan timbang terima. Hal ini

sesuai dengan observasi timbang terima didapatkan 14

(48.3%) perawat sudah optimal melakukan timbang terima dan

15 (51.7%) perawat belum optimal melakukan timbang terima.

c. Sentralisasi obat

Distribusi Frekuensi Dokumentasi Sentralisasi Obat


Keperawatan Di Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS
Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Tidak 22 75.9%
Ya 7 24.1%
Total 29 100%

Distribusi Frekuensi Observasi Sentralisasi Obat Keperawatan


Di Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Optimal 21 72.4%
Belum Optimal 8 27.6%
Total 29 100%
Dari hasil kuesioner didapat 22 (75.9%) perawat

melakukan sentralisasi obat dan 7 (24.1%) perawat tidak

melakukan setralisasi obat. Data tersebut sesuai dengan

observasi yang didapatkan yaitu sebanyak 8 ( 27.6%) perawat

belum optimal melakukan sentralisasi obat dan 21 (72.4%)

perawat optimal melakukan sentralisasi obat.


97

d. Discharge Planning

Tabel 3.18

Distribusi Frekuensi Hasil Kuesioner Discharge Planning Keperawatan Di


Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Tidak 12 41.4%
Ya 17 58.6%
Total 29 100%

Tabel 3.19

Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Discharge Planning Keperawatan Di


Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Optimal 21 72.4%
Belum Optimal 8 27.6%
Total 29 100%

Dari hasil kuesioner didapat 17 (58.6%) perawat

melakukan discharge planning dan 12 (41.4%) perawat tidak

melakukan discharge planning. Data tersebut sesuai dengan

hasil observasi yang didapatkan sebanyak 21 (72.4%) perawat

sudah optimal melakukan discharge planning dan 8 (27.6%)

perawat belum optimal melakukan discharge planning.

e. MAKP

Tabel 3.19

Distribusi Frekuensi Hasil Kuesioner Metode Asuhan Keperawatan


Proesional Keperawatan Di Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS
Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Optimal 18 62.1%
Belum Optimal 11 37.9%
98

Total 29 100%

Dari hasil kuesioner didapat 18(62.1%) perawat telah

optimal melakukan Metode Asuhan Keperawatan Proesional

sedangkan 11 (37.9%) perawat belum optimal melakukan

implementasi keperawatan.

f. Ronde keperawatan

Tabel 3.20

Distribusi Frekuensi Hasil Kuesioner Ronde Keperawatan Keperawatan


Di Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Tidak 11 37.9%
Ya 18 62.1%
Total 29 100%

Tabel 3.21

Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Ronde Keperawatan


Keperawatan Di Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Optimal 13 44.8%
Belum Optimal 16 55.2%
Total 29 100%

dari hasil kuesioner didapat 11 (37.9%) perawta tidak

melakukan ronde keperawatan sedangkan 18 (62.1%) perawta

melaksanakan ronde keperawatan. Hal ini sesuai dengan hasil

observasi didapat 13 (44.8%) perawat telah optimal


99

melaksanankan ronde keperawatan sedangkan 16 (55.2%)

perawat belum optimal melaksanakan ronde keperawatan.

4. M5 (Manajemen Mutu)

a. BOR (Bed Occupancy Ratio: Angka Penggunaan tempat tidur)

BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient

service days to inpatient bed count days in a period under

consideration”. Sedangkan menurut DEPKES RI (2005) , BOR

adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu

tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya

tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah sakit. Nilai parameter

BOR yang ideal adalah antara 60-85 % (Depkes RI, 2005)

Jumlah pasien 46+47+43 = 136 : 3 = 45,33 dibulatkan 45

Jumlah TT terpakai 45
BOR = x 100% = 65 x100% = 69,2%)
Jumlah TT tersedia

Dari hasil perhitungan pada tanggal 12-14 November 2018

didapatkan nilai BOR sebanyak 69,2% sehingga dapat dilihat

bahwa persentase pemakaian tempat tidur adalah ideal.


100

b. Tingkat Kepuasan Pasien

Tabel 3.22
Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan Pasien
Di Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS Samarind
Penilaian Frekuensi Presentase
Puas 21 55,3%
Tidak puas 17 44,7%
Total 38 100%
Sumber : data primer ruang Karang Asam 2018

Hasil kuesioner kepuasan pasien dari 38 responden di

dapat 17 responden tidak puas (44,7%) dan merasa puas 21

responden (55,3%), didapat berjumlah 12 responden (31,6%)

tidak pernah menjelaskan peraturan tata tertib rumah sakit.

Selain itu juga berdasarkan wawancara terstruktur persepsi

pasien tentang kepuasan pelayanan keperawatan terhadap

responden juga didapatkan Perawat tidak menjelaskan

peraturan dan tata tertib rumah sakit saat pertama kali klien

masuk ke rumah sakit,

Hal ini juga didapatkan di lapangan masih adanya anak-

anak di bawah umur 10 tahun yang masuk untuk membesuk

keruangan perawatan, selain itu juga pasien tidak pernah

diberikan penjelasan sebelum melakukan perawatan dan

perawat tidak pernah menjelaskan resiko atau bahaya suatu

tindakan pada pasien sebelum melakukan tindakan.


101

c. Keselamatan Pasien

Tabel 3.23
Distribusi Frekuensi terpasang gelang
Di Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Tidak 16 42.1%
ya 22 57.9%
Total 38 100%

Gelang identitas sesuai jenis kelamin dan masih

adanya 16 (42,1%) masih terdapat gelang yang tidak

sesuai ( tidak diketahui nama tulisan di gelang atau

buram ) tidak dapat terbaca.

Tabel 3.24
Distribusi Frekuensi stempel konfirmasi
yang telah ditandatanganin dokter
Di Ruang Karang Asam RSUD I. A. MOEIS Samarinda
Penilaian Frekuensi Presentase
Tidak 21 55.3%
ya 17 44.7%
Total 38 100%

Dari hasil observasi keselamatan pasien

didapatkan 21 (55,3%) status pasien tidak terdapat

stempel konfirmasi telah ditandatangani oleh dokter yang

bertanggung jawab

Tabel 3.27
Distribusi Frekuensi obat obat high alert mempunyai label high alert
dan diletakkan terpisah dengan obat yang lainnya
102

Penilaian Frekuensi Presentase


Tidak 32 84%
ya 6 15,8%
Total 38 100%

Dari hasil observasi keselamatan pasien didapatkan data

32 (84,2%) semua obat high alert tidak mempunyai label high

alert dan tidak diletakkan terpisah dengan obat yang lainnya .

Tabel 3.22
Distribusi Frekuensi perawat melakukan
hand hygiene pada saat 5 moment

Penilaian Frekuensi Presentase


Tidak 32 84.2%
ya 6 15.8
Total 38 100%

Dari hasil observasi keselamatan pasien didapatkan data

32 (84,2%) perawat tidak melakukan hand hygiene pada saat 5

moment

Tabel 3.23
Distribusi Frekuensi terpasang stiker fall risk

Penilaian Frekuensi Presentase


Tidak 38 100%

Total 38 100%

Dari hasil observasi keselamatan pasien didapatkan 38

(100%) pasien dengan resiko jatuh tinggi tidak terpasang sticker

fall risk
103

Tabel 3.24
Distribusi Frekuensi terpasang pagar

Penilaian Frekuensi Presentase


Tidak 32 84.2%
ya 6 15.8
Total 38 100%

Dari hasil observasi keselamatan pasien didapatkan 32

(84,2%) pada pasien dengan resiko jatuh tinggi tidak terpasang

pagar pada bed.

Tabel 3.24
Distribusi Frekuensi Keselamatan pasien
secara keseluruhan

Penilaian Frekuensi Presentase


Belum optimal 29 76.3%
Optimal 9 23.7%
Total 38 100%

Berdasarkan hasil observasi sasaran keselamatan

pasien di ruang karang asam rumah sakit I.A.Moeis

Samarinda didapatkan data 29 (76,3%) masih belum

optimalnya keselamatan pasien.


104

C. Analisa Swot

Tabel 3.23
Analisis SWOT Di Ruang Karang Asam
RSUD. I. A Moeis Samarinda

No. Analisis SWOT Bobot Ratin Bobot X


g Rating
1 M1 (Ketenagaan) S–W=
Faktor Internal (IFAS) 3–2=1
Kekuatan (strength)
a. Sebanyak 89.7% perawat di 0,3 3 0,9
ruang Karang Asam puas
dengan kinerja KARU
b. Sebanyak 63.3% perawat di 0,2 3 0,6
ruang Karang Asam puas
dengan kinerja CCM
c. Sebanyak 72.4% perawat di 0,2 3 0,6
ruang Karang Asam puas
dengan kinerja KATIM
d. Sebanyak 82.8% perawat 0,3 3 0,9
ruang Karang Asam bekerja
sesuai dengan job description
yang ditentukan
Total 1 3
Kelemahan (weakness)
a. Sebanyak 82.8% perawat di 1 2 2
ruang karang asam berlatar
belakang pendidikan DIII
Keperawatan
b. Kurangnya workshop/in 1 2
house training untuk
meningkatkan Nursing
update
. Faktor eksternal (EFAS) O–T=
Peluang (opportunity) 2,5– 2,4 =
a. Adanya kesempatan untuk 0,1
melanjutkan pendidikan 0,4 3 1,2
yang lebih tinggi.
b. Adanya kerjasama rumah
sakit dengan institusi 0,3 3 0,9
pendidikan untuk
menjadikan rumah sakit
sebagai lahan praktik 0,3 2 0,6
105

c. Rumah sakit memberikan


kebijakan untuk memberi
pelatihan bagi perawat
ruangan
Total 1 2,5
Ancaman (threat)
a. Tuntutan dari masyarakat
untuk mendapatkan 0,4 3 1,2
pelayanan yang lebih
profesional 0,3 2 0,6
b. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan 0,3 2 0,6
c. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan hukum 1 2,4
d. Penurunan akreditasi RS
2 M2 (sarana dan prasarana) S-W=
Faktor internal (IFAS) 3–2=1
Kekuatan (strength)
a. Sebanyak 55% sarana dan
prasarana ruang Karang
Asam kurang baik 0,5 3 1,5
b. Total jumlah bed di Ruang
karang asam adalah 65 bed
dan setiap kamar
mendapatkan fasilitas yang 0,5 3 1,5
sama
c. Luas kamar sudah sesuai
jumlah bed
Total 1 3
Kelemahan (weakness)
a. Pasien terkadang tidak 0,6 2 1,2
memakai selimut
b. Pasien terkadang tidak
memakai bantal 0,4 2 0,8
c. Terdapat 45% sarana dan
prasarana ruang Karang
Asam kurang baik
d. Troli tindakan tidak ada
e. Diruang ISO tidak ada
Blower
Total 1 2,0
Faktor Eksternal (EFAS) O–T=
Peluang (opportunity) 1 - 2,1 =
a. Adanya kerjasama dengan 0,3 3 0,9 1,1
106

pihak luar rumah sakit


untuk pengadaan bahan
untuk perawatan pasien
b. Adanya kesempatan 0,3 3 0,9
penggantian sarana dan
prasarana yang rusak
c. Adanya mekanisme 0,4 2 0,8
pelaporan yang berkenaan
dengan perbaikan fasilitas
rumah sakit
Total 1 2,1
Ancaman (theat)
a. Adanya tuntutan tinggi dari 0,3 2 0,6
masyarakat untuk
melengkapi sarana dan
prasarana 0,3 1 0,3
b. Adanya peningkatan harga
alat-alat medis 0,4 3 1,2
c. Persaingan dengan RS
swasta yang menggunakan
kelengkapan fasilitas alat
yang lebih canggih
Total 1 2,1
3 M3 metode S-W =
MAKP 2.8 – 1.1=
Kekuatan (strength) 1.7
a. Ruang karang asam telah 0.3 3 0,9
melakukan Discharge
Planning yang optimal
yaitu 17(58,6%) perawat
melakukan discharge
Planning.
b. Didapatkan 21 (72,4%) 0.2 3 0,6
perawat optimal
melakukan sentralisasi
obat.
c. Sekitar 19 (65,5%) 0.2 3 0.6
perawat sudah optimal
melakukan dokumentasi
keperawatan. 0,2 3 0.6
d. Pelaksanaan Metode
Asuhan Keperawatan
Proesional oleh 18
(62,1%) perawat sudah 0,2 3 0,5
optimal
107

e. Pelaksanaan ronde
keperawatan sudah
optimal yaitu 18 (62,1%)
perawat melaksanakan
Ronde Keperawatan.
Total 1.1 3.2
Kelemahan (weekness)
a. Melakukan timbang terima 0.5 2 1.0
oleh 15 (51,7%) perawat
belum optimal. 0.5 3 1.5
b. Didapat 11 (37,9%)
perawat tidak
melaksanakan Ronde
Keperawatan
Total 1 2.5
Opportunity T-O =
a. Tersedianya standar mutu 1.0 3 3.0 1 - 2.6 =
pelayanan asuhan 1.6
keperawatan (SPO Tindakan
dan kasus) yang meliputi
seluruh tindakan
keperawatan
Total 1 2.6
Ancaman (threat)
a. Adanya tuntutan pelayanan 0.5 2 1
yang optimal dari konsumen
b. Adanya kesadaran 0.5 2 1
masyarakat tentang
tanggung jawab dan
tanggung gugat.
c. Adanya potensi menurunnya
nilai akreditasi
Total 1 2
4. M5 (Mutu) S-W =
MAKP
Faktor internal (IFAS) 1.8 – 1 =
Kekuatan (Strenght) 0.8
a. Sebanyak 55.3% pasien 0,6 3 0,8
merasa puas dengan
pelayanan rumah sakit dan
perawat. 0,4 3 1,0
b. Pasien pada 3 bulan terakhir
tidak ada pasien jatuh yang
berakibat cacat/kematian.
Total 1 1.8
108

Kelemahan (weakness)
a Terdapat 44.7% tingkat
kepuasan pasien belum 1 2 2
optimal dari point kuesioner
yang di jawab seperti ada
pasien merasa perawat
tidak selalu memantau
keadaan pasien.
Total 1 2
Faktor eksternal (EFAS) O–T
Peluang (opportunity)
a. Adanya mahasiswa NERS 0,5 2 0,8 1,8 – 1 =
UMKT melakukan praktik 0,8
manajemen keperawatan.
b. Adanya kerjasama yang baik
antara mahasiswa dan 0,5 3 1,0
perawat.

Total 1 1,8
Ancaman (threat)
a. Adanya tuntutan standar 1 1 1
masyarakat yang yang harus
dipenuhi.
Total 1 1
Sumber : Nursalam (2011)

Bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan

0,0 (tidak penting)

0,0 : Tidak penting

0,1 – 0,3 : Kurang penting

0,4 – 0,6 : Penting

0,7 – 1,0 : Paling penting


109

Rating masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai 4 (sangat

baik) sampai dengan 1 (kurang baik).

1 : Kurang baik

2 : Cukup baik

3 : Baik

4 : Sangat baik
110

Keterangan :

M1 (Man/ Ketenagaan)

M2 (Material/ Sarana dan Prasarana)

M3 (Metode)

M5 (Mutu)

Berdasarkan posisi tabel layang analisis SWOT dapat diketahui :

1. Posisi M1-M3 dan M5, MAKP, Sentralilasi Obat, Discharge Planning,

timbang terima, dokumentasi keperawatan berada di area progresif,

dimana elemen kekuatan dan peluang cukup tinggi, sehingga

rekomendasi strategi yang diberikan dalam kondisi ini adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif


111

D. Penyebab Masalah
Fish Bone 1

Masalah : Belum optimalnya pendokumentasian dengan menggunakan SDKI


112

Fish Bone 2

Masalah : Belum optimalnya Implementasi Five Moment


113

Fish Bone 3

Masalah : Belum optimalnya pengimplementasian Six Goal


114

Fish Bone 4

Masalah : Belum optimalnya sarana dan prasarana yang memadai


115

E. Perumusan dan Prioritas Masalah


Dalam menentukan prioritas masalah digunakan kriteria penilaian
meliputi:
1. Mg / magnitude (kecenderungan besar dan seringnya kejadian)
2. Sv / Severity (besarnya kerugian yang ditimbulkan)
3. Mn / Managebility (berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur
perubahannya)
4. Nc / Nursing concern (perhatian terhadap bidang keperawataan)
5. Af / affordability (ketersediaan sumber daya)
Dengan kriteria nilai :
5 : Sangat sesuai
4 : Sesuai
3 : Cukup sesuai
2 : Kurang Sesuai
1 : Sangat Kurang sesuai

Tabel 3.27
Prioritas masalah
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total Prioritas
1 Belum optimalnya 4 4 4 4 5 1280 II
pengimplementasian six
goal
2 Penerapan SDKI belum 5 4 4 5 4 1600 I
dilaksanakan secara
optimal

3 Belum optimalnya 4 4 5 4 3 960 III


pengimplementasian five
moment
4 Belum optimalnya sarana 4 5 3 3 4
dan prasarana yang
memadai
Sumber: data primer ruang Karang Asam 2018

Prioritas masalah berdasarkan scoring


116

1. Penerapan SDKI belum dilaksanakan secara optimal

2. Belum optimalnya pengimplementasian six goal

3. Belum optimalnya pengimplementasian five moment

4. Belum optimalnya saran dan prasarana yang memadai


117

F. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah


Tabel 3.28
Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah Alternatif C A R L Skor Ranking
Pemecahan Masalah
. Melakukan 4 3 3 3 108 II
Penerapan SDKI sosialisasi/ Kuliah
pakar mengenai
belum pendokumentasian
SDKI
dilaksanakan Menyusun SAK 20 4 3 4 3 144 I
diagnosa
secara optimal keperawatan sesuai
SDKI
Mensosialisasikan 4 4 3 2 96 III
SAK 20 diagnosa
keperawatan sesuai
SDKI
Melakukan role play 4 3 3 2 72 IV
penerapan SAK 20
diagnosa
keperawatan sesuai
SDKI
Belum Mengajukan 4 3 2 2 48 V
optimalnya permohonan
pengimplementa penambahan sarana
sian six goal dan prasarana six
goal
Melakukan 4 2 2 2 32 VI
pengecekan sarana
dan prasarana six
goal
Belum Melakukan 4 2 2 2 32 VII
optimalnya pengecekan sarana
implementasi dan prasarana five
five moment moment
Belum Melakukan 4 2 2 2 32 VIII
optimalnya pengecekan sarana
saran dan dan prasarana yang
prasarana yang ada
memadai
118

Keterangan :

C : capability (kemampuan kedua belah pihak antara mahasiswa


dan Rumah Sakit untuk memiliki alternatif)
A : accesibility (kemudahan dalam melaksanakan alternatif)
R : readiness (kesiapan untuk melaksanakan alternatif)
L : leverage (daya ungkit alternatif dalam menyelesaikan masalah)
Keterangan poin:
1 : tidak mampu
2 : cukup mampu
3 : mampu
4 : sangat mampu

Berdasarkan hasil skoring prioritas alternatif masalah yang dapat di


lakukan adalah :
1. Menyusun SAK 20 diagnosa keperawatan sesuai SDKI terbaru
2. Melakukan sosialisasi/ Kuliah pakar mengenai pendokumentasian
SDKI yang terbaru
3. Mensosialisasikan SAK 20 diagnosa keperawatan sesuai SDKI terbaru
4. Melakukan role play penerapan SAK 20 diagnosa keperawatan sesuai
SDKI terbaru
5. Mengajukan permohonan penambahan sarana dan prasarana ke
pihak rumah sakit
6. Mengajukan permohonan penambahan sarana dan prasarana six
goal
7. Melakukan pengecekan sarana dan prasarana six goal
8. Melakukan pengecekan sarana dan prasarana five moment
9. Melakukan pengecekan sarana dan prasarana yang ada
119

Dari 9 prioritas alternatif pemecahan masalah kami akan mengambil 3

pioritas utama alternatif penyelesaian masalah


131

G. Plan Of Action (POA)

Tabel 3.29
Plan Of Action/ Rencana Tindakan
No Pokok kegiatan Sasaran Target Waktu Pihak terkait PJ
1 Role Play Five  Mengimplementasi 1 Kepala 1. Pembimbing mahasiswa
Moment kan five moment ruangan akademik program Ners
2 CCM 2. Perseptor angkatan
3 Katim klinik 2018
4 Perawat 3. Katim
pelaksana 4. Perawat
5 Pasien pelaksana
6 Keluarga 5. Pasien
Pasien 6. Keluarga
Pasien
2 Melakukan  Membantu 1. Kepala 1. Bidang Mahasiswa
sosialisasi/ Kuliah manajemen ruang ruangan keperawatan program Ners
pakar mengenai Karang Asam 2. CCM 2. Pihak angkatan
pendokumentasian dalam 3. Katim akademik 2018
SDKI yang terbaru pendokumentasian 4. Perawat 3. Perseptor
keperawatan pelaksana klinik
dengan 4. Katim
pengaplikasian 5. Perawat
SDKI terbaru pelaksanaan

1.
132

3 Melakukan role play  Mengimplementasi 1. Kepala 1. Karu Mahasiswa


penerapan six goals kan six goas ruangan 2. CCM program Ners
2. CCM 3. Katim angkatan
3. Katim 4. Perawat 2018
4. Perawat pelaksana
pelaksan
a

4 Menyarankan  Membantu 1. Kepala 1. Bidang Mahasiswa


pengengecekan dan manajemen ruang ruangan keperawatan program
pengadaan sarana karang asam dalam 2. CCM 2. Bidang profesi Ners
dan prasarana yang mengoptimalkan management angkatan
belum memadai pelayanan 2018 2.

5  Membantu 1. Kepala 1. Bidang Mahasiswa


Menyarankan manajemen ruang ruangan keperawatan program
penggunaan banner karang asam dalam 2. CCM 2. Bidang profesi Ners
6 SKP ( Six Goal ) mengoptimalkan management angkatan
pelayanan 2018 3. *
6  Membantu 1. Kepala 1. Bidang Mahasiswa
Menyarankan manajemen ruang ruangan keperawatan program
penggunaan karang asam dalam 2. CCM 2. Bidang profesi Ners
penandaan risiko mengoptimalkan management angkatan
jatuh pelayanan 2018 4.

Anda mungkin juga menyukai